Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. L.

P DENGAN
GANGGGUAN SISTEM PERKEMIHAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI
SALURAN KEMIH
DI RUANGAN INTERNA
RSUD TOMBULILATO GORONTALO

OLEH
MOH. AKBAR HADJU, S.Tr.Kep

711490122080

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

TAHUN AJARAN 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN KEMIH

A. Konsep Infeksi Saluran Kemih


1. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau
mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna (IDAI, 2011).
ISK adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakkan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi perenkim
ginjal sapmai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna
(Soegijanto, 2010).
ISK merupakan faktor resiko yang penting pada terjadinya insufisiensi ginjal
atau stadium terminal sakit ginjal. Infeksi saluran kemih terjadi pada aseding oleh
sistitis karena kuan bersal dari flora fekal yang menimbulkan koloni perineum
lalu kuman masuk melalui uretra(Widagdo, 2012). ISK ialah istilah umum untuk
menyatakan adanya pertumbuhan bakteri didalam saluran kemih, meliputi infeksi
di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih. Pertumbunhan bakteri yang
mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar pancar tengah (midstream urin)
pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa ISK (IDAI,2011)
2. Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti : Usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran
kemih termasuk ginjal (Nurarif & Kusuma, 2015).
Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia :
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK,antara lain:
1) Escherichia Coli : 90%penyebab ISK uncomplicated
(simple).
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK complicated.
3) Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, Enterococci.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.
1) Mobilitas menurun.
2) Nutrisi yang sering kurang baik.
3) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
4) Adanya hambatan pada aliran urin.
5) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
3. Klasifikasi ISK
a. ISK bawah
Perempuan (sistitis : presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna). Sindrom uretra akut (SUA) : presentasi klinis sistitis
tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis. Laki-laki (sistitis,prostatitis,epidimidis dan uretritis).
b. ISK atas
Pielonefritis akut (PNA) : proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi
bakteri. Pielonefritis kronis (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
c. ISK pada usia lanjut, dapat dibedakan menjadi :
1) ISK uncomplicated (simple) merupakan ISK sederhana yang terjadi pada
penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional
normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2) ISK compilacted, sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali
kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock.
ISK ini terjadi bila tedapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
3) Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu , reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih
menetap dan prostatitis. Kelainan faal ginjal GGA maupun GGK.
Gangguan daya tahan tubuh dan infeksi yang disebabkan karena organisme
virulen seperti prosteus spp yang memproduksi urease.
4. Anatomi dan Fisiologi
Sistem urinari adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan dan
mengalirkan urine. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,
kandung kemih dan uretra (Manurung, 2018).
Ginjal terletak pada dinding posterior dibelakang peritoneum pada
kedua sisi vetebra torakalis ke-12 sampai vetebra lumbalis ke-3. Bentuk
ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena
adalnya lobus hepatis dextra yang besar.
a. Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang
membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorsi,
sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat
sepasang ureteryang terletak retroperitoneal, masing-masing
satu untuk setiap ginjal. Laki-laki melintas dibawah ligamen
umbilikal lateral dan ductus deferens. Perempuan melintas
disepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagin.
b. Vesica Urinaria (kandung kemih) sering juga disebut
kandung kemih atau buli- buli, merupakan, tempat untuk
menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter,
untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan
eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter.
Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvis floor),
bersama-samadengan organ lain sepertirektum, organ
reproduksi, bagianusushalus, serta pembuluh- pembuluh
darah, limfatik dan saraf.
c. Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari
vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa
perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi
sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar
prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar
3,5 cm. Selain itu, pria memiliki dua otot sphincter yaitu
m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat
volunter), sdeangkan pada wanita hanya memiliki
m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan
bersifat volunter).
5. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan
dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014).
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup
secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan
sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran
kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat
sampai ke ginjal (Fitriani, 2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
a. Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina,
preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending
(naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
1) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
2) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli buli
3) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
4) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
b. Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi
pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui
peredaran darah.
c. Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem
limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang
terakhir ini jarang terjadi
d. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen
sebagai akibat dari pemakaian kateter
6. PATHWAY
Menurut ( Fitriani, 2013 )

pPengosongan kandung kemih tidak efektif, imunitas dan mobilitas menurun Sistoskopik,
Mikroorganisme patogenik; E. Coli, proteus, klebsiella, pseudomonas
dekubitus terinfeksi,
kontaminasi fekal

Perawatan tidak adekuat

Berkoloni di vulva
Distensi Kandung Kemih
Penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis dan ureter/ hidroneto
Masukan ke v urinaria melalui uretra

Resistensi terhadap
kandung kemih ISK
menurun
Obstruksi aliran urune (urolitisas,hipertri fi prostate, jaringa
ginjal
hospitalisasi
Pertumbuhan bakteri Inflamasi
meningkat pada uretra
Kurang Pengetahuan

Gangguan fungsi ginjal Nyeri akut


Resiko infeksi
Gangguan

Eliminasi urine
Secara hematogen
menyebar ke
seluruh saluran TU
7. Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis ISK antara lain : (Nurarif & Kusuma,2015).
a. Anyang- anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba
untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
b. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna
putih, cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
c. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah.
d. Nyeri pda pinggang.
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal (di iringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah).
f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembu-
sembuh dapat menjadi pemicuterjadinya kanker kandung kemih.
g. ada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis
berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia ,
probelem minum dan sianosis (kebiruan).
h. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau
anoreksia.
i. Pada anak besar gejalanya lebuh khas seperti sakit waktu kencing,
frekuensi kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol, anyang-
anyangan (polakisuria) dan bau kencing yang menyengat.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Analisa urin rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine, serta
jumlah kuman/ml urine. Investigasi lanjutan :
1) Ultrasonogram (USG)
2) Radiografi : foto polos perut, pielografi IV, Micturating cystogram
3) Isotop scanning
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ISK dibagi menjadi dua yaitu: (Nurarif & Kusuma, 2015)
a. Non farmakologi
1) Istirahat.
2) Diet : perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran
kemih.
b. Farmakologi
1) Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat
diberikan antibiotik antara lain cefotaxime, ceftriaxon,
kotrimoxsazol, trimetoprim, fluoroquinolon, amoksilin,
doksisiklin, aminoglikosid.
2) Bila tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau
kombinasi penisilin dengan aminoglikosida. Untuk ibu hamil
dapat diberikan amoksilin, nitrofurantoin atau sefalospori

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas pasien berisi biodata pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, tempat
tanggal lahir, golongan darah, pendidikan terakhir, agama, suku, status
perkawinan, pekerjaan, TB/BB, alamat. Identitas penanggung jawab yaitu nama,
umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien, pendidikan terakhir,
pekerjaan, alamat. Pada klien penderita Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik
di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata
wanita lebih sering menderita dari pada pria (Sudoyo Aru,dkk,2009).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan pasien sehingga
mendorong pasien untuk memncari pertolongan medis. Keluhan utama
dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan untuk
mengkaji tingkat pemahaman pasien tentang kondisi kesehatannya saat ini.
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien infeksi saluran kemih yaitu
nyeri saat berkemih, sering bolak balik kamar mandi tetapi kemih yang di
keluarkan hanya sedikit.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di derita
oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan sampai klien di
bawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain
sekalin Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah di berikan
dan bagaimana perubahan data yang didapatkan saat periksa.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit infeksi saluran kemih
4) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada
yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang
lain yang ada di dalam keluarga.
5) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilku, perassan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang
pengetahuan dan penatalaksanaan infeksi saluran kemih dengan gangguan
eliminasi urine
2) Pola nutrisi
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan
akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan hanya
sedikit bahkan tidak makan sama sekali
3) Pola eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah
baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada
organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar
4) Pola aktivitas/istirahat
Penderita sering mengalami susah tidur, letih, karena nyeri yang di alami
5) Nilai dan keyakinan
Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan penyakit yang d
ideritanya menurut agama dan kepercayaan, kecemasan akan kesembuhan,
tujuan dan harapan akan sakitnya.
d. Pemeriksaan Fisik
Menurut Muttaqin (2009), pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan
di dokumentasikan secara persisitem meliputi :
1) Keadaan umum
Keadaan umum adalah gambaran kondisi klien yang terobservasi oleh
perawat seperti tingkat ketegangan atau kelelahan, warna kulit, tingkat
kesadaran kualitatif maupun kuantitatif dengan penilaian skor Glasgow
Coma Scale (GCS), pola napas, posisi klien, dan respons verbal klien.
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah dapat diperiksa dalam posisi yang berbeda dengan metode
sphygmomanometri. Penting sekali mencatat posisi klien (duduk, berdiri,
atau berbaring) saat pengukuran tekanan darah. Dengan perubahan posisi
(terlentang ke duduk), fluktuasi normal tekanan darah dan denyut jantung
meningkat ringan (sekitar 5 mmHg untuk tekanan sistolik dan diastolik;
sedangkan denyut nadi meningkat 5-10 permenit). Setelah klien duduk dari
posisi baring, berikan waktu 1-3 menit sebellum pengukuran tekanan darah.
3) frekuensi pernapasan
pada klien dewasa, frekuensi pernapasan normal adalah 12- 20 napas
permenit. Jika kecepatan respirasi lebih dari 24 napas permenit (takipne)
saat istirahat merupakan tanda awal gagal jantung. Sesak napas mendadak
yang tidak diketahui sebabnya mungkin terjadi karena emboli pulmoner
atau infark pulomoner. Napas dangkal dapat mengindikasikan nyeri akibat
perikarditis atau pleurisy. Pernapasan Cheyne Stokes adalah siklus resirasi
dangkal yang meningkat kecepatan dan kedalamannya diikuti dengan
penurunan kecepatan dan kedalam serta periode apnea. Pernapasan cheyne
stokes sering terlihat pada lanjut usia degan gagal jantung berat, juga pada
klien anemia dan anxic acephalopathy.
4) Kepala dan Leher
a) Wajah
Pemeriksaan wajah bertujuan menemukan tanda- tanda yang
mengambarkan kondisi klien terkait dengan penyakit jantung yang
dialaminya, tanda- tanda biasanya pucat di bibir, kebiruab pada muosa
mulut, edema periorbital, tanda kesakitan.
b) Hidung
Biasanya ditemukan pernapasan cuping hidung, sianosis.
c) Mata
Biasanya ditemukan konjugtiva pucat, arcus senilis, konjungtiva sianosis.
d) Leher
Biasanya ditemukan dilakukan pemerikasaan distensi vena jugularis,
arteri karotis, kelenjar tiroid, trakea.
5) Toraks (Paru dan Jantung)
a) Inspeksi
o Kesimetrisan dan bentuk toraks
o Pernapasan (sinkronisasi gerakan dinding dada- abdomen, pola napas,
tanda-tanda retraksi otot intercosta dan suprasternal.
o Vaskular dan jantung yaitu pelebaran vena di dada, denyut nadi
abnormal di dada atau di pungggung, penojolan dada setempat, denyut
apeks jantung, retraksi di precordium
b) Palpasi
o Menilai getaran suara pada dinding dada
o Denyut apeks atau iktus cordis
o Getaran (thrill)
o Lokasi denyut arteri
c) Perkusi
o Melalui perkusi pemeriksa daat menilai batas-batsa paru dan jantung,
serta kondisi paru.
d) Auskultasi
Bertujuan menilai suara napas dan suara jantung.
Komponen yang perlu dikaji antara lain sebagai berikut :
o Suara napas dan suara tambahan seperti ronkhi, crackles, wheezing
dan pleural friction rub.
o Bunyi jantung yang meliputi bunyi jantung I, II, III dan IV atau ritme
Gallop’s
o Bising jantung (murmur) yaitu suara yang timbul akibat disfungsi
katup mitral, aorta, trikuspidalis, pulmonalis, atau defect septum
myokard dan pericardial friction rub
6) Abdomen
a) Inspeksi
o Bentuk abdomen, ketegangan dinding perut atau distensi,
dan gerakan dinding perut.
o Pelebaran vena abdominal yang merupakan manifestasi kongesti vena
porta atau vena cava inferior.
o Denyutan di dinding abdomen.
b) Palpasi
o Palpasi abdomen ditujukan pada penemuan tanda-tanda yang
mendukung diagnosis gagal jantung, seperti : hepatomegali,
splenomegali, asites.
c) Auskultasi
o Menilai peristaltik usus dan bising sistolik oleh karena aneurisma
aorta abdominal.
d) Perkusi
o Shifting dullnes menunjukkan adanya asites (akumulasi cairan).
7) Ekstremitas dan Integumen
a) Inspeksi
o Warna kulit.
o Purpura/ptechiae pada sela jari, telapak tangan atau kaki
o Eritema nodusum pada kulit di area tibia merupakan tanda
endokarditis karena streptococcus.
o Splinter H e m o r a h a g i c pad kuku
o Capillary Refill Time (CRT) pad jari tangan dan kaki sebagai
indikator sirkulasi perifer.
o Cubbing fingers dan toes (sudut kuku >180) karena hipoksi kronis
pada dasar jaringan kuku.
o Edema yaitu akumulasi cairan jaringan interstitiel ekstremitas.
b) Palpasi
o Ptiting edema, umunya ditemukan di ekstreitas bawah.
o Suhu ekstremitas, suhu ekstremitas yang dingin terjadi akibat
vasokontriksi atau penurunan aliran darah ke jaringan perifer.
o Nyeri. Homan’s sign adalah rasa nyeri dengan posisi dorso fleksi
akibat tromboplebitis vena kaki atau deep vein trombosis (DVT).
o Denyut nadi perifer (keadaan, frekuensi, irama, ciri denyutan,
8) Sistem Neurologi
Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorentasi.
9) Sistem Perkemihan
a) Inspeksi : Pada pasien ISK , Lakukan inspeksi pada daerah meatus
( pembukaan yang dilalui urine untuk meninggalkan tubuh) apakah
terjadi adanya oliguria, dan disuria.
b) Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi
c) Perkusi : pada perkusi terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah
abdomen dan nyeri saat berkemih
10) Data penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
o Sistem hematologik : hemoglbin, hematokrit, LED, leukosit,
eritrosit, trobosit, dan lain-lain.
o Arterial Blood Gasses (ABG): pH, PaCO₂, Pao₂, HCO₃,
saturasi oksigen, Base Excess.
o Tes fungsi hati : SGOT, bilirubin, urobilin.
o Tes fungsi ginjal : Blood Urea Nitrogen/ureum, kreatinin
(creatinine), asam urat (uric acid).
o Kimia darah : kadar gula darah (acak, puasa, dan 2 jam post
pandrial).
o Elektrolit : kalium (K+), natrium, kalsium, klorida, fosfor.
o Urine analisis : reduksi, sedimentasi.

2. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
masalah actual atau resiko mengidentifikasi serta menentukan intervensi keperawatan
untuk mengurangi, mencegah atau menghilangkan masalah kesehatan pasien yang ada
pada tanggung jawabnya (Carpenito, 1983 dalam Tarwoto&Wartonah, 2011).
Diagnose yang sering muncul di Infeksi Saluran Kemih :
a. Nyeri yang berhubungan dengan Agen cedera fisologis (D.0077). Hal.172
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih (D.0040).
Hal.96
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111).
Hal.246
3. Intervensi

No Diagnosa Luaran Intervensi


1 Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 1 x 24 Manajemen nyeri (I.08238)
Nyeri yang berhubungan dengan Agen Observasi:
Jam diharapkan tingkat Nyeri menurun dengan kriteria
cedera fisologis (D.0077). Hal.172 1. Identifikasi lokasi,
hasil (L.08066). Hal.145 : karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, intensitas
2. Meringis menurun
nyeri, kualitas
2. Identifikasi skala nyeri
3. Sikap Protektif menurun 3. Identifikasi respon non
4. Gelisah menurun verbal
4. Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istrahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan stategi
meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 Manajemen Eliminasi Urin
Gangguan eliminasi urine berhubungan (I.04152). Hal.175
x 24 Jam diharapkan Eliminasi Urin membaik
dengan iritasi kandung kemih (D.0040). Observasi:
dengan kriteria (L.04034). Hal.24 : 1. Identifikasi tanda dan
Hal.96 gejala retensi urin
1. Senasi Berkemih Meningkat
2. Monitor eliminasi urin
a. 2. Disuria menurun (mis,
frekuensi,konsistensi
3. Anuria menurun
aroma volume dan warna
4. Frekuensi BAK membaik Terapeutik:
1. Batasi asupan cairan
5. Karakteristik urin membaik
2. Ambil sampel urin
tengah atau kultur
Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
2. Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu
3 Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama Edukasi Kesehatan (I.12383).
Defisit pengetahuan berhubungan Hal.65
1 x 8 Jam diharapkan Tingkat Pengetahuan
dengan kurang terpapar informasi observasi
Meningkat dengan kriteria (L.12111). Hal.146 : 1. Identifikasi kesiapan dan
(D.0111). Hal.246 kemampuan menerima
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat
informasi
2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan 2. Identifikasi faktor-faktor
tentang suatu topik meningkat yang dapat meningkatkan
3. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi dan menurunkan
menurun motivasi perilaku hidup
4. Persepsi yang keliru terhadap masalah bersih dan sehat
menurun Terapeutik
1. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
2. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
3. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapakan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi factor- faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam,
2008).
4. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian terakhir didasarkan pada tujuan keperawatan yang
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada kriteria
hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan tindakan keperawatan adalah klien kooperatif. Kooperatif
itu sendiri adalah suatu model pengamatan atau pembelajaran dimana anak mampu
menerima penjelasan yang telah disampaikan serta mampu untuk mengulangi kembali
apa yang telah di sampaikan sehingga tercapai hasil yang diinginkan (Herman, 2011)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny L.P DENGAN GANGGGUAN
SISTEM PERKEMIAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH
DI RUANGAN INTERNA RSUD TOMBULILATO GORONTALO

PENGKAJIAN

Tanggal Masuk : 17 Agustus 2022 Sumber informasi : Klien & Keluarga


Ruang/Kelas : INTERNA Tanggal pengkajian : 17 Agustus 2022
Nomor Reg. :-
Diagnosa Medis : INFEKSI SALURAN KEMIH

I. DATA DEMOGRAFI
A. Identitas Klien B. Penanggung Jawab

Nama : Ny. L.P Nama : Tn. J.R

Umur : 30 Tahun Umur : 32 Tahun

Jenis kelamin : PEREMPUAN Jenis kelamin : laki-laki


Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Desa Laut Biru, Kec. Hubungan dengan klien: Suami
Bone Raya Lain-lain : BPJS
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Gorontalo
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PEDAGANG

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


A. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Alasan Masuk RS : Pasien masuk RSUD Tombulilato melalui IGD
pada tanggal 17 agustus 2022 pukul 11:00 WITA. Klien mengeluh nyerit
perut bagian bawah, klien mengatakan nyeri ini sudah dirasakan 3 hari
yang lalu serta nyeri pada saat buang air kecil, klien tampak meringis dan
pucat
2. Keluhan Utama : Nyeri Akut
3. Kronologis Keluhan : Saat dilakukan pengakjian tanggal 17 Agustus
2022 pukul 13:00 mengatakan nyeri perut bagian bawah dan nyeri pada saat
BAK, nyeri terasa saat berkemih, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk,
nyeri terasa dibagian perut dengan skala 6 (NRS 0-10), nyeri makin meningakat
jika berkemih dan hilang pada saat beristirahat. Klien tampak memegang perut
bagian bawah. Klien tampak meringis. Klien mengatakan sering buang
air kecil, namun sedikit saja. klien mengatakan tidak puas saat berkemih
karena urin yang keluar hanya sedikit
4. Faktor-faktor yang memperberat : Klien mengatakan tidak mengerti tentang
penyakit yang dialami saat ini, klien tampak bingung, Klien pucat, tampak
lemah., klien mengatakan saat beraktivitas Klien dibantu oleh keluarganya

B. Riwayat Kesehatan Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami : klien mengatakan bahwa ia belum pernah
mengalami penyakit seperti ini. Ini merupakan pertama kali ia mengamai penyakit
seperti ini
2. Anak-anak :-
3. Kecelakaan :-
4. Pernah dirawat di RS : ( ) ya ( ) tidak
5. Pernah mengalami pembedahan : ( ) ya ( ) tidak

6. Riwayat Alergi : (  ) ya ( ) tidak


Tipe reaksi tindakan

Alergi makanan gatal dan bengkak jika memakan udang minum obat

…………………….. ……………………….
……………………….

7. Riwayat kebiasaan terhadap zat makanan/obat/rokok : klien tidak pernah merokok


atau memakai obat-obatan seperti narkoba
Imunisasi : () lengkap ( ) tidak

Jika tidak, jenis : ………………………

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Genogram

Genogram:

Keterangan :

Laki-laki : Garis Keturunan :


Perempuan : Tinggal Serumah :
Meninggal : Klien :
2. Riwayat Kesehatan Anggota keluarga
Dari semua keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien. Orang tua klien meninggal karena faktor usia. Dalam keluarga klien tidak
ada Riwayat menderita penyakit diabetes melitus. Dari keluarga istri yang
meninggal karena faktor usia. . Keluarga istri klien yang meninggal juga karena
faktor usia.

D. Riwayat Psikososial
1. Orang yang terdekat dengan klie : Orang yang terdekat adalah Suami klien
2. interaksi dalam keluarga : Keluarga klien adalah keluarga yang
harmonis
a. Pola komunikasi : Komunikasi dalam keluarga juga baik
b. Pembuat keputusan : Pembuat keputusan dikeluarga adalah klien
c. Kegiatan dalam kemasyarakatan : Klien jarang ikut kegiatan desa
3. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : Sakitnya klien membuat keluarga
makin peduli
4. Adakah masalah yang mempengaruhi pasien : Klien mengatakan tidak mengerti
tentang penyakit yang dialami saat ini, kien sering bertanya pada perawat tentang
penyakit dan kondisinya, klien tampak bingung
5. Mekanisme koping terhadap masalah : ( ) Pemecahan masalah
( ) Minum Obat
( ) Cari Pertolongan
( ) Lain-lain (mis : marah, diam)
sebutkan ……………………….

6. Persepsi pasien terhadap penyakitnya


a. Hal yang dipikirkan saat ini : Klien takut sakitnya membebani
keluarga
b. Harapan setelah menjalani perawatan : Klien berharap tidak kambuh lagi
c. Perubahan yang dirasa setelah jatuh sakit : Klien menjadi sulit beraktifitas,
klien sering bertanya tenatang kondisi dan penaykitnya
7. Bagaimana hubungan pasien dengan tenaga kesehatan/keperawatan selama
dirawat : kooperatif
E. Keadaan Spiritual Pasien
1. Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan dan keluarga
2. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam & frekwensinya ) :
klien jarang melakukan ibadah
3. Keterlibatan pasien dalam organisasi keagamaan : Klien jarang beribadah hanya
saja kalau lebaran klien akan sholat itupun jika klien Menarce
4. Keyakinan-keyakinan/kepercayaan pasien yang berhubungan dengan kesehatan :
Tidak ada
5. Kegiatan agama atau kepercayaan yang diingini dilakukan selama di Rumah sakit:
klien jarang beribadah selama d RS.
F. Kondisi Lingkungan Rumah
1. Keadaan rumah dan lingkungannya : Rumah klien berada di pinggir jalan
dengan keadaan bersih karena klien rajin membersihkannya.
2. Status rumah : Milik Pribadi
G. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi

Nutrisi Sebelum sakit Saat sakit

Frekwensi makan 3x/hari 2x/hari

Nafsu makan Baik Kurang

Waktu-waktu Pagi,siang,malam pagi dan sore


makan

Porsi makan yang Dihabiskan 1 piring Dihabiskan, 3-4


dihabiskan penuh sendok bubur tiap makan

Makanan yang Klien suka dengan Semua jenis makanan bisa


disukai /pantang semua jenis makanan kecuali udang karena alergi
kecuali udang (alergi)

Mual - -

Muntah ( wran jenis - -


jumlah)

2. cairan

Cairan Sebelum sakit Saat sakit

Frekwensi minum 4-6 x/hari 3-4x/hari

Jumlah minuman 1000-1500 ml/hari 600-700 ml/hari


yg dikonsumsi

Jenis minuman Kopi hitam Air putih


yang disukai

Jenis minuman Tidak ada Tidak ada


yang tidak disukai
dihabiskan
3. Eliminasi

BAB Sebelum sakit Saat sakit

Frekwensi 1 x/hari Belum BAB

Warna Coklat

Konsistensi Lunak

Waktu Pagi hari

Keluhan yang Tidak ada Belum BAB


berhubungan dengan
BAB

BAK Sebelum sakit Saat sakit

Frekwensi 4-6 x/hari Terpasang kateter

Warna Kuning jernih Orange

Bau Bau khas urine Bau khas pesing

Jumlah 800-1300 ml/hari 1200 ml/hari

Keluhan yang Tidak ada Neri pada saat melakukan BAK


berhubungan dengan dan Jika melakukan BAK
BAK sedikit

4. Istirahat tidur Sebelum sakit Saat sakit


a. Tidur malam, jam 22.00 s/d 05.00 23.00 s/d05.00
b. Tidur siang, jam 14.00 s/d 15.00 tidak tidur siang
c. Apakah mudah terbangun Tidak Ya
d. Kebiasaan sebelum tidur Nonton Tv Tidak ada

5. Aktivitas & Latihan Sebelum sakit Saat sakit


a. Kegiatan sehari-hari Berdagang Dibantu
keluarga
b. Waktu bekerja Pagi dan siang Tidak ada
c. Kegiatan waktu luang Tidak ada Tidak ada
d. Olah raga
Jenis Tidak ada Tidak ada

Frekwensi ………………
……………….
e. Keluhan dalam beraktivitas Tidak ada Merasa lemas, dan
nyeri perut bagian bawah
dan sulit berdiri

6. Personal Hygiene
a. Mandi Sebelum sakit Saat sakit
1) Frekwensi 2x/hari washlap 1x/hari (Dibantu)
2) Menggunakan sabun (  ) ya ( ) ya
( ) tidak () tidak

b. Oral Hygiene
1) Frekwensi 2 x/hari 1x/hari (Dibantu)
2) Waktu Pagi Siang dan malam Pagi
3) Menggunakan Odol (  ) ya (  ) ya

( ) tidak ( ) tidak

c. Kebiasaan menggunting kuku 1x/minggu Tidak ada


7. Rekreasi Sebelum sakit Saat sakit
a. Frekwensi Tidak ada Tidak ada
b. Apakah puas setelah rekreasi - -

III. PEMERIKSAAAN FISIK


A. Keadaan Umum
1. Tingkat Kesadaran : (  ) Compos mentis ( ) Sopor ( ) Apatis
( ) Koma ( ) Somnolen
2. Tanda-tanda vital : TD : 130/80 MmHg Suhu : 37 C
N : 86x/mnt RR : 28 x/mnt
3. Tinggi Badan : 157 Cm
4. Berat Badan : 60 Kg
B. Pemeriksaan Sistemik
1. Sistem Penginderaan
a. Mata :
1) Posisi mata : (  ) simetris ( ) asimetris
2) Peradangan : ( ) ya () tidak
3) Kelopak mata : () normal ( ) ptosis ( ) eksophtalmus
( ) hordeolum ( ) oedema
4) Tekanan intra okuler : () normal ( ) abnormal
5) Konjungtiva : ( ) merah muda (  ) anemia
6) Sklera : () normal ( ) ikterik
7) Pergerakan bola mata : (  ) normal ( ) strabismus ( ) nistagmus
8) Pupil : () isokor ( ) anisokor ( ) midriasis ( ) miosis
9) Ketajaman penglihatan : Visus : 20/25
Menggunakan alat bantu : Tidak

Diplopia :( ) ya () tidak

Fotophobia :( ) ya () tidak

b. Telinga :
1) Struktur : () simetris ( ) asimetris
2) Daun telinga : () normal ( ) sakit saat digerakkan
3) Kondisi telinga :() normal ( ) kemerahan( ) terdapat lesi
( ) bengkak ( ) nyeri ( ) pus
4) Serumen (warna, konsistensi, bau) : Kuning, lunak, bau khas serumen
5) Cairan dari telinga : ( ) ya ( ) tidak
6) Fungsi pendengaran : () normal ( ) tuli ( ) kurang
7) Pemakaian alat bantu: ( ) ya () tidak
Jika ya, sebutkan ……………………
c. Hidung :
1) Struktur : () simetris ( ) asimetris
2) Mukosa (warna, eksudat, perdarahan), jelaskan : warna merah muda,tidak
terdapat eksudat
3) Peradangan : ( ) ya () tidak
Jika ya, Jelaskan……………………
4) Polip : ( ) ya ( ) tidak
5) Sinusitis : ( ) ya () tidak
6) Fungsi penciuman : Normal
d. Mulut dan Kerongkongan :
1) Struktur : (  ) simetris ( ) asimetris
2) Bibir :( ) merah muda ( ) kering ( ) aphtae ( ) sianosis
( ) pecah-pecah (  ) pucat ( ) lesi
3) Gusi : () merah muda ( ) perdarahan
( ) peradangan ( ) lain-lain, jelaskan ………………..
4) Gigi : () lengkap ( ) tanggal
(  ) karies ( ) berlubang, jelaskan ………………
5) Lidah : () merah muda ( ) aphtac ( ) pecah-pecah
( ) bercak-bercak ( ) lesi
6) Saliva : () normal ( ) abnormal
7) Tonsil : () normal ( ) peradangan
8) Kerongkongan (refleks gag, sakit menelan), jelaskan : Refleks gag
normal, tidak ada sakit menelan
2. Sistem Pernafasan
a. Bentuk dada : () Normochest ( ) asimetris ( ) pigeon chest
( ) barrel chest ( ) funnel chest
b. Pergerakan/pengemb. Thoraks: () normal ( ) abnormal
( ) otot bantu nafas

c. irama pernafasan : () eupnea ( ) apnea ( ) dispnea


( ) hiperventilasi( ) takipnoe ( ) chyene stoke
( ) bradipnoe ( ) biot ( ) kusmaul
d. Batuk : ( ) ya (  ) tidak
Jika ya, ( ) produktif ( ) tidak produktif
e. Sputum :( ) putih ( ) kuning ( ) hijau
( ) Tidak ada
f. Konsistensi sputum :( ) kental ( ) encer
g. Vokal premitus : Ada
h. Resonansi : sama kiri dan kanan
i. Bunyi nafas : ( ) normal ( ) wheezing () ronkhi ( ) rales
3. Sistem Kardiovaskuler
a. Distensi vena jugularis : kanan : ( ) ya () tidak
kiri : ( ) ya () tidak

b. Ictus cordis : ( ) ya ( ) tidak


Ukuran ………………..

c. Pengisian kapiler : <2 dtk


d. Kecepatan denyut apikal : 86x/mnt
e. Irama denyut apikal : ( ) reguler ( ) irreguler
f. Bunyi jantung : ( ) normal ( ) gallop ( ) mur-mur
g. Nyeri dada : ( ) ya ( ) tidak
1) Timbulnya : ( ) saat aktivitas ( ) tanpa aktivitas
2) Karakteristik : ( ) seperti ditusuk-tusuk (  ) seperti terbakar
( ) seperti tertimpa benda berat

4. Sistem Pencernaan
a. Warna kulit : (  ) merata( ) tidak merata ( ) lesi
( ) peradangan ( ) striae ( ) jaringan parut

b. Bentuk : () simetris ( ) asimetris


c. Kuntur : () datar ( ) distensi/cekung ( ) asites
d. Gerakan abdomen : () normal ( ) abnormal
e. Peristaltik : 21 x/mnt
( ) hipoperistaltik ( ) hiperperistaltik, Jelaskan :
…….

f. Bruits/desiran : ( ) ya (  ) tidak
g. Keadaan perkusi :
1) Hepar :Pekak
2) Lien :Timpani
3) Lambung : Timpani

h. Keadaan palpasi :
1) Hepar : ( ) teraba ( ) tidak teraba
Jika teraba, Ukuran 12-13 cm
2) Lien : () teraba ( ) tidak teraba
Jika teraba, Ukuran 14-15 cm

i. Nyeri tekan : (  ) ya ( ) tidak


j. Keadaan anus : ( ) lesi ( ) massa ( ) kemerahan
( ) haemoroid ( ) nyeri () Normal

5. Sistem Perkemihan
a. CVA : kanan : Tidak ada
kiri : Tidak ada

b. Nyeri pinggang : (  ) ya ( ) tidak


c. Keadaan palpasi :
1) Ginjal kanan : ( )teraba ( ) tidak teraba
Jika teraba, Ukuran ………

2) Ginjal kiri : ( ) teraba ( ) tidak teraba


Jika teraba, Ukuran ……

3) Distensi kandung kemih : () ya ( ) tidak


6. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tiroid : ( ) ya ( ) tidak
b. Perubahan suara : ( ) ya () tidak
c. Tremor : ( ) ya ( ) tidak

d. Pigmentasi kulit : () normal ( ) hipo pigmentasi


( ) hiper pigmentasi

e. Nafas berbau keton :( ) ya ( ) tidak


f. Poliuria :( ) ya () tidak
g. Polidipsi :( ) ya () tidak
h. Poliphagia :( ) ya () tidak
7. Sistem Persarafan
a. Glasgow coma scale (GCS) : E4 M6 V5
b. Orientasi (orang, tempat, waktu), jelaskan : Orientasi klien baik
c. Memori (jangka panjang, jangka pendek), jelaskan : Memori klien juga
baik

d. Koordinasi : () normal ( ) abnormal


e. Pemeriksaan nervus : I : Normal
II : Normal

III, IV, VI : Normal

V : Normal

VII : Normal

VIII : Normal

IX : Normal

X : Normal

XI : Normal

XII : Normal

f. Pergerakan : ( ) pasif () aktif


( ) mengggunakan alat bantu

Sebutkan ………………………….

g. Refleks fisiologi : (  ) trisep (  ) archiles (  ) bisep


(  ) patella

h. Refleks Babinski : () positif ( ) negatif


i. Kaku kuduk : ( ) positif (  ) negatif
j. Kernig sign : ( ) positif ( ) negatif
k. Peningkatan tekanan intrakranial : ( ) ya () tidak
l. Kejang : ( ) ya () tidak
8. Sistem Muskuloskeletal
a. Kekuatan otot ( 0 – 5 ) : 4 4
3 3

b. Tonus otot : : () hipotoni ( ) atoni ( ) hipertoni


c. Kekakuan sendi : ( ) ya ( ) tidak
d. Nyeri pada tulang sendi : ( ) ya (  ) tidak
e. Kelainan bentuk tulang sendi : ( ) kontraktur ( ) lordosis
( ) skoliosis ( ) kiposis ( ) lain-lain, sebutkan ………………….

f. Fraktur : ( ) ya (  ) tidak
9. Sistem Integumen
a. Turgor kulit : ( ) baik ( ) sedang ( ) buruk
b. Warna kulit : () pucat ( ) sianosis
c. Keadaan kulit : ( ) baik ( ) lesi ( ) luka
( ) gatal-gatal ( ) bercak-bercak merah

( ) petechi ( ) terdapat luka bakar

( ) dekubitus ( ) memar/bengkak

d. Jenis kulit : () kering ( ) lembab


10. Sistem Reproduksi
a. Siklus menstruasi : normal
b. Keadaan organ kelamin luar : Tidak ada keluhan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium dan Diagnostik :

Tanggal Jenis pemeriksaan Nilai normal Hasil Intepretasi


V. TINDAKAN
pemeriksaanMEDIK/PENGOBATAN
09/08/2022 Darah rutin
Jam 10.00 - Hb 13.0 – 15.0 11,8 g/dL Abormal
- Ht 35.0 – 50.0 31,1 % Abormal
- MCV 80.0 – 100.0 92,4 fl Normal
- MCH 28.0 – 34.0 30,1 pg Normal
- Leukosit 4.0 – 10.0 15 103/ul Normal
URINALIS Leukosit (normal -) +3 (abnormal)
Uroblinogen (normal -) +1 (abnormal)
Blood (normal -) +1 (abnormal)

A. Terapi tanggal 09/08/2022


Rute
Nama Obat Dosis Waktu pemberian
pemberian
NACL 0,9 20 IV -
% TPM
Ketorolac 30 mg IV Jika klien mengelauh
(ekstra) nyeri berat
Ceftriaxone 1x 1 g IV 18.00

Paracetamol 2 x250 Oral 06:00 dan 18.00


mg /tab
Ranitidine 2 x 50 IV 06.00 dan 18.00
mg/
amp
KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


 Klien mengatakan nyeri perut bagian  Klien tampak meringis
bawah dan nyeri pada saat BAK  Konjungtiva anemis
 klien mengatakan nyeri yang dirasakan  Klien tampak pucat
seperti ditusuk-tusuk,  Bibir kering
 klien mengatakan nyeri terasa dibagian  Klien tampak lemah
perut sampai ke pinggang
 Klien tampak bingung
 klien mengatakan skala nyeri 6 (NRS 0-
 Distensi kandung kemih
10),
 Klien tampak memegang perut bagian
 klien mengatakan nyeri makin meningakat
bawah
jika berkemih dan hilang pada saat
 TD :130/80 mmHg, N : 86 x/m
beristirahat
SB : 36,90 C, RR : 28 x/m, <2 dtk
 klien mnegatakan sering buang air kecil
 GCS ( E: 4, V: 5, M: 6 )
namun sedikit saja,
 klien mengatakan tidak puas saat berkemih  Warna urine Orange, Bau urin khas

karena urin yang keluar hanya sedikit pesing, jumlah urin yang keluar dalam 1

 klien mengatakan saat beraktivitas Klien hari 1200 ml/hari

dibantu oleh keluarganya  pasien terpasang kateter

 Klien mengatakan tidak mengerti tentang  HB 11,8 g/dL ( Normal : 12.0 – 17.0)

penyakit yang dialami saat ini,  HT 31 % ( Normal : 35.0 – 50.0)


 klien mengatakan bingung dengan  Leukosit (DR) : 15. 103 ( normal 4.103-
penyakitnya 103)
 Kilen sering bertanya pada perawat tentang  Leukosit (Urinalis) : +3 ( normal -)
penyakit dan kondisinya, klien tampak  Uroblinogen (Urinalis) : +1 (normal -)
bingung Blood (Urinalis) : +1 (normal -)
 Pengobatan :
NaCl 0,9%, dosis 20 TPM / IV
Ketorolac 30 mg (ekstra)/IV/Jika klien
mengelauh nyeri berat
Ceftriaxone 2 x 1 g/IV/ 06:00 dan 18.00
Paracetamol 2 x250/mg/tab/Oral 06:00
dan 18.00
Ranitidine 2 x 50 mg/ amp /IV/06:00
dan 18.00
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 Ds : PJK
Nyeri Akut
 Klien mengatakan nyeri perut bagian
berhubungan dengan
bawah dan nyeri pada saat BAK Lesi komplikata
Agen Fisiologis
 klien mengatakan nyeri yang dirasakan
(D.0077). Hal.172
seperti ditusuk-tusuk,
Aterosklerosis
 klien mengatakan nyeri terasa dibagian
perut sampai ke pinggang
 klien mengatakan skala nyeri 6 (NRS Infark Miocardium
0-10),
 klien mengatakan nyeri makin
Metabolisme
meningakat jika berkemih dan hilang
Anaerob
pada saat beristirahat meningkat
Do :
 Klien tampak meringis
Produk asam laktat
 Konjungtiva anemis
 Klien tampak pucat
 Bibir kering Nyeri dada (angina)
 Klien sering memegang perut bagian
bawah
Nyeri Akut
 TD :130/80 mmHg, N : 86 x/m
SB : 36,90 C, RR : 28 x/m, <2 dtk

 GCS ( E: 4, V: 5, M: 6 )
 Leukosit (DR) : 15. 103 ( normal 4.103-
103)
2 Ds : PJK
Gangguan eliminasi
 klien mnegatakan sering buang air kecil
urine berhubungan
namun sedikit saja, Lesi komplikata
dengan iritasi kandung
 klien mengatakan tidak puas saat
kemih (D.0040). Hal.96
berkemih karena urin yang keluar
Aterosklerosis
hanya sedikit
 klien mengatakan saat beraktivitas
Klien dibantu oleh keluarganya Infark Miocardium
Do :
 Klien tampak lemah
Penurunan
 Distensi Kandung kemih Kemampuan
 Warna urine Orange, Bau urin khas
pesing, jumlah urin yang keluar dalam
1 hari 1200 ml/hari Ketidakseimbangan
supai O2 ke sel
 Terpasang kateter urine
Jaringan
 HB 11,8 g/dL ( Normal : 12.0 – 17.0)
 HT 31 % ( Normal : 35.0 – 50.0)
Supai O2 menurun
 Leukosit (Urinalis) : +3 ( normal -)
tidak sesuai
 Uroblinogen (Urinalis) : +1 (normal -) kebutuhan
Blood (Urinalis) : +1 (normal -)

Gangguan Pola
Nafas
3 Ds : PJK
Defisit pengetahuan
 Klien mengatakan tidak mengerti
berhubungan dengan
tentang penyakit yang dialami saat ini, Lesi komplikata
kurang terpapar
 klien mengatakan bingung dengan
informasi (D.0111).
penyakitnya
Hal.246 Aterosklerosis
 Kilen sering bertanya pada perawat
tentang penyakit dan kondisinya, klien
tampak bingung Infark Miocardium

Do :
Penurunan
 Klien tampak lemah Kemampuan
 Klien tampak bingung

Ketidakseimbangan
supai O2 ke sel
Jaringan

Supai O2 menurun
tidak sesuai
kebutuhan

HbO2 dalam darah


menurun di pusat
pernafasan

O2 di sel menurun

Metabolisme
energi menurun

Intoleransi
Aktivitas

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Fisiologis (D.0077). Hal.172


2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih (D.0040). Hal.96
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111). Hal.246

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Fisiologis (D.0077). Hal.172
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih (D.0040). Hal.96
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111). Hal.246
RENCANA PERAWATAN

NAMA KLIEN : NY. L.P RUANG RAWAT : INTERNA

DIAGNOSA MEDIS : INFEKSI SALURAN KEMIH HARI / TANGGAL : 17/08/2022

RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERI HASIL INTERVENSI

1 Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Setelah dilakukan tindakan selama Menajemen Nyeri (I.08238). Hal.201
Fisiologis (D.0077). Hal.172 1 x 8 Jam diharapkan tingkat Observasi:
Nyeri menurun dengan criteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
hasil (L.08066).Hal.145 durasi, frekuensi, intensitas nyeri,
kualitas
1. Keluhan nyeri menurun
2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun
3. Identifikasi respon non verbal
5. Sikap Protektif menurun
Terapeutik
3. Tekanan dara membaik
4. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
5. Ajarkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Urin (I.04152).


Gangguan eliminasi urine berhubungan
keperawatan selama 1 x 24 Jam Hal.175
dengan iritasi kandung kemih (D.0040).
diharapkan Eliminasi Urin Observasi:
Hal.96
membaik dengan kriteria 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi
(L.04034). Hal.24 : urin
2. Monitor eliminasi urin (mis,
1. Senasi Berkemih Meningkat
frekuensi,konsistensi aroma volume
2. Disuria menurun
dan warna
3. Anuria menurun
Terapeutik:
4. Frekuensi BAK membaik
3. Ambil sampel urin tengah atau
5. Karakteristik urin membaik
kultur
Edukasi
4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
5. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu

3 Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan (I.12383). Hal.65


Defisit pengetahuan berhubungan dengan
Keperawatan selama 1 x 8 Jam
kurang terpapar informasi (D.0111). Hal.246 observasi
diharapkan Tingkat Pengetahuan
1. Identifikasi kesiapan dan
Meningkat dengan kriteria
kemampuan menerima informasi
(L.12111). Hal.146 :
2. Identifikasi faktor-faktor yang
1. Perilaku sesuai anjuran dapat meningkatkan dan
meningkat menurunkan motivasi perilaku
2. Kemampuan menjelaskan hidup bersih dan sehat
pengetahuan tentang suatu Terapeutik
topik meningkat 3. Sediakan materi dan media
3. Pertanyaan tentang masalah pendidikan kesehatan
yang dihadapi menurun 4. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
4. Persepsi yang keliru terhadap 5. Jelaskan faktor risiko yang dapat
masalah menurun mempengaruhi kesehatan
6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat.
IMPLEMENTASI

HARI/ NO JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


TANGGAL DX
Rabu 1 14:00 Obesrvasi 18:40
17/08/2022 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S : Klien mengatakan nyeri perut bagian
durasi, frekuensi, intensitas nyeri, kualitas bawah dan nyeri pada saat BAK , klien
dengan hasil Klien mengatakan nyeri perut mengatakan nyeri yang dirasakan
bagian bawah dan nyeri pada saat BAK , seperti ditusuk-tusuk, klien
klien mengatakan nyeri yang dirasakan mengatakan nyeri terasa dibagian perut
seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan sampai ke pinggang, klien mengatakan
nyeri terasa dibagian perut sampai ke nyeri makin meningakat jika berkemih
pinggang, klien mengatakan nyeri makin dan hilang pada saat beristirahat klien
meningakat jika berkemih dan hilang pada mengatakan skala nyeri 5 (NRS 0-10),
saat beristirahat O : tampak Meringis, Konjungtiva
2. Mengidentifikasi skala nyeri dengan hasil anemis, Klien tampak pucat, Bibir
klien mengatakan skala nyeri 6 (NRS 0-10), kering, Klien sering memegang perut
3. Mengidentifikasi respon non verbal dengan bagian bawah. TD :125/80 mmHg, N :
hasil klien tampak Meringis, Konjungtiva 86 x/m, SB : 36,80 C, RR : 20 x/m,
anemis, Klien tampak pucat, Bibir kering, <2 dtk, GCS ( E: 4, V: 5, M: 6
Klien sering memegang perut bagian bawah. A : Masalah Nyeri Akut Belum Teratasi
TD :130/80 mmHg, N : 86 x/m, SB : 36,90 C, P : Lanjutkan Intervensi
RR : 28 x/m, <2 dtk, GCS ( E: 4, V: 5, M: 6 ) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Terapeutik durasi, frekuensi, intensitas nyeri,
4. Memberikan teknik non farmakologis untuk kualitas
mengurangi rasa nyeri dengan hasil perawat 2. Identifikasi skala nyeri
menganjurkan pada klien jika nyeri 3. Identifikasi respon non verbal
memakai teknik distraksi yaitu mengalihkan 4. Berikan teknik non farmakologis
perhatian sehingga menurunkan untuk mengurangi rasa nyeri
kewaspadaan terhadap nyeri. Perawat 5. Ajarkan teknik non farmakologi
memberikan metode distraksi menggunakan untuk mengurangi rasa nyeri
Guided Imagery berupa sound healing yang 6. Kolaborasi pemberian analgetik,
ada di youtube. Klien merasa nyaman jika perlu
mendengarkan dan klien mengatakan ini
pertama kali dia menggunakan teknik
tersebut
Edukasi
5. Mengajarkan teknik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri dengan hasil perawat
memberikan edukasi teknik menarik nafas
dalam. Klien merasa nyaman dan nyeri
seedikit berkurang
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
dengan hasil Ketorolac 30 mg
(ekstra)/IV/Jika klien mengelauh nyeri berat,
Paracetamol 2 x250/mg/tab/Oral 06:00 dan
18.00
Rabu 2 15:00 Observasi 19:10
10/08/2022 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala retensi urin S : klien merasa legah sedikit karena
dengan hasil klien mnegatakan sering buang terpasang kateter urine
air kecil namun sedikit saja, klien mengatakan O : Klien tampak lemah,Warna urine
tidak puas saat, berkemih karena urin yang Orange, Bau urin khas pesing, jumlah
keluar hanya sedikit. Klien tampak lemah, urin yang keluar 1000 ml Terpasang
Distensi Kandung kemih, HB 11,8 g/dL kateter urine
( Normal : 12.0 – 17.0), HT 31 % ( Normal : A : Masalah Gangguan Eliminasi Urine
35.0 – 50.0) , Leukosit (Urinalis) : +3 Belum Teratasi
( normal -), Uroblinogen (Urinalis) : +1 P : lanjutkan Intervesni
(normal -), Blood (Urinalis) : +1 (normal -) 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi
2. Memonitor eliminasi urin (mis, urin
frekuensi,konsistensi aroma volume dan 2. Monitor eliminasi urin (mis,
warna dengan hasil Warna urine Orange, Bau frekuensi,konsistensi aroma volume
urin khas pesing, jumlah urin yang keluar dan warna
1200 ml 3. Ambil sampel urin tengah atau kultur
Terpasang kateter urine 4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
Terapeutik: saluran kemih
3. Mengambil sampel urin tengah atau kultur 5. Anjurkan mengurangi minum
dengan hasil Perawat setiap pagi ataupun jika menjelang tidur
urine bag sudah penuh akan mengambil urin 6. Kolaborasi pemberian obat
klien untuk dilakukan pemeriksaan supositoria uretra, jika perlu
Edukasi
4. Mengajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih dengan hasil perawat memberkan
edukasi tentang pengertian, eiologi
paofisiologi, tanda dan gejala serta
pengobatan untuk penyakit ISK. Kilen
mengerti dan sudah memahami apa itu ISK
5. Menganjurkan mengurangi minum menjelang
tidur dengan hasil perawat memberikan
tahuakan kepada klien untuk tidak terlalu
banyak minum karena sangat beresiko
terhadap kandung kemih klien. Klien
mengerti dan akan melakukannya
Rabu 3 16:00 Observasi 19:55
10/08/2022 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan S : Klien mengatakan sudah memahami
menerima informasi dengan hasil klien tentang penyakitnya
tampak bingung dan lemah O : klien tampak tenang dan tidak
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat bingung lagi
meningkatkan dan menurunkan motivasi A : Masalah Defisit Pengetahuan teratasi
perilaku hidup bersih dan sehat dengan hasil P : Pertahankan Intervesni
Klien mengatakan tidak mengerti tentang 1. Identifikasi kesiapan dan
penyakit yang dialami saat ini. Klien sering kemampuan menerima informasi
bertanya pada perawat tentang penyakit dan 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
kondisinya meningkatkan dan menurunkan
Terapeutik motivasi perilaku hidup bersih dan
3. Menyediakan materi dan media pendidikan sehat
kesehatan dengan hasil Perawat membuatkan 3. Sediakan materi dan media
lifleat dan melakukan edukasi di ruangan pendidikan kesehatan
klien pada klien daan keluarga. Klien sudah 4. Berikan kesempatan untuk bertanyai
mengerti dan memahaminya 5. Jelaskan faktor risiko yang dapat
4. Memberikan kesempatan untuk bertanya mempengaruhi kesehatan
dengan hasil Klien bertanya apakah 6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
penaykitnya bisa sembuh. Perawat menjawab sehat.
bisa karena ISK klien masih tergolong akut
Edukasi
5. Menjelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan dengan hasil
perawat menjealskan faktor resiko dari yang
ringan smpai berat pada klien. Klien mengerti
dan akan mengikuti dan akan melakukannya
6. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
dengan hasil perawat menjelaskan materi
PHBS serta mencuci tangan 6 langkah pada
klien. Klien sudah mengerti dan akan
melakukannya serta akan akan mengingatnya
agar tidak terjadi penyakit yang di alaminya
saat ini.
ANALISI JURNAL (PICOS)
Disusunn Oleh : MOH. AKBAR HADJU
(J Med Internet Res 2022;24(4):e30260), Corresponding Author: Jennifer A Hoag, PhD;
Jeffrey Karst, PhD; Kristin Bingen, PhD; Akasha Palou-Torres, MS; Ke Yan, PhD, Division
of Pediatric Psychology and Developmental Medicine, Department of Pediatrics, Medical
College of Wisconsin, Milwaukee, WI, United States
doi: 10.2196/30260 8701 W Watertown Plank Road, MFRC 3018, Milwaukee, WI, 53226,
United States, Phone: 1 414 955 5738, Email: jhoag@mcw.edu

Distracting Through Procedural Pain and Distress Using Virtual Reality


and Guided Imagery in Pediatric, Adolescent, and Young Adult Patients:
Randomized Controlled Trial

N Kriteria Pembenaran & Critical thinking


O
1 P Problem : Selama 40 tahun terakhir, ada kecenderungan
Patient / Clinical peningkatankontrol nyeri melalui penggunaan sedasi dan
Problem analgesia; namun, ada risiko sedasi, termasuk hipoksia, yang
lebih besar daripada manfaatnya dalam prosedur rutin dan
berulang. Identifikasi dan penggunaan intervensi
nonfarmakologis untuk mengelola nyeri dapat mengurangi
risiko perubahan neurologis dan perilaku yang dihasilkan dari
nyeri yang dikelola dengan buruk tanpa risiko sedasi.
Populasi : Anak-anak dan dewasa muda berusia 8 hingga 25
tahun yang diperiksa oleh layanan hematologi, onkologi, atau
transplantasi darah dan sumsum memenuhi syarat jika mereka
setidaknya 1 bulan pascadiagnosis dan menjalani salah satu
prosedur tanpa sedasi. Dari 67 peserta yang tersisa, 37 diacak
ke dalam kelompok VR/GI dan 30 diacak ke dalam kelompok
GI/VR. Sebanyak 52 peserta menyelesaikan kedua intervensi,
dan 2 dikeluarkan dari analisis akhir karena data yang hilang,
menghasilkan sampel akhir 50 peserta.
2 I Kondisi VR
Intervention Intervensi VR terdiri dari audio interaktif dan pengalaman
visual bawah air. Perangkat lunak VR yang digunakan adalah
KindVR Aqua, sebuah game berbasis penelitian yang
berfokus pada pengurangan rasa sakit dan tekanan selama
prosedur medis.
Kondisi GI
Skrip GI yang digunakan dalam penelitian ini
menggambarkan pemandangan bawah laut yang sangat mirip
dengan kondisi VR. Mirip dengan skrip GI lainnya, skrip
kami dimulai dengan instruksi untuk mengambil beberapa
napas dalam-dalam untuk membantu relaksasi. Kami
kemudian menawarkan deskripsi yang jelas tentang berenang
di bawah air, yang serupa dengan yang terlihat dalam
intervensi
3 C Dilakukan perbandingan antara distraksi menggunakan
Comparasion Virtual Reality dan distraksi Guided Imagery
4 O Dalam sampel kami, VR bekerja sebaik GI untuk mengelola
Outcome rasa sakit dan kesusahan yang terkait dengan prosedur umum
yang dialami oleh anak-anak dan orang dewasa muda dengan
penyakit akut atau kronis. Anak-anak dan dewasa muda yang
diprioritaskan untuk nyeri berdasarkan keyakinan tentang
nyeri atau karena riwayat nyeri kronis mereka memiliki
respons yang lebih baik terhadap VR. GI adalah intervensi
yang lebih baik bagi mereka yang memiliki kecemasan sifat
tinggi.
5 S Metode Ini adalah situs tunggal, crossover, uji coba terkontrol
Study Design secara acak (RCT) yang digunakan untuk mengevaluasi
efektivitas GI versus VR pada nyeri prosedural dan kesusahan
anak-anak dan dewasa muda yang menjalani prosedur tanpa
obat penenang. Sebuah sampel kenyamanan peserta direkrut
dari layanan hematologi, onkologi, dan transplantasi darah
dan sumsum di rumah sakit anak tersier besar di Wisconsin.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENYULUHAN KESEHATAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Pokok Bahasan : Penyakit Sistem Perkemihan


Sub Pokok Bahasan : Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Sasaran : Ny. L.P dan keluarga
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Agustus 2022
Waktu : 16.00 – 17:00 WITA
Tempat : Ruangan Interna Bangsal Wanita RSUD Tombulilato

A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya
infeksi mikroorganisme pada saluran kemih. Dinyatakan ISK harus ditemukan bakteri dalam
urin. Prevelensi ISK dimasyarakat makin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada
usia 40-60 memiliki prevelensi 3,2%. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun
mempunyai prevelensi 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki- laki maupun
wanita dari anak- anak hingga dewasa, maupun usia lanjut. Namun wanita ISK lebih sering
menyerang wanita dan biasanya pada wanita muda yang aktif secara seksual, dimana
insidennya mencapai 0,5/wanita tiap tahunnya kurang lebih 5-15%.
Pada usia lanjut sering terjadi ISK karena disebabkan adanya sisa urin dalam kandung
kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih kurang efektif, mobilisassi menurun, dan
system imunitas menurun.
Secara seluler maupun hormonal, adanya sumbatan urin, hilangnya efek bakterisid
dan sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perly mendapatkan
perawatan khusus. Di Amerika dilaporkan bahwa sedikitnya 6 juta pasien datang kedokter
setiaptahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di Surakarta ISK merupakan
penyakit infeksi yang menempati urutan ke-10 paling sering diderita pasien (Februari- Maret
2016).
Infeksi saluran kemih adalah terjadinya infeksi oleh mikroorganisme pada saluran
kemih. Jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksiyang
paling sering adalah bakteri koliform (70%) dan bakteri pathogen lainnya termasuk
Proteus mirabilis,Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus faecalis (Davey,
2005).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta mengerti dan
memahami tentang penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK)
2. Tujuan Khusus
Setelah diberi penyuluhan peserta diharapkan mampu:
a. Dapat menjelaskan tentang pengertian penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK)
b. Dapat menyebutkan penyebab dari penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK)
c. Dapat menyebutkan Tanda dan gejala dari penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK)
d. Dapat menyebutkan komplikasi dari Infeksi Saluran Kemih (ISK)
e. Dapat menyebutkan penatalaksanaan medis dan perawat pada Penyakit Infeksi
Saluran Kemih (ISK)
f. Dapat menyebutkan tentang pencegahan dari penyakit Infeksi Saluran
Kemih (ISK)
C. Materi
Terlampir
D. Media
1. Leaflet

Disusun Oleh
MOH. AKBAR HADJU
Prodi Ners Lanjutan
Poltekkes Manado
E. Metode

1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
F. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Rabu, 17 Agustus 2022
2. Waktu : 16.00 – 16:40 WITA
3. Tempat : RSUD Tombulilato
G. Perencanaan Pelaksanaan

NO Kegiatan Kegiatan Kegiatan Waktu


Penyuluh Peserta

1 Pembukaan a. Mengucakan Menjawab salam 5 menit


salam
Mendengarkan
b. Memperkenalkan
serta
diri
memperhatikan
c. Menjelakan
Tujuan
2 Isi Ceramah atau a. Memperhatikan 20 menit
penyampaian dan mencatat
materi: penjelasan

a. Menggali penyuluh

pengetahuan dengan cermat

pasien dan b. menanyakan

keluarga hal-hal yang


belum jelas
b. Pengertian
c. memperhatikan
Infeksi
jawaban dari
Saluran kemih
penyuluh.
c. Penyebab
Infeksi Saluran
Kemih (ISK)
d. Tanda dan
Gejala Infeksi
Saluran Kemih
(ISK)
e. Komplikasi
Infeksi Saluran
Kemih (ISK)
f. Penatalaksanaa
n medis dan
perawat pada
Infeksi Saluran
Kemih (ISK)
g. Pencegahan
Infeksi Saluran
Kemih (ISK)
h. Memberikan
kesempatan
kepada pasien
dan keluarga
untuk bertanya.
i. Menjawab
pertanyaan
pasien dan
keluarga yang
berkaitan
dengan materi
yang belum
Tanda dan
Gejala Infeksi
Saluran Kemih
(ISK)

3 Penutup a. Menyimpulkan a. Memperhatikan 10 menit


materi yang telah kesimpulan dari
disampaikan materi
b. Melakukan penyuluhan yang
Evaluasi telah
c. Mengucapkan disampaikan.
Salam b. Menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan
oleh penyuluh.
c. Menjawab salam
H. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi formatif
a. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian Infeksi Saluran
Kemih
b. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan hal-hal yang menyebabkan
terjadinya Infeksi Saluran Kemih
c. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan kembali tanda dan gejala Infeksi
Saluran Kemih
d. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan apa saja pencegahannya
2. Evaluasi somatif
Pasien dan keluarga dapat memahami penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian ISK
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat
terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jeni kelamin
ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria (Sudoyo. 2009).
Infeksi saluran kencing merupakan keadaan dimana adanya suatu proses
peradangan yang akut ataupun kronis dari ginjal ataupun saluran kemih yang mengenai
pelvis ginjal, jaringan intersisial dan tubulus gijal (pielonefritis), atau kandung kemih
(Cytitis), danUrethra (Uretritis)
B. Penyebab ISK
Penyebab utama ISK adalah karena adanya jamur, virus dan bakteri yang masuk
kedalam saluran kencing. Sedangkan ada beberapa faktor predisposisi terjadinya
ISK, yaitu:
1. Kebersihan alat vital yang kurang baik
2. Sisa urin dalam kandung kemih akibat pengosongan kandung kemih yang kurang
efektif
3. Sering menahan kencing
4. Kurang minum
5. Kurang menjaga kebersihan dan kesehatan daerah seputar saluran kencing.
6. Cara cebok yang salah
7. Memiliki riwayat penyakit kelamin.
C. Manifestasi Klinis ISK
1. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air urinnya bisa berwarna putih,
coklat, atu kemerahaan dan baunya sangat menyengat.
3. Warna urin kental atau pekat seperti air the, kadang kemerahan bila ada darah
(hematuria).
4. Nyeri pada pinggang
5. Demam atau mengigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal
(diiringi rasa nyeri disisi bawah belakang rusuk, mual, atau muntah)
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh-sembuh
dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih
7. Pada bayi usia 2 bulan (neonatus), gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis
berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia.
8. Pada anak gejalanya lebih khas seperti sakit waktu kencing, frekuensi urin
meningkat nyeri perut atau pinggang mengompol anyang-anyangan
(polakisuria), dan bau urin yang sangat menyengat.
D. Komplikasi
Apabila Infeksi Saluran Kemih (ISK) tidak segera ditangani bisa menimbulkan
Sepsis dimana terjadi infeksi di seluruh tubuh.
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan farmakologi
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah dilihat dari
penyebabnya.
a. Antibiotic sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat berikan antibiotic
antara cefotaxime, cefotaxime, kotrimoxsazol, trimetopirm, fluoroquinolon,
amoksisiklin, diksisiklin, aminoglikosid.
b. Bila ada tanda- tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi
penisilin dengan aminoglikosida.
c. Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin, nitrofurantoin atau sefalosporin.
2. Penatalaksanaan non farmakologi
a. Istirahat yang cukup

b. Diet: perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran kemih

c. Menjaga status gizi pasien agar tetap seimbang untuk meningkatkan daya
tahan tubuh
d. Berikan kompres air hangat pada bagian abdomen
untuk mengurangi rasa tegang pada kandung kemih
F. Pencegahan
1. Perbanyak minum air putih 8-10 gelas per hari
2. Mengkonsuumsi vitamin C secara teratur karena dapat mengurangi jumlah bakteri
dalam urin
3. Hindari konsumsi minuman alcohol, mkanan yang berempah, dan kopi karena
semua makanan inti dapat mengiritasi kandungan kemih.
4. Segera buang air kecil jika keinginan itu muncul
5. Cucilah alat kelamin sebelum dan sesudah hubungan kelamin.
6. Jalani hidup bersih dengan mencuci bangian anus dan genetalis sekurang
kurangnya sekali sehari
7. Jika memakai kateter lakukan penggantian atau cek secara teratur
a. Untuk wanita:
1) Kenali faktor penyebab yang dapat menimbulkan ISK
2) Basuh bagian kemaluan dari arah depan kebelakangan (anus) agar bakteri
tidak bermigrasi dari anus ke vagina atau uretra
3) Cuci setelah melakukan seggama diikuti dengan terapi atimikroba takaran
tunggal
4) Jika hamil segera lakukan pemeriksaan untuk mendapatkan pengobatan
dengan sesegera mungkin
5) Ganti pembalut
6) Hindari pemakaian celana ketat
7) Hindari penggunaa parfum, deodorant, atau produk kebersihan wanita lainnya
pada bagian kelamin Karena dapat berpotensi mengiritasi uretra

SOP PEMBERIAN GUIDED IMAGERY

1. Indikasi
Diberikan pada klien yang mengalami keluhan nyeri tusukan jarum spinal anestesi
2. Persiapan Alat dan Bahan
a. Alat Tulis
b. Stopwatch
c. MP3 yang berisi langkah-langkah guided imagery
3. Prosedur
a. Preinteraksi
1) Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
2) Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi
1) Beri salam terapeutik dan panggil klien dengan namanya dan memperkenalkan
diri
2) Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien
3) Beri kesempatan klien untuk bertanya
c. Tahap Kerja
1) Jaga privasi klien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi klien senyaman mungkin (duduk)
4) Anjurkan klien menutup mata dengan lembut
5) Anjurkan klien fokus pada pernapasan perut
6) Anjurkan klien menarik napas dalam dan perlahan
7) Anjurkan klien melanjutkan pernapasan dengan biarkan sedikit lebih dalam dan
lama
8) Anjurkan klien tetap fokus pada pernapasan dan pikirkan bahwa tubuh semakin
santai dan lebih santai
9) Anjurkan klien memikirkan bahwa seolah-olah pergi ke sebuah pegunungan
yang begitu sejuk dan merasa senang ditempat tersebut
10) Anjurkan klien napas pelan dan dalam untuk menghirup kesejukan
pegunungannya
11) Anjurkan klien menikmati berada ditempat tersebut
12) Jika sudah selesai, maka anjurkan klien untuk membuka mata
13) Posisikan pasien senyaman mungkin.
14) Setelah 1 menit ukur skala nyeri menggunakan Numerical Rating Scale (NRS).
d. Terminasi
1) Tulis Respon pasien (Witjalaksono, dkk. 2013)
Dokumentasi

1. Penyuluhan terhadap klien dan keluarga

2. pemberian terapi Guided Imagery


Daftar Pusataka

Aru, Sudaya. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna Publishing
Davey, Patrick. 2005. Medicine At A Glance. Aalih Bahasa : Rahmalia. A, dkk. Jakarta :
Erlangga
Fitriani. (2013). Faktor-Faktor Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien yang
terpasang kateter menetap Di ruang Rawat Inap RSUD Tarakan.(Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin Makasar). Diakses tanggal 14
Mei 2016.
IDAI, (2011). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 2 cetakan
peratama Jakarta. Badan Penerbit IDAI.
Manurung, N. (2018). Keperawatan medical bedah konsep, mind mapping dan NANDA NIC
NOC. Jakarta: TIM.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda (North American Nursing Diagnosis Association) Nic-Noc. Jogjakarta:
Penerbit Mediaction Jogja.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika
Purnomo, B. B. (2014). Dasar- dasar Urologi. Jakarta: CV sagung seto.
Soegijanto S. 2010. Patogen Infeksi Virus Dengue Recent Update. Applied
Management of Dengue Viral Infection in chidren. 6 November 2010.
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.
Jakarta:Sagung seto.
Witjalaksono, Villyastuti dan Sutiyono. (2013). Masalah Nyeri. Semarang : PERDATIN

Anda mungkin juga menyukai