Anda di halaman 1dari 21

A.

Konsep Penyakit
1. Anatomi dan Fisiologi

Sumber : www.apotikid.com

Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas dua ginjal yang
fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan
membentuk kemih dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir
bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung
kemih keluar tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal menyaring
1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu
suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu
ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal
normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.

4
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan
lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang
dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal
terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan
terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan.
Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung
disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah
saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan
ureter. Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke
bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di
pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior
kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung
kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan
menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya
kemih ke dalam ureter.
Adapun fungsi dari ginjal adalah:
1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksis/racun
2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh
4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam tubuh
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein
ureum,kreatinin dan amoniak

Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung


kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya
maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium
menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk
beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di
dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-
uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum
douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk
sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-
kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai
pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun
dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat
sfinter internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah
involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan
pada cedera atau penyakit saraf.

2. Definisi Penyakit
Infeksi Saluran Kencing (ISK) adalah infeksi akibat berkembang
biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan
normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme
lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita dari
semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering
menderita infeksi ini daripada pria. (Nurharis Huda ; 2009).
Jenis infeksi saluran kemih, antara lain :
1. Kandung kemih (sistisis)
2. Urethra ( Uretritis)
3. Prostat (Prostatitis)
4. Ginjal ( Pielonefritis)
Selain itu, ISK pada mereka yang usia lanjut dibedakan menjadi :
1. ISK Uncomplicated(Simple)
ISK yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik anatomik
maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.
2. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali kuman
penyebab sulit untuk diberantas. Kuman penyebab seringkali resisten
terhadap beberapa jenis antibiotik, sering menyebabkan bakterimia,
sepsis, hingga shok. Infeksi saluran kencing ini terjadi bila terdapat
keadaan sebagai berikut :
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, refreks vesiko
urethral obstruksi, atoni kandung kemih,paraplegia, kateter
kandung kemih menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK
c. Gangguan imunitas
d. Infeksi yang disebabkan oleh organisme virulen seperti prosteus
yang memproduksi urease.
3. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan Infeksi Saluran
Kencing :
a. E. coli 90% menyebabkan ISK Uncomplicated
b. Pseudomnas, prosteus, Klebsiella : penyebab ISK Complicated
c. Enterobacter, staphylococus epidemis, enterococus ,dan lain –
lain .
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengososngan kandung kemih yang kurang efektif.
b. Mobilisasi yang menurun
c. Nutrisi yang kurang baik
d. Sistem imunitas yang menurun, baik selular maupun humoral
e. Adanyahambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
3. Secara khusus, etiologi ISK berdasarkan jenisnya
a. Sistis
1. Disebabkan oleh bakteri dari vagina yang berpindah dari
uretra ke kandung kemih.
2. Wanita yang menderita isk setelah melakukan hubungan
intim, dikarenakan uretra yang cidera.
3. Vistula vesikovaginal (hubungan abnormal antara kandung
kemih dan vagina )
4. Akibat pemasangan kateter atau alat yang digunakan selama
penbedahan

b. Urethritis
1. Penyebab bisa berupa bakteri, jamur atau virus yang berasal
dari usus besar sampai ke vagina melalui anus.
2. Nesseria gonorrhoea penyebab gonore, bakteri yang masuk
ke vagina atau penis pada saat melakukan hubungan seksual.
3. Paling sering disebabkan oleh gonococus

c. Prostattitis
Disebabkan oleh pertumbuhan bakteri di akibatkan oleh urin
yang tertahan pada kandung kemih sehingga menjalar dan
terjadilah radang pada prostat
4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain:
a. Batu saluran kemih
b. Obstruksi saluran kemih
c. Sepsis
d. Infeksi kuman yang multisystem
e. Gangguan fungsi ginjal
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi
jangka panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat
dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik.
ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak
diobati akan menyebabkan:
a. Pielonefritis
b. Bayi premature
c. Anemia
d. Pregnancy-induced hypertension
Selain itu ISK pada kehamilan juga menyebabkan:
1. Retardasi mental pada bayi,
2. Pertumbuhan bayi lambat
3. Cerebral palsy
4. Fetal death.
5. Pathway

Akumulasi etiologi dan faktor


Makanan
resiko infeksi mikroorganisme, jaringan parut ->
terkontaminasi,
penggunaan steroid jangka total tersembat
mikroorganisme
panjang, usia lanjut, anomali
masuk lewat mulut
saluran kemih, cideraurethra,

HCL (Lambung )

tidak Hidup
Hidup

Berkembang di usus Resiko Infeksi Peningkatan


terutama pleg player tekanann di Vesika
urinaria

Kuman mengeluarkan
endotoksin Penebalan dinding
vesika urinaria
Bakteremia primer

Penurunan Kontraksi
Tidak di fagosit di fagosit otot vesika urinaria

Mati Sulit berkemih


Bakteremia skunder
RETENSI URIN

Ureter Hipotalamus Reinteraksi


abdominal
Iritasi uretral Menekan termoregulator

Oliguria Hipertermia

Cepat lelah
GANGGUAN ELIMINASI URIN

Intoleransi aktivitas
Peradangan

Depresi syaraf perifer


Peningkatan frekuensi/
dorongan kontraksi Nurharis Huda Amin :
uretral Nyeri Akut 2013, hal 374
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Urinalisa untuk melihat adanya infeksi hematuria
b. Ureum, kreatinin, elektrolit untuk melihat fungsi ginjal .
2. Pengukuran berat derajat obstruksi
a. Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan
(normal,sisa urin kosong dan batas intervensi sisa urin lebih dari
100 cc)
b. Pancaran urin (oroflowmetri)
syarat : jumlah urin dalam vesika 125 sampai dengan 150 ml.
Angka normal rata-rata 10-12 ml/ detik, obstruksi ringan
3. Pemeriksaan lain
a. BNO ( Blass Nier Overzicht) /IVP (Intravenous Pyleogram)
adalah studi sinar x terhadap ginjal, rahim dan saluran kemih,
dilakukan untuk menentukan adanya divertikel, penebalan
bladder.
b. Trans abdominal USG
Dilakukan untuk mendeteksi bagian prostat yang meonjol ke buli-
buli, yang dipakai untuk meramalkan derajat berat obstruksi
apabila ada batu di dalam vesika.
c. Sitoscopy , yaitu untuk melihat apakan ada penebalan pada
bladder.

7. Penatalaksanaan
1. Pemberian agens antibakterial yang secara efektif menghilangkan
bakteri dari traktus urinarius dengan efek minima terhadap flora fekal
dan vagina dengan demikian memperkecil infeksi ragi vagina.
2. Variasi program pengobatan telah mengobat infeksi saluran kemih
ini, misalnya dosis tunggal program medikasi short cause (3-4 hari)
atau long course (7-10 hari).
3. Penggunaan medikasi mencakup sulfisoxasol, sulfamethoxazole.
4. Pemakaian antimikrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi
5. jika kekambuhan terjadi setelah agens mikrobial selesai diberikan,
maka program short medikasi (3-4 hari) dari terapi antimikrobial
dosis penuh diberikan
6. jika kekambuhan tidak terjadi, maka medikasi diberikan setiap
malam berikutnya selama 6-7 bulan.

B. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit. Biasanya klien
mengeluhkan nyeri pada saat miksi, pasien juga mengeluh sering
buang air kecil berulang ulang (anyang-anyangan) terbangun
untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi yang sangat
mendesak.
b. Riwayat kesehatan sekarang
a. pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu
lama, dan harus mengedan.
b. Pasien mengeluh sering bak berulang.
c. Pasien mengeluh sering miksi di malam hari
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah pasien pernah menderita infeksi saluran kencing
sebelumnya, dan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya dengan keluhan yang sama.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah
menderita penyakit yang sama dengan penyakit pasien sekarang.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada waktu mlakukan inspeksi keadaan umum pasien mengalami
tanda-tanda penurunan mental seperti neuropati perifer, Pada waktu
palpasi adanya nyeri tekan pada bagian kandung kemih.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Urinalisa untuk melihat adanya infeksi hematuria
b. Ureum, kreatinin, elektrolit untuk melihat fungsi ginjal .
2. Pengukuran berat derajat obstruksi
a. Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan
(normal,sisa urin kosong dan batas intervensi sisa urin lebih
dari 100 cc)
b. Pancaran urin (oroflowmetri)
syarat : jumlah urin dalam vesika 125 sampai dengan 150 ml.
Angka normal rata-rata 10-12 ml/ detik, obstruksi ringan

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d inflamasi dan infeksi urethra, kandung kemih dan
struktur traktus urinarius lainnya.
2. Gangguan eliminasi urin b/d obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun strikur urinari lainnya.
3. Retensi urin b/d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung
kemih
4. Hipertermi b/d peningkatan laju metabolism dan proses penyakit
5.
3. Intervensi Keperawatan
1. Dx I
1. (Nyeri akut b/d inflamasi dan infeksi urethra, kandung kemih dan
struktur traktus urinarius lainnya)
NOC :
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
Kriteria hasil :
melaporkan nyeri hilang/ berkurang dengan menggunakan teknik
managemen nyeri
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab,mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri , mencari bantuan )
Mampu mengenali skala nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
Pasien tampak rileks
Pasien tidak meringis
Tanda-tanda vital dalam batas normal ,
TD : 120/80 – 130/90 mmHg
N : 80 – 100 x/menit
R : 16 – 24 x/ menit
S : 36,5 – 37,5

NIC :
GUIDANCE
1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensifnmeliputi lokasi,
karakteristik, awitan, dan durasi, frekuansi, kulaitas, intensitas atau
keparahan nyeri dan faktor presipitasinya.
R/ Mengumpulkan informasi atau data yang dapat membantu dalam
menentukan pilihan /keefektifan intervensi.
2. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya bagi mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
R/ memperkuat data sebelumnya dalam penentuan intervensi
3. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0-
10 ( 0 = tidak ada nyeri , 10 = nyeri hebat )/
R/ Mengetahui derajat / tingkat keparahan nyeri
SUPPORT
1. Berikan tindakan kenyamanan seperti pijatan pada punggung,
membantu pasien mendapatkan posisi nyaman, mendorong
penggunaan relaksasi napas dalam di dalam aktivitas teraputik.
R/ Meningkatkan relaksasi , memfokuskan kembali perthatian, dan
dapat meniingkatkan kemampuan koping.
2. Bantu pasien untuk lebih fokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan
rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televisi,
radio, tape, dan interaksi dengan pengunjung.
R/ Membantu pasien dalam managemen nyeri dan menurunkan
tingkat nyeri pasien.
TEACHING
1. Ajarkan pasien teknik nonfarmakologis (misalnya umpan balik
biologis, Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS),
hipnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi
bermain, terapi aktivitas, kompres hangat dingin dan juga masase)
sebelum, sesudah dan bila memungkinkan selama aktivitas yang
menimbulkan nyeri , sebelum nyeri terjadi atau meninigkat, dan
bersamaan dengan teknik peredaan nyeri yang lainnya.
R/Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pasien dalam upaya
meringkankan atau menghilangkan nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
2. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat bila
peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
R/ Memungkinkan tindakan cepat untuk melakukan intervensi lain bila
intervensi pertama tidak berhasil.
DEV. ENVIRONTMENT
1. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman seperti menginfomasikan
keluarga untuk tidak memadati ruangan.
R/Meminimalkan pengunjung dapat membuta suasana lebih tenang
dan pasien dapat beristirahat dengan baik.
COLABORATION
1. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian medikasi pengendalian
nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
R/ Pemberian analgetik dapat menghilangkan nyeri dan juga mencegah
nyeri menjadi lebih berat.
2. Laporkan kepada dokter bila tindakan tidak berhasil dan jika keluhan
saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri
di masa lalu.
R/ Memudahkan intervensi tambahan bila intervensi awal tidak
berhasil.
2. Dx II
(Gangguan eliminasi urin b/d obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun strikur urinari lainnya)
NOC :
1. Kontinesia urin
2. Eliminasi Urin
Kriteria hasil :
1. Kontinesia urin
2. Menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang obat yang
mempengaruhi fungsi berkemih
3. Eliminasi urin yang tidak terganggu
4. Bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan
5. Tidak ada hematuri
6. Pengeluaran urin tanpa nyeri, kesulitan di awal berkemih atau urgensi
7. BUN, kreatinin serum dan berat jenis urin dalam batas normal.
8. Protein, glukosa, keton, pH, dan elketrolit urin dalam batas normal .
NIC
GUIDANCE
1. Pantau eliminasi urin meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume,
dan warna urin bila perlu
R/ Pengumpulan data yang dapat digunakan untuk memudahkan
intervensi dan mempertahankan pola eliminasi urin yang optimum.
2. Kumpulkan porsi urin spasimen tengah untuk urinalisis bila perlu
R/ Memudahkan dalam mendapatkan data penunjang untuk
mengakaji adanya kemungkina pertumbuhan mikroorganisme di urin.
SUPPORT
1. Membantu pasien untuk toileting secraa berkala
R/ Memaksimalkan fungsi miksi pasien.
TEACHING
1. Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kencing.
R/ Memudahkan pasien untuk mendapatkan informasi seputar
penyakitnya.
2. Instruksikan pasien dan juga keluarga untuk mencatat haluaran urin
bila diperlukan
R/ Membantu dalam pengumpulan data seputar haluaran urin pasien.
3. Anjurkan pasien untuk minum 200 ml cairan saat makan, diantara
waktu makan, dan di waktu petang.
R/ Menghindari terjadinya koonstipasi dan pencegahan impaks tinja
DEV. ENVIRONTMEN
1. Merangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan dingin
untuk perut atau mengusap dengan air.
R/ Menciptakan suasana dingin dapat merangsang klien untuk
berkemih.
COLABORATION
1. Rujuk ke dokter jika terdapat tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
R/ Mempertahankan pola eliminasi urin yang optimum dengan
mengobati penyakitnya.

3. Dx III
(Retensi urin b/d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung
kemih)
NOC
1. Kontinesia urin
2. Eliminasi Urin
Kriteria hasil :
Menunjukkan kontinesia urin, yang dibuktikan oleh indikator berikut
berikut ( selalu,sering, kadang-kadang, jarang , atau tidak pernah
ditunjukkan : Kebocoran diantara berkemih, urin residu pasca berkemih >
100- 200 cc .
Contoh lain , pasien akan :
1. Menunjukkan pengosongan kandung kemih dengan prosedur bersih
kateterisasi intermitten mandiri
2. Mendeskripsikan rencana perawatan di rumah
3. Tetap bebas dari infeksi saluran kemih
4. Melaporkan penurunan spasme kandung kemih
5. Mempunyai keseimbangan asupan haluaran 24 jam
6. Menggolongkan kandung kemih secara rutin dan tuntas.
NIC
GUIDANCE
1. Identifikasi dan dokumentasikan pola pengososnan kandung kemih
2. Monitoring tanda dan gejala infeksi saluran kemih (panas, hematuria,
perubahan bau dan kontinesia urin)
R/Pengumpulan data untuk memperkuat diagnosis dan
mempermudah intervensi
3. Pantau asupan dan haluaran
R/ Menjaga keseimbangan cairan dan juga elektrolit
4. Pantau derajat distensi kandung kemih melalui palapasi dan perkusi
R/ Mengumpulakan data analisa untuk memudahkan intervensi.
SUPPORT
1. Bantu pasien untuk berkemih ke toilet dan berikan waktu untuk
berkemih 10 menit
R/ Memaksimalkan fungsi berkemih pasien
2. Lakukan manuver crade bila perlu
3. Dukung pasien dalam eliminasi dengan menyediakan privacy untuk
eliminasi
R/ Membantu pasien untuk miksi secara spontan tanpa hambatan dan
juga gangguan
TEACHING
1. Anjurkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih yang
harus dilaporkan (misalnya demam gigil,nyeri pinggang, hematuri ,
serta perubahan konsistensi warna dan juga bau )
R/ Memudahkan pasien untuk mendapatkan informasi seputar
penyakit dan memdahkan di dalam penanganan
2. Instruksikan pasien dan juga keluarga untuk mencatat haluaran urin
bila diperlukan
R/ Membantu dalam mengumpulkan data seputar jumlah haluaran
urin pasien
DEV . ENVIRONTMEN
1. Ciptakan lingkungan yang adekuat untuk membantu berkemih seperti
peningkatan privacy dan pemberian kompres dingin pada perut untuk
merangsang berkemih.
R/ Meningkatkan keinginan berkemih pasien melalui managemen
lingkungan.
COLABORATION
1. Rujuk ke perawat terapi enterostoma untuk instruksi katetrisasi
intermitten mandiri menggunakan prosedur bersih setiap 4- 6 jam
pada saat terjaga
R/ Pemasangan kateter ke kandung kemih untuk sementara waktu
atau permanen untuk pengeluaran urin
2. Rujuk ke spesialisasi kontinesia bila perlu
R/ Membantu meredakan distensi / retensi kandung kemih.
4. Dx IV
Hipertermi b/d peningkatan laju metabolism dan proses penyakit
NOC
1. Termoregulasi
2. Termoregulasi : Neonatus
3. Tanda-tanda vital

Tujuan dan kriteria Hasil :

1. Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh


indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan gangguan 1-5 :
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) :
a. Peningkatan suhu kulit
b. Hipertermia
c. Dehidrasi
d. Mengantuk
2. Pasien akan menunjukkan termoregulasi yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat,
sedang, ringan atau tidak ada gangguan ) :
a. Berkeringat saat panas
b. Denyut nadi radialis
c. Frekuensi pernapasan

NIC
GUIDANCE
1. Pantau aktivitas kejang
2. Pantau Hidrasi ( misalnya turgor kulit, kelembaban memran
mukosa)
3. Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernafasan
4. Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu
lingkungan
R/ Mengumpulkan dan menganalisa data kardiovaskular,
pernapasan, suhu tubuh untuk menentukan serta mencegah
komplikasi
SUPPORT
1. Gunakan waslap dingin ( atau kantong es yang dibalut dengan kain
) di aksila, kening, tengkuk dan lipatan paha
R/ penggunaan waslap dingin dapat membantu untuk menurunkan
derajat hipertemi
2. Bantu pasien untuk melepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi
pasien dengan selimut saja
R/ penggunaan pakaian yang terlalu tebal dapat meningkatkan
derajat hipertemi pasien, dan menyulitkan untuk pengeleuaran
panas dari dalam tubuh
TEACHING
1. Ajarkan pasien dan keluarga dalam mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali secara dini hipertermia (misalnya
sengatan panas, dan keletihan akibat panas)
R/ pencegana komplikasi akibat hipertemi dengan mengetahui
derajat hipertermi
2. Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan
yang diperlukan jika perlu.
R/ Intervensi cepat dapat mencegah komplikasi akibat hipertermi
3. Anjurkan asupan cairan oral sedikitnya 2 liter sehari, dengan
tambahan cairan selama aktivitas yang berlebihan atau aktivitas
yang berlebihan atau aktivitas sedang dalam cuaca panas.
R/ Asupan cairan yang cukup dapat mencegah dehidrasi akibat
peningkatan suhu, dan asupan oral yang cukup dapat menurunkan
derajat panas.
DEV. ENVIRONTMEN
1. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman dengan
menggunakan kipas yang berputar di ruangan pasien .
R/ pengaturan lingkungan yang sejuk dapat meminimalisir rasa
tidak nyaman akibat hipertermi
COLABORATION
1. Berikan obat antipiretik bila perlu
R/ mengatasi panas secara farmakologi
2. Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi
ganguan suhu tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta :
EGC

Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2010. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai