Anda di halaman 1dari 23

INFEKSI SALURAN KEMIH

A. LANDASAN TEORI
1. DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
infeksi pada salah satu bagian dari sistem urine, ginjal, kandung kemih, atau
uretra.
Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita. Infeksi ini biasanya terjadi
pada kandung kemih atau uretra, sedangkan infeksi yang lebih serius
memengaruhi ginjal.

2. KLASIFIKASI
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
 Kandung kemih (sistitis)
 uretra (uretritis)
 prostat (prostatitis)
 ginjal (pielonefritis)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

1. ISK uncomplicated (simple)


ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,
anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai
penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika,
sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-
keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter
kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus
spp yang memproduksi urease.
3. ETIOLOGI
I. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
II. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
4. PATOFISIOLOGI
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending
dan hematogen. Secara asending yaitu:
a) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
b) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan
distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan


kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. System imunnitas yng menurun
e. Adanya hambatan pada saluran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan


distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini
mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih
menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan
gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi
predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang
menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter
yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah:
jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering
ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.

5. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
b. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
c. Hematuria
d. Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
e. Demam
f. Menggigil
g. Nyeri panggul dan pinggang
h. Nyeri ketika berkemih
i. Malaise
j. Pusing
k. Mual dan muntah
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang
besar (LPB) sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2) Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4) Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
5) Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat
bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme
menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae,
herpes simplek).
c. Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi
akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau
abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi
ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

7. PENATALAKSANAAN
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek
minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal
infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus
segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif
dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten
terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt
digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
e. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
f. Interansi obat
g. Efek samping obat
h. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui
ginjal

Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:

a. Efek nefrotosik obat


Nefrotoksik adalah efek toksik dari obat-obatan atau bahan kimia lain
yang bisa memberikan pengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
Kerusakan pada ginjal bukan hal sepele, mengingat fungsinya yang
sangat penting dalam tubuh manusia, termasuk detoksifikasi
(mengeluarkan racun).

b. Efek toksisitas obat


Efek toksik didefenisikan sebagai berbagai keadaan atau faktor yang
mempengaruhi efektivitas absorbsi dan distribusi suatu zat dalam
tubuh. Efek toksik mempengaruhi atau menentukan keberadaan zat
kimia atau metabolitnya dalam sel sasaran atau tempat kerjanya.

Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi


keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai
berikut:

a. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/


b. Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau
malh membahnayakan/
c. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?
d. Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?
B. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a) IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.O.U
Umur : 51 tahun
Agama : Kristen
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Minahasa/Indonesia
Alamat : Bitung
Tanggal masuk : 22 Agustus 2023
Tanggal pengkajian: 23 Agustus 2023
No register : 00xxx
Diagnosa medis : Infeksi Saluran Kemih

b) IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny.A.K
Umur : 50 tahun
Hub.dengan pasien; Istri
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bitung

2. STATUS KESEHATAN
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama
Pasien mengatkan nyeri pinggang sebelah kanan dan sempat muntah

2) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Klien mengatakan cara mengatasinya dengan berobat di pelayanan
kesehtan

b. Status kesehatan masa lalu


1) Penyakit yang pernah di alami
Pasien mengatakan dahulu memeriksa kesehatan dan diagnosis oleh
dokter mengidap batu ginjal diginjal sebelah kanan, sempat kencing
berdarah dan kencing berpasir
2) Pernah di rawat
Pasien mengatakan pernah dirawat sebelumnya
3) Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi obat-obatan dan makanan
4) Kebiasaan ( merokok/kopi/alcohol dll)
Pasien mengatakan tidak pernah mengonsumsi alkohol atau merokok
hanya mengonsumsi minuman seperti teh,susu dan kopi
c. Riwayat penyaikit keluarga
pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit anemia

d. Diagnosa medis dan terapi


Diagnosa : Infeksi Saluran Kemih
Therapy : Urotracin
Ciprofloxacin
Levofloxacin

3. GENEOGRAM
4. POLA GORDON KEBUTUHAN DASAR ( data bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola persepsi dan managemen pola kesehatan

Pasien mengetahui bahwa dia berada dirumah sakit awal pasien MRS karena pasien
merasakan sakit dibagian pinggang sebelah kanan dengan sakit yang dideritanya saat
itu.

b. Pola nutrisi-metabolik
 Sebelum sakit:
Pasien mengatakan 3 kali sehari
Sarapan pagi
Makan siang
Makan malam
 Saat sakit:
Pasien mengatakan tidak pernah menghabiskan makanan yang dari rumah
sakit

c. Pola eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB bisa 2-3x sehari
 Saat sakit
Pasien mengatakan BAB 1x sehari
2) BAK
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAK bisa 4-6x sehari
 Saat sakit
Pasien mengatakan BAK bisa 3x sehari, pasien mengatakan nyeri saat BAK,
pasien mengatakan ada darah di urine dan keluar pasir
d. Pola aktivitas dan latihan
1. Aktivitas

Kemampua 0 1 2 3 4
n perawatan
diri
Makan dan √
minum
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0:mandiri,1:alat bantu,2:dibantu orang lain 3:dibantu orang lain dan alat 4:
tergantumg total
2. Latihan
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan sehari-hari beraktivitas, bekerja sebagai swasta
 Saat sakit
Pasien mengatakan selama dirawat hanya istirahat untuk memulihkan
kesehatan

e. Pola kognitif dan persepsi


Pasien masih bisa mendengar apa yang dibicarakan dan passion tidak mengalami
gangguan pendengaran, penglihatan, perasa, dan penciuman. Semua fungsi indra
masih berfungsi dengan baik

f. Pola persepsi-konsep diri

Citra diri Pasien mengatakan menyukai kaki dan


tanggannya karena bisa dipakai untuk
kemana-mana dan bisa dipakai untuk
melakukan aktifitas
Ideal diri Pasien mengatakan ingin pulang kerumahnya
dan berkumpul bersama keluarganya
Harga diri Pasien merupakan anak pertama
Peran diri Pasien mampu mengenali dirinya sebagai
seorang kepala
Idenditas diri Keluarga dengan anak 2

g. Pola tidur dan istirahat


 Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum MRS istirahatnya cukup dan tidur jam
10.00malam bangun jam 05.00 pagi
 Saat sakit
Pasien mengatakan istirahatnya cukup dan tidur yang kurang
h. Pola peran-hubungan
 Sebelum sakit:
Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga, teman, dan tetangga baik-
baik saja
 Saat sakit
Setelah di RS, interaksi pasien dengan dokter, perawat, pasien yang berada
dalam satu ruangan serta dengan keluarga yang menjenguk terlihat akrab dan
tetap sopan dalam berbicara
i. Pola seksual-reproduksi
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan berhubungan seksual normal
 Saat sakit
Pasien mengatakan nyeri saat berhubungan seksual
j. Pola toleransi stres- koping
Pasien mengatakan sudah diberitahu dokter dan perawat apa penyakit yang di
deritanya dan pasien bisa menerima itu dengan lapang dada walau ada sedikit rasa
gelisah dengan apa yang dideritanya

k. Pola nilai kepercayaan


Pasien mengatakan sebelum MRS pasien selalu beribadah setiap hari minggu di
gereja bersama keluarganya
Setelah MRS pasien beribadah di tempat tidur saja

5. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : sedang (Compos Mentis)
Kesadaran : GCS : E : 4 M : 6 V: 5
Tanda-tanda vital
TD : 130/86 mmHg
SB : 36,5°C
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
BB : 65 kg
TB : 160 cm

6. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE

 KEPALA
Bentuk : Bulat tidak ada lesi, tidak ada edema
Kulit kepala : Bersih
Rambut : Penyebaran rambut pasien merata, tidak bau, warna rambut hitam, dan
tidak berketombe

 WAJAH
Struktur wajah : Struktur wajah pasien bulat, tidak ada edema

 MATA
Mata : Simetris, tidak ada icterus, konjungtiva, tidak anemis
Pupil : isokor
Cornea dan iris : cornea jernih, iris mata hitam
Respon wajah : normal

 HIDUNG
Hidung :tidak ada secret

 TELINGA
Bentuk telinga : simetris antara telinga kanan dan telinga kiri
Ukuran telinga : sama besar antara telinga kanan dan telinga kiri
Lubang telinga : bersih tidak ada kotoran
Pendengaran : tidak dijumpai peradangan dan pendarahan

 MULUT DAN FARING


Keadaan mukosa bibir : kering lembab
Keadaan mulut : tampak bersih, jumlah gigi lengkap, tidak ada kesulitan dalam menelan

 LEHER
Posisi trachea : trachea berada pada posisi tulang dada dan di depan kerongkongan
Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kelainan atau
pembesaran vena jugularis

 PEMERIKSAAN INTEGUMENT
Kebersihan : keadaan kulit tampak bersih
Kehangatan : kulit teraba hangat
Warna : warna kulit kuning langsat
Turgor : turgor kulit elastis
Kelembapan : kulit pasien tidak terlalu lembab
Kelainan pada kulit : tidak ada

 PEMERIKSAAN THORAKS/DADA
Inpeksi thoraks : pernapasan dada simetris pada saat inspirasi dan ekspresi
Palpasi : tidak ada kelainan dan nyeri tekan
Perkusi : bunyi thorax sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler
 PEMERIKSAAN JANTUNG
Auskultasi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau pembesaran jantung

 PEMERIKSAAN ABDOMEN
Inspeksi : tidak ada pembengkakan
Palpasi : nyeri tekan
Perkusi : redup
Auskultasi : bising usus terdengar
P : proses penyakit
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : pinggang kanan
S : skala = 7
T : hilang timbul 5-15 menit

 PEMERIKSAAN GENETALIA
Tidak dilakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada genetalia

 PEMERIKSAAN MUSCULOSKOLETAL
Inspeksi : pasien masih bisa beraktivitas mandiri dan sebagian dibantu oleh
keluarga
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema

7. TERAPI OBAT

NO NAMA OBAT DOSIS FREKUENSI


1. Infus Ns 500cc 24 jam
2. Injeksi cefftriaxon 1mg 2x1
3. Ondancentron 40g 3x1
4. Asam tranexamat 500mg 3x1

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

NO PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NORMAL


1. Warna Kuning -
2. Kejernihan Keruh -
3. Leukosit 8-10 /LPB
4. Bakteri +/positif 1 -
5. Eritrosit >50 /LPB
6. Ph 5.5 -
7. Berat jenis 1.015 -

C. ASUHAN KEPERWATAN

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. DS: Agen Pencedera Fisik Nyeri akut
 Pasien mengatakan nyeri
pinggang kanan
 P : nyeri saat berkemih
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : pinggang kanan
S : skala nyeri = 7
T : hilang timbul selama
5-15 menit
DO:
TD : 130/86 mmHg
SB : 36,5°C
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
 Pasien tampak meringis
 Pasien tampak lemah
2 DS: Iritasi Kandung Kemih Gangguan Eliminasi
 Pasien mengatakan ada Urine
darah diurine dan keluar
pasir
DO:
 Leukosit 8-10
 Volume residu urine
meninggat

INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut Tingkat nyeri Observasi
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1.identifikasi lokasi, karakteristik,
denganagen keperawatan diharapkan tingkat durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
pencedera fisik nyeri menurun nyeri
dibuktikan dengan Dengan kriteria hasi : 2.identifikasi skala nyeri
pasien mengatakan 1.keluhan nyeri menurun 5 3.identifikasi factor yang
nyeri pinggang kanan 2.meringis menurun 5 memperberat dan memperingan
DS: 3.gelisah menuru n 5 nyeri
 Pasien
mengatakan Terapeutik
nyeri 1.berikan teknik non fermakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (teknik
pinggang
relaksasi nafas dalam)
kanan
 P : nyeri Edukasi
saat 1.ajarkan teknik non farmalogis
berkemih untuk mengurangi rasa nyeri
Q : seperti Kolaborasi
ditusuk- kolaborasi pemberian analgetik,jika
tusuk perlu
R : pinggang
kanan
S : skala
nyeri = 7
T : hilang
timbul
selama 5-15
menit
DO:
TD : 130/86 mmHg
SB : 36,5°C
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
 Pasien
tampak
meringis
Pasien tampak
lemah
2. Gangguan Eliminasi Eliminasi urine Observasi
Urine berhubungan Setelah dilakukan tindakan .Identifikasi tanda dan gejala
dengan iritasi keperawatan diharapkan eliminasi inkontinensi urine
kandung kemih urine membaik
dibuktikan dengan Dengan kriteria hasil: Terapeutik
pasien mengatakan 1.frekuensi BAK membaik 5 .ambil sempek urin tengah
ada darah di urine 2. volume residu urine menurun
dan keluar pasir Edukaksi
anjurkan minum yang cukup
DS:
 Pasien
mengatakan
ada darah
diurine dan
keluar pasir
DO:
 Leukosit 8-10
 Volume
residu urine
meningkat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPWRAWATAN

HARI KE-1

NO HARI/TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


1. RABU Nyeri akut 1.mengopservasi TTV S:
23-08- berhubungan Hasil Pasien mengatakan
2023 denganagen TD : 130/86 mmHg masih merasa nyeri di
pencedera fisik SB : 36,5°C bagian kanan bawah
09.00 – dibuktikan dengan N : 80 x/menit P : yeri saat berkemih
23.00 pasien mengatakan RR : 20 x/menit Q : seperti ditusuk-
nyeri pinggang kanan 2.mengidentifikasi nyeri tusuk
DS: Hasil: R : pinggang kanan
 Pasien P : yeri saat berkemih S : skala nyeri = 7
mengatakan Q : seperti ditusuk-tusuk T : hilang timbul
nyeri R : pinggang kanan selama 5-15 menit
S : skala nyeri = 7 O:
pinggang
T : hilang timbul selama 5-15 menit TTV
kanan
3.mengidentifikasi factor yang TD : 130/86 mmHg
 P : nyeri memperberat dan memperingan nyeri SB : 36,5°C
saat Hasil: N : 80 x/menit
berkemih Pasien mengatakan akan merasakan RR : 20 x/menit
Q : seperti nyeri ketika banhayk bergerak dan pasien Pasien tampak
ditusuk- akan melakukan relaksasi nafas dalam meringis
tusuk ketika merasakan nyeri A:
R : pinggang 4.memberikan teknik non farmakologis Masalah belum
kanan untuk mengurangi rasa nyeri teratasi
S : skala Hasil: P:
Setelah diajarkan terknik nafas dalam, Intervensi dilanjutkan
nyeri = 7
pasien sudah mnegerti dan mulai
T : hilang melakukannya secara berulang-ulang dan
timbul pasien mengatakan nyeri sedikit
selama 5-15 berkurang
menit 5.fasilitas istirahat dan tidur
DO: Hasil :
TD : 130/86 mmHg Memperbaiki tempat tidur pasien agar
SB : 36,5°C pasien meraasa lebih nyaman ketika
N : 80 x/menit beristirahat
RR : 20 x/menit 6.kolaborasi pemberian analgetik
 Pasien Hasil :
Melayani obat paracetamol
tampak
meringis
Pasien tampak
lemah
2. Gangguan Eliminasi 1.Mengidentifikasi tanda dan gejala S:
Urine berhubungan inkontinensi urine -Pasien mengatakan
dengan iritasi Hasil : nyeri saat BAK ada
kandung kemih Pasien mengatakan tidak bisa menahan darah di urine dan
dibuktikan dengan BAK keluar pasir
pasien mengatakan 2.mengambil sempel urine tengah O:
ada darah di urine Hasil : -Bakteri positif 1
dan keluar pasir Pemeriksaan laboratorium ditemukan -leukosit 8-10
DS: bakteri positif 1 -pasien tampak
 Pasien Leukosit 8-10 minum air putih yang
mengatakan 3.mengajarkan tanda dan gejala infeksi cukup 1 liter
ada darah saluran kemih A:
diurine dan Hasil: Masalah belum
keluar pasir Pasien mengatakan nyeri saat BAK ada teratasi
DO: darah di urine dan keluar pasir P:
 Leukosit 8-10 4.menganjurkan minum yang cukup Intervensi dilanjutkan
 Volume Hasil:
residu urine pasien tampak minum air putih yang
meningkat cukup 1 liter

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

HARI KE-2

NO HARI/TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


1. KAMIS Nyeri akut 1.mengopservasi TTV S:
24-08- berhubungan Hasil -pasien mengatakan
2023 denganagen TD : 116/62 mmHg nyeri sudah mulai
pencedera fisik SB : 36,8°C berkurang
23.00- dibuktikan dengan N : 66 x/menit P : Nyeri saat
06.00 pasien mengatakan RR : 20 x/menit berkemih
nyeri pinggang kanan 2.mengidentifikasi nyeri Q : seperti ditusuk-
DS: Hasil: tusuk
 Pasien P : Nyeri saat berkemih R : pinggang kanan
mengatakan Q : seperti ditusuk-tusuk S : skala nyeri = 3
nyeri R : pinggang kanan T : hilang timbul
S : skala nyeri = 5
pinggang
T : hilang timbul O:
kanan
3.mengidentifikasi factor yang TTV
 P : nyeri memperberat dan memperingan nyeri :TD :130/80 mmHg
saat Hasil: RR :22 ×/menit
berkemih Pasien mengatakan akan merasakan SB :37,0 °C
Q : seperti nyeri ketika banyak bergerak dan pasien N :90 ×/menit
ditusuk- banyak melakukan relaksasi nafas -pasien tampak
tusuk dalam ketika merasakan nyeri melakukan teknik
R : pinggang 4.memberikan teknik non farmakologis nafas dalam
kanan untuk mengurangi rasa nyeri
S : skala Hasil: A:
Setelah diajarkan teknik nafas dalam, Masalah belum
nyeri = 7
pasien sudah mnengeri dan mulai teratasi
T : hilang melakukannya secara berulang-ulang
timbul dan pasien mengatakan ketika P:
selama 5-15 melakukan teknik nafas dalam nyeri Intervensi
menit sedikit berkurang dilanjutkan
DO: 5.fasilitas istirahat dan kurang
TD : 130/86 mmHg Hasil:
SB : 36,5°C Melayani obat paracetamol
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
 Pasien
tampak
meringis
Pasien tampak
lemah
2. KAMIS Gangguan Eliminasi 1.Mengidentifikasi tanda dan gejala S:
24-08- Urine berhubungan inkontinensi urine -Pasien mengatakan
2023 dengan iritasi Hasil : nyeri saat BAK ada
kandung kemih Pasien mengatakan tidak bisa menahan darah di urine dan
dibuktikan dengan BAK keluar pasir
pasien mengatakan 2.mengambil sempel urine tengah O:
ada darah di urine Hasil : -Bakteri positif 1
dan keluar pasir Pemeriksaan laboratorium ditemukan -leukosit 8-10
DS: bakteri positif 1 -pasien tampak
 Pasien Leukosit 8-10 minum air putih yang
mengatakan 3.mengajarkan tanda dan gejala infeksi cukup 1 liter
ada darah saluran kemih A:
diurine dan Hasil: Masalah belum
keluar pasir Pasien mengatakan nyeri saat BAK ada teratasi
DO: darah di urine dan keluar pasir P:
 Leukosit 8-10 4.menganjurkan minum yang cukup Intervensi
 Volume Hasil: dilanjutkan
residu urine pasien tampak minum air putih yang
meningkat cukup 1 liter

KELOMPOK 8

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)


Nama-nama Anggota kelompok:

1. Marsya Londah

2.Denalda Supit

3.Zefanya Rampen

4.Flauwrencs Siwalette

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmatnya kepada kita
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah ini yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH” tidak lupa doa dan salam Kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada dosen
Universitas Sari putra Indonesia Tomohon yang telah memberikan tugas pembuatan
makalah ini.Akhir kata terima kasih atas perhatiannya dan kami mohon maaf apabila
terdapat salah kata dalam penulisan makalah kami ini

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN..............................................................

BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................

1.1 LANDASAN TEORI.........................................................................


2.2 PENGKAJIAN...................................................................................
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................

BAB 3 PENUTUP.........................................................................................

3.1 KESIMPULAN.................................................................................
3.2 SARAN..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

Anda mungkin juga menyukai