Kelompok 16 :
Part 05
Jaundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari hambatan kerja glukoronil
transferase oleh pregnanediol atau asam lemak bebas yang terdapat dalam ASI. Terjadi empat
sampai tujuh hari setelah lahir. Dimana terdapat kenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan
kadar 25 – 30 mg/dL selama minggu kedua sampai ketiga. Jika pemberian ASI dilanjutkan
hiperbilirubinemia akan menurun berangsur-angsur dapat menetap selama tiga sampai sepuluh
minggu pada kadar yang lebih rendah. Jika pemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin serum
akan turun dengan cepat, biasanya mencapai normal dalam beberapa hari. Penghentian ASI
selama satu sampai dua hari dengan penggantian ASI dengan susu formula mengakibatkan
penurunan bilirubin serum dengan cepat. (Suriadi dan Yuliani 2010).
PATHWA
Y
Hiperbilirubinemia fisiologis pada bayi baru lahir tidak
muncul pada 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan. KLASIFIKA
Biasanya pada hiperbilirubinemia fisiologis peningkatan SI
kadar bilirubin total tidak lebih dari 5mg/dL per hari. Pada Hiperbilirubinemia patologis atau biasa disebut dengan
bayi cukup bulan, hiperbilirubinemia fisiologis akan ikterus pada bayi baru lahir akan muncul dalam 24 jam
mencapai puncaknya pada 72 jam setelah bayi dilahirkan pertama setelah bayi dilahirkan. Pada hiperbilirubinemia
dengan kadar serum bilirubin yaitu 6 – 8 mg/dL. Selama 72 patologis kadar serum bilirubin total akan meningkat lebih
jam awal kelahiran kadar bilirubin akan meningkat sampai dari 5 mg/dL per hari. Pada bayi cukup bulan, kadar serum
dengan 2 – 3 mg/dL kemudian pada hari ke-5 serum bilirubin akan meningkat sebanyak 12 mg/dL sedangkan
bilirubin akan turun sampai dengan 3mg/dL (Hackel, pada bayi kurang bulan (premature) kadar serum bilirubin
2004). Setelah hari ke-5, kadar serum bilirubin akan turun total akan meningkat hingga 15 mg/dL. Ikterus biasanya
Menurut Ridha (2014) bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia apabila tampak
tanda-tanda sebagai berikut :
a. Sklera, selaput lendir, kulit atau organ lain tampak kuning akibat penumpukan bilirubin.
b. Terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
c. Peningkatan konsentasi bilirubin 5mg/dL atau lebih setelah 24 jam.
d. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg/dL pada
neonatus kurang bulan.
e. Ikterik yang disertai proses hemolisis.
f. Ikterik yang disertai berat badan lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36
minggu, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi trauma lahir kepala,
hipoglikemia, hiper
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir apabila KOMPLIKASI
tidak segera diatasi dapat mengakibatkan
bilirubin encephalopathy (komplikasi serius).
Pada keadaan lebih fatal, hiperbilirubinemia Menurut American Academy of Pediatrics (2004)
pada neonatus 20 dapat menyebabkan kern manifestasi klinis kern ikterus pada tahap kronis
ikterus, yaitu kerusakan neurologis, cerebral bilirubin ensefalopati, bayi yang selamat biasanya
palsy, dan dapat menyebabkan retardasi menderita gejala sisa berupa bentuk atheoid
mental, hiperaktivitas, bicara lambat, tidak cerebral palsy yang berat, gangguan
dapat mengoordinasikan otot dengan baik, pendengaran, paralisis upward gaze, dan
serta tangisan yang melengking (Suriadi dan dysplasia dental enamel. Kern ikterus merupakan
Yuliani, 2010). perubahan neuropatologi yang ditandai oleh
deposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah
otak terutama di ganglia basalis, pons, dan
cerebellum.
Bilirubin ensefalopati akut menurut American Academy of
Pediatrics (2004) terdiri dari tiga fase, yaitu :
Fase 1 Fase 3
Fase inisial, ditandai dengan Fase lanjut, ditandai dengan
letargis, hipotonik, Fase 2 stupor yang dalam atau
berkurangnya gerakan bayi, koma, peningkatan tonus,
dan reflek hisap yang buruk. Fase intermediate, ditandai tidak mampu makan, high-
dengan moderate stupor, pitch cry, dan kadang
iritabilitas, dan peningkatan kejang
tonus (retrocollis dan
opisthotonus) yang disertai
demam.
PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir disebabkan oleh infeksi.
b. Fototerapi
Tindakan fototerapi dapat dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbiliribunemia pada bayi baru lahir bersifat patologis.
Fototerapi berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melaui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada bilirubin dari
biliverdin.
c. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengekskresikan bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik
glukoronil transferase yang dapat meningkatkan bilirubin konjugasi dan clearance hepatik pada pigmen dalam empedu,
sintesis protein dimana dapat meningkatkan
03%albumin untuk mengikat bilirubin. Akan tetapi fenobarbital tidak begitu sering
01% 02%
dianjurkan untuk mengatsi hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.
d. Transfusi tukar
Transfusi tukar dilakukan apabila hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Ikterik neonatus b.d Hasil kadar bilirubin meningkat [D.0024] 2. Resiko hipotermi b.d Transfer panas (efek samping fototerapi)
[D.0140]
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : -
Objektif : 3. Gangguan integritas kulit b.d Peningkatan kadar bilirubin
1. Profil darah abnormal (hemolysis, bilirubin serum total >2mgdl, [D.0142]
bilirubin serum total pada rentang resiko tinggi menurut usia pada
Gejala dan tanda mayor
normogram spesifik waktu)
Subjektif:-
2. Membran mukosa kuning
3. Kulit kuning Objektif: kerusakan jaringan atau lapisan
4. Sklera kuning Gejala dan tanda minor
Subjektif:-
Gejala dan Tanda Minor Objektif:
Subjektif : -
1. Nyeri
Objektif : -
2. Pedarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma
INTERVENSI
KEPERAWATAN
No. Diagnosa (SDKI) Tujuan Dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Ikterik neonatus b.d Hasil kadar Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 Fototerapi Neonatus [I.03091]
bilirubin meningkat [D.0024] x 24 jam diharapkan Adaptasi Neonatus
Observasi
Membaik [L.10098] dengan
Gejala dan Tanda Mayor
1. Monitor ikterik pada skelradan kulit bayi
Kriteria hasil :
Subjektif : -
2. Monitor suhu dan TTV setiap 3 jam
Objektif : 1. Membran mukosa tidak ikterik
Terapeutik
1. Profil darah abnormal (hemolysis, 2. Kulit tidak kuning
bilirubin serum total >2mgdl, 1. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
3. Sklera tidak kuning
bilirubin serum total pada rentang 2. Berikan penutup mata pada bayi
resiko tinggi menurut usia pada 4. Kadar bilirubin menurun
normogram spesifik waktu) 3. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi
secara berkelanjutan
2. Membran mukosa kuning
Kolaborasi
3. Kulit kuning
4. Kolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin
4. Sklera kuning direct dan indirect
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif : -
2. Resiko hipotermi b.d Transfer Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipotermi [I.14507]
panas (efek samping fototerapi) keperawatan 3 x 24 jam diharapkan Observasi
[D.0140] Termoregulasi [L.14134] dengan
1. Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil :
2. Identifikasi penyebab hipotermi
1. Menggigil menurun
3. Monitor tanda dan gejala akibat
2. Kulit merah menurun
hipotermi
3. Suhu tubuh membaik
Terapeutik
4. Suhu kulit membaik
4. Sediakan lingkungan yang hangat
3. Gangguan integritas kulit b.d Setelah dilakukan tindakan Perawatan Kulit dan Jaringan
Peningkatan kadar bilirubin keperawatan 3 x 24 jam [I.11353]
[D.0142] diharapkan Integritas kulit dan
Observasi
jaringan [L.14125] dengan
Gejala dan tanda mayor
1. Identifikasi penyebab gangguan
Subjektif:- Kriteria hasil : integritas kulit
1. Kerusakan lapisan kulit
Objektif: kerusakan jaringan Terapeutik
atau lapisan menurun
2. Kemerahan menurun 2. Ubah posisi tiap 2 jam (tirah
Gejala dan tanda minor 3. Tekstur kulit membaik baring)
Subjektif:- 3. Membersihkan perineal dengan
Objektif: air hangat/tisu basah
Edukasi
1. Nyeri
2. Pedarahan 4. Anjurkan ibu memberikan
3. Kemerahan asupan nutrisi yang cukup (ASI)
4. Hematoma
5. Anjurkan ibu agar bayi
dihindarkan dari suhu ekstrem
THANK YOU