Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

ILMU KESEHATAN ANAK


NEONATAL JAUNDICE

Oleh :
Erlangga Permadi Yudha
120810010
XII-F

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNSWAGATI RSUD WALED
CIREBON
2022
A. Neonatal Jaudice
Neonatal jaundice atau Ikterus neonatorum merupakan keadaan
klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan
sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus
secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin
darah 5-7 mg/dL. Kadar bilirubin serum total (BST) > 5 mg/dL (86
μmol/L) disebut dengan hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia
umumnya normal, hanya 10% yang berpotensi menjadi patologis
(ensefalopati bilirubin). Hiperbilirubinemia yang mengarah ke kondisi
patologis antara lain :
 Timbul pada saat lahir atau pada hari pertama kehidupan,
 kenaikan kadar bilirubin berlangsung cepat (> 5 mg/dL per
hari),
 bayi prematur,
 kuning menetap pada usia 2 minggu atau lebih, dan
 peningkatan bilirubin direk > 2 mg/d atau > 20 % dari BST.
Hiperbilirubinemia yang berhubungan dengan pemberian ASI dapat
berupa breastfeeding jaundice (BFJ) dan breastmilk jaundice (BMJ).
Penyebab BFJ adalah kekurangan asupan ASI. Biasanya timbul pada hari
ke-2 atau ke-3 pada waktu ASI belum banyak. Breastfeeding
jaundice tidak memerlukan pengobatan dan tidak perlu diberikan air putih
atau air gula. Bayi sehat cukup bulan mempunyai cadangan cairan dan
energi yang dapat mempertahankan metabolismenya selama 72 jam.
Pemberian ASI yang cukup dapat mengatasi BFJ. Breastmilk
jaundice mempunyai karakteristik kadar bilirubin indirek yang masih
meningkat setelah 4-7 hari pertama. Kondisi ini berlangsung lebih lama
daripada hiperbilirubinemia fisiologis dan dapat berlangsung 3-12 minggu
tanpa ditemukan penyebab hiperbilirubinemia lainnya. Penyebab BMJ
berhubungan dengan pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan
biasanya akan timbul pada setiap bayi yang disusukannya. Semua
bergantung pada kemampuan bayi tersebut dalam mengkonjugasi bilirubin
indirek (bayi prematur akan lebih berat ikterusnya). Penyebab BMJ belum
jelas, beberapa faktor diduga telah berperan sebagai penyebab terjadinya
BMJ. Breastmilk jaundise diperkirakan timbul akibat terhambatnya uridine
diphosphoglucoronic acid glucoronyl transferase (UDPGA) oleh hasil
metabolisme progesteron yaitu pregnane-3-alpha 20 beta-diol yang ada
dalam ASI ibu-ibu tertentu. Pendapat lain menyatakan hambatan terhadap
fungsi glukoronid transferase di hati oleh peningkatan konsentrasi asam
lemak bebas yang tidak di esterifikasi dapat juga menimbulkan BMJ.
B. Patofisilogis
Sel darah merah pada neonatus berumur sekitar 70-90 hari, lebih
pendek dari pada sel darah merah orang dewasa, yaitu 120 hari. Secara
normal pemecahan sel darah merah akan menghasilkan heme dan globin.
Heme akan dioksidasi oleh enzim heme oksigenase menjadi bentuk
biliverdin (pigmen hijau). Biliverdin bersifat larut dalam air. Biliverdin
akan mengalami proses degradasi menjadi bentuk bilirubin. Satu gram
hemoglobin dapat memproduksi 34 mg bilirubin. Produk akhir dari
metabolisme ini adalah bilirubin indirek yang tidak larut dalam air dan
akan diikat oleh albumin dalam sirkulasi darah yang akan mengangkutnya
ke hati.
Bilirubin indirek diambil dan dimetabolisme di hati menjadi
bilirubin direk. Bilirubin direk akan diekskresikan ke dalam sistem bilier
oleh transporter spesifik. Setelah diekskresikan oleh hati akan disimpan di
kantong empedu berupa empedu. Proses minum akan merangsang
pengeluaran empedu ke dalam duodenum. Bilirubin direk tidak diserap
oleh epitel usus tetapi akan dipecah menjadi sterkobilin dan urobilinogen
yang akan dikeluarkan melalui tinja dan urin. Sebagian kecil bilirubin
direk akan didekonjugasi oleh β-glukoronidase yang ada pada epitel usus
menjadi bilirubin indirek. Bilirubin indirek akan diabsorpsi kembali oleh
darah dan diangkut kembali ke hati terikat oleh albumin ke hati, yang
dikenal dengan sirkulasi enterohepatik.
Bayi baru lahir dapat mengalami hiperbilirubinemia pada minggu
pertama kehidupannya berkaitan dengan:
 meningkatnya produksi bilirubin (hemolisis)
 kurangnya albumin sebagai alat pengangkut
 penurunan uptake oleh hati,
 penurunan konjugasi bilirubin oleh hati,
 penurunan ekskresi bilirubin, dan
 peningkatan sirkulasi enterohepatik.
 peningkatan aktifitas beta-glukoronidase dalam ASI dan juga
pada usus bayi yang mendapat ASI,
 terlambatnya pembentukan flora usus pada bayi yang
mendapat ASI
 defek aktivitas uridine diphosphateglucoronyl transferase
(UGT1A1) pada bayi yang homozigot atau heterozigot untuk
varian sindrom Gilbert.
C. Penatalaksanaan
Tata laksana yang dilakukan pada BFJ meliputi
a. pemantauan jumlah ASI yang diberikan apakah sudah
mencukupi atau belum,
b. pemberian ASI sejak lahir dan secara teratur minimal 8 kali
sehari,
c. pemberian air putih, air gula dan formula pengganti tidak
diperlukan,
d. pemantauan kenaikan berat badan serta frekuensi BAB dan
BAK,
e. jika kadar bilirubin mencapai 15 mg/dL, perlu melakukan
penambahan volume cairan dan stimulasi produksi ASI dengan
melakukan pemerasan payudara,
f. jika kadar bilirubin mencapai kadar 20 mg/dL, perlu melakukan
terapi sinar jika terapi lain tidak berhasil, dan
g. pemeriksaan komponen ASI dilakukan jika hiperbilirubinemia
menetap lebih dari 6 hari, kadar bilirubin meningkat melebihi 20
mg/dL, atau riwayat terjadi BFJ pada anak sebelumnya.
Penatalaksanaan pada bayi BMJ menurut Gartner dan Auerbach, pada
sebagian kasus BMJ, dilakukan penghentian ASI sementara. Penghentian
ASI akan memberi kesempatan hati mengkonjungasi bilirubin indirek
yang berlebihan. Apabila kadar bilirubin tidak turun maka penghentian
ASI dilanjutkan sampai 18-24 jam dan dilakukan pengukuran kadar
bilirubin setiap 6 jam. Apabila kadar bilirubin tetap meningkat setelah
penghentian ASI selama 24 jam, maka jelas penyebabnya bukan karena
ASI, ASI boleh diberikan kembali sambil mencari penyebab
hiperbilirubinemia yang lain. Jadi penghentian ASI untuk sementara
adalah untuk menegakkan diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. DR. Dr. Toto Wisnu Hendrarto, Sp.A(K), DTM&H. Pentingnya ASI
Untuk Bayi Prematur. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2020
2. Aris Primadi. Pemberian ASI pada Bayi Lahir Kurang Bulan. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 2013
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesianomor
Hk.01.07/Menkes/240/2019. Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Hiperbilirubinemia. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. 2019
4. Rinawati Rohsiswatmo. Indikasi Terapi Sinar pada Bayi Menyusui
yang Kuning. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013

Anda mungkin juga menyukai