Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA TN. D. DENGAN GANGGUAN ELIMINASI DIRUANGAN BOUGENFILE


RSUD PROF DR.W.Z JOHANES KUPANG

OLEH:

YERY NATTI
223111134

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2022
A. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine
adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra (Hidayat, 2010).
Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus di penuhi oleh
setiap manusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi 14 kebutuhan dasar,
menyatakan bahwa kebutuhan eliminasi terdapat pada urutan ke tiga. Apabila sistem
perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik, sebenarnya semua organ akhirnya
akan terpengaruh. Secara umum gangguan pada ginjal mempengaruhi eliminasi.
Sehingga mengakibatkan masalah kebutuhan eliminasi urine, antara lain : retensi
urine, inkontinensia urine, enuresis, dan ureterotomi. Masalah kebutuhan eliminasi
urine sering terjadi pada pasien – pasien rumah sakit yang terpasang kateter tetap
(Hidayat, 2010)
B. Etiologi
Gangguan pemenuhan eliminasi BAK disebabkan oleh:
 Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medula spinalis
 Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang
 Intra vesikal merupakan pembesaran prostat kekakuan leher vesika batu kecil dan
tumor
 Dapat disebabkan oleh kecemasan pembesaran prostat, kelainan patologi, uretra,
trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
C. Faktor yang mempengaruhi urinasi
a. Perubahan dan pertumbuhan
Bayi dan anak kecil tidak dapat memekatkan urin secara efektif, bayi dan anak-
anak mengereksikan urin dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan ukuran
tubuh mereka yang kecil. Seorang anak dapat mengontrol mikturisi secara
volunter dari usia 18-24 bulan. Orang dewasa dalam mengereksikan 1500-1600
ml urin setiap hari, proses penuaan mengganggu mikturisi. Perubahan fungsi
ginjal dan kandung kemih juga terjadi seiring dengan proses penuaan.
b. Faktor sosiokultural
Pendekatan keperawatan terhadap kebutuhan eliminasi klien harus
mempertimbagkan aspek budaya dan kebiasaan sosial klien apabila seorang
membutuhkan privasi , perawat berupaya untuk mencegah terjadinya interupsi
pada saat klien berkemih. Seorang klien kurang sensitif terhadap kebutuhannya
terhadap privasi harus di tangani dengan sikap yang berusaha memahami serta
menerima klien.
c. Faktor psikologis
Ansietas dan stres emosional dapat menimbulkan dorongan untuk berkemih dan
frekunsi berkemih meningkat. Seorang individu yang cemas dapat merasakan
suatu keinginan untuk berkemih, bahkan stelah buang air beberapa menit
sebelumnya.
d. Kebiasaan pribadi
Privasi dan waktu yang adekuat untuk berkemih biasanya penting untuk
kebanyakan individu, beberapa individu membutuhkan distraksi untuk rileks
e. Tonus otot
Lemahnya otot abdomen dan otot dasar panggul merusak kontraksi kandung
kemih dan kontrol sfingter uretra eksterna. Kontrol mikturisi yang buruk dapat
di akibatkan oleh otot yang tidak di pake. Yang merupakan akibat dari lamanya
imobilitas, peregangan otot setelah melahirkan, otrofi otot setelah menopause,
dan kerusakan otot akibat trauma.
D. Faktor resiko eliminasi urin
a. Retensi urin
b. Inkontenesia urin
c. Enuresis
d. Perubahan pola eliminasi urine
E. Manifestasi klinis:
1. Urin mengalir terlambat
2. Terjadi poliura yang makin lama makin parah karena pengosongan kandung
kemih tidak efisien
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan, kadang nyeri dan merasa ingin BAK
5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc
6. Hamaturia
7. Edema ringan pada mata atau seluruh tubuh
8. Hipetrtensi 60-70%
9. Gangguan GIT (muntah dan diare)
10. Oliguria
F. Patofisologi
Pengendalian otot sfingter diperlukan agar terjadi pengeluaran urine secara
kintinue . pengendalian memerlukan kekuatan otot normal diluar kesadaran dan yang
didalam kesadaran yang di koordinisi oleh refleks urethrovesica urinaria . bila terjadi
pengisian kandung kemih, tekanan di dalam kandung kemih meningkat . otot detrusor
(lapisan ke tiga dari kandung kemih ) memberikan respon dan relaksasi agar
memperbesar volume daya tampung , bila titik daya tampung telah di capai, biasanya
150-200 ml urin daya rentang reseptor yang terletak pada dinding kandung kemih
mendapata rangsang
Sfingter didalam keadaan normal menutup secara bersama-sama membuka dan
urin masuk ke uretra posterior . relaksasi sfingter eksternal dan otot perincai
mengikuti dan isi kandung kemih keluar. Pelaksanaa kegiatan refleks bisa mengelami
interupsi dan berkemih ditangguhkan melalui keluarnya inpuls inhibitor dari pusat
korteks yang terdampak kontraksi diluar kesadaran dari sfingter eksternal. Bola salah
satu dari fungsi ini rusak bisa terjadi inkontinensia urin.

Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis


 Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang
 Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekak
 Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK disebabkan oleh : Supra
vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis
 Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang
 Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil dan
tumor
 Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat, kelainan patologi
uretra, trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
 Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK disebabkan oleh :
 Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis
 Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang
 Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil dan
tumor
 Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat, kelainan patologi
uretra, trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih
G. PATHWAY

Tumor/
Proses Infeksi Pembesaran
neoplasma
infeksi pada uretra pada uterus pada
disekita ureter
saat kehamilan
atau uretra

Kompresi
Metabolisme Kompresi pada
pada
meningkkat peradangan saluran kemih
ureter/uretra

Panas/demam
Terbentuknya
jaringan parut

Hipertemi

Obstruksi Urin yang Gangguan


Obstruksi sebagian atau keluar sedkit Pola
akut total aliran karena ada Eliminasi
penyempitan Urin
ureter atau
Kolik renalis/ uretra
Urin
nyeri mengalir
pinggang balik

Nyeri hidroureter

Urin refleks
ke pelvis
ginjal

Penekanan pada
medula ginjal Peningkatan
pada sel-sel ginjal Ureum dalam
darah

Kegagalan ginjal
Bersifat racun
untuk membuang dalam tubuh
limbah metabolik

Sistem
pencerna
an

lambung

Ureum Gangguan Nutrisi


bertemu Mual Kurang Dari
dengan HCL muntah Kebutuhan Tubuh
H. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat inkontinensia urine kronis, antara lain:

 Masalah Kulit. seperti ruam, infeksi kulit dan luka.


 Infeksi Saluran Kemih. Inkontinensia bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi
saluran kemih berulang.
 Mengganggu Kehidupan Sosial. Inkontinensia urine merupakan masalah yang
memalukan, sehingga bisa memengaruhi hubungan sosial, pekerjaan, dan hubungan
pribadi pengidapnya.
Prolaps. Bagian dari vagina, kandung kemih, dan terkadang uretra dapat jatuh
ke pintu masuk vagina. Hal ini biasanya disebabkan oleh melemahnya otot dasar
panggul. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a. Biodata : nama,umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medik, diagnosa
medis.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST) Keluhan utama adalah
keluhan yang paling dirasakan mengganggu olehklien pada saat perawat
mengkaji mengandung unsur PQRST (Paliatif/provokatif, quality, regio,skala,
time)
c. Riwayat kesehatan keluarga Perlu dikaji kebiasaan pasien misalnya apakah
ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
d. Riwayat sosial: merokok, pekerjaan, rekreasi keadaan lingkungan,faktor-
faktor alergi
e. Riwayat psikologis
1. Perilaku/tanggapanpasien terhadap masalah/ penyakitnya
2. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
3. Perasaan pasien terhadap sakit dan terapi
4. Perilaku keluarga terhadap maslah penyakit

2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum Di dapatkan klien tampak lemah
b. Kesadaran Normal GCS 4-5-6 A. Secara Kualitatif
1. Composmentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan yang segan untuk berhubungan dengan sekiranya,
sikapnya acuh tag acuh.
3. Delerium, yaitu gelisah, disorentasi (orang, tempat waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.
5. Stupor yaitu kesadaran seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin tidak ada
respon pupil terhadap cahaya
7. Sistem Pernafasan Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
8. Sistem Kardiovaskuler Terjadi penurunan tekanan darah
9. Sistem Neurologi Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorentasi.
10. Sistem Perkemihan Inspeksi : Pada pasien ISK , Lakukan inspeksi pada
daerah meatus ( pembukaan yang dilalui urine untuk meninggalkan tubuh)
apakah terjadi adanya oliguria, dan disuria. Palpasi : pada palpasi biasanya
terjadi nyeri hebat dan distensi Perkusi : pada perkusi terdapat nyeri tekan
pada abdomen bagian bawah abdomen dan nyeri saat berkemih
11. Sistem Pencernaan Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dihedrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
12. Sistem Integument Turgor kulit menurun, kulit kering

I. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah


1. Nyery akut berhubungan dengan pencedera fisiologis newplasma yang di tandai
dengan tingkat nyeri
2. Ganguan elimunasi urin berhubungan dengan iritasi kandungan kemih
3. Ganduan mobilisasi fisik berhubungan dengan ganguan musculoskeletal
J. Rencana keperawatan
N Diagnose Kriteria hasil dan Intervensi
o keperawatan tujuan
1 SDKI SLKI SDKI
Nyery akut Kode L 08066 Kode (l.08238)
berhubungan dengan Setelah melakukan Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis intervensi Observasi
newplasma yang di keperawatan selama 1. Mengidentifikasi
tandai dengan 1x24 jam maka Nyeri lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,
tingkat nyeri menurun dengan kualitas,intensitas nyeri
kriteria hasil 2. Identifikasi skala nyeri
Gejala dan tanda - Menyeluh nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Mayor : menuru (5) 4. Identifikasi faktor yang memberat
Subjektif : - Tampak meringis dan memperingan nyeri
1. Menyeluh menurun (5) 5. Identifikasi pengatahuan dan
nyeri - Bersifat profektif keyakinan tentang nyeri
Objektif menurun (5) 6. Identifikasi pengaruh budaya
1. Tampak - Gelisah menurun terhadap respon nyeri
meringgis (5) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
2. Bersikap - Frekuensi nadin kualitas hidup
profektif membaik (5) 8. Monitor keberhasilan komplemeter
(misalnya - Sulit tidur yang sudah diberikan
waspada menurun (5) 9. Monitor efek samping pengunaan
posisi,menghi - TD membaik (5) analgetik
ndari nyeri - Pola nafas
3. Gelisah membaik (5) Terapeutik
4. Frekuensi - Nafsu makan 1. Berikan teknik non farmakologis
nadin membaik (5) untuk menyurangi rasa nyeri (mis
meningkat - Proses berpikir TENS,hypnosis,akupresur,terapi
5. Sulit tidur membaik (5) music biofeedback,terapi
Gejala dan Tenda - Berfokus pijat,aromaterapi,teknik imijinasi
Minor: membaik (5) terbimbing,kompres hangat, atau
Subjektif dingin, terapi bermain)
- Tidak 2. Kontrol lingkungan yang
tersedia memperberat rasa nyeri ( mis, suhu
Objektif ruangan, pencahayaan, kebisingan)
1. Td meningkat 3. Vasilitas istirahat dan tidur .
2. Pola nafas 4. Pertimbangkan jenis dan sumber
berubah nyeri dalam pemilihan strategi
3. Nafsu makan meredakan nyeri
berubah
4. Proses Edukasi
berpikir 1. Jelaskan penyebab, periode, dan
tergangu pemicu nyeri
5. Menarik diri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6. Berfokus 3. Anjurkan monitor nyeri secara
pada diri mandiri
sendiri 4. Anjurkan menggunakan analgetik
7. Diaphoresis secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
Kondisi klinis untuk mengurangi rasa nyeri
terkait:
1. Kondisi Kolaborasi
pembedahan 1. Kolaborasi pemberian analgetik,
2. Cedera jika perlu
traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom
coroner akut
5. Glukoma

2 Ganguan eliminasi Kode: 0040 Kode :04043


urin b.d iritasi Setelah dilakukan Manajemen eliminasi urin observasi:
kandungan kemih intervensi - Identifikasi tanda dan gejala retensi
yang ditandai dengan keperawatan selama atau inkontinesia
kontinensia urin 1x24 jam maka - Identifikasi faktor yang
eliminasi urin menyebabkan retensi dan inkontensia
Gejala dan tanda menurun dengan urine
mayor: kriteria hasil : - Monitor eliminasi urine (mis.
Subjektif: - Sensasi berkemih Frekuensi, konsistensi, aroma,
1. Desakan berkemih meningkat(5) volume, dan warna)
(Urgenci) - Distensi kandung Terpeuktik :
2. Urin menetes kemih menurun(5) - waktu dan haluaran berkemih
(Dribling) - Berkemih tidak - Batasi asupan cairan, jika perlu
3. Sering buang air tuntas(hesitancy) - Ambil sampel urine
kecil menurun(5) tengah(midstream) atau kultur
4. Nokturia - Volume residu
5. Mengompol urine menurun(5)
6. Enuresis - Urin menetes
Objektif: (dribbling)
1. Distensi menurun(5)
kandungan kemih - Nokturia
2. Berkemih tidak menurun(5)
tuntas(Hesitancy) - Mengompol
3. Volume residu menurun(5)
urin meningkat - Enuresis menurun
(5)

Gejala dan tanda


minor
Subjektif :
- Tidak ada
Objektif :
- Tidak tersedia
Kondisi klinis
terkait :
1. Infeksi ginjal dan
saluran kemih
2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera/ tumor/
infeksi medula
spinalis
6. Neuropati
diabetikum
7. Neuropati
alkoholik
8. Stroke
9. Parkinson
10. Skeloris multipel
11. Obat alph
adrenergik

3 Kode D.0054 Kode : L.04034 Kode :l.061771


Gangguan mobilisasi Setelah di lakukan Definisi
fisik b.d. gangguan tindakan keperawatan Memfasilitaskan pasien untuk
muskoloskoletal selama 3x24 jam meningkatkan aktifitas untuk berpindah
Kriterial hasil :
1. Sensasi berkemih Observasi :
meningkat (5) 1. Identifikasi adanya nyeriatau
Tanda dan gejala 2. Desakan keluhan fisik lainnya
mayor: berkemi(5)h 2. Identifikasi teloransi fisik
Subjektif : urgensi) menurun melakukan ambulasi
1. Mengeluh (5) 3. Monitor frekuensi jantung dan
sulit 3. Distensi tekanan darah sebelum memulai
menggerakan kandungan kemih ambulasi
ekstreminasi menurun (5) 4. Monitor kondisi umum selama
Objektif : 4. Berkemih tidak melakuakn ambulasi
1. Kekuatan tuntas (hestitancy) Terapeuetik :
otot menurun menurun 1. Fasilitas aktifitas ambulasi dengan
2. Rentang (5)volume residu alat bantu (mis.tongkat, kruk)
gerak(ROM) urin menurun(5) 2. Fasilitas melakukan mobilisasi
menurun 5. Urin fisik,jika perlu
Tanda dna gejala menetes(dribbling 3. Libatkan keluarga untuk membantu
minor : )menurun (5) pasie dalam meningkatkan
Subjektif : 6. Nokturia menurun ambulasi
1. Nyeri saat (5) Edukasi :
bergerak 7. Mengompol 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
2. Enggan menurun (5) ambulasi
melakukan 8. Enuresis menurun 2. Anjurkan untuk melakukan
pergerakan (5) ambulasi dini
3. Merasa 9. Dysuria menurun 3. Ajarkan ambulasi sederhana yang
cemas saat (5) harus dilakukan(mis. Berjalan
bergerak 10. Frekuensi BAK kaki ketempat ridur ke kursi roda,
Objektif : membaik (5) berjalan dari tempat tidur kekamar
1. Sendi kaku 11. Karakteristik urin mandi, berjalan sesuai teloransi)
2. Gerakan membaik (5)
tidak
terkoordinasi
3. Gerakan
terbatas
4. Fisik lemah
Kondisi klinis
1. Stroke
2. Cedera
manula
spinalis
3. Trauma
4. Ftaktur
5. Osteoarthritis
6. Osteomalasia
7. Kegenasan

K. Implementasi
Impementasi keperawatan menyesuaikan dengan intervensi yang sudah ditetapkan.

L. Evaluasi Keperwatan
a. Pasien tidak terjadi rutinitas urin
b. Tidak ada nyeri tekanan pada kandungan kemih

Daftar pustaka

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai