Anda di halaman 1dari 25

Askep Anak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY. RS DENGAN DIAGNOSA MEDIS


HIPERBILIRUBINEMIA DIRUANG PERINATAL
RSUD BAGAS WARAS KLATEN

Nama : Van Wayon Tahidji


NIM : P07120520051

Mengetahui,

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Bilirubin adalah pigmen kristal tetrapiol berwarna jingga kuning
yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui
proses reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi di sistem retikulo endothelial
(Kosim, 2012). Bilirubin diproduksi oleh kerusakan normal sel darah
merah. Bilirubin dibentuk oleh hati kemudian dilepaskan ke dalam usus
sebagai empedu atau cairan yang befungsi untuk membantu pencernaan
(Mendri dan Prayogi, 2017).
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar serum bilirubin dalam
darah sehingga melebihi nilai normal. Pada bayi baru lahir biasanya dapat
mengalami hiperbilirubinemia pada minggu pertama setelah kelahiran.
Keadaan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir disebabkan oleh
meningkatnya produksi bilirubin atau mengalami hemolisis, kurangnya
albumin sebagai alat pengangkut, penurunan uptake oleh hati, penurunan
konjugasi bilirubin oleh hati, penurunan ekskresi bilirubin, dan peningkatan
sirkulasi enterohepatik (IDAI, 2013). Hiperbilirubinemia adalah keadaan
dimana meningkatnya kadar bilirubin dalam darah secara berlebihan
sehingga dapat menimbulkan perubahan pada bayi baru lahir yaitu
warna kuning pada mata, kulit, dan mata atau biasa disebut dengan
jaundice.
Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar bilirubin serum
yang disebabkan oleh salah satunya yaitu kelainan bawaan sehingga
menyebabkan ikterus (Imron, 2015). Hiperbilirubinemia atau penyakit
kuning adalah penyakit yang disebabkan karena tingginya kadar bilirubin
pada darah sehingga menyebabkan bayi baru lahir berwarna kuning pada
kulit dan pada bagian putih mata (Mendri dan Prayogi, 2017).
2. Etiologi
Hiperbilirubinemia disebabkan oleh peningkatan produksi bilirubin
karena tingginya jumlah sel darah merah, dimana sel darah merah
mengalami pemecahan sel yang lebih cepat. Selain itu, hiperbilirubinemia
juga dapat disebabkan karena penurunan uptake dalam hati, penurunan
konjugasi oleh hati, dan peningkatan sirkulasi enterohepatik (IDAI, 2013).
Kejadian ikterik atau hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir
disebabkan oleh disfungsi hati pada bayi baru lahir sehingga organ hati
pada bayi tidak dapat berfungsi maksimal dalam melarutkan bilirubin ke
dalam air yang selanjutkan disalurkan ke empedu dan diekskresikan ke
dalam usus menjadi urobilinogen. Hal tersebut meyebabkan kadar
bilirubin meningkat dalam plasma sehingga terjadi ikterus pada bayi baru
lahir (Anggraini, 2016).
Menurut Nelson (2011) secara garis besar etiologi ikterus atau
hiperbilirubinemia pada neonatus dapat dibagi menjadi :
a. Produksi bilirubin yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan
neonatus untuk mengeluarkan zat tersebut. Misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0,
golongan darah lain, defisiensi enzim G6-PD, piruvat kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini
dapat disebabkan oleh asidosis, hipoksia, dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-
Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam
hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
c. Gangguan transportasi bilirubin. Bilirubin dalam darah terikat
pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan
albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,
sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah
melekat ke sel otak.
d. Gangguan dalam ekskresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat
obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan diluar hepar
biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar
biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

3. Patofisiologi
Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang
telah rusak. Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke
hepar dengan cara berikatan dengan albumin. Bilirubin direk
(terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal.
Bayi memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri
pemecah, sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi
bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk dalam aliran darah,
sehingga bilirubin terus bersirkulasi (Atika dan Jaya, 2016).
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial,
selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin.
Neonatus mempunyai kapasitas ikatan plasma yang rendah terhadap
bilirubin karena konsentrasi albumin yang rendah dan kapasitas ikatan
molar yang kurang. Bilirubin yang terikat dengan albumin tidak dapat
memasuki susunan syaraf pusat dan bersifat toksik (Kosim, 2012).
Pigmen kuning ditemukan di dalam empedu yang terbentuk dari
pemecahan hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin,
reduktase, dan agen pereduksi non enzimatik dalam sistem
retikuloendotelial. Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak
terkonjugasi diambil oleh protein intraseluler “Y protein” dalam hati.
Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatik dan adanya ikatan
protein. Bilirubin tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi
oleh enzim asam uridin disfoglukuronat (uridine disphoglucuronid acid)
Glukurinil transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida
yang polar, larut dalam air (bereaksi direk). Bilirubin yang terkonjugasi
yang larut dalam air dapat dieliminasi melaui ginjal. Dengan konjugasi,
bilirubin masuk dalam empedu melaui membran kanalikular. Kemudian
ke sistem gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi
urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin diabsorbsi
kembali menjadi sirkulasi enterohepatik (Suriadi dan Yuliani 2010).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan
bilirubin yang melebihi kemampuan hati untuk mengekskresikan
bilirubin yang telah diekskresikan dalam jumlah normal. Selain itu,
hiperbilirubinemia juga dapat disebabkan oleh obstruksi saluran ekskresi
hati. Apabila konsentrasi bilirubin mencapai 2 – 2,5 mg/dL maka
bilirubin akan tertimbun di dalam darah. Selanjutnya bilirubin akan
berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian akan menyebabkan kuning
atau ikterus (Khusna, 2013).
Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen
bilirubin yang larut lemak, tak terkonjugasi, non polar (bereaksi
indirek). Pada bayi dengan hiperbilirubinemia kemungkinan merupakan
hasil dari defisiensi atau tidak aktifnya glukoronil transferase.
Rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan
protein hepatik sejalan dengan penurunan darah hepatik (Suriadi dan
Yuliani 2010).
4. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia apabila
bayi baru lahir tersebut tampak berwarna kuning dengan kadar serum
bilirubin 5mg/dL atau lebih (Mansjoer, 2013). Hiperbilirubinemia
merupakan penimbunan bilirubin indirek pada kulit sehingga
menimbulkan warna kuning atau jingga. Pada hiperbilirubinemia direk
bisanya dapat menimbulkan warna kuning kehijauan atau kuning kotor
(Ngatisyah, 2012).
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir dapat menyebabkan
ikterus pada sklera, kuku, atau kulit dan membrane mukosa. Jaundice
yang muncul pada 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
Jaundice yang tampak pada hari kedua atau hari ketiga, dan mencapai
puncak pada hari ketiga sampai hari keempat dan menurun pada hari
kelima sampai hari ketujuh yang biasanya merupakan jaundice
fisiologis (Suriadi dan Yuliani 2010).
Ikterus diakibatkan oleh pengendapan bilirubin indirek pada
pada kulit yang cenderung tampak kuning terang atau orange. Pada

ikterus tipe obstruksi (bilirubin direk) akan menyebabkan kulit pada


bayi baru lahir tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh.
Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat. Selain itu
manifestasi klinis pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia atau
ikterus yaitu muntah, anoreksia, fatigue, warna urine gelap, serta warna
tinja pucat (Suriadi dan Yuliani 2010).
Menurut Ridha (2014) bayi baru lahir dikatakan mengalami
hiperbilirubinemia apabila tampak tanda-tanda sebagai berikut :
a. Sklera, selaput lendir, kulit atau organ lain tampak kuning akibat
penumpukan bilirubin.
b. Terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
c. Peningkatan konsentasi bilirubin 5mg/dL atau lebih setelah 24
jam.
d. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg/dL pada neonatus cukup bulan
dan 12,5 mg/dL pada neonatus kurang bulan.
e. Ikterik yang disertai proses hemolisis.
f. Ikterik yang disertai berat badan lahir kurang dari 2000 gram,
masa gestasi kurang dari 36 minggu, hipoksia, sindrom gangguan
pernafasan, infeksi trauma lahir kepala, hipoglikemia, hiperkarbia.
5. Komplikasi
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir apabila tidak segera
diatasi dapat mengakibatkan bilirubin encephalopathy (komplikasi
serius). Pada keadaan lebih fatal, hiperbilirubinemia pada neonatus
dapat menyebabkan kern ikterus, yaitu kerusakan neurologis, cerebral
palsy, dan dapat menyebabkan retardasi mental, hiperaktivitas, bicara
lambat, tidak dapat mengoordinasikan otot dengan baik, serta tangisan
yang melengking (Suriadi dan Yuliani, 2010).
Menurut American Academy of Pediatrics (2004) manifestasi
klinis kern ikterus pada tahap kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang
selamat biasanya menderita gejala sisa berupa bentuk atheoid cerebral
palsy yang berat, gangguan pendengaran, paralisis upward gaze, dan
dysplasia dental enamel. Kern ikterus merupakan perubahan
neuropatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin pada
beberapa daerah otak terutama di ganglia basalis, pons, dan cerebellum.
Bilirubin ensefalopati akut menurut American Academy of
Pediatrics (2004) terdiri dari tiga fase, yaitu :
a. Fase inisial, ditandai dengan letargis, hipotonik, berkurangnya
gerakan bayi, dan reflek hisap yang buruk.
b. Fase intermediate, ditandai dengan moderate stupor, iritabilitas,
dan peningkatan tonus (retrocollis dan opisthotonus) yang disertai
demam.
c. Fase lanjut, ditandai dengan stupor yang dalam atau koma,
peningkatan tonus, tidak mampu makan, high-pitch cry, dan
kadang kejang.
6. Penatalaksanaan Terapeutik
Menurut Suriadi dan Yuliani (2010) penatalaksanaan terapeutik
pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia yaitu :
a. Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila hiperbilirubinemia pada
bayi baru lahir disebabkan oleh infeksi.
b. Fototerapi
Tindakan fototerapi dapat dilakukan apabila telah ditegakkan
hiperbiliribunemia pada bayi baru lahir bersifat patologis.
Fototerapi berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit
melaui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada bilirubin dari
biliverdin.
c. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengekskresikan bilirubin dalam hati dan
memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil
transferase yang dapat meningkatkan bilirubin konjugasi dan
clearance hepatik pada pigmen dalam empedu, sintesis protein
dimana dapat meningkatkan albumin untuk mengikat bilirubin.
Akan tetapi fenobarbital tidak begitu sering dianjurkan untuk
mengatsi hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.
d. Transfusi Tukar
Transfusi tukar dilakukan apabila hiperbilirubinemia pada bayi
baru lahir sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi.
B. Konsep Keperawatan
Asuhan Keperawatan Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yaitu meliputi
pengkajian keperawatan, diagnos keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan, serta discharge planning.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dengan
hiperbilirubinemia menurut Widagdo, 2012 meliputi:
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : tingkat keparahan penyakit, kesadaran,
status nutrisi, postur/aktivitas anak, dan temuan fisis sekilas
yang prominen dari organ/sistem, seperti ikterus, sianosis,
anemi, dispneu, dehidrasi, dan lain-lain.
b) Tanda vital : suhu tubuh, laju nadi, tekanan darah, dan laju
nafas.
c) Data antropometri : berat badan, tinggi badan, lingkar
kepala, tebal lapisan lemak bawah kulit, serta lingkar lengan
atas.
2) Pemeriksaan Organ
a) Kulit : warna, ruam kulit, lesi, petekie, pigmentasi,
hiper/hipohidrolisis, dan angiektasis.

b) Kepala : bentuk, ubun-ubun besar, sutura, keadaan rambut,


dan bentuk wajah apakah simestris kanan atau kiri.
c) Mata : ketajaman dan lapangan penglihatan, hipertelorisme,
supersilia, silia, esksoptalmus, strabismus, nitagmus, miosis,
midriasis, konjungtiva palpebra, sclera kuning, reflek cahaya
direk/indirek, dan pemeriksaan retina dngan funduskopi.
d) Hidung : bentuk, nafas cuping hidung, sianosis, dan sekresi.
e) Mulut dan tenggorokan : warna mukosa pipi/lidah, ulkus,
lidah kotor berpeta, tonsil membesar dan hyperemia,
pembengkakan dan perdarahan pada gingival, trismus,
pertumbuhan/ jumlah/ morfologi/ kerapatan gigi.
f) Telinga : posisi telinga, sekresi, tanda otitis media, dan nyeri
tekan.
g) Leher : tiroid, kelenjar getah bening, skrofuloderma, retraksi,
murmur,bendungan vena, refluks hepatojugular, dan kaku
kuduk.
h) Thorax : bentuk, simetrisisitas, pembengkakan, dan nyeri
tekan.
i) Jantung : tonjolan prekordial, pulsasi, iktus kordis, batas
jantung/kardiomegali. Getaran, bunyi jantung, murmur,
irama gallop, bising gesek perikard (pericard friction rub)

j) Paru-paru : Simetrsitas static dan dinamik, pekak,


hipersonor, fremitus, batas paru-hati, suara nafas, dan bising
gesek pleura (pleural friction rub)
k) Abdomen : bentuk, kolteral, dan arah alirannya, smiling
umbilicus, distensi, caput medusa, gerakan peristaltic,
rigiditas, nyeri tekan, masa abdomen, pembesaran hati dan
limpa, bising/suara peristaltik usus, dan tanda-tanda asites.
l) Anogenetalia : atresia anus, vesikel, eritema, ulkus, papula,
edema skrotum.
m) Ekstremitas : tonus/trofi otot, jari tabuh, sianosis, bengkak
dan nyeri otot/tulang/sendi, edema pretibial, akral dingin,
capillary revill time, cacat bawaan.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan, kadar bilirubin mencapai puncak
kira-kira 6 mg/dL, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Apabila
nilainya diatas 10 mmg/dL maka dikatakan hiperbilirubinemia
non fisiologis atau patologis. Pada bayi dengan kurang bulan,
kadar bilirubin mencapai puncaknya pada nilai 10 – 12 mg/dL,
antara lima dan tujuh hari kehidupan. Apabila nilainya diatas 14
mg/dL maka dikatakan hiperbilirubinemia non fisiologis atau
patologis (Suriadi & Yulliani, 2010).
2) Ultrasonograf (USG)
Pemeriksaan USG digunakan untuk mengevaluasi anatomi
cabang kantong empedu (Suriadi & Yulliani, 2010).
3) Radioscope Scan
Pemeriksaan radioscope scan dapat digunakan untuk membantu
membedakan hepatitis atau atresia biliary (Suriadi & Yulliani,
2010).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan pada bayi baru lahir dengan
hiperbilirubinemia menurut Mendri dan Prayogi, 2017 yaitu :
a. Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum
bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah merah dan gangguan
sekresi bilirubin.
b. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(insensible water loss) tanpa disadari dari fototerapi
c. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.
d. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan
gangguan bonding.
e. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengalaman
orang tua.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY. RS DENGAN DIAGNOSA MEDIS
HIPERBILIRUBINEMIA DIRUANG PERINATAL
RSUD BAGAS WARAS KLATEN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Nama Klien : By. Ny. RS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 9 hari
Tanggal Lahir : 02 Oktober 2021
Jenis Persalinan : Sectio Caesaria
No. RM : 093992
Nama orang tua : Tn. S
Pekerjaan Ibu : IRT
Agama : Islam
2. Keluhan Utama
Saat dilakukan pengkajian bayi terlihat ikterus dari bagian kepala, bagian atas
lutut dan siku tangann.
3. Riwayat Kelahiran
a. Prenatal
Orang tua mengatakan selama hamil sering memeriksakan kandungannya.
Orang tua mengatakan 3 kali melakukan pemeriksaan.
b. Natal
Oramg tua mengatakan bahwa ia melahirkan anaknya dengan operasi
Ssctio Caesaria di salah satu Rumah sakit.
c. Post Natal
Klien lahir dengan nafas normal tidak memerlukan oksigen, apgar score
7/8/9. Interaksi antara ibu dan anak ada, tidak ada trauma saat melahirkan,
BAB/BAK (+), respon fisiologis atau perilaku yang bermakna yaitu bayi
menangis dengan kuat, gerakan aktif, reflex hisap baik, refelek menelan
baik.
4. Riwayat keluarga
Orang tua klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang sama seperti
yang dialami oleh anaknya.
5. Riwayat Sosial
a. Sistem pendukung
Selama dilakukan perawatan diruang perinatal orang tua selalu siap jika
dibutuhkan setiap saat untuk memenuhi kebutuhan bayi R.
b. Hubungan orang tua dengan bayi
Hubungan yang terjalin antara bayi dan orang tua cukup baik.orang tua
terutama ibu selalu mengunjungi anaknya ketika akan memberikan ASI
c. Lingkungan Rumah
Tidak dikaji
d. Problema social yang penting
Tidak ada
6. Keadaan kesehatan saat ini
a. Diagnosa Medis
Sepsis, Hiperbilirubinemia, BBLR
b. Tindakan operasi
-
c. Status Nutrisi
Untuk pemenuhunan nutrisi bayi bisa mneghabiskan nutrisi sebanyak
80cc/ shift sesuai dengan intrusksi dokter. Bayi tidak ada muntah.
d. Status Cairan
Adekuat
e. Terapi
- Infus D5% ¼ NS 10 cc/jam
- Inj. Cefotaxime 150 mg/ 12 jam
- Inj. Gentamicin 18 mg/ 24 jam
- Phenobarbital 6,25 mg/12 jam/po
f. Aktifitas
Keadaan umum sedang, gerak bay aktuf, bayi menangis kuat.
g. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan
Pemotongan tali pusat, melayani pemberian imunisasi HB 0, mengelola
terapi, mengukur antropomentri, mengobservasi KU/VS, memberikan
nutrisi pada bayi.
h. Hasil Laboratorium
Hari/Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
03/10/2021 Bilirubin Total 13.6 3.4-11.5 mg/dL
Blirubin Direk 0.4 0.0-0.20 mg/dL
Blirubin Indirek 13.2 0.0-0.75 mg/dL
04/10/2021 Bilirubin Total 17.8 3.4-11.5 mg/dL
Blirubin Direk 0.6 0.0-0.20 mg/dL
Blirubin Indirek 17.2 0.0-0.75 mg/dL
06/10/2021 Darah lengkap
Hemoglobin 10.9 13.4 – 19.8 g/dl
Hematokrit 32.3 33.0 – 45.0 %
Trombosite 400 150 - 450
Leukosite 9.02 5.0 – 19.5
Eritrosite 3.21 3.9 – 5.3
Kimia Klinik
SGOT 66 8 – 37
SGPT 17 8 – 40
Bilirubin Total 16.5 3.4-11.5 mg/dL
Blirubin Direk 0.4 0.0-0.20 mg/dL
Blirubin Indirek 16.1 0.0-0.75 mg/dL
i. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien sedang, membrane mukosa klien kering terpasang
OGT dan oksigen 2 lpm. Bayi active, menangis kuat, terpsang infuse D5%
¼ NS 10cc/jam, terpasanga fototerapi 5x24 jam, akral teraba hangat,
terdapat ikterus pda daerah wajah, leher sampai dengan bagian lutut dan
siku. Tempat tidur klien terpasang alat penghangat infant. Kesadaran
composmentis. Vital sign : N : 138, P : 48, SPO2 : 100%, SB : 36.8
Antropometri Saat lahir Saat ini

1.berat badan(gram) 3300 3450

2.Panjang badan 50 cm 50 cm

3.Lingkar Kepala 34 cm -

- Reflek
Reflek menghisap dan menggenggam baik, tidak ada masalah
- Tonus/Aktivitas
Tonus klien active, klien menangis keras jika merasa tidak nyaman
- Kepala dan Leher
Kondisi kepala lunak, wajah klien simetris, leher klien simteris tidak
ada pembengkakan JVP
- Mata
Mata klien bersih, saat ini mata klien tertutup oleh kassa untuk
menghibdari masuknya cahaya infant ke lapisan mata
- THT
Telinga klien normal, hidung klien normal terpasang kanula, palatum
klien normal.
- Abdomen
Bagian perut klien terlihat normal, lunak. Lingkar perut klien 33 cm,
palpasi liver <2 jari.
- Thoraks
Bagian thorax klien normal, simetris antara kiri dan kanan, klavikula
normal.
- Paru-paru
Suara napas klien bersih antara kiri dan kanan, merata antara kiri dan
kanan, bunyi napas terdengar diemua lapang patu, respirasi dibantu
oleh oksigen dengan 2 lpm.
- Jantung
Bunyi jantung normal, tidak ada bunyi jantung tambahan.
- Ekstremitas
Ekstremitas atas dan bawah dapat digerakan.
- Umbilicus
Sudah terlepas dan tidak ada tanda-tanda infeksi
- Genital dan Anus
Tidak ada kelainan, klien berjenis kelamin laki-laki
- Kulit
Kulit klien kering, dengan warna sekitar terlihat menguning.
- Suhu
Suhu lingkungan hangat, suhu badan klien 35.9oC. klien dibantu
dihangatkan dengan infant.
ANALISA DATA
DATA PENYEBAB MASALAH
Data Subyektif Usia kurang dari 7 hari Ikterik Neonatus
- Orang tua mengatakan (SDKI, 66) (SDKI, 66)
anaknya menguning
setelah beberapa jam
dilahirkan
Data Obyektif :
- Terdapat ikterik pada
badan klien yaitu dari
wajah sampai dengan
bagiian atas lutut dan siku
tangan
- Membrane mukosa klien
kering
- Kulit klien nampak
kuning
- Hasil lab tgl 06/10/21
Bilirubin total : 16.5
Bilirubin direk : 0.4
Bilirubin Indirek : 16.1
Data Proses penyakit Risiko Termoregulasi tidak
Saat ini bayi dirawat diruang (SDKI, 316) efektip
perinatal. Klien mendapatkan (SDKI, 316)
terapi fototerapi 5x24 jam
sesuai intruksi dokter. Suhu
infant klien diatur dengan
suhu yang hangat. Suhu badan
klien tidak menentu. Akral
teraba hangat. Saat ini suhu
badan klien 36.8
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH

1. Ikterik Neonatus berhubungan dengan Usia kurang dari 7 hari (SDKI, 66)
2. Risiko thermoregulasi inefektip berhubungan dengan Proses penyakit (SDKI, 316)
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : By. Ny. R


Hari/tanggal : Senin, 11 Oktober 2021

PERENCANAAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Ikterik Neonatus Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor ikterik pada sclera dan kulit bayi
berhubungan dengan Usia 3x24 jam. Oraang tua mengatakan : 2. Monitor suhu dan tanda vital bayi
3. Siapkan lampu fototerapi dan incubator atau kotak bayi
kurang dari 7 hari (SDKI, - Membrane mukosa bayi lembab 4. Berikan penutup mata
- Kulit klien normal tidak kuning 5. Anjurkan ibu mneyusui bayinya
66) - Sclera bayi tidak menguning 6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
- Aktivitas ekstremtas klien meningkat. (SIKI, 119)
(SLKI, 15)
Risiko thermoregulasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor suhu alat terapi
3x24 jam, orang tua mengatakan : 2. Monitor kondisi kulit selama terapi
inefektip berhubungan
3. Monitor kondisi umum, kenyamanan, dan keamanan selama terapi
dengan Proses penyakit - Suhu badan klien normal 4. Tentukan durasi terapi sesuai dengan respon pasien
- Tidak ada peningkatan atau penerununan suu 5. Ajarkan cara menyesuaikan suhu secara mandiri.
(SDKI, 316) tubuh dikisaran normal (SIKI, 431)
- Frekuensi nadi klien normal
(SLKI, 130)
INTERVENSI DAN EVALUASI

Hari/ Diagnose Jam Implementasi Evaluasi


Tanggal Keperawatan
Senin/ Ikterik Neonatus 07.30 1. Memonitor ikterik Jam 12.00
11-10- berhubungan dengan pada sclera dan kulit S:-
2021 usia kurang dari & bayi dengan hasil O:
hari (SDKI, 66) kulit bayi masih - Terdapat ikterik
terlihat kuning dari pada badan klien
kepala sampai dengan yaitu dari wajah
leher, kebawah pada sampai dengan
bagian paha dan siku bagiian atas lutut
tangan. dan siku tangan
2. Memonitor suhu dan - Membrane mukosa
tanda vital bayi klien kering
dengan hasil : - Kulit klien nampak
SB : 37.4oC kuning
N : 121kpm - Hasil lab tgl
RR : 48 kpm 06/10/21
SPO2 : 100 % Bilirubin total :
3. Menyiapkan lampu 16.5
fototerapi dan Bilirubin direk :
incubator atau kotak 0.4
bayi dengan hasil - Bilirubin Indirek :
klien diberikan lampu 16.1
fototerapi dengan A:
durasi 5x24 jam Masalah keperawatan
sesuai instruksi dokter Ikterik Neonatus
4. Memberikan penutup belum teratasi
mata dengan hasil P:
mata klien ditutup Lanjutkan Intervensi
menggunakan kassa
08.00 5. Menganjurkan ibu
mneyusui bayinya
dengan hasil ibu
selalu menyusui
bayinya dan
menyetok ASInya.
6. Melakukan kolaborasi
pemeriksaan
laboratorium dengan
hasil klien dilakukan
pemeriksaan tanggal
96/10/21 dengan
intrepetasi hsil
bilirubin yang masih
tinggi.
Resiko 08.00 1. Memonitor suhu alat Jam 12.00
thermoregulasi terapi dengan hasil suhu S:
inefektip alat infant diatur sesuai O:
kebutuhan yaitu 4,5
berhubungan dengan Saat ini bayi dirawat
2. Memonitor kondisi kulit
proses penyakit diruang perinatal. Klien
selama terapi dengan hasil
(SDKI, 316) kondii klien hangat mendapatkan terapi
3. Memonitor kondisi umum, fototerapi 5x24 jam
kenyamanan, dan sesuai intruksi dokter.
keamanan selama terapi
Suhu infant klien diatur
dengan hasil klien sedang
dengan suhu yang
tertidur dan din=bungkus
menggunakan kain hangat. Suhu badan
4. Menentukan durasi terapi klien tidak menentu.
sesuai dengan respon Akral teraba hangat.
pasien dengan hasil klien
mendapatkan terapi 5x24 Saat ini suhu badan
jam.
klien 37.4
5. Mengajarkan cara
A:
menyesuaikan suhu secara
mandiri dengan hasil
Masalah
orang tua diajarkan cara thermoregulasi
membungkus bayinya saat inefektip belum teratasi
menyusui.
P:
Lanjutkan Intervensi
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/ Diagnose Jam Implementasi Evaluasi


Tanggal Keperawatan
Selasa/ Ikterik Neonatus 07.30 1. Memonitor ikterik Jam 12.00
12-10- berhubungan dengan pada sclera dan kulit S:-
2021 usia kurang dari 7 bayi dengan hasil O:
hari (SDKI, 66) kulit bayi masih - Terdapat ikterik
terlihat sedikit kuning pada badan klien
dari kepala sampai yaitu dari wajah
dengan leher, sampai dengan
kebawah pada bagian bagiian atas lutut
paha dan siku tangan. dan siku tangan.
2. Memonitor suhu dan Bagian yang
tanda vital bayi ikterik mulai
dengan hasil : normal
SB : 36.8oC - Membrane mukosa
N : 125 kpm klien agak sedikit
RR : 52 kpm lembab
SPO2 : 100 % - Kulit klien nampak
3. Menyiapkan lampu sedikit kuning
fototerapi dan - Hasil lab tgl
incubator atau kotak 06/10/21
bayi dengan hasil Bilirubin total :
klien dilakukan 16.5
rawatan biasa diinpant Bilirubin direk :
dan tidak 0.4
menggunakan - Bilirubin Indirek :
fototerapi lagi 16.1
4. Memberikan penutup A:
mata dengan hasil Masalah keperawatan
penutup mata dilepas Ikterik Neonatus
08.00 5. Menganjurkan ibu belum teratasi
mneyusui bayinya P:
dengan hasil ibu Lanjutkan Intervensi
selalu menyusui
bayinya dan
menyetok ASInya.
6. Melakukan kolaborasi
pemeriksaan
laboratorium dengan
hasil klien dilakukan
pemeriksaan tanggal
96/10/21 dengan
intrepetasi hsil
bilirubin yang masih
tinggi.
Resiko 08.00 1. Memonitor suhu alat Jam 12.00
thermoregulasi terapi dengan hasil suhu S:
inefektip alat infant diatur sesuai O:
kebutuhan yaitu 4,5
berhubungan dengan Saat ini bayi dirawat
2. Memonitor kondisi kulit
proses penyakit diruang perinatal. Klien
selama terapi dengan hasil
(SDKI, 316) kondii klien hangat mendapatkan terapi
3. Memonitor kondisi umum, fototerapi 5x24 jam
kenyamanan, dan sesuai intruksi dokter.
keamanan selama terapi
Suhu infant klien diatur
dengan hasil klien sedang
dengan suhu yang
tertidur dan din=bungkus
menggunakan kain hangat. Suhu badan
4. Menentukan durasi terapi klien tidak menentu.
sesuai dengan respon Akral teraba hangat.
pasien dengan hasil klien
mendapatkan terapi 5x24 Saat ini suhu badan
jam.
klien 36.8
5. Mengajarkan cara
A:
menyesuaikan suhu secara
mandiri dengan hasil
Masalah
orang tua diajarkan cara thermoregulasi
membungkus bayinya saat inefektip belum teratasi
menyusui.
P:
Lanjutkan Intervensi
Rabub/ Ikterik Neonatus 07.30 1. Memonitor ikterik Jam 12.00
13-10- berhubungan dengan pada sclera dan kulit S:-
2021 usia kurang dari 7 bayi dengan hasil saat O:
hari (SDKI, 66) ini kulit klien terlihat - Tidak terdapat
normal. Klien ikterik pada badan
direncakan pulang. klien Membrane
2. Memonitor suhu dan mukosa klien agak
tanda vital bayi sedikit lembab
dengan hasil : - Kulit klien nampak
SB : 37oC sedikit kuning
N : 130 kpm A:
RR : 47 kpm Masalah keperawatan
SPO2 : 100 % Ikterik Neonatus
3. Menyiapkan lampu teratasi
fototerapi dan P:
incubator atau kotak Lanjutkan Intervensi
bayi dengan hasil
klien dilakukan
rawatan biasa diinpant
dan tidak
menggunakan
fototerapi lagi
4. Memberikan penutup
mata dengan hasil
penutup mata dilepas
5. Menganjurkan ibu
mneyusui bayinya
dengan hasil ibu
08.00 selalu menyusui
bayinya dan
menyetok ASInya.
6. Melakukan kolaborasi
pemeriksaan
laboratorium dengan
hasil klien dilakukan
pemeriksaan tanggal
13/10/21 dengan
intrepetasi hsil
bilirubin yang masih
normal.
Resiko 08.00 Jam 12.00
1. Memonitor suhu alat
thermoregulasi S:
terapi dengan hasil
inefektip O:
suhu alat infant diatur
berhubungan dengan Saat ini bayi dirawat
sesuai kebutuhan
proses penyakit diruang perinatal. Klien
yaitu 4,5
(SDKI, 316) mendapatkan terapi
2. Memonitor kondisi
fototerapi 5x24 jam
kulit selama terapi
sesuai intruksi dokter.
dengan hasil kondii
Suhu infant klien diatur
klien hangat
dengan suhu yang
3. Memonitor kondisi
hangat. Suhu badan
umum, kenyamanan,
klien tidak menentu.
dan keamanan selama
terapi dengan hasil Akral teraba hangat.
klien sedang tertidur Saat ini suhu badan
dan din=bungkus klien 36.8
menggunakan kain A:
4. Menentukan durasi Masalah
terapi sesuai dengan thermoregulasi
respon pasien dengan inefektip belum teratasi
hasil klien P:
mendapatkan terapi Lanjutkan Intervensi
5x24 jam.
5. Mengajarkan cara
menyesuaikan suhu
secara mandiri dengan
hasil orang tua
diajarkan cara
membungkus bayinya
saat menyusui.

Anda mungkin juga menyukai