Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN PADA NEONATUS

HIPERBILIRUBIN

OLEH :

CLARA EGA AYU RUTIANI

224291517116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBIN

A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar serum bilirubin dalam darah
sehingga melebihi nilai normal. Pada bayi baru lahir biasanya dapat mengalami
hiperbilirubin pada minggu pertama setelah kelahiran. Keadaan hiperbilirubin
pada bayi baru lahir disebabkan oleh meningkatnya produksi bilirubin atau
mengalami hemolisis, kurangnya albumin sebagai alat pengangkut, penurunan
uptake oleh hati, penurunan konjugasi bilirubin oleh hati, penurunan eksresi
bilirubin, dan peningkatan sirkulasi enterohepatik (IDAI, 2013).
Ikterus fisiologis adalah warna kekuniangan pada kulit yang timbul pada
hari k2-2 sampai hari ke-3 setelah lahir yang tidak mempunyai dasar patologis
dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke-10. (Susilaningrum dkk,
2016). Icterus, joudince atau “sakit kuning “ adalahwarna kuning pada sclera
mata, mukosa, dan kulit oleh karena peningkatankadar bilirubin dalam darah
(hyperbilirubinemia) yang selanjutnyamenyebabkan peningkatan bilirubin
dalam cairan luar sel, (Widagdo, 2012). Hiperbilirubin adalah kondisi dimana
terjadi akumulasi bilirubindalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat
menimbulkanefekpatologis pada neonatus ditandai joudince pada skelra mata,
kulit, membranmukosa, dan cairan tubuh. Hiperbilirubin adalah peningkatan
kadar bilirubinserum (hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan
bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hiperbilirubin adalah suatu keadaandimana
kadar bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubinserum.
Untuk bayi yang baru lahir cukup bulan batas aman kadar bilirubinnya12,5
mg/dl, sedangkan bayi yang lahir kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya
adalah 10mg/dl. Jika kemudian kadar bilirubinnya diketahui melebihi angka-
angka tersebut, maka ia dikatagorikan hiperbilirubin.
B. Tanda dan gejala

Pemeriksaan klinis tersebut bisa dilakukan pada bayi baru lahir normal
dengan menggunakan pencahayaan yang sesuai. Kulit kuning pada bayi akan
terlihat lebih jelas bila dilihat dengan sinar lampu dan tidak dapat terlihat
dengan penerangan yang kurang. Tekan kulit dengan perlahan menggunakan
jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan subkutan: Hari ke-1
tekan ujung hidung atau dahi, Hari ke-2 tekan pada lengan atau tungkai, Hari
ke-3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan kaki. Bilirubin pada saat pertama
kali muncul yaitu di wajah , menjalar kearah tubuh, dan ekstremitas. Tentukan
tingkat keparahan ikterus secara kasar dengan melihat warna kuning pada
seluruh tubuh (metode Kramer) (Manggiasih & Jaya, 2016).

Ikterus diakibatkan oleh pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang


cenderung tampak kuning terang atau orange. Pada ikterus tipe obstruksi
(bilirubin direk) akan menyebabkan kulit bayi baru lahir tampak berwarna
kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya akan dilihat pada ikterus yang
berat. Selain itu manifestasi klinis pada bayi baru lahir dengan
hiperbilirubinemia atau ikterus yaitu muntah, anoreksia, fatigue, warna urine
gelap, serta warna tinja pucat ( Suriadi dan Yuliani 2016).

C. Etiologi
Menurut Nelson (2017) secara garis besar etiologi ikterus atau
hiperbilirubinemia pada neonatus dapat dibagi menjadi :
• Produksi bilirubin yang berlebihan.
• Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar.
• Gangguan transportasi bilirubin.
• Gangguan dalam ekskresi
D. Patofisiologi dan Patflow

Bilirubin dapat diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai hasil


akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Pada
tahap pertama oksidasi, biliverdin terbentuk dari heme melalui kerja heme
oksigenase, dan terjadi pelepasan zat besi dan karbon monoksida. Zat besi dapat
di gunakan kembali, sedangkan karbon monoksida diekskresikan oleh paru-
paru. Biliverdin yang larut dalam air direduksi menjadi bilirubin yang hampir
tidak larut dalam air dalam bentuk isomerik (karena ikatan hidrogen
intramolekul). Bilirubin yang tak terkonjugasi yang hidrofobik diangkut ke
dalam plasma, dan terikat erat oleh albumin. Bila terjadi gangguan pada ikatan
bilirubin tak terkonjugasi dengan albumin baik itu dari faktor endogen maupun
eksogen (misalnya obat-obatan), bilirubin yang bebas dapat melewati membran
yang mengandung lemak (double lipid layer), termasuk penghalang darah ke
otak, yang dapat mengarah ke neurotoksik (Mathindas, & Wahani, 2013).

Pigmen kuning yang ditemukan dalam empedu yang terbentukdari


pemecahan hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase, dan
agen preduksi nonenzimatik dalam sistem retikuloendotelial. Setelah
pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil olehprotein
intraseluler “Y protein” dalam hati. Pengambilan tergantungpadaaliran darah
hepatic dan adanya ikatan protein. Bilirubin yang tak terkonjungsi dalam hati
diubah atau yang terkonjungsi oleh enzim asam uridin difosfoglukorunat uridin
diphosphoglucuronic acid (UPGA) glukuronil transferase menjadi bilirubin
mono dan diglucuronidayang polar, larut dalam air (bereaksi direk).

Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui
ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melalui membran
kanalikular. Kemudian kesistem gastrointestinal dengandiaktifkan oleh bakteri
menjadi urobilinogen dalamtinja dan urine. Beberapa bilirubin diabsorbsi
kembali melalui sirkulasi enterohepatik. Warna kuning pada kulit akibat dari
akumulasi pigmen bilirubin yanglarut lemak, tak terkonjugasi, non polar
(bereaksi indirek). Pada bayi dengan hiperbilirubinemia kemungkinan
merupakan hasil dari difisiensi atau tidak aktifnya glukuronil transferase.
Rendahnyapengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan
proteinhepatic sejalan dengan penurunan aliran darah hepatic.

Jaundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari


hambatan kerja glukoronil transferase oleh pregnanediol atau asamlemakbebas
yang terdapat dalam ASI. Terjadi 4 sampai 7 hari setelah lahir. Dimana terdapat
kenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25-30mg/dL selama minggu
ke dua sampai minggu ke tiga. Biasanya dapat mencapai usia 4 minggu dan
menurun 10 minggu. Jika pemberianASI dilanjutkan, hiperbilirubinemia akan
menurun berangsur angsur dapat menetap selama 3-10 minggu pada kadar yang
lebih rendah. Jikapemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin serum akan turun
dengan cepat, biasanya mencapai normal dalam beberapa hari. Penghentian ASI
selama1-2 hari dan penggantian ASI dengan formula mengakibatkan
penurunanbilirubin serum dengan cepat, sesudahnya pemberian ASI dapat
dimulai lagi dan hiperbilirubin tidak akan kembali ke kadar yang tinggi seperti
sebelumnya.

Bilirubin yang patologis tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24 jam


pertama kelahiran. Sedangkan pada bayi yang ikterus fisiologis muncul antara
3-5 hari sesudah lahir.
E. Penatalaksanaan dan Komplikasi
1. Penatalaksanaan
Tata laksana awal ikterus neonatorum (WHO) (Maternity, Anjani,
Blomed, & Evrianasari, (2018) :
• Tindakan umum : Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada
waktu hamil, mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil
atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan ikterus, infeksi dan
dehidrasi.
• Fototherapi : Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas
yang tinggi akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototherapi
menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi biliar
bilirubin tak
• terkonjugasi.
• Transfusi pengganti/Tukar
• Transfusi Pengganti digunakan untuk Mengatasi Anemia sel darah
merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah merah terhadap
antibodi maternal, menghilangkan sel darah merah untuk yang
Tersensitisasi (kepekaan), menghilangkan serum bilirubin ,
meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan bilirubin, pada Rh inkomptabiliti diperlukan transfusi darah
golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah
yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B yang pendek.
setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus
diperiksa setiap hari sampai stabil.

2. Komplikasi
• Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius).
• Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi
mental,hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan
tangisan yang melengking.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kadar bilirubin serum (total)
2. Pemeriksaan darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi
3. Penentuan golongan darah ibu dan bayi
4. Pemeriksaan enzim G6PD
5. Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tirid, uji urine
terhadap galaktosemia
6. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urine,
IT ratio, dan pemeriksaan C reaktif protein (CRP)

G. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


Hurlock (2002) mengungkapkan perkembangan adalah serangkaian
perubahan progresif yang terjadi akibat proses kematangan dan pengalaman.
Perkembangan anak di usia dini mencakup aspek perkembangan fisik, sosial,
emosi dan kognitif. Perkembangan anak usia dini mempunyai tingkat
pencapaian yang berbeda-beda sesuai usia anak (Damayanti, Nurhasanah,
Nurafla, & Kamal, 2019). Pertumbuhan merupakan proses peningkatan pada
diri seseorang yang bersifat kuantitatif, atau peningkatan dalam ukuran.
Peningkatan karena kesempurnaan dan bukan karena penambahan yang baru
(Sudirjo & Alif, 2018).
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumalah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun
individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran
dan struktur organ-organ tubuh dan otak. Ciri – ciri pertumbuhan :
1. Perubahan ukuran
Bertambah nya umur anak terjadi pula pertambahan berat badan, tinggibadan,
lingkar kepala, dada, abdomen dan lain-lain.
2. Perubahan proporsi Proporsi
Tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda dibandingkan tubuh anak ataupun
orang dewasa.
3. Hilangnya ciri-ciri lama
Seperti hilangnya reflek primitive, tanggalnya gigi susu.
4. Timbul nya ciri-ciri baru
Sebagai akibat pematangan fungsi- fungsi organ antara lain munculnya
gigi tetap, rambut pubis, aksila, perubahan suara, munculnya jakun dan lain-
lain.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan
merupakan suatu proses yang bersifat kualitatif yang pengukurannya lebih sulit
daripada pengukuran pertumbuhan. Termasuk perkembangan emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Pertumbuhan
berdampak pada aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ (Zaidah, 2020).
Ciri – ciri perkembangan :
1. Perkembangan melibatkan perubahan
2. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
3. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
4. Perkembangan mempunyai tahap yang berurutan
5. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
6. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Proses tumbuh kembang anak memiliki beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan.
Ciri-ciri tersebut yaitu :
1. Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan merupakan perubahan ke arah peningkatan atau lebih
baik. Perubahan fungsi terjadi di setiap tahap pertumbuhan, seperti
pertumbuhan volume otak dan koneksi antar serabut saraf yang bertambah
menyebabkan perkembangan intelegensi anak bertambah (Raihana, 2018).
2. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,
sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan
perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Dengan belajar, anak
memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan
potensi yang dimiliki anak (Raihana, 2018).
3. Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang di ikuti dari
perubahan fungsi, seperti perkembangan system reproduksi akan di ikuti
perubahan pada fungsi alat kelamin (Hidayat, 2008).
4. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan memiliki pola yang tetap dan bisa diramalkan.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu :
- Perkembangan terjadi lebih dulu di daerah kepala, kemudian ke arah
kaudal/anggota tubuh
- Perkembangan terjadi lebih dulu di daerah proksimal (motorik kasar) kemudian
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari (motorik halus) (Ariani, Permadi,
Mastuti, Wulandari, & Suyanto, 2020).

H. Konsep Hospitalisasi
1. Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak saat sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut menjadi faktor stresor bagi anak dan keluarganya
(Kristiyanasari, 2014).
Hospitalisasi adalah suatu keadaan tertentu atau darurat yang
mengharuskan seorang anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
perawatan sampai pemulangannya ke rumah (Supartini, 2014).
2. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
Penyakit dan hospitalisasi seringkali menjadi krisis pertama yang harus
dihadapi anak-anak. Mereka sangat rentan terhadap krisis penyakit dan
hospitalisasi karena stres akibat perubahan dari kesehatan sehat biasa dan
lingkungan, dan keterbatasan jumlah mekanisme koping yang dimiliki
anak dalam menyelesaikan stresor. Stresor utama dari hospitalisasi adalah
cemas karena perpisahan, kehilangan kendali, cederatubuh dan nyeri
(Supartini, 2014). Menurut Supartini (2014) reaksi yang timbul akibat
hospitalisasi meliputi :
a. Reaksi anak Secara umum, anak lebih rentan terhadap efek penyakit
dan hospitalisasi karena ini merupakan perubahan dari status kesehatan
dan rutinitas umum pada anak. Hospitalisasi menciptakan serangkaian
peristiwa traumatik dan penuh kecemasan dalam iklim ketidakpastian
bagi anak dan keluarganya, baik itu merupakan prosedur elektif yang
telah direncanakan sebelumnya ataupun akan situasi darurat yang
terjadi akibat trauma. Selain efek fisiologis masalah kesehatan terdapat
jugaefek psikologis penyakit dan hospitalisasi pada anak yaitu sebagai
berikut :
1) Ansietas dan kekuatan
Bagi banyak anak memasuki rumah sakit adalah seperti
memasuki dunia asing, sehingga akibatnya terhadap ansietas dan
kekuatan. Ansietas seringkali berasal dari cepatnya awalan
penyakit dan cedera, terutama anak memiliki pengalaman terbatas
terkait dengan penyakit dan cidera

2) Ansietas perpisahan
Ansietas terhadap perpisahan merupakan kecemasan utama
anak di usia tertentu. Kondisi ini terjadi pada usia sekitar 8 bulan
dan berakhir pada usia 3 tahun.
3) Kehilangan control Ketika dihospitalisasi, anak mengalami
kehilangan kontrol secara signifikan.

I. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan


dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi
yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
respon individu ( Olfah& Ghofur, 2016 ).

Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengenal


keadaan umum dan perilaku bayi atau anak, keadaan umum bayi yang
dapat diperiksa meliputi mengkaji dehidrasi seperti berkurangnya haluran
urin, menurunnya berat badan, membran mukosa yang kering, turgor kulit
yang jelek, ubun- ubun yang cekung, dan kulit yang pucat, dingin serta
kering. Pada dehidrasi yang lebih berat gejala meningkat dehidrasi nadi,
dan respirasi, menurunnya tekanan darah dan waktu pengisian ulang
kapiler yang memanjang (>2 detik) dapat menunjukkan syok yang
mengancam). Riwayat penyakit akan memberikan informasi penting
mengenai kemungkinan agen penyebabnya seperti pengenalan makanan
yang baru, kontak dengan agen yang menular, berwisata kedaerah dengan
suseptibilitas tinggi, kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber
infeksi enterik.

Riwayat alergi, penggunaan obat dan makanan dapat menunjukkan


kemungkinan alergi, terhadap makanan yang banyak mengandung,
sorbitol dan fruktosa( misalnya jus apel).

2. Tujuan Keperawatan
Tujuan pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah sebagai berikut:
a) Untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatanpasien.
b) Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
c) Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
d) Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukanlangkah-
langkahberikutnya

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien terhadap situasi yang
berkaitan degan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan


yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik
aktual maupun potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan
kompetensi untukmengtasinya ( Sumijatun, 2010 ).

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti


tentang masalah pasien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan
ataudiubah melalui tindakan keperawatan menurut Gordon (1982, dalam
Dermawan, 2012).

Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi menurut Wahid


& Suprapto (2012) sebagai berikut:

a. Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau


penyakit.
b. Faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
c. Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
d. Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan.
e. Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam indentifikasi masalah
klien.
f. Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi
keperawatan.

4. Intervensi
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan PPNI
(2019).

J. Masalah Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons


klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yangdialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering
munculpada kasus hiperbilirubin (SDKI DPP PPNI 2017) :
1. Ikterik neonatus (D.0024) b.d usia kurang dari 7 hari
2. Ansietas (D.0080) b.d krisis situasional
3. Resiko gangguan integritas kulit (D.0139) b.d suhu lingkungan yang
ekstrem
4. Defisit pengetahuan (ikteri neonatus) (D.0111) b.d kurang terpapar
informasi
14

K. Intervensi

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI

DPP PPNI 2019).

Diagnosa Kep. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Ikterik neonatus Setelah dilakukan asuhan Fototherapy Neonatus
(D.0024)
keperawatan 2 x 24 jam, ( I.03091)
diharapkan adaptasi Observasi
neonatus (L.10098) 1. monitoring ikterik pada
membaik dengan kriteria sklera dan kulit bayi
hasil : 2. Identifikasi kebutuhan
1. Kuning menurun cairan sesuai dengan usia
2. Kulit kuning menurun gestasi dan berat badan
3. Sklera kuning menurun 3. Identifikasi respon nyeri
4. Keterlambatan non-verbalmonitoring
pengeluaran feses efek samping fisitherapy.
menurun Terapeutik
menurun(L.08068) 1. Siapkan lampu fototerapi
dan inkubator
2. Lepas pakaian bayi
kecuali popok
3. Berikan penutup mata
4. Ukur jarak antara lampu
dan permukaan kulit bayi
Biarkan tubuh bayiterpapar
sina fototerapisecara
berkelanjutan
6. Ganti segera alas dan
popok bayi jika
15

BAB/BAK
7. Gunakan linen berwarna
putih agar memantulkan
cahaya sebanyak mungkin
Edukasi
Anjurkan ibu menyusui
sesering mungkin
Kolaborasi,
Kolaborasi pemeriksaan
darah vena bilirubin direk
dan indirek
Ansietas Setelah dilakukan asuhan Reduksi ansietas ( I.09314)
(D.0080) keperawatan 1 x 24 jam, Observasi
1. Identifikasi kemampuan
diharapkan tingkat ansietas
(L.09093) menurun,dengan mengambil keputusan.
kriteria hasil : Terapeutik
1. Verbalisasi 1. Pahami situasi yang
kebingungan menurun membuat ansietas
2. Verbalisasi 2. Dengarkan dengan penuh
kekhawatiran akibat perhatian
kondisi yang 3. Diskusikan perencanaan
dihadapimenurun realistis tentang peristiwa
3. Perilaku gelisah yang akan datang
menurun Edukasi
1. Informasikan secara
Perasaan keberdayaan
meningkat factual, mengenai diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
16

Resiko gangguan Setelah dilakukan asuhan Perawatan integritas kulit


integritas kulit / keperawatan 2 x 24 jam, (I.11353)
jaringan (D.0139) diharapkan integritas kulit Observasi
b.d suhu dan jaringan 1. Identifikasi penyebab
(L.14125)
lingkungan meningkat, dengan kriteria gangguan inegritas kulit
yangekstrem hasil : Terapeutik
1. Kemerahan menurun 1. Ubah posisi setiap 2 jam
Suhu kulit membaik
2. Bersihkan perineal dengan
air hangat
3. Hindari penggunaan
produk dengan berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi
1. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan (I.12383)
Pengetahuan asuhan keperawatan 1 x 45 Observasi :
tentang (ikterik menit, diharapkan tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan
neonatus) pengetahuan (L.12111) kemampuan menerima
(D.0111) meningkat dengan kriteria informasi
kurangterpapar hasil : 2. Identifikasi faktor – faktor
informasi 1. Perilaku sesuai anjuran yang dapat meningkat dan
meningkat menurunkan motivasi
2. Verbalisasi belajar perilaku hidup sehat
Menimgkat Terapeutik :
3. Kemampuan 1. Sediakan materi dan
menjelaskan media pendidikan
tentangikterik neonatus kesehatan.
meningkat 2. Jadwalkan pendidikan
4. Perilaku sesuai kesehatan melalui
denganpengetahuan kesepakatan
meningkat 3. Berikan kesempatan
17

5. Pertanyaan tentang bertanya


masalah yang dihadapi Edukasi :
menurun 1. Jelaskan faktor resiko
yang dapat mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yangdapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
18

Daftar Pustaka

Amin Huda Nurarif & Kusuma Hardhi. (2015). APLIKASI Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC (Edisi
Revi).

Wahyudi, Andri Setiya & Wahid, Abd. (2016). Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta:Mitra Wacana Media

Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Kemenkes RI. 2019.
Laporan Nasional Dinas Kesehatan. Jakarta.Kementerian Kesehatan RI.
2016. Info Datin. Jakarta.
Yuliastati & Amis, A. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Anak.
Jakarta : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian
Kesehatan Repunlik Indonesia
Manggiasih & Jaya. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi, Balita,Dan Anak
Pra Sekolah. Jakarta : Trans Info Media.
Maternity, D, Anjani, AD, dan Evrianasari, N. (2018) Asuhan Neonatus,
Bayi Balita,dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: ANDI, pp. 223-233
Mathindas, S., Wilar, R., & Wahani, A.
(2013). Hiperbilirubinemia padaNeonatus. Jurnal biomedik,
5(1). Diakses pada tanggal 12 April 2023.

Ndaru Puspita. (2018). Pengaruh Berat Badan Lahir Rendah Terhadap


KejadianIkterik Neonatus Di Sidoharjo, diakses 03-04-2023, Jakarta

Susilaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawatan bayi dan Anak untuk


peerawatdan Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
19

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Wijayaningsih, K. S. (2017). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.


MediAction.

Anda mungkin juga menyukai