Disusun Oleh :
Putri Dwi Rusmayanti, S.Kep
NIM. 2141312036
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
Landasan Teori Hidronefrosis
1. Definisi
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal
dan kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons
fisiologis terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering
disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus, seperti
megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan
mungkin membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif Muttaqin dan
Kumala Sari, 2012).
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau
kedua ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin
menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat.
BSK pada ginjal (nefrolithiasis) merupakan faktor pencetus awal
terjadinya hidronefrosis. Dimana nefrolithiasis dapat menimbulkan
obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan
ureter sehingga mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal
(Nahdi, 2013).
2. Klasifikasi
Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade
hidronfrosis, diantaranya (Beetz dkk, 2001) :
a. Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi
kaliks berbentuk Blunting alias tumpul
b. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening,
alias mendatar
c. Hidronefrosis Derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol.
Adanya tanda minor atrofi ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)
d. Hidronefrosis Derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya
penipisan korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda
signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk
ballooning alias menggembung.
3. Etiologi
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah
sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari
kandung kemih:
a. Batu di dalam ureter
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter
akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama
metisergid)
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung
kemih)
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ
panggul lainnya
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih
ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau
cedera
j. Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter
Dilatasi ureter
GFR Penekana
nureter
Retensi Na, Ca
dan Protein Obstruksi Aliran Urin Tekanan saluran kemih
7 Mk : Nyeri Akut
Unilateral Bilateral
Kontaminasi ginjal
GI test
Metabolik
Mk : Ketidakseimbangan
Nutrisi
8
5. Manifestasi Klinis
Hidronefrosis dapat berkembang secara mendadak maupun
perlahan. Gejala yang ringan dapat berupa sering mengeluarkan urin dan
meningkatnya keinginan membuang urin. Sejumlah gejala lain yang
menyertai pembengkakan ginjal atau hidronefrosis adalah :
a. Rasa sakit pada perut dan panggul
b. Mual, muntah
c. Tidak bisa mengosongkan kandung kemih sepenuhnya
d. Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, urine berwarna gelap,
aliran urin kecil, menggigil, lemah, dan rasa terbakar saat
mengeluarkan urin.
e. Aliran urin berkurang
f. Hematuria
g. Refluk urin ke ginjal
h. Edema
i. Hipertensi
j. Kolik renalis
k. Hipotermia.
6. Komplikasi
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat
menyebabkan komplikasi sebagai berikut:
a. Batu ginjal
b. Sepsis
c. Hipertensi renovaskuler
d. Nefropati obstruktif
e. Infeksi
f. Pielonefritis
g. Ileus paralitik.
8
7. Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab
dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan serta
melindungi fungsi ginjal. Untuk mengurangi obstruksi urin akan
dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi
ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan
menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk
pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter).
Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi
(pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002).
a. Hidronefrosis akut
1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri
yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diataspenyumbatan
segera dikeluarkan(biasanya melalui sebuah jarum yang
dimasukkan melalui kulit)
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat
batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk
sementara waktu
b. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan
mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau
abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya
disambungkan kembali.
1) Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan
ureter dari jaringan fibrosa.
2) Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka
dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda.
3) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a) Terapi hormonal untuk kanker prostat
b) Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan
ureter dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan
kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan
9
untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali
di sisi kandung kemih yang berbeda. Pembedahan pada
hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat dikendalikan
dan ginjal berfungsi dengan baik.
c) Pelebaran uretra dengan dilator
Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien hidronefrosisi,
diantaranya :
a. Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosis yang disebabkan karena adanya
obstruksi saluran urin bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal
mengalirkan urin ke system urinaria bagian bawah dikarenakan
adanya batu, infeksi, tumor, atau kelainan anatomi. Hidronefrosis
yang terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan
dengan memasukkan sebuah katetermelalui kulit bagian belakang
(panggul) ke dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini untuk mengatasi
penumpukan atau pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena
obstruksi yang menghalangi keluarnya urin.
b. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang
menghancurkan batu ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke
area ginjal. ESWL bekerja melalui gelombang kejut yang
dihantarkan melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini akan
memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk
selanjutnya dikeluarkan sendiri melalui air kemih. Gelombnag yang
dipakai berupa gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar
laser.
c. Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan
minimal invasive dibidang urologi yang bertujuan mengangkat batu
ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai system
pelviokalises yang memberikan angka bebas batu yang tinggi.
d. Stent ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar
dapat ditempatkan di ureter untuk mempertahankan aliran urin pada
10
penderita obstruksi ureter, memulihakan fungsi ginjal yang
terganggu, dan memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah
pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak dan
lentur.
8. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis hidronefrosis:
1) Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria
mikroskopik dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung
jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan
infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter
dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain
itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam
kehidupan.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat
untuk mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi
dapat bergantung pada pengguna. Ultrasonografi umumnya
berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis
dan hidronefrosis.
3) Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan
dan penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal
11
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
b. Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit
1) Keluhan MRS
Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerahperut
bagian bawah tembus pinggang
2) Keluhan saat Pengkajian
Keluhan yang dirasakan biasanya Nyeri
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat
ini seperti klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit,
nyeri saat berkemih, nyeri panggul
d. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit
batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan
kongenital
e. Riwayat Kesehatan keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal
herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
f. Riwayat Psikososial san Status Spiritual
1) Riwayat Psikologis
2) Aspek Sosial
3) Aspek Spiritual/ Sistem Nilai Kepercayaan
g. Pola Kebiasaan Sehari – hari
1) Pola Nutrisi
Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia,
Pola Eliminasi
a) Buang Air Besar
b) Buang Air Kecil
Penurunan frekuensi, oligurim, anuria,
perubahan warna urin
h. Pola Kebersihan diri
i. Pola Aktivitas, Latihan dan Bermain
Kelelahan, kelemahan, malaise
j. Pola Istirahat dan Tidur
1) Sebelum Sakit
2) Saat Sakit
12
k. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Keadaan Sakit
b) Tanda – tanda Vital
2) Pemeriksaan Cepalo Caudal
a) Kepala dan Rambut
b) Hidung
c) Telinga
d) Mata
e) Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil dan Pharing
f) Leher dan Tenggorokan
g) Dada/ Thorak
(1) Pemeriksaan Paru
(2) Pemeriksaan Jantung
(3) Payudara
h) Pemeriksaan Abdomen
(1) Inspeksi : perut datar, tidak ada benjolan
(2) Auskultasi : bising usus biasanya dakam
batas normal
(3) Palpasi : timpani seluruh lapang abdomen
(4) Perkusi : ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba, tidak teraba masa
13