Mengetahui,
3. Patofisiologi
Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang
telah rusak. Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke
hepar dengan cara berikatan dengan albumin. Bilirubin direk
(terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal.
Bayi memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri
pemecah, sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi
bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk dalam aliran darah,
sehingga bilirubin terus bersirkulasi (Atika dan Jaya, 2016).
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial,
selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin.
Neonatus mempunyai kapasitas ikatan plasma yang rendah terhadap
bilirubin karena konsentrasi albumin yang rendah dan kapasitas ikatan
molar yang kurang. Bilirubin yang terikat dengan albumin tidak dapat
memasuki susunan syaraf pusat dan bersifat toksik (Kosim, 2012).
Pigmen kuning ditemukan di dalam empedu yang terbentuk dari
pemecahan hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin,
reduktase, dan agen pereduksi non enzimatik dalam sistem
retikuloendotelial. Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak
terkonjugasi diambil oleh protein intraseluler “Y protein” dalam hati.
Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatik dan adanya ikatan
protein. Bilirubin tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi
oleh enzim asam uridin disfoglukuronat (uridine disphoglucuronid acid)
Glukurinil transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida
yang polar, larut dalam air (bereaksi direk). Bilirubin yang terkonjugasi
yang larut dalam air dapat dieliminasi melaui ginjal. Dengan konjugasi,
bilirubin masuk dalam empedu melaui membran kanalikular. Kemudian
ke sistem gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi
urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin diabsorbsi
kembali menjadi sirkulasi enterohepatik (Suriadi dan Yuliani 2010).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan
bilirubin yang melebihi kemampuan hati untuk mengekskresikan
bilirubin yang telah diekskresikan dalam jumlah normal. Selain itu,
hiperbilirubinemia juga dapat disebabkan oleh obstruksi saluran ekskresi
hati. Apabila konsentrasi bilirubin mencapai 2 – 2,5 mg/dL maka
bilirubin akan tertimbun di dalam darah. Selanjutnya bilirubin akan
berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian akan menyebabkan kuning
atau ikterus (Khusna, 2013).
Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen
bilirubin yang larut lemak, tak terkonjugasi, non polar (bereaksi
indirek). Pada bayi dengan hiperbilirubinemia kemungkinan merupakan
hasil dari defisiensi atau tidak aktifnya glukoronil transferase.
Rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan
protein hepatik sejalan dengan penurunan darah hepatik (Suriadi dan
Yuliani 2010).
4. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia apabila
bayi baru lahir tersebut tampak berwarna kuning dengan kadar serum
bilirubin 5mg/dL atau lebih (Mansjoer, 2013). Hiperbilirubinemia
merupakan penimbunan bilirubin indirek pada kulit sehingga
menimbulkan warna kuning atau jingga. Pada hiperbilirubinemia direk
bisanya dapat menimbulkan warna kuning kehijauan atau kuning kotor
(Ngatisyah, 2012).
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir dapat menyebabkan
ikterus pada sklera, kuku, atau kulit dan membrane mukosa. Jaundice
yang muncul pada 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
Jaundice yang tampak pada hari kedua atau hari ketiga, dan mencapai
puncak pada hari ketiga sampai hari keempat dan menurun pada hari
kelima sampai hari ketujuh yang biasanya merupakan jaundice
fisiologis (Suriadi dan Yuliani 2010).
Ikterus diakibatkan oleh pengendapan bilirubin indirek pada
pada kulit yang cenderung tampak kuning terang atau orange. Pada
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Nama Klien : By. Ny. RS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 9 hari
Tanggal Lahir : 02 Oktober 2021
Jenis Persalinan : Sectio Caesaria
No. RM : 093992
Nama orang tua : Tn. S
Pekerjaan Ibu : IRT
Agama : Islam
2. Keluhan Utama
Saat dilakukan pengkajian bayi terlihat ikterus dari bagian kepala, bagian atas
lutut dan siku tangann.
3. Riwayat Kelahiran
a. Prenatal
Orang tua mengatakan selama hamil sering memeriksakan kandungannya.
Orang tua mengatakan 3 kali melakukan pemeriksaan.
b. Natal
Oramg tua mengatakan bahwa ia melahirkan anaknya dengan operasi
Ssctio Caesaria di salah satu Rumah sakit.
c. Post Natal
Klien lahir dengan nafas normal tidak memerlukan oksigen, apgar score
7/8/9. Interaksi antara ibu dan anak ada, tidak ada trauma saat melahirkan,
BAB/BAK (+), respon fisiologis atau perilaku yang bermakna yaitu bayi
menangis dengan kuat, gerakan aktif, reflex hisap baik, refelek menelan
baik.
4. Riwayat keluarga
Orang tua klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang sama seperti
yang dialami oleh anaknya.
5. Riwayat Sosial
a. Sistem pendukung
Selama dilakukan perawatan diruang perinatal orang tua selalu siap jika
dibutuhkan setiap saat untuk memenuhi kebutuhan bayi R.
b. Hubungan orang tua dengan bayi
Hubungan yang terjalin antara bayi dan orang tua cukup baik.orang tua
terutama ibu selalu mengunjungi anaknya ketika akan memberikan ASI
c. Lingkungan Rumah
Tidak dikaji
d. Problema social yang penting
Tidak ada
6. Keadaan kesehatan saat ini
a. Diagnosa Medis
Sepsis, Hiperbilirubinemia, BBLR
b. Tindakan operasi
-
c. Status Nutrisi
Untuk pemenuhunan nutrisi bayi bisa mneghabiskan nutrisi sebanyak
80cc/ shift sesuai dengan intrusksi dokter. Bayi tidak ada muntah.
d. Status Cairan
Adekuat
e. Terapi
- Infus D5% ¼ NS 10 cc/jam
- Inj. Cefotaxime 150 mg/ 12 jam
- Inj. Gentamicin 18 mg/ 24 jam
- Phenobarbital 6,25 mg/12 jam/po
f. Aktifitas
Keadaan umum sedang, gerak bay aktuf, bayi menangis kuat.
g. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan
Pemotongan tali pusat, melayani pemberian imunisasi HB 0, mengelola
terapi, mengukur antropomentri, mengobservasi KU/VS, memberikan
nutrisi pada bayi.
h. Hasil Laboratorium
Hari/Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
03/10/2021 Bilirubin Total 13.6 3.4-11.5 mg/dL
Blirubin Direk 0.4 0.0-0.20 mg/dL
Blirubin Indirek 13.2 0.0-0.75 mg/dL
04/10/2021 Bilirubin Total 17.8 3.4-11.5 mg/dL
Blirubin Direk 0.6 0.0-0.20 mg/dL
Blirubin Indirek 17.2 0.0-0.75 mg/dL
06/10/2021 Darah lengkap
Hemoglobin 10.9 13.4 – 19.8 g/dl
Hematokrit 32.3 33.0 – 45.0 %
Trombosite 400 150 - 450
Leukosite 9.02 5.0 – 19.5
Eritrosite 3.21 3.9 – 5.3
Kimia Klinik
SGOT 66 8 – 37
SGPT 17 8 – 40
Bilirubin Total 16.5 3.4-11.5 mg/dL
Blirubin Direk 0.4 0.0-0.20 mg/dL
Blirubin Indirek 16.1 0.0-0.75 mg/dL
i. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien sedang, membrane mukosa klien kering terpasang
OGT dan oksigen 2 lpm. Bayi active, menangis kuat, terpsang infuse D5%
¼ NS 10cc/jam, terpasanga fototerapi 5x24 jam, akral teraba hangat,
terdapat ikterus pda daerah wajah, leher sampai dengan bagian lutut dan
siku. Tempat tidur klien terpasang alat penghangat infant. Kesadaran
composmentis. Vital sign : N : 138, P : 48, SPO2 : 100%, SB : 36.8
Antropometri Saat lahir Saat ini
2.Panjang badan 50 cm 50 cm
3.Lingkar Kepala 34 cm -
- Reflek
Reflek menghisap dan menggenggam baik, tidak ada masalah
- Tonus/Aktivitas
Tonus klien active, klien menangis keras jika merasa tidak nyaman
- Kepala dan Leher
Kondisi kepala lunak, wajah klien simetris, leher klien simteris tidak
ada pembengkakan JVP
- Mata
Mata klien bersih, saat ini mata klien tertutup oleh kassa untuk
menghibdari masuknya cahaya infant ke lapisan mata
- THT
Telinga klien normal, hidung klien normal terpasang kanula, palatum
klien normal.
- Abdomen
Bagian perut klien terlihat normal, lunak. Lingkar perut klien 33 cm,
palpasi liver <2 jari.
- Thoraks
Bagian thorax klien normal, simetris antara kiri dan kanan, klavikula
normal.
- Paru-paru
Suara napas klien bersih antara kiri dan kanan, merata antara kiri dan
kanan, bunyi napas terdengar diemua lapang patu, respirasi dibantu
oleh oksigen dengan 2 lpm.
- Jantung
Bunyi jantung normal, tidak ada bunyi jantung tambahan.
- Ekstremitas
Ekstremitas atas dan bawah dapat digerakan.
- Umbilicus
Sudah terlepas dan tidak ada tanda-tanda infeksi
- Genital dan Anus
Tidak ada kelainan, klien berjenis kelamin laki-laki
- Kulit
Kulit klien kering, dengan warna sekitar terlihat menguning.
- Suhu
Suhu lingkungan hangat, suhu badan klien 35.9oC. klien dibantu
dihangatkan dengan infant.
ANALISA DATA
DATA PENYEBAB MASALAH
Data Subyektif Usia kurang dari 7 hari Ikterik Neonatus
- Orang tua mengatakan (SDKI, 66) (SDKI, 66)
anaknya menguning
setelah beberapa jam
dilahirkan
Data Obyektif :
- Terdapat ikterik pada
badan klien yaitu dari
wajah sampai dengan
bagiian atas lutut dan siku
tangan
- Membrane mukosa klien
kering
- Kulit klien nampak
kuning
- Hasil lab tgl 06/10/21
Bilirubin total : 16.5
Bilirubin direk : 0.4
Bilirubin Indirek : 16.1
Data Proses penyakit Risiko Termoregulasi tidak
Saat ini bayi dirawat diruang (SDKI, 316) efektip
perinatal. Klien mendapatkan (SDKI, 316)
terapi fototerapi 5x24 jam
sesuai intruksi dokter. Suhu
infant klien diatur dengan
suhu yang hangat. Suhu badan
klien tidak menentu. Akral
teraba hangat. Saat ini suhu
badan klien 36.8
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
1. Ikterik Neonatus berhubungan dengan Usia kurang dari 7 hari (SDKI, 66)
2. Risiko thermoregulasi inefektip berhubungan dengan Proses penyakit (SDKI, 316)
RENCANA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN
Ikterik Neonatus Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor ikterik pada sclera dan kulit bayi
berhubungan dengan Usia 3x24 jam. Oraang tua mengatakan : 2. Monitor suhu dan tanda vital bayi
3. Siapkan lampu fototerapi dan incubator atau kotak bayi
kurang dari 7 hari (SDKI, - Membrane mukosa bayi lembab 4. Berikan penutup mata
- Kulit klien normal tidak kuning 5. Anjurkan ibu mneyusui bayinya
66) - Sclera bayi tidak menguning 6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
- Aktivitas ekstremtas klien meningkat. (SIKI, 119)
(SLKI, 15)
Risiko thermoregulasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor suhu alat terapi
3x24 jam, orang tua mengatakan : 2. Monitor kondisi kulit selama terapi
inefektip berhubungan
3. Monitor kondisi umum, kenyamanan, dan keamanan selama terapi
dengan Proses penyakit - Suhu badan klien normal 4. Tentukan durasi terapi sesuai dengan respon pasien
- Tidak ada peningkatan atau penerununan suu 5. Ajarkan cara menyesuaikan suhu secara mandiri.
(SDKI, 316) tubuh dikisaran normal (SIKI, 431)
- Frekuensi nadi klien normal
(SLKI, 130)
INTERVENSI DAN EVALUASI