Disusun Oleh :
ANJAS BAHTIAR
KHGD22052
C. MANIFESTASI KLINIS
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester
keempat kehamilan (Wiknjosastro, 2017).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk
selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih
besar setelah hamil (Wiknjosastro, 2017).
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat
dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan
membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena
atau intramuskular diberikan segera setelah plasenta lahir (Wiknjosastro,
2017).
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan
trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan
bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebabkan
pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut
yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum,
selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas
tempat plasenta (Wiknjosastro, 2017).
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran
menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari
darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah
bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung
leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa
bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir (Wiknjosastro, 2017).
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan
(Wiknjosastro, 2017).
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol
pada wanita multipara (Wiknjosastro, 2017).
2. Sistem Endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental laktogen, esterogen dan kortisol,
serta plasental enzime insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa
puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok
setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil (Wiknjosastro, 2017)
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita
menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar
follikel-stimulating hormon terbukti sama pada wanita menyusui dan
tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi
FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Wiknjosastro, 2017).
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomen nya
akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hamil (Wiknjosastro, 2017).
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia
pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan
sebelum hamil (Wiknjosastro, 2017).
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar (Wiknjosastro, 2017).
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir (Wiknjosastro, 2017).
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan (Wiknjosastro, 2017).
6. Payudara Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan
payudara selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionic
gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat
setelah bayi lahir (Wiknjosastro, 2017).
a. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi
dilakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat
pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri
bila ditekan dan hangat jika di raba (Wiknjosastro, 2017).
b. Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba
hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar
48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu
(Wiknjosastro, 2017).
7. Sistem Perkemihan
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung
kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali disertai daerah-
daerah kecil hemoragi (Wiknjosastro, 2017).
8. Sistem Integumentasi
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya
setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha
dan panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya
(Wiknjosastro, 2017).
D. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam
keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang
terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan
nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium
yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala (Nitasari, 2015).
E. PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit dan Trombosit) dan
pemeriksaan urine lengkap.
2. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan).
3. 6-8 jam pasca persalinan: istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri. Hari ke 1: memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas
serta pemberian informasi tentang senam nifas. Hari ke 2: mulai latihan
duduk.
4. Hari ke 3: diperkenankan latihan berdiri dan berjalan (Wiknjosastro, 2017)
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan post partum meliputi :
1. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan, dll
3. Payudara: air susu, putting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekret yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
7. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta
8. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit dan Trombosit).
9. Cairan elektrolit sesuai indikasi (Hafifah, 2018).
G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode
post partum. Perdarahan post partum adalah: kehilangan darah lebih dari 500 cc
setelah kelahiran. Kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-
tanda sebagai berikut, yaitu:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc.
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg.
c. Hb turun sampai 3 gr % (Wiknjosastro, 2017).
a. Atonia uteri: pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan
baik dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan post partum. Uterus
yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan
dengan janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan
predisposisi untuk terjadinya atonia uteri (Wiknjosastro, 2017).
b. Laserasi jalan lahir: perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera
(Wiknjosastro, 2017).
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Retensio plasenta adalah
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit setelah bayi lahir
(Wiknjosastro, 2017).
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka.
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wiknjosastro, 2017).
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai infeksi saluran reproduksi selama masa post partum.
Insiden infeksi puerperalis ini 1 %-8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38oC
dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebab klasik adalah
streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak yang disebabkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki
resiko tinggi terjadinya endometritis (Wiknjosastro, 2017).
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting
susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis
umumnya di awali pada bulan pertama post partum (Wiknjosastro, 2017).
5. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan bakteri
gram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebabkan relaksasi sistem vaskular, akibatnya terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah yang dihasilkan dari
dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis
superfisial terjadi 1 kasus dari 500-750 kelahiran pada 3 hari pertama post
partum (Wiknjosastro, 2017).
7. Emboli
Yaitu: partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil yang
menyebabkan kematian terbanyak di Amerika (Wiknjosastro, 2017).
8. Post partum depresi
Kasus ini kejadian nya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa
minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya.
Tanda-tanda nya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian, tidak aman, perasaan
obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung,
nyeri kepala, ganguan makan, dismenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada
sex dan kehilanagan semangat (Wiknjosastro, 2017).
H. PENATALAKSANAAN
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 sampai sudah
diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan
3. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung
kemih panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi. Dengan
melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila terjadi
opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin
terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per oral atatupun per rektal.
Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi
dapat diatasi.
5. Perawatan payudara
a. Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
b. Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus
tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
6. Puting lecet
Dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara tidak benar dan
infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik menyusui yang benar, puting
harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin. Monilia diterapi dengan
menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusuinya
ditunda 24 jam sampai 48 jam air susu ibu dikeluarkan dengan atau pompa.
7. Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar karena
bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaan
dengan menyusui lebih sering dan kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan
pompa dan pemberian analgesi.
8. Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa
minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres hangat atau
dingin, pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
9. Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi, diberikan
antibiotik dan analgesic
10. Laktasi
Umumnya produksi air susu ibu berlansung betul pada hari kedua dan ketiga
pasca persalinan. Pada hari pertama air susu mengandung kolostrum yang
merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu, mengandung banyak
protein dan globulin (Hafifah, 2018).
II. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Inersia uterus hipotenik adalah kontraksi uterus kurang dari normal, lemah
dan duris yang pendek.
B. ETIOLOGI
Hingga saat ini masih belum diketahui, akan tetapi terdapat beberapa
factor yang dapat mempengaruhi
a. Faktor umum
1) Primigravida terutama pada usia tua
2) Anemia dan asthenia
3) Perasaan tegang dan emosional
4) Pengaruh hormonal karena kekurangan prostaglandin atau oksitosin
5) Ketidaktepatan penggunaan analgetik
b. Faktor local
1) Overdistensi uterus
2) Perkembangan anomali uterus misal hypoplasia
3) Mioma uterus
4) Malpresentasi, malposisi, dan disproporsi cephalopelvik
5) Kandung kemih dan rektum penuh
Tipe
C. INTERVENSI KEPERAWATAN