Abstrak
Keluhan nyeri tenggorokan sangat sering dijumpai. Penyebab dari nyeri tenggorokan bisa
disebabkan oleh peradangan organ yang ada di dalam tenggorokan, salah satunya adalah tonsil
palatina. Tonsil palatina yang mengalami peradangan disebut juga dengan tonsilitis. Tonsilitis
diklasifikasikan menjadi tonsilitis akut dan kronik. Pasien yang menderita tonsilitis sering
mengeluh nyeri pada tenggorokan. Anamnesis dan pemeriksaan lebih lanjut dibutuhkan untuk
membedakan tonsilitis akut dan kronik. Tonsilitis lebih sering terjadi pada anak-anak dari pada
orang dewasa. Terapi dapat diberikan secara medikamentosa dan non-medikamentosa. Indikasi
untuk melakukan tonsilektomi adalah adanya obstruksi, infeksi, dan neoplasma.
Abstract
Complaints of sore throat are very common. The cause of sore throat can be caused by
inflammation of organs in the throat, one of which is palatine tonsils. Inflammatory palatine
tonsils are also called tonsillitis. Tonsillitis is classified as acute and chronic tonsillitis. Patients
suffering from tonsillitis often complain of pain in the throat. History and further tests are
needed to distinguish acute and chronic tonsillitis. Tonsillitis is more common in children than
adults. Therapy can be given medical and non-medical. The indications for tonsillectomy are
obstruction, infection, and neoplasms.
Epidemiologi
Tonsilitis lebih sering terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa. Kejadian tonsilitis
kronik lebih sering terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun. Fungsi imunologi dari tonsil aktif
antara umur 3-10 tahun. Fungsinya meningkat pada umur 5 lalu menurun, kemudian meningkat
lagi pada umur 10 tahun. Pada umur 15 tahun fungsinya akan menurun karena tonsil mengalami
involusi. Penurunan fungsi imun tonsil mengakitbatkan tonsil lebih mudah mengalami inflamasi.
Anak dalam kelompok umur 5-15 tahun lebih sering mengalami tonsilitis kronik karena anak-
anak pada umur itu lebih sering bermain di lingkungan luar di mana terdapat banyak zat-zat
inhalan yang dapat memicu terjadinya inflamasi. Kelompok umur tersebut juga sering memakan
makanan yang mengandung zat aditif seperti pengawet atau pemanis sintetis yang menjadi faktor
predisposisi terjadinya tonsilitis kronik.2
Pasien dalam skenario berusia 8 tahun termasuk dalam kelompok umur di mana sering
terjadi tonsilitis kronik. Anamnesis dan pemeriksaan lebih lanjut perlu untuk dilakukan supaya
penyebab dari tonsilitis kronik dapat ditemukan.
Anamnesis
Dalam menegakkan diagnosis dari keluhan pasien, anamnesis perlu dilakukan. Tanyakan
identitas pasien, keluhan utama dan penyerta, riwayat penyakit sekarang yang mencakup faktor
yang memperingan dan memperberat, riwayat penyakit dahulu untuk membedakan apakah onset
dari tonsilitisnya akut, akut rekuran, kronik, atau kronik eksaserbasi akut. Selanjutnya tanyakan
juga riwayat penyakit keluarga, riwayat pribadi, dan riwayat sosial ekonomi untuk mencari
faktor predisposisi seperti seringnya terkena paparan asap, kebiasaan merokok, memakan
makanan tertentu, atau kebersihan mulut.3-5
Dari anamnesis didapati bahwa pasien tersebut mengalami nyeri tenggorok yang disertai
dengan demam dan batuk. Sebelumnya sudah sering mengalami nyeri tenggorok dan kadang
mendengkur saat tidur.
Klasifikasi Tonsilitis
Tonsilitis diklasifikasikan menjadi tonsilitis akut dan tonsilitis kronik. Tonsilitis akut
mempunyai onset 3 hari sampai 2 atau 3 minggu dan mempunyai ciri yaitu tampak hiperemis
kadang dengan edema di sekitarnya, kelenjar getah bening leher membesar dan bisa disertai
dengan nyeri tekan, tenggorokan nyeri, dan terdapat detritus. Detritus ini bisa berbentuk
folikularis, lakunaris, dan membranosa. Tonsilitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.5,6
Tonsilitis kronik memiliki ciri yaitu tonsil yang membesar atau hipertrofi, kripte tonsilnya
melebar dan permukaannya tidak rata, ada rasa mengganjal pada tenggorokan, dan nafas yang
berbau. Seperti tonsilitis akut, penyebab dari tonsilitis kronik juga bisa disebabkan oleh virus dan
bakteri.5
Indikasi Tonsilektomi
Indikasi dilakukannya tonsilektomi adalah jika adanya obstruksi, infeksi, atau neoplasma.
Indikasi adanya obstruksi adalah seperti hipetrofi tonsil yang mengakibatkan adanya maloklusi
gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan dari orofasial. Obstruksi lainnya seperti adanya
sumbatan jalan napas dengan tanda-tanda sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara,
dan cor pulmonale yang disebabkan murni karena tonsilitis. Indikasi lainnya yaitu infeksi
rekuren atau infeksi yang kronis yang terjadi lebih dari tiga kali per tahun, adanya komplikasi
seperti rhinitis, sinusitis, peritonsilitis, dan abses peritonsil yang tidak membaik walaupun sudah
diberikan terapi yang adekuat.5-7
Daftar Pustaka
1. Tawfik E, editor. Essentials of otorhinolaryngology. 1st Ed. Egypt: Faculty of Medicine,
Monsoura University; 2007
2. Maulana Fakh I, Novialdi, Elmatris. Karakteristik pasien tonsilitis kronis pada anak di
bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas.
2016; 5(2): 436-442
3. PERHATI-KL. Guideline penyakit THT-KL di Indonesia. Jakarta: PERHATI-KL; 2015
4. Lalwani AK, editor. Current diagnosis and treatment in otolaryngology – head and neck
surgery. 2nd ed. New York: Mcgraw-hill; 2007
5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan
telingan hidung tenggorok kepala & leher, 7 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2017.
6. Adams GL, Bioes LR, Higler PA. BIOES: Buku ajar penyakit THT, 6 ed. Jakarta: EGC;
1997.
7. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology: a step-by-step learning guide.
Stutgard: George Thieme; 2006