NEONATUS HIPERBILIRUBINEMIA
Disusun oleh:
Preseptor:
Sel darah merah pada neonatus berumur sekitar 70-90 hari, lebih pendek dari
pada sel darah merah orang dewasa, yaitu 120 hari. Secara normal pemecahan sel
darah merah akan menghasilkan heme dan globin. Heme akan dioksidasi oleh enzim
heme oksigenase menjadi bentuk biliverdin (pigmen hijau). Biliverdin bersifat larut
dalam air. Biliverdin akan mengalami proses degradasi menjadi bentuk bilirubin. Satu
gram hemoglobin dapat memproduksi 34 mg bilirubin. Produk akhir dari metabolisme
ini adalah bilirubin indirek yang tidak larut dalam air dan akan diikat oleh albumin
dalam sirkulasi darah yang akan mengangkutnya ke hati.
Bilirubin indirek diambil dan dimetabolisme di hati menjadi bilirubin direk.
Bilirubin direk akan diekskresikan ke dalam sistem bilier oleh transporter spesifik.
Setelah diekskresikan oleh hati akan disimpan di kantong empedu berupa empedu.
Proses minum akan merangsang pengeluaran empedu ke dalam duodenum. Bilirubin
direk tidak diserap oleh epitel usus tetapi akan dipecah menjadi sterkobilin dan
urobilinogen yang akan dikeluarkan melalui tinja dan urin. Sebagian kecil bilirubin
direk akan didekonjugasi oleh β-glukoronidase yang ada pada epitel usus menjadi
bilirubin indirek. Bilirubin indirek akan diabsorpsi kembali oleh darah dan diangkut
kembali ke hati terikat oleh albumin ke hati, yang dikenal dengan sirkulasi
enterohepatik.
C. Klasifikasi Hiperbilirubinemia
a. Hiperbilirubinemia Fisiologis
• Ikterus muncul setelah usia 24 jam
• Peningkatan bilirubin tidak lebih dari 5 mg/dL dalam 24 jam
• Mencapai kadar puncak pada hari ke-3 sampai hari ke-5 (bayi kurang bulan:
kadar puncak pada hari ke-4 hingga hari ke-7) dan kadar maksimal tidak lebih
dari 15 mg/dL
• Menghilang pada hari ke-7 (bayi kurang bulan: menghilang pada hari ke-14)
b. Hiperbilirubinemia Non Fisiologis
• Muncul pada 24 jam pertama
• Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL per 24 jam
• Ikterus menetap setelah hari ke-7 (aterm) atau setelah hari ke-14 (preterm)
• Kadar bilirubin total > 15 mg/dL
c. Hiperbilirubinemia Fisiologis
Hiperbilirubinemia yang berhubungan dengan pemberian ASI dapat berupa
breastfeeding jaundice (BFJ) dan breastmilk jaundice (BMJ). Perbedaannya dapat
dilihat pada Tabel 1. Bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat mengalami
hiperbilirubinemia yang dikenal dengan BFJ. Penyebab BFJ adalah kekurangan
asupan ASI. Biasanya timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu ASI belum
banyak.
Breastfeeding jaundice tidak memerlukan pengobatan dan tidak perlu
diberikan air putih atau air gula. Bayi sehat cukup bulan mempunyai cadangan
cairan dan energi yang dapat mempertahankan metabolismenya selama 72 jam.
Pemberian ASI yang cukup dapat mengatasi BFJ. Ibu harus memberikan
kesempatan lebih pada bayinya untuk menyusu. Kolostrum akan cepat keluar
dengan hisapan bayi yang terus menerus. ASI akan lebih cepat keluar dengan
inisiasi menyusu dini dan rawat gabung. (idai)
Breastmilk jaundice mempunyai karakteristik kadar bilirubin indirek yang
masih meningkat setelah 4-7 hari pertama. Kondisi ini berlangsung lebih lama
daripada hiperbilirubinemia fisiologis dan dapat berlangsung 3-12 minggu tanpa
ditemukan penyebab hiperbilirubinemia lainnya. Penyebab BMJ berhubungan
dengan pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul pada
setiap bayi yang disusukannya. Semua bergantung pada kemampuan bayi tersebut
dalam mengkonjugasi bilirubin indirek (bayi prematur akan lebih berat
ikterusnya). Penyebab BMJ belum jelas, beberapa faktor diduga telah berperan
sebagai penyebab terjadinya BMJ. Breastmilk jaundise diperkirakan timbul akibat
terhambatnya uridine diphosphoglucoronic acid glucoronyl transferase (UDPGA)
oleh hasil metabolisme progesteron yaitu pregnane-3-alpha 20 beta-diol yang ada
dalam ASI ibu-ibu tertentu.
D. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia apabila tampak tanda-
tanda sebagai berikut :
a. Sklera, selaput lendir, kulit atau organ lain tampak kuning akibat penumpukan
bilirubin.
b. Terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
c. Peningkatan konsentasi bilirubin 5mg/dL atau lebih setelah 24 jam.
d. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 12,5
mg/dL pada neonatus kurang bulan.
e. Ikterik yang disertai proses hemolisis.
f. Ikterik yang disertai berat badan lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi
kurang dari 36 minggu, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi
trauma lahir kepala, hipoglikemia, hiperkarbia.
E. Komplikasi
Komplikasi dari hiperbilirubinemia adalah Kern Icterus atau ensefalopati
bilirubin yaitu suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, thalamus, nucleus subthalamus, hipokampus, dan
nucleus pada dasar ventrikel IV
F. Pemeriksaan
Berdasarkan anamnesis, pasien lemas dan malas minum sebelum masuk rumah
sakit, selain itu anamnesis tamabahannya seperti :
Tentukan berat lahir, usia gestasi, usia postnatal
Tentukan keadaan umum bayi (baik atau tampak sakit)
Tentukan apakah termasuk ikterus fisiologis atau patologis
Tentukan adanya pucat, bukti infeksi, perdarahan (memar), penurunan berat badan
Nilai tanda-tanda kernikterus
Cara menentukan ikterus secara visual berdasarkan panduan WHO adalah sebagai
berikut.
1. Pemeriksaan dilakukan pada pencahayaan yang cukup
2. Kulit bayi ditekan dengan jari secara lembut untuk mengetahui warna di bawah
kulit dan jaringan subkutan
3. Keparahan ikterus ditentukan berdasarkan usia bayi dan bagian tubuh yang
tampak kuning.
Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan dengan menggunakan derajat Kramer