Anda di halaman 1dari 6

Pendekatan Klinis pada Keluhan Nyeri Tenggorok

Vioini Gracia Prokhorus


(102017145)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat-11510
vioini.2017fk145@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Keluhan nyeri tenggorokan sangat sering dijumpai. Penyebab dari nyeri tenggorokan bisa
disebabkan oleh peradangan organ yang ada di dalam tenggorokan, salah satunya adalah tonsil
palatina. Tonsil palatina yang mengalami peradangan disebut juga dengan tonsilitis. Tonsilitis
diklasifikasikan menjadi tonsilitis akut dan kronik. Pasien yang menderita tonsilitis sering
mengeluh nyeri pada tenggorokan. Anamnesis dan pemeriksaan lebih lanjut dibutuhkan untuk
membedakan tonsilitis akut dan kronik. Tonsilitis lebih sering terjadi pada anak-anak dari pada
orang dewasa. Terapi dapat diberikan secara medikamentosa dan non-medikamentosa. Indikasi
untuk melakukan tonsilektomi adalah adanya obstruksi, infeksi, dan neoplasma.

Kata kunci: tonsil, tonsilitis, tonsilitis akut, tonsilits kronik, tonsilektomi

Abstract

Complaints of sore throat are very common. The cause of sore throat can be caused by
inflammation of organs in the throat, one of which is palatine tonsils. Inflammatory palatine
tonsils are also called tonsillitis. Tonsillitis is classified as acute and chronic tonsillitis. Patients
suffering from tonsillitis often complain of pain in the throat. History and further tests are
needed to distinguish acute and chronic tonsillitis. Tonsillitis is more common in children than
adults. Therapy can be given medical and non-medical. The indications for tonsillectomy are
obstruction, infection, and neoplasms.

Keywords: tonsils, tonsillitis, acute tonsillitis, chronic tonsillitis, tonsillectomy


Pendahuluan
Keluhan nyeri tenggorokan sangat sering dijumpai. Penyebab dari nyeri tenggorokan bisa
disebabkan oleh peradangan organ yang ada di dalam tenggorokan, salah satunya adalah tonsil
palatina. Tonsil palatina merupakan bagian dari cincin Waldeyer pada rongga mulut yang terdiri
dari tonsil faringeal (adenoid), tonsil tuba eustachius (Gerlach’s tonsil), tonsil palatina (tonsil
faucial), dan tonsil lingual yang terletak pada pangkal lidah.1
Tonsil palatina merupakan suatu organ yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Jika
antigen dari suatu inhalan ataupun ingestan masuk ke dalam tonsil, maka terjadi mekanisme
perlawanan dan jika tidak adekuat, maka akan mengakibatkan peradangan. Peradangan pada
tonsil palatina ini disebut juga dengan tonsillitis. Onset dari tonsillitis bisa akut dan kronik.
Penegakkan diagnosis tonsillitis akut dan kronik dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang untuk menemukan tanda dan gejala khas serta menentukan
tatalaksana yang tepat.2
Kasus pada skenario yang akan dibahas pada makalah ini adalah seorang laki-laki usia 8
tahun mengeluh nyeri pada tenggorokannya.

Epidemiologi
Tonsilitis lebih sering terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa. Kejadian tonsilitis
kronik lebih sering terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun. Fungsi imunologi dari tonsil aktif
antara umur 3-10 tahun. Fungsinya meningkat pada umur 5 lalu menurun, kemudian meningkat
lagi pada umur 10 tahun. Pada umur 15 tahun fungsinya akan menurun karena tonsil mengalami
involusi. Penurunan fungsi imun tonsil mengakitbatkan tonsil lebih mudah mengalami inflamasi.
Anak dalam kelompok umur 5-15 tahun lebih sering mengalami tonsilitis kronik karena anak-
anak pada umur itu lebih sering bermain di lingkungan luar di mana terdapat banyak zat-zat
inhalan yang dapat memicu terjadinya inflamasi. Kelompok umur tersebut juga sering memakan
makanan yang mengandung zat aditif seperti pengawet atau pemanis sintetis yang menjadi faktor
predisposisi terjadinya tonsilitis kronik.2
Pasien dalam skenario berusia 8 tahun termasuk dalam kelompok umur di mana sering
terjadi tonsilitis kronik. Anamnesis dan pemeriksaan lebih lanjut perlu untuk dilakukan supaya
penyebab dari tonsilitis kronik dapat ditemukan.
Anamnesis
Dalam menegakkan diagnosis dari keluhan pasien, anamnesis perlu dilakukan. Tanyakan
identitas pasien, keluhan utama dan penyerta, riwayat penyakit sekarang yang mencakup faktor
yang memperingan dan memperberat, riwayat penyakit dahulu untuk membedakan apakah onset
dari tonsilitisnya akut, akut rekuran, kronik, atau kronik eksaserbasi akut. Selanjutnya tanyakan
juga riwayat penyakit keluarga, riwayat pribadi, dan riwayat sosial ekonomi untuk mencari
faktor predisposisi seperti seringnya terkena paparan asap, kebiasaan merokok, memakan
makanan tertentu, atau kebersihan mulut.3-5
Dari anamnesis didapati bahwa pasien tersebut mengalami nyeri tenggorok yang disertai
dengan demam dan batuk. Sebelumnya sudah sering mengalami nyeri tenggorok dan kadang
mendengkur saat tidur.

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Pemeriksaan fisik tanda-tanda vital perlu dilakukan seperti keadaan umum, tingkat
kesadaran, denyut nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan. Kemudian dilakukan juga inspeksi
pada tonsilnya dan menilai ukuran, kripte, warna, lesi, atau detritus pada tonsil. Dinilai juga
kelenjar getah beningnya apakah ada perbesaran dan juga nyeri tekan.3,5
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bisa berupa kultur dari swab tenggorok untuk
mengetahui etiologi dari tonsilitis tersebut. Kemudian bisa juga dilakukan
rinofaringolaringoskopi atau foto polos nasofaring lateral hanya bila diperlukan atau untuk
menyingkirkan diagnosis banding.3
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada skenario ini, didapatkan pada tonsilnya
membersar dengan ukuran T3/T3, tampak hiperemis, kripte melebar dan terisi oleh detritus.

Klasifikasi Tonsilitis
Tonsilitis diklasifikasikan menjadi tonsilitis akut dan tonsilitis kronik. Tonsilitis akut
mempunyai onset 3 hari sampai 2 atau 3 minggu dan mempunyai ciri yaitu tampak hiperemis
kadang dengan edema di sekitarnya, kelenjar getah bening leher membesar dan bisa disertai
dengan nyeri tekan, tenggorokan nyeri, dan terdapat detritus. Detritus ini bisa berbentuk
folikularis, lakunaris, dan membranosa. Tonsilitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.5,6
Tonsilitis kronik memiliki ciri yaitu tonsil yang membesar atau hipertrofi, kripte tonsilnya
melebar dan permukaannya tidak rata, ada rasa mengganjal pada tenggorokan, dan nafas yang
berbau. Seperti tonsilitis akut, penyebab dari tonsilitis kronik juga bisa disebabkan oleh virus dan
bakteri.5

Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding


Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut
Tonsilitis kronik dapat disebabkan oleh adanya ransangan menahun rokok atau asap,
memakan makanan tertentu seperti yang mengandung pengawet atau pemanis buatan, kebersihan
mulut yang buruk, cuaca, kelelahan fisik, dan tatalaksana tonsilitis akut yang tidak adekuat.3,5
Patogenesis dari tonsilitis kronik ini bermula dari peradangan atau adanya reaksi inflamasi
yang membuat epitel dan mukosa terkikis. Terkikisnya epitel dan mukosa membentuk jaringan
parut sehingga tonsil mengkerut dan permukaannya tampak tidak rata. Kripte pada tonsil
melebar dan terisi oleh detritus. Detritus ini merupakan kumpulan dari leukosit, bakteri yang
mati, dan epitel yang terlepas. Proses peradangan menetap atau terjadi berulang kali sehingga
menembus kapsul tonsil. Tonsil menjadi hipertrofi dan menimbulkan perlekatan dengan jaringan
di sekitar fosa tonsilaris. Pembesaran kelenjar getah bening submandibular juga dapat terjadi.5
Tonsilitis kronik eksaserbasi akut memilik ciri khas yaitu kripte yang melebar dan terisi
detritus. Gejalanya seperti tonilitis akut (hiperemis, nyeri tenggorok dan nyeri menelan) tetapi
mempunyai riwayat sering nyeri tenggorokan, mendengkur saat tidur, dan kadang mulut berbau.
Durasi dari tonsilitis kronik adalah >12 minggu atau >3 bulan.3-5

Tonsilitis Akut Rekuren


Tonsilitit akut rekuren adalah tonsilitis akut yang berjadi berulang-ulang. Gejalanya mirip
dengan tonsilitis kronik eksaserbasi akut dan sulit untuk dibedakan. Durasi dari tonsilitis akut
rekuren terjadi 3 hari sampai 2 minggu. Namun tonsilitis akut rekuren yang tidak diterapi dengan
adekuat juga dapat menimbulkan tonsilitis kronik.5-7
Tatalaksana
Terapi yang diberikan secara non-medikamentosa adalah istirahat yang banyak,
menghindari asap atau makanan tertentu yang dapat memicu terjadinya reaksi inflamasi, sering-
sering berkumur dan menjaga kebersihan mulut.3,4
Terapi medikamentosa yang diberikan secara local adalah obat kumur atau hisap tenggorok,
antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil kultur dari swab tenggorok. Kemudian berikan
juga terapi secara simptomatik seperti analgetik, antipiretik, dan anti-inflamasi.3,5
Terapi pembedahan yang dapat dilakukan adalah tonsilektomi, tetapi tidak semua tonsilitis
kronik harus dilakukan tonsilektomi.3-6

Indikasi Tonsilektomi
Indikasi dilakukannya tonsilektomi adalah jika adanya obstruksi, infeksi, atau neoplasma.
Indikasi adanya obstruksi adalah seperti hipetrofi tonsil yang mengakibatkan adanya maloklusi
gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan dari orofasial. Obstruksi lainnya seperti adanya
sumbatan jalan napas dengan tanda-tanda sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara,
dan cor pulmonale yang disebabkan murni karena tonsilitis. Indikasi lainnya yaitu infeksi
rekuren atau infeksi yang kronis yang terjadi lebih dari tiga kali per tahun, adanya komplikasi
seperti rhinitis, sinusitis, peritonsilitis, dan abses peritonsil yang tidak membaik walaupun sudah
diberikan terapi yang adekuat.5-7

Komplikasi dan Pencegahan


Komplikasi yang terjadi pada tonsilitis kronik adalah peradangan organ di sekitar tonsil
tersebut seperti rhinitis, sinusitis, dan otitis media karena bakteri yang menginfeksi tonsil dapat
berpindah. Secara hematogen atau limfogen, komplikasi yang disebabkan dapat berupa
endokarditis, artritis, myositis, nefritis, uveitis, iridosikilitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan
furunkulosis.5
Tonsislitis yang terjadi secara berulang dapat dicegah dengan menghindari faktor
predisposisi seperti asap dan rangsangan dari rokok. Ketika harus berada di lingkungan yang
berasap, tonsilitis dapat dicegah dengan menggunakan masker. Selain itu, menjaga kebersihan
mulut juga penting seperti menyikat gigi sebelum tidur dan selalu berkumur setelah makan.3,5
Simpulan
Laki-laki yang berusia 8 tahun dengan keluhan nyeri pada tenggorokan mengalami tonsilitis
kronik eksaserbasi akut dikarenakan ia sudah mempunyai riwayat sering nyeri tenggorok dan
kadang mendengkur saat tidur. Pada pemeriksaan fisiknya terdapat tonsil membesar, hiperemis,
dan kripte yang melebar dan terisi detritus yang merupakan ciri tonsilitis kronik. Terapi yang
diberikan adalah terapi simptomatik dan terapi local dengan memberikan obat hisap atau kumur.
Berikan antibiotik berspektrum luas dan bisa terdapat tanda adanya obstruksi yang berat, infeksi
yang tidak sembuh setelah terapi yang adekuat, serta tanda-tanda adanya neoplasma, maka dapat
dilakukan tonsilektomi.

Daftar Pustaka
1. Tawfik E, editor. Essentials of otorhinolaryngology. 1st Ed. Egypt: Faculty of Medicine,
Monsoura University; 2007
2. Maulana Fakh I, Novialdi, Elmatris. Karakteristik pasien tonsilitis kronis pada anak di
bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas.
2016; 5(2): 436-442
3. PERHATI-KL. Guideline penyakit THT-KL di Indonesia. Jakarta: PERHATI-KL; 2015
4. Lalwani AK, editor. Current diagnosis and treatment in otolaryngology – head and neck
surgery. 2nd ed. New York: Mcgraw-hill; 2007
5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku ajar ilmu kesehatan
telingan hidung tenggorok kepala & leher, 7 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2017.
6. Adams GL, Bioes LR, Higler PA. BIOES: Buku ajar penyakit THT, 6 ed. Jakarta: EGC;
1997.
7. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology: a step-by-step learning guide.
Stutgard: George Thieme; 2006

Anda mungkin juga menyukai