DI RUANG PERINATOLOGI
Keperawatan Anak
Disusun Oleh :
ANJAS BAHTIAR
KHGD22052
T.A 2022-2023
1. DEFINISI
yang kadar nilainya lebih dari normal. (Suriadi & Yuliani, 2010). Ikterus
fisiologis adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke-2
sampai ke-3 setelah lahir yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan
Icterus, jaundice, atau “sakit kuning” adalah warna kuning pada sclera mata,
mukosa, dan kulit oleh karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah
pada kulit / organ lain akibat penumpukan bilirubin dalam darah. (Sukarni &
neonatus di sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh. (Ayu,
niwang, 2016). Ikterus adalah menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain
darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan
fungsional dari hepar, system biliary, atau system hematologi. (Rukiyah &
Yulianti, 2019). Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang
ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sclera akibat akumulasi
bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai
tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dl. (Kosim et
al., 2014).
2. Klasifikasi
1. Ikterus prehepatik
2. Ikterus hepatic
3. Ikterus kolestatik
bilirubin dalam urin, tetapi tidak didapatkan urobilirubin dalam tinja dan
urin.
4. Ikterus fisiologis.
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan
5. Ikterus patologis/hiperbilirubinemia
pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly
6. Kern ikterus
neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%)
dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan
bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan
3. Etiologi
1. Polychetemia
kloramfenikol)
5. Hemolisis ekstravaskuler
6. Cephalhematoma
7. Ecchymosis
1. Peningkatan produksi:
a. Hemolisis, misalnya pada inkompatibilitas yang terjadi bila
Hiperbilirubinemia.
tertentumisalnya Sulfadiasine.
obstruktif.
4. Patofisiologi
retikuloendotelial.
(bereaksi direk).
enterohepatik.
dapat menetap selama 3-10 minggu pada kadar yang lebih rendah.
MK : MK : ketidakseimbangan
Pemberian makan ketidakefektifan volume cairan tubuh
merangsang pengeluaran termoregulasi
empedu ke duodenum
Vasokontriksi
Daftar Pustaka :
Hatfield & Nancye, T. (2008). Pediatric nursing (7th ed). Lippincott : Williams & Wilkins
Ginjal : GFR
Marcdante, K.J., Kliegman, R,M., Jenson, H.B & Behrman, R.E, (2014). Ilmu Kesehatan Anak
Esensial, Philadelphia:Sauders Company.
Wong, D.I., & Marilyn, H.E, (2009) Keperawatan pediatric, Vol.1. (Agus Sutarna & Neti Juniarti, Oliguria
Penerjemah). Jakarta :EGC
Potts, N.L., & Mandleco, B.L., (2012). Pediatric nursing care for children and their families,
Amerika : Delmar.
Corwin, E.J. (2008). Handbook of pathophysiology (3th Ed). Lippincott: Williams & Wilkins
Kosim, M.S., Yunanto, A., Dewi, R, Sarosa, G.I., & Usman, A. (2014), Buku ajar neonatologi. IDAI:
Jakarta Sumber:
Oktiawati,
5. Tanda dan Gejala
mukosa.
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan
puncak pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada
jaundice fisiologis.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat,
seperti dempul.
6. Komplikasi
yang melengking.
d. Asfiksia
e. Hipotermi
f. Hipoglikemi
g. Kematian
i. Pemeriksaan Penunjang
1. Visual
kurang.
b. Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk
sinar.
incompatibilitas ABO.
c. Bilirubin total.
mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada
bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm tergantung
f. Glukosa
mg/dl atau test glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir
serum.
mg/dl antara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari
k. Test Betke-Kleihauer
3. Pemeriksaan radiologi
4. Ultrasonografi
ekstra hepatic.
5. Biopsy hati
7. Penatalaksanaan
1. Tindakan umum
mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi
1) Menghilangkan Anemia
Tersensitisasi
1) Fototherapi
menyebabkan Anemia.
pertama.
pertama.
(kepekaan)
2.1
1
2
2.1
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
suku bangsa.
Identitas orang tua berupa: nama ayah dan ibu, usia ayah dan ibu,
2. Keluhan utama
keluhan utama.
a. Munculnya keluhan
infeksi).
b. Karakteristik
a. Prenatal
b. Natal
c. Post natal
obat.
g. Allergi
h. Imunisasi
5. Riwayat keluarga
dan 3 generasi).
6. Riwayat sosial
1. Ikterik neonatus b.d usia kurang dari 7 hari d.d profil darah ubnormal,
kuning.
1. Ikterik neonatus b.d usia Setelag dilakukan tindakan keperawatan ... Intervensi utama
x... jam maka diharapkan integritas kulit & Fototerafi neonatus
kurang dari 7 hari d.d profil jaringan meningkat dan adabtasi neonatus Observasi
membaik dengan kriteria hasil : - Monitor ikterik pada sklera & kulit
darah ubnormal, bilirubin total Luaran utama bayi
Integritas kulit & jaringan - Identifikasi kebutuhan cairan sesuai
16,09, membran mukosa - Elastisitas meningkat usia gestasi & BB
- Hidrasi meningkat - Monitor suhu dan tanda tanda vital
kuning, kulit kuning, sklera
- Perfusi jaringan meningkat setiap 4 jam sekali
kuning. - Kerusakan jaringan menurun - Monitor efeksamping fototerapi
- Keruskan lapisan kulit menurun (misal: Hipertermia, diare, rusak pada
- Kemerahan menurun kulit, penurunan BB > 8-10%)
- Pigmentasi abnormal menurun Terapeutik
- Nekrosis menurun - Siapkan lampu fototerafi dan
- Suhu kulit membaik inkubator atau kotak bayi
1. Tekstur membaik - Lepaskan pakaian kecuali popok
- Berikan penutup mata
- Ukur jarak antara lampu dan
permukaan kulit bayi 30
cm/tergantung spesifikasi lampu
fototerafi
- Biarkan tubuh bayi terpapar sinar
fototerafi secara berkelanjutan
-Ganti segera alas dan popok bayi jika
bab/bak
- Gangguan linen berwarna putih agar
menentukan cahaya sebanyak
mungkin
Edukasi
- Ajarkan ibu menyusui sekitar 20 -30
m3nit
- Anjurkan ibu menyusui segera
mungkin
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian darah vena
bilirubin divek&indirek
2. Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x Konservasi integritas struktural
24 jam, menunjukkan keseimbangan cairan 1. Monitor berat badan
imaturitas neurologis d.d
dan elektrolit dengan kriteria hasil : 2. Monitor intake dan output
penggunaan oksigen, rr 65,
1. Turgor kulit elastis 3. Monitor pemberian ASI.
pola napas takipnea 2. Membran mukosa lembab 4. Monitor serum elektrolit
3. Intake cairan normal 5. Monitor serum albumin dan protein total.
4. Perfusi jaringan baik 6. Monitor tekanan darah, frekuensi nadi,
5. Urien tidak pekat dan status respirasi.
6. Tekana darah dalam batas normal 7. Monitor membran mukosa, turgor kulit.
(80/45 mmHg) 8. Catat dan hitung balance cairan.
7. Nadi dalam batas normal
(120-160x/menit) 9. Monitor warna dan jumlah urin
8. Suhu dalam batas normal (36,5- 10. Monitor ketat cairan dan elektrolit jika
37,5ºC) bayi menjalani terapi yang meningkatkan
9. Mata tidak cekung. IWL seperti fototerapi, pemakaian radiant
warmer.
Konservasi Energi
1. Lakukan upaya untuk meminimalkan IWL
seperti penutup plastik atau meningkatkan
kelembaban.
2. Monitor dan hitung kebutuhan cairan.
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian
cairan parenteral.
3. Termoregulasi tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Konservasi integritas struktural
selama 3 x 24 jam bayi tidak mengalami 1. Letakkan bayi dalam inkubator untuk
flukulasi suhu lingkungan d.d
instabilitas suhu dengan kriteria hasil: mempertahankan kestabilan suhu tubuh.
kulit hangat, suhu tubuh
1. Suhu aksila 36,5 C – 37,5 C 2. Ukur suhu aksila bayi secara teratur.
fluktuatif, T 38 derajat celcius 2. Frekuensi nafas 40-60 kali per menit 3. Pantau tanda dan gejala terjadinya
3. Denyut jantung 120-180 kali per menit hipotermia seperti akral dingin,
.
4. Warna kulit bayi coklat kemerahan peningkatan denyut jantung, penurunan
5. Akral hangat saturasi oksigen, pucat, dan pengisian
6. Pengisian kapiler < 3 detik kapiler > 3 detik.
4. Pantau adanya hipertemi.
Konservasi Energi
2. Minimalkan kehilangan kalor melalui
proses konduksi, konveksi, evaporasi, dan
radiasi.
3. Pantau suhu inkubator dan lampu
fototerapi.
4. Tutup kepala bayi dengan topi untuk
menghindari kehilangan panas akibat
radiasi.
5. Lakukan perawatan bayi dalam inkubator
bukan radian warmer karena radian
warmer terjadi kehilangan panas karena
radiasi, konveksi, peningkatan IWL pada
bayi serta menimbulkan dehidrasi.
6. Tingkatkan pemberian cairan.
Tingkatkan pemberian ASI.
4. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pressure Management
berhubungan dengan jaundice selama 3 x 24 jam diharapkan integritas kulit 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
atau radiasi kembali baik/normal dengan kriteia hasil: pakaian yang longgar
1. Integritas kulit yang baik bisa 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
dipertahankan 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit kering
3. Perfusi jaringan baik 4. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
4. Menunjukkan pemahaman dalam 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
proses perbaikan kulit dan mencegah 6. Monitor pemberian ASI secara adekuat
terjadinya cedera berulang 7. Oleskan lotion/ minyak/ baby oil pada
5. Mampu melindungi kulit dan daerah yang tertekan
mempertahankan kelembaban kulit 8. Mandikan pasien dengan sabun dan air
dan perawatan alami. hangat.
DAFTAR PUSTAKA