Anda di halaman 1dari 7

Metabolisme Bilirubin dan Ikterus Neonatorum

Vioini Gracia Prokhorus


102017145
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat-11510
vioini.2017fk145@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Kejadian ikterus pada bayi yang baru dilahirkan sering ditemukan. Ikterus yang timbul pada bayi
disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi atau hiperbilirubinemia. Ini berkaitan dengan
metabolisme bilirubin pada neonatus yang mash belum matang atau dapat disebabkan oleh
kelainan atau penyakit. Ikterus yang bersifat fisiologis tidak membahayakan bayi sedangkan
pada ikterus patologis harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan yang serius agar
tidak membahayakan bayi. Ada banyak faktor yang dapat membuat neonatus mengalami ikterus
seperti pendeknya umur eritrosit neonatus, belum aktifnya enzim yang menkonjugasi bilirubin,
dan tingginya siklus enterohepatik. Etiologi dari ikterus pada neonatus harus diketahui agar dapat
diberikan tatalaksana yang benar. Ikterus yang berkepanjangan dapat berkembang menjadi
kernikterus.

Kata kunci: ikterus neonatorum, hiperbilirubinemia, metabolisme bilirubin, kernikterus

Abstract

Occurrence of jaundice in newborns is often found. Jaundice that occurs in infants is caused by
high bilirubin levels or hyperbilirubinemia. This is related to bilirubin metabolism in neonates
who are still immature or can be caused by abnormalities or diseases. Physiological jaundice
does not harm the baby while in pathological jaundice further examination and serious
treatment must be done so as not to endanger the baby. There are many factors that can make the
neonate experience jaundice such as the short age of neonatal erythrocytes, the inactivity of
enzymes that conjugate bilirubin, and the high enterohepatic cycle. The etiology of jaundice in
neonates must be known so that proper management can be given. Prolonged jaundice can
develop into kernicterus.

Keywords: neonatal jaundice, hyperbilirubinemia, bilirubin metabolism, kernicterus


Pendahuluan
Pada bayi yang baru lahir, salah satu hal yang sering terjadi adalah bayi tampak kuning.
Keadaan tersebut disebut dengan ikterus neonatorum yang disebabkan oleh penumpukan
bilirubin. Keadaan ini ternyata dapat bersifat fisiologis dan patologis. Perbedaan dari ikterus
fisiologis dan ikterus yang patologis dapat didasarkan pada waktu munculnya, durasi, kadar
bilirubin, dan etiologi. Ikterus fisiologis pada neonatus biasa timbul pada minggu pertama
kelahiran dan dapat hilang dengan sendirinya. Meskipun begitu tetap harus dipantau dan
diberikan tatalaksana yang tepat agar ikterus tidak berkepanjangan. Ikterus yang persisten pada
bayi bisa menandakan adanya ikterus patologis sehingga harus dilakukan pemeriksaan yang
lebih mendalam.1

Anamnesis
Anamnesis biasa dilakukan dengan menanyakan ibunya mengenai sang bayi. Hal yang
ditanyakan berkaitan dengan keluhan utama dan penyerta, riwayat penyakit sekarang, riwayat
kehamilan, persalinan dan kelahiran, riwayat penyakit dahulu, riwayat kebiasaan, sosial dan
ekonomi, serta riwayat alergi dan obat.2 Hasil anamnesis yang didapatkan dari skenario yaitu
bayi lahir normal pervaginam pada usia kehamilan 40 minggu. Bayi aktif, menangis kuat, dan
dapat menyusu dengan baik. Bayi tidak demam dan tidak muntah serta mendapatkan ASI.
Golongan darah bayi O+ dan ibunya B+.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan mencakup keadaan umum pasien, kesadaran, tanda-tanda
vital, serta pemeriksaan fisik khusus.1 Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan fisik adalah
ikterus pada sklera, wajah dan badan, tanda-tanda vital dalam batas normal, serta tidak adanya
hepatomegali.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui ikterus pada neonatus
adalah memeriksa kadar bilirubin. Bilirubin ada yang tidak terkonjugasi atau indirect dan ada
yang terkonjugasi atau direct. Pemeriksaan yang biasanya dipakai adalah Coombs test. Gunanya
untuk memeriksa kadar bilirubin secara spesifik adalah untuk menentukan etiologi dari ikterus
pada neonatus. Diperlukan juga pemeriksaan golongan darah ABO dan rhesus untuk melihat
kemungkinan penyebab dari ikterus. Selain itu dapat dilakukan juga pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit, hitung retikulosit, serta memeriksa morfologi dari eritrosit. Namun pada kasus ini,
pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.1

Metabolisme Bilirubin
Bilirubin merupakan bahan yang dihasilkan dari hemoglobin yang dirusak. Bilirubin
yang dihasilkan terbagi menjadi bilirubin tidak terkonjugasi atau indirect bilirubin dan bilirubin
terkonjugasi atau direct bilirubin. Bilirubin tidak terkonjugasi harus diikat oleh protein yang
disebut albumin dalam darah dan dibawa ke hati untuk dikonjugasikan menjadi bilirubin
terkonjugasi.3,4

Gambar 1. Rangkaian proses metabolisme bilirubin.4

Hemoglobin dalam sel darah mereja dipecah menjadi heme. Heme kemudian dioksidasi
menjadi biliverdin dan direduksi menjadi bilirubin tidak terkonjugasi. Bilirubin tidak
terkonjugasi kemudian diikat oleh albumin dan dibawa ke hati. Dalam hati, bilirubin tidak
terkonjugasi dirubah menjadi bilirubin terkonjugasi dengan enzim glucuronyl transferase.
Bilirubin terkonjugasi sebagian dimetabolisme oleh flora normal dalam saluran pencernaan
manusia, diubah menjadi urobilinogen dan stercobilin untuk diekskresikan lewat urin dan feses.
Sebagian lainnya diubah kembali menjadi bilirubin tidak terkonjugasi dan diikat kembali oleh
albumin dan dibawa kembali ke hati. Inilah yang disebut dengan siklus enterohepatik.3,4
Pada ikterus neonatorum fisiologis, bayi akan tampak kuning setelah 24 jam dan memuncak
pada hari ke-5 setelah kelahiran. Biasanya akan hilang setelah 14 hari. Tanda-tanda ikterus akan
muncul pade kulit saat kadar bilirubin mencapai 5 mg/dl dan biasanya kadar bilirubin tidak lebih
dari 15 mg/dl. Kadar bilirubin pada ikterus patologis dapat melebihi 15 mg/dl dan ikterus
persisten atau masih tampak setelah 14 hari.1

Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang disebabkan oleh hiperbilirubinemia paling banyak pada
bayi tetapi tidak memiliki konsekuensi yang serius dan dapat hilang dengan sendirinya tanpa
pengobatan. Seperti yang sudah dijelaskan, kadar bilirubin tidak terkonjugasi lebih dominan dan
kurang dari 15 mg/dl. Ikterus muncul setelah 24 jam dan memuncak pada hari ke-5. Kemudian,
ikterus akan hilang dengan sendirinya setelah 14 hari.1,3
Mekanisme yang terlibat higga terjadinya ikterus fisiologis adalah sebagai berikut. Usia dari
eritrosit pada bayi tidak sepanjang pada orang dewasa sehingga hemolisis yang terjadi lebih
tinggi. Pada bayi usia eritrosit hanya 80-90 hari sedangkan pada orang dewasa 100-120 hari.
Proses konjugasi dari bilirubin juga masih rendah karena kurangnya enzim glucuronyl
transferase sehingga kadar bilirubin tidak terkonjugasi tinggi. Produksi urobilinogen oleh flora
normal intestinal juga masih rendah sehingga banyak bilirubin terkonjugasi diubah kembali
menjadi bilirubin tidak terkonjugasi. Hal ini menyebabkan siklus enterohepatik meningkat dan
ekskresi dari bilirubin rendah.5

Ikterus Patologis
Ikterus patologis adalah ikterus dengan kadar bilirubin di luar normal dan biasanya ikterus
muncul setelah 24 jam kemudian persisten atau bertahan lebih dari 14 hari. Ikterus patologis juga
ditandai dengan kenaikan bilirubin 5mg/dl/hari dan kadar bilirubin lebih dari 15 mg/dl. Bilirubin
yang dominan adalah bilirubin terkonjugasi. Dapat ditandai juga dengan adanya kelainan-
kelainan klinis lainnya.1,5

Breastfeeding Jaundice
Breastfeeding jaundice yang juga disebut dengan early-onset jaundice biasa diasosiasikan
dengan kurangnya kalori yang didapatkan bayi karena pemberian air susu ibu (ASI) yang kurang.
Pemberian ASI eksklusif kurang dapat meningkatkan kadar bilirubin oleh karena asupan kalori
yang dibutuhkan oleh bayi tidak cukup diberikan sehingga siklus enterohepatik meningkat.
Siklus enterohepatik meningkat karena adanya retensi meconium seiring menignkatnya
defisiensi kalori. Biasa ikterus akan tampak pada hari kedua atau ketiga setelah kelahiran. Kadar
bilirubin didominasi oleh bilirubin tidak terkonjugasi. Ibu disarankan untuk memberikan lebih
banyak ASI dan jangan memberikan air larutan gula pada bayi karena itu justru akan semakin
meningkatkan bilirubin.1,6

Breast Milk Jaundice


Breast milk jaundice biasa ditandai dengan munculnya ikterus pada minggu pertama yaitu
setelah 4-7 hari kelahiran dan memuncak antara hari ke-10 sampai ke-15, onsetnya lebih lambat
daripada breastfeeding jaundice. Etiologinya berkaitan dengan metabolisme progesteron dari ASI
yang dapat memperlambat kerja dari enzim glucoronyl transferase sehingga bilirubin tidak
terkonjugasi akan menumouk. Breast milk ikterus juga dapat menyebabkan ikterus persisten
yang ditakutkan akan menyebabkan komplikasi dari hyperbilirubinemia yaitu kernikterus.1,5-7

Tatalaksana
Ikterus fisiologis dapat hilang dengan sendirinya dan tidak diperlukan pengobatan. Adapun
terapi untuk ikterus yang tersedia adalah fototerapi. Bayi yang difototerapi diletakkan dalam
keadaan telanjang dengan jarak 45 cm dari sumber lampu dan mata tertutup. Setiap 2 jam bayi
diberikan susu kemudian diubah posisinya supaya sinar terkena ke seluruh tubuh. Suhu tubuh
bayi diperiksa setiap 4 jam dan kadar bilirubin diperiksa setiap 12 jam. Berat badan bayi juga
ditimbang setiap hari untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan bayi.1,8
Fototerapi juga dapat menimbulkan efek samping. Cairan yang hilang dapat meningkat,
menimbulkan kemerahan pada kulit bayi, defekasi yang cair, menyebabkan bronze baby
syndrome, dan hipertermia.8

Komplikasi dan Prognosis


Hiperbilirubinemia akan sangat berbahaya jika terjadi terus menerus. Penumpukan bilirubin
yang tidak terkonjugasi dapat menembus sawar darah otak sehingga dapat menimbulkan
kerusakan pada sistem saraf pusat. Keadaan ini disebut sebagain kernicterus. Pada fase awal
kernicterus ditandai dengan penurusan kesadaran dan tingkah laku yang mulai berubah. Jika
tidak tertangani dengan baik maka dapat menyebabkan retardasi mental pada anak.9
Pada umumnya, prognosis bayi yang mengalami ikterus fisiologis baik karena dapat
hilangan dengan sendirinya.1,5

Simpulan
Ikterus neonatorum dapat berupa fisiologi dan patologis. Ikterus fisiologis dapat terjadi
karena terhambatnya metabolisme bilirubin sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin. Namun
ini tidak membahayakan sang bayi dan dapat hilang dengan sendirinya. Ikterus patologis adalah
ketika kadar bilirubin meningkat sangat tinggi dan bertahan lama dari yang seharusnya sehingga
harus diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya. Tatalaksana yang dapat diberikan
bagi bayi yang mengalami ikterus fisiologis dapat dilakukan fototerapi. Jika penanganan ikterus
baik dan benar, maka prognosis baik dan resiko untuk berkembang menjadi komplikasinya yaitu
kernikterus akan terhindarkan.
Daftar Pustaka
1. Ullah S, Rahman K, Hedayati M. Hyperbilirubinemia in neonates: types, causes, clinical
examinations, preventive measures and treatments: a narrative review article. Iran J
Public Health. 2016 May; 45(5): 558–568.
2. Gleadle, Jonathan. Pengambilan Anamnesis. Dalam: At a Glance Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2009. h. 1-17.
3. National Collaboration Centre for Women’s and Children’s health. Neonatal jaundice.
London: Royal College of Obstetrician and Gynaecologists; 2016.
4. Bharawadaz M. Physiology: bilirubin metabolism. [internet] Anatomy2medicine. 2018.
[cited 20 June 2019] Available from: https://www.anatomy2medicine.com
/neetpg/physio-logy/bilirubin-metabolism
5. Ifeanyi OE. Physiological jaundice: a threat to the newborns. CPQ Medicine. 2019 Mar
19; 6(1):1-4.
6. Lawrence M, Gartner MD. Breastfeeding and jaundice. J Periatol. 2001; 21:S25-S29.
7. Szczepanska K, Marciniak S, Gazy P, Slawska H. Breast milk jaundice. Pediatr Med
Rodz. 2017; 13(2): p. 175-179.
8. Yurdakök M. Phototherapy in the newborn: what’s new? J Pediatr Neonat Individual
Med. 2015;4(2):e040255. doi: 10.7363/040255.
9. Ali R, Ahmed A, Qadi M, Ahmad K. Icterus Neonatorum in near-term and term infants.
SQU Med J. May 2012; 12(2): p. 153-160.

Anda mungkin juga menyukai