P DENGAN
GANGGGUAN SISTEM PERKEMIHAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI
SALURAN KEMIH
DI RUANGAN INTERNA
RSUD TOMBULILATO GORONTALO
OLEH
MOH. AKBAR HADJU, S.Tr.Kep
711490122080
pPengosongan kandung kemih tidak efektif, imunitas dan mobilitas menurun Sistoskopik,
Mikroorganisme patogenik; E. Coli, proteus, klebsiella, pseudomonas
dekubitus terinfeksi,
kontaminasi fekal
Berkoloni di vulva
Distensi Kandung Kemih
Penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis dan ureter/ hidroneto
Masukan ke v urinaria melalui uretra
Resistensi terhadap
kandung kemih ISK
menurun
Obstruksi aliran urune (urolitisas,hipertri fi prostate, jaringa
ginjal
hospitalisasi
Pertumbuhan bakteri Inflamasi
meningkat pada uretra
Kurang Pengetahuan
Eliminasi urine
Secara hematogen
menyebar ke
seluruh saluran TU
7. Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis ISK antara lain : (Nurarif & Kusuma,2015).
a. Anyang- anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba
untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
b. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna
putih, cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
c. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah.
d. Nyeri pda pinggang.
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal (di iringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah).
f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembu-
sembuh dapat menjadi pemicuterjadinya kanker kandung kemih.
g. ada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis
berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia ,
probelem minum dan sianosis (kebiruan).
h. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau
anoreksia.
i. Pada anak besar gejalanya lebuh khas seperti sakit waktu kencing,
frekuensi kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol, anyang-
anyangan (polakisuria) dan bau kencing yang menyengat.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Analisa urin rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine, serta
jumlah kuman/ml urine. Investigasi lanjutan :
1) Ultrasonogram (USG)
2) Radiografi : foto polos perut, pielografi IV, Micturating cystogram
3) Isotop scanning
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ISK dibagi menjadi dua yaitu: (Nurarif & Kusuma, 2015)
a. Non farmakologi
1) Istirahat.
2) Diet : perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran
kemih.
b. Farmakologi
1) Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat
diberikan antibiotik antara lain cefotaxime, ceftriaxon,
kotrimoxsazol, trimetoprim, fluoroquinolon, amoksilin,
doksisiklin, aminoglikosid.
2) Bila tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau
kombinasi penisilin dengan aminoglikosida. Untuk ibu hamil
dapat diberikan amoksilin, nitrofurantoin atau sefalospori
2. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
masalah actual atau resiko mengidentifikasi serta menentukan intervensi keperawatan
untuk mengurangi, mencegah atau menghilangkan masalah kesehatan pasien yang ada
pada tanggung jawabnya (Carpenito, 1983 dalam Tarwoto&Wartonah, 2011).
Diagnose yang sering muncul di Infeksi Saluran Kemih :
a. Nyeri yang berhubungan dengan Agen cedera fisologis (D.0077). Hal.172
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih (D.0040).
Hal.96
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111).
Hal.246
3. Intervensi
PENGKAJIAN
I. DATA DEMOGRAFI
A. Identitas Klien B. Penanggung Jawab
Alergi makanan gatal dan bengkak jika memakan udang minum obat
…………………….. ……………………….
……………………….
Genogram:
Keterangan :
D. Riwayat Psikososial
1. Orang yang terdekat dengan klie : Orang yang terdekat adalah Suami klien
2. interaksi dalam keluarga : Keluarga klien adalah keluarga yang
harmonis
a. Pola komunikasi : Komunikasi dalam keluarga juga baik
b. Pembuat keputusan : Pembuat keputusan dikeluarga adalah klien
c. Kegiatan dalam kemasyarakatan : Klien jarang ikut kegiatan desa
3. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : Sakitnya klien membuat keluarga
makin peduli
4. Adakah masalah yang mempengaruhi pasien : Klien mengatakan tidak mengerti
tentang penyakit yang dialami saat ini, kien sering bertanya pada perawat tentang
penyakit dan kondisinya, klien tampak bingung
5. Mekanisme koping terhadap masalah : ( ) Pemecahan masalah
( ) Minum Obat
( ) Cari Pertolongan
( ) Lain-lain (mis : marah, diam)
sebutkan ……………………….
Mual - -
2. cairan
Warna Coklat
Konsistensi Lunak
Frekwensi ………………
……………….
e. Keluhan dalam beraktivitas Tidak ada Merasa lemas, dan
nyeri perut bagian bawah
dan sulit berdiri
6. Personal Hygiene
a. Mandi Sebelum sakit Saat sakit
1) Frekwensi 2x/hari washlap 1x/hari (Dibantu)
2) Menggunakan sabun ( ) ya ( ) ya
( ) tidak () tidak
b. Oral Hygiene
1) Frekwensi 2 x/hari 1x/hari (Dibantu)
2) Waktu Pagi Siang dan malam Pagi
3) Menggunakan Odol ( ) ya ( ) ya
( ) tidak ( ) tidak
b. Telinga :
1) Struktur : () simetris ( ) asimetris
2) Daun telinga : () normal ( ) sakit saat digerakkan
3) Kondisi telinga :() normal ( ) kemerahan( ) terdapat lesi
( ) bengkak ( ) nyeri ( ) pus
4) Serumen (warna, konsistensi, bau) : Kuning, lunak, bau khas serumen
5) Cairan dari telinga : ( ) ya ( ) tidak
6) Fungsi pendengaran : () normal ( ) tuli ( ) kurang
7) Pemakaian alat bantu: ( ) ya () tidak
Jika ya, sebutkan ……………………
c. Hidung :
1) Struktur : () simetris ( ) asimetris
2) Mukosa (warna, eksudat, perdarahan), jelaskan : warna merah muda,tidak
terdapat eksudat
3) Peradangan : ( ) ya () tidak
Jika ya, Jelaskan……………………
4) Polip : ( ) ya ( ) tidak
5) Sinusitis : ( ) ya () tidak
6) Fungsi penciuman : Normal
d. Mulut dan Kerongkongan :
1) Struktur : ( ) simetris ( ) asimetris
2) Bibir :( ) merah muda ( ) kering ( ) aphtae ( ) sianosis
( ) pecah-pecah ( ) pucat ( ) lesi
3) Gusi : () merah muda ( ) perdarahan
( ) peradangan ( ) lain-lain, jelaskan ………………..
4) Gigi : () lengkap ( ) tanggal
( ) karies ( ) berlubang, jelaskan ………………
5) Lidah : () merah muda ( ) aphtac ( ) pecah-pecah
( ) bercak-bercak ( ) lesi
6) Saliva : () normal ( ) abnormal
7) Tonsil : () normal ( ) peradangan
8) Kerongkongan (refleks gag, sakit menelan), jelaskan : Refleks gag
normal, tidak ada sakit menelan
2. Sistem Pernafasan
a. Bentuk dada : () Normochest ( ) asimetris ( ) pigeon chest
( ) barrel chest ( ) funnel chest
b. Pergerakan/pengemb. Thoraks: () normal ( ) abnormal
( ) otot bantu nafas
4. Sistem Pencernaan
a. Warna kulit : ( ) merata( ) tidak merata ( ) lesi
( ) peradangan ( ) striae ( ) jaringan parut
f. Bruits/desiran : ( ) ya ( ) tidak
g. Keadaan perkusi :
1) Hepar :Pekak
2) Lien :Timpani
3) Lambung : Timpani
h. Keadaan palpasi :
1) Hepar : ( ) teraba ( ) tidak teraba
Jika teraba, Ukuran 12-13 cm
2) Lien : () teraba ( ) tidak teraba
Jika teraba, Ukuran 14-15 cm
5. Sistem Perkemihan
a. CVA : kanan : Tidak ada
kiri : Tidak ada
V : Normal
VII : Normal
VIII : Normal
IX : Normal
X : Normal
XI : Normal
XII : Normal
Sebutkan ………………………….
f. Fraktur : ( ) ya ( ) tidak
9. Sistem Integumen
a. Turgor kulit : ( ) baik ( ) sedang ( ) buruk
b. Warna kulit : () pucat ( ) sianosis
c. Keadaan kulit : ( ) baik ( ) lesi ( ) luka
( ) gatal-gatal ( ) bercak-bercak merah
( ) dekubitus ( ) memar/bengkak
karena urin yang keluar hanya sedikit pesing, jumlah urin yang keluar dalam 1
Klien mengatakan tidak mengerti tentang HB 11,8 g/dL ( Normal : 12.0 – 17.0)
1 Ds : PJK
Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri perut bagian
berhubungan dengan
bawah dan nyeri pada saat BAK Lesi komplikata
Agen Fisiologis
klien mengatakan nyeri yang dirasakan
(D.0077). Hal.172
seperti ditusuk-tusuk,
Aterosklerosis
klien mengatakan nyeri terasa dibagian
perut sampai ke pinggang
klien mengatakan skala nyeri 6 (NRS Infark Miocardium
0-10),
klien mengatakan nyeri makin
Metabolisme
meningakat jika berkemih dan hilang
Anaerob
pada saat beristirahat meningkat
Do :
Klien tampak meringis
Produk asam laktat
Konjungtiva anemis
Klien tampak pucat
Bibir kering Nyeri dada (angina)
Klien sering memegang perut bagian
bawah
Nyeri Akut
TD :130/80 mmHg, N : 86 x/m
SB : 36,90 C, RR : 28 x/m, <2 dtk
GCS ( E: 4, V: 5, M: 6 )
Leukosit (DR) : 15. 103 ( normal 4.103-
103)
2 Ds : PJK
Gangguan eliminasi
klien mnegatakan sering buang air kecil
urine berhubungan
namun sedikit saja, Lesi komplikata
dengan iritasi kandung
klien mengatakan tidak puas saat
kemih (D.0040). Hal.96
berkemih karena urin yang keluar
Aterosklerosis
hanya sedikit
klien mengatakan saat beraktivitas
Klien dibantu oleh keluarganya Infark Miocardium
Do :
Klien tampak lemah
Penurunan
Distensi Kandung kemih Kemampuan
Warna urine Orange, Bau urin khas
pesing, jumlah urin yang keluar dalam
1 hari 1200 ml/hari Ketidakseimbangan
supai O2 ke sel
Terpasang kateter urine
Jaringan
HB 11,8 g/dL ( Normal : 12.0 – 17.0)
HT 31 % ( Normal : 35.0 – 50.0)
Supai O2 menurun
Leukosit (Urinalis) : +3 ( normal -)
tidak sesuai
Uroblinogen (Urinalis) : +1 (normal -) kebutuhan
Blood (Urinalis) : +1 (normal -)
Gangguan Pola
Nafas
3 Ds : PJK
Defisit pengetahuan
Klien mengatakan tidak mengerti
berhubungan dengan
tentang penyakit yang dialami saat ini, Lesi komplikata
kurang terpapar
klien mengatakan bingung dengan
informasi (D.0111).
penyakitnya
Hal.246 Aterosklerosis
Kilen sering bertanya pada perawat
tentang penyakit dan kondisinya, klien
tampak bingung Infark Miocardium
Do :
Penurunan
Klien tampak lemah Kemampuan
Klien tampak bingung
Ketidakseimbangan
supai O2 ke sel
Jaringan
Supai O2 menurun
tidak sesuai
kebutuhan
O2 di sel menurun
Metabolisme
energi menurun
Intoleransi
Aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Fisiologis (D.0077). Hal.172
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih (D.0040). Hal.96
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111). Hal.246
RENCANA PERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERI HASIL INTERVENSI
1 Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Setelah dilakukan tindakan selama Menajemen Nyeri (I.08238). Hal.201
Fisiologis (D.0077). Hal.172 1 x 8 Jam diharapkan tingkat Observasi:
Nyeri menurun dengan criteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
hasil (L.08066).Hal.145 durasi, frekuensi, intensitas nyeri,
kualitas
1. Keluhan nyeri menurun
2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun
3. Identifikasi respon non verbal
5. Sikap Protektif menurun
Terapeutik
3. Tekanan dara membaik
4. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
5. Ajarkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya
infeksi mikroorganisme pada saluran kemih. Dinyatakan ISK harus ditemukan bakteri dalam
urin. Prevelensi ISK dimasyarakat makin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada
usia 40-60 memiliki prevelensi 3,2%. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun
mempunyai prevelensi 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki- laki maupun
wanita dari anak- anak hingga dewasa, maupun usia lanjut. Namun wanita ISK lebih sering
menyerang wanita dan biasanya pada wanita muda yang aktif secara seksual, dimana
insidennya mencapai 0,5/wanita tiap tahunnya kurang lebih 5-15%.
Pada usia lanjut sering terjadi ISK karena disebabkan adanya sisa urin dalam kandung
kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih kurang efektif, mobilisassi menurun, dan
system imunitas menurun.
Secara seluler maupun hormonal, adanya sumbatan urin, hilangnya efek bakterisid
dan sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perly mendapatkan
perawatan khusus. Di Amerika dilaporkan bahwa sedikitnya 6 juta pasien datang kedokter
setiaptahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di Surakarta ISK merupakan
penyakit infeksi yang menempati urutan ke-10 paling sering diderita pasien (Februari- Maret
2016).
Infeksi saluran kemih adalah terjadinya infeksi oleh mikroorganisme pada saluran
kemih. Jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksiyang
paling sering adalah bakteri koliform (70%) dan bakteri pathogen lainnya termasuk
Proteus mirabilis,Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus faecalis (Davey,
2005).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta mengerti dan
memahami tentang penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK)
2. Tujuan Khusus
Setelah diberi penyuluhan peserta diharapkan mampu:
a. Dapat menjelaskan tentang pengertian penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK)
b. Dapat menyebutkan penyebab dari penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK)
c. Dapat menyebutkan Tanda dan gejala dari penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK)
d. Dapat menyebutkan komplikasi dari Infeksi Saluran Kemih (ISK)
e. Dapat menyebutkan penatalaksanaan medis dan perawat pada Penyakit Infeksi
Saluran Kemih (ISK)
f. Dapat menyebutkan tentang pencegahan dari penyakit Infeksi Saluran
Kemih (ISK)
C. Materi
Terlampir
D. Media
1. Leaflet
Disusun Oleh
MOH. AKBAR HADJU
Prodi Ners Lanjutan
Poltekkes Manado
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
F. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Rabu, 17 Agustus 2022
2. Waktu : 16.00 – 16:40 WITA
3. Tempat : RSUD Tombulilato
G. Perencanaan Pelaksanaan
a. Menggali penyuluh
1. Evaluasi formatif
a. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian Infeksi Saluran
Kemih
b. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan hal-hal yang menyebabkan
terjadinya Infeksi Saluran Kemih
c. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan kembali tanda dan gejala Infeksi
Saluran Kemih
d. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan apa saja pencegahannya
2. Evaluasi somatif
Pasien dan keluarga dapat memahami penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian ISK
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat
terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jeni kelamin
ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria (Sudoyo. 2009).
Infeksi saluran kencing merupakan keadaan dimana adanya suatu proses
peradangan yang akut ataupun kronis dari ginjal ataupun saluran kemih yang mengenai
pelvis ginjal, jaringan intersisial dan tubulus gijal (pielonefritis), atau kandung kemih
(Cytitis), danUrethra (Uretritis)
B. Penyebab ISK
Penyebab utama ISK adalah karena adanya jamur, virus dan bakteri yang masuk
kedalam saluran kencing. Sedangkan ada beberapa faktor predisposisi terjadinya
ISK, yaitu:
1. Kebersihan alat vital yang kurang baik
2. Sisa urin dalam kandung kemih akibat pengosongan kandung kemih yang kurang
efektif
3. Sering menahan kencing
4. Kurang minum
5. Kurang menjaga kebersihan dan kesehatan daerah seputar saluran kencing.
6. Cara cebok yang salah
7. Memiliki riwayat penyakit kelamin.
C. Manifestasi Klinis ISK
1. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air urinnya bisa berwarna putih,
coklat, atu kemerahaan dan baunya sangat menyengat.
3. Warna urin kental atau pekat seperti air the, kadang kemerahan bila ada darah
(hematuria).
4. Nyeri pada pinggang
5. Demam atau mengigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal
(diiringi rasa nyeri disisi bawah belakang rusuk, mual, atau muntah)
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh-sembuh
dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih
7. Pada bayi usia 2 bulan (neonatus), gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis
berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia.
8. Pada anak gejalanya lebih khas seperti sakit waktu kencing, frekuensi urin
meningkat nyeri perut atau pinggang mengompol anyang-anyangan
(polakisuria), dan bau urin yang sangat menyengat.
D. Komplikasi
Apabila Infeksi Saluran Kemih (ISK) tidak segera ditangani bisa menimbulkan
Sepsis dimana terjadi infeksi di seluruh tubuh.
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan farmakologi
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah dilihat dari
penyebabnya.
a. Antibiotic sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat berikan antibiotic
antara cefotaxime, cefotaxime, kotrimoxsazol, trimetopirm, fluoroquinolon,
amoksisiklin, diksisiklin, aminoglikosid.
b. Bila ada tanda- tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi
penisilin dengan aminoglikosida.
c. Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin, nitrofurantoin atau sefalosporin.
2. Penatalaksanaan non farmakologi
a. Istirahat yang cukup
c. Menjaga status gizi pasien agar tetap seimbang untuk meningkatkan daya
tahan tubuh
d. Berikan kompres air hangat pada bagian abdomen
untuk mengurangi rasa tegang pada kandung kemih
F. Pencegahan
1. Perbanyak minum air putih 8-10 gelas per hari
2. Mengkonsuumsi vitamin C secara teratur karena dapat mengurangi jumlah bakteri
dalam urin
3. Hindari konsumsi minuman alcohol, mkanan yang berempah, dan kopi karena
semua makanan inti dapat mengiritasi kandungan kemih.
4. Segera buang air kecil jika keinginan itu muncul
5. Cucilah alat kelamin sebelum dan sesudah hubungan kelamin.
6. Jalani hidup bersih dengan mencuci bangian anus dan genetalis sekurang
kurangnya sekali sehari
7. Jika memakai kateter lakukan penggantian atau cek secara teratur
a. Untuk wanita:
1) Kenali faktor penyebab yang dapat menimbulkan ISK
2) Basuh bagian kemaluan dari arah depan kebelakangan (anus) agar bakteri
tidak bermigrasi dari anus ke vagina atau uretra
3) Cuci setelah melakukan seggama diikuti dengan terapi atimikroba takaran
tunggal
4) Jika hamil segera lakukan pemeriksaan untuk mendapatkan pengobatan
dengan sesegera mungkin
5) Ganti pembalut
6) Hindari pemakaian celana ketat
7) Hindari penggunaa parfum, deodorant, atau produk kebersihan wanita lainnya
pada bagian kelamin Karena dapat berpotensi mengiritasi uretra
1. Indikasi
Diberikan pada klien yang mengalami keluhan nyeri tusukan jarum spinal anestesi
2. Persiapan Alat dan Bahan
a. Alat Tulis
b. Stopwatch
c. MP3 yang berisi langkah-langkah guided imagery
3. Prosedur
a. Preinteraksi
1) Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien
2) Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi
1) Beri salam terapeutik dan panggil klien dengan namanya dan memperkenalkan
diri
2) Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien
3) Beri kesempatan klien untuk bertanya
c. Tahap Kerja
1) Jaga privasi klien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi klien senyaman mungkin (duduk)
4) Anjurkan klien menutup mata dengan lembut
5) Anjurkan klien fokus pada pernapasan perut
6) Anjurkan klien menarik napas dalam dan perlahan
7) Anjurkan klien melanjutkan pernapasan dengan biarkan sedikit lebih dalam dan
lama
8) Anjurkan klien tetap fokus pada pernapasan dan pikirkan bahwa tubuh semakin
santai dan lebih santai
9) Anjurkan klien memikirkan bahwa seolah-olah pergi ke sebuah pegunungan
yang begitu sejuk dan merasa senang ditempat tersebut
10) Anjurkan klien napas pelan dan dalam untuk menghirup kesejukan
pegunungannya
11) Anjurkan klien menikmati berada ditempat tersebut
12) Jika sudah selesai, maka anjurkan klien untuk membuka mata
13) Posisikan pasien senyaman mungkin.
14) Setelah 1 menit ukur skala nyeri menggunakan Numerical Rating Scale (NRS).
d. Terminasi
1) Tulis Respon pasien (Witjalaksono, dkk. 2013)
Dokumentasi
Aru, Sudaya. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna Publishing
Davey, Patrick. 2005. Medicine At A Glance. Aalih Bahasa : Rahmalia. A, dkk. Jakarta :
Erlangga
Fitriani. (2013). Faktor-Faktor Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien yang
terpasang kateter menetap Di ruang Rawat Inap RSUD Tarakan.(Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin Makasar). Diakses tanggal 14
Mei 2016.
IDAI, (2011). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 2 cetakan
peratama Jakarta. Badan Penerbit IDAI.
Manurung, N. (2018). Keperawatan medical bedah konsep, mind mapping dan NANDA NIC
NOC. Jakarta: TIM.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda (North American Nursing Diagnosis Association) Nic-Noc. Jogjakarta:
Penerbit Mediaction Jogja.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika
Purnomo, B. B. (2014). Dasar- dasar Urologi. Jakarta: CV sagung seto.
Soegijanto S. 2010. Patogen Infeksi Virus Dengue Recent Update. Applied
Management of Dengue Viral Infection in chidren. 6 November 2010.
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.
Jakarta:Sagung seto.
Witjalaksono, Villyastuti dan Sutiyono. (2013). Masalah Nyeri. Semarang : PERDATIN