Anda di halaman 1dari 19

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

A. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)

B. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:


1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak
baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa
macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini
terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
o Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung
kencing menetap dan prostatitis.
o Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
o Gangguan daya tahan tubuh
o Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus
spp yang memproduksi urease.

C. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
o Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
o Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
o Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-
lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
o Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
o Mobilitas menurun
o Nutrisi yang sering kurang baik
o Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
o Adanya hambatan pada aliran urin
o Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

D. Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik


dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen.
Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen.

 Secara asending yaitu:


o Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain:
factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih
pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih
tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
o Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
 Secara hematogen yaitu:
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
 Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
 Mobilitas menurun
 Nutrisi yang sering kurang baik
 System imunnitas yng menurun
 Adanya hambatan pada saluran urin
 Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan


distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini
mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih
menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan
gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi
predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang
menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter
yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan
parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada
laki-laki diatas usia 60 tahun.

E. Tanda dan Gejala


1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
o Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
o Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
o Hematuria
o Nyeri punggung dapat terjadi
2. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
o Demam
o Menggigil
o Nyeri panggul dan pinggang
o Nyeri ketika berkemih
o Malaise
o Pusing
o Mual dan muntah

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
o Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting
adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
o Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB
sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan
patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
o Mikroskopis
o Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
o Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit
(tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif:
maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess
positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal
menjadi nitrit.
o Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
o Tes- tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah
infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.

G.Penatalaksanaan

Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek
minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
 Terapi antibiotika dosis tunggal
 Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
 Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
 Terapi dosis rendah untuk supresi

Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan


infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi,
factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani.
Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin
atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini.
Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
 Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
 Interansi obat
 Efek samping obat
 Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui
ginjal

Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
 Efek nefrotosik obat
 Efek toksisitas obat\

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

A. Pengkajian
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
o Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
o Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
o Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?
o Imobilisasi dalam waktu yang lama ?
o Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
o Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor
predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan
jumlah)
o Adakah disuria?
o Adakah urgensi?
o Adakah hesitancy?
o Adakah bau urine yang menyengat?
o Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan
konsentrasi urine?
o Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih
bagian bawah ?
o Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi
saluran kemih bagian atas ?
o Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
o Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan
pengobatan yang telah dilakukan?
o Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap
penyakitnya.

B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

C. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil :
o Nyeri berkurang / hilang saat dan sesudah berkemih

Intervensi:

o Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan


keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan
o Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab
nyeri
o Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
o Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
o Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki
kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
o Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil :
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih
(urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:

o Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin


Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi
o Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
o Kaji keluhan pada kandung kemih
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan
(kandung kemih/ginjal)
o Observasi perubahan tingkat kesadaran
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat
o Kolaborasi:
 Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
 Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan
masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk
meningkatkan aam urin.
Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman.
Peningkatan masukan sari buah dapt berpengaruh dalm
pengobatan infeksi saluran kemih.

3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
KriteriaHasil : menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
o Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di
ketahui tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang
penyakitnya.
o Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan beradasarkan informasi.
o Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk
mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan
diagnostik: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan
sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap
rencan terapetik.
o Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum
sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-
tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
o Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan
ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan
rencana terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made
Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan


Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa:
Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner


& Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
INFEKSI SALURAN KENCING

I. Identitas pasien
Nama : Tn. BT
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Pendidikan : -
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Tanah Goyang
Tanggal masuk : 20 -09-2010 pukul 11.00 wit
Tanggal pengkajian : 20- 09-2010 pukul 12.30 wit
Rumah sakit : RST AMBON
Ruangan : Yudha
Diagnosa medis : ISK
No. Register : -------------
Penanggung jawab : Ny.S.P
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan klien: Cucu
Alamat : Tanah Goyang

II. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluhan utama masuk RS : Perut kembung dan terasa nyeri demam serta
pasien tidak bisa kencing

Keluhan utama saat pengkajian :


- Nyeri pada daerah kemaluan dan perut dekat kemaluan
- Nyeri menyebar ke paha dan pinggang
- Skala nyeri : sedang (5-6)
- Nyeri hilang timbul
- Kurang mampu melakukan aktivitas karena nyeri
Catatan kronologis
Pada tanggal 19-09-2010, kira- kira pukul 14.00 wit, pasien merasa tidak bisa
kencing, urin yang keluar sedikit dan menetes serta ada endapan berwarna
merah muda, ada rasa nyeri pada perut dekat kemaluan, perut kembung dan
pasien merasa badannya panas. Keluarga pasienpun membawanya ke
puskesmas terdekat dan diberikan obat. Namun, obat tersebut membuat pasien
tak kunjung sembuh. Akhirnya pada tanggal 20-09-2010, keluarga pasien
memutuskan untuk membawa pasien ke RST AMBON Tiba di RS pukul 11.00
wit. Setiba di IGD dokter dan perawat jaga memberikan :
Terapi : - IVFD RL :D5% 2:1 20 tetes/menit
- cefotaxim 2x1 gram/12jam/IV
-Ranitidin 1 amp/12jam/IV
- Alinamin F 1 amp/tgc/drip
Tindakan yang diberikan:
- Pasang NGT
- Pasang Kateter Fooley
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Pasien mengatakan tidak pernah masuk RS sebelumnya, tidak pernah
mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan tidak pernah mengalami
pembedahan. Pasien mempunyai riwayat hipertensi.
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
pasien.

IV. GENOGRAM

x x x x

77 60
x x x x

40 35 30

Keterangan :

= laki- laki

= perempuan

x = laki- laki meninggal

x = perempuan meninggal

= Pasien

V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
- Rambut
 Warna : hitam beruban
 Tekstur : halus
 Distribusi : merata
 Penampilan : rambut tampak tidak rapi dan kulit
kepala tampak kotor
- Mata
 Pupil : simetris
 Konjungtiva : pucat
 Pengeluaran sekret/ air mata :tidak ada
 Cekung : ya
 Odem : tidak
 Penglihatan : agak kabur
 Penggunaan alat bantu : tidak ada
- Bibir
 Membran mukosa : kering
 Tekstur : kasar
 Peradangan : tidak ada
 Lesi : tidak ada
- lidah
 Warna : merah muda
 Tekstur : halus
 Peradangan : tidak ada
- Gigi
 Jumlah : 10 buah
 Masalah gigi : tidak ada
 struktur : rapi
 Peradangan : tidak ada
 Penampilan : gigi tampak kotor
 Kebersihan gigi : kotor
2. Leher
- Distensi vena : tidak teraba
- Pembesaran kelenjar : tidak ada
- Keluhan lain : tidak ada
3. Dada
- Retraksi : tidak ada
- Simetris : ya
- Frekuensi pernafasan : 26 x/ menit
- Tipe pernafasan : dada
- Taktil fremitus : ada
- Masa abdomen : tidak ada
- Bunyi nafas tambahan : ronkhi
- Bunyi nafas : bronkhial
- Tekanan darah : 160/100 mmhg
4. Abdomen
- Pembesaran abdomen : Tidak ada
- warna kulit abdomen : normal
- Tekstur abdomen : halus
- Distensi abdomen : ya
- Nyeri tekan : nyeri tekan pada suprapubik
- Turgor kulit : buruk
- Bunyi abdomen : adanya bunyi timpani
5. Kulit
- Sianosis : tidak
- Suhu : 36,5
- Tanda Radang : tidak ada
6. Ekstremitas
- keluhan : Badan lemas
- Warna jari dan kuku : merah muda
- Pucat : tidak ada
- Clubbing : tidak ada
- Frekuensi nadi : 90x/ menit
- Odem : tidak ada
- Kekuatan otot ekstremitas : kurang baik
- Tonus otot : sedang
- Tidak mampu mengangkat beban : mampu mengangkat benda yang ringan
namun tremor
- Tidak mampu berjalan : mampu berjalan namun tremor
- Amputasi : tidak ada
- keterbatasan gerak : pasien dapat bergerak namun perlahan-
lahan
Ambulasi
- gaya berjalan
 Kepala : normal
 Pandangan : baik
 Ekstremitas atas : tremor
 Ekstremitas bawah : termor
 Langkah : perlahan- lahan
 Kekuatan : sedang
7. Urogenetal
- apakah terpasang kateter : ya
- Jumlah intake dan output : intake; 6-7 gelas/ hari, output; ± 2000
ml/ hari
- apakah ada masa : tidak ada
- keluhan lain : nyeri pada daerah kemaluan dan perut
dekat kemaluan

VI. POLA AKTIVITAS SEHARI- HARI


AKTIVITAS SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Makan
- Pagi Roti Nasi + ikan + sayur
- Siang Nasi + ikan +sayur Nasi + ikan +sayur
- Sore Kasbi atau sagu Nasi + ikan + sayur
- Malam - -
-Frekuensi Makan 3x / hari 3x/ hari
- Jumlah Makan 1 porsi dihabiskan ½ porsi dihabiskan
- Keluhan Saat Tidak ada keluhan Kurang nafsu
Makan makan

Minum teh dan air putih


- Jenis Minuman 8-9 gelas/ hari teh dan air putih
- Jumlah Minuman Tidak ada 6-7 gelas/ hari
- Keluhan Saat Tidak ada
Minum
3x/ hari
Eliminasi Kuning 1x/ hari
- Frekuensi BAB Lembek Kuning kecoklatan
- Warna Feses Tidak ada Keras
- Konsistensi Kuning Sulit BAB
- Keluhan BAB Tidak ada Kuning ada endapan
- Warna Urin Terpasang kateter
- Keluhan BAK
14.00- 15.00 wit
Istirahat Dan Tidur 1 jam Tidak tidur siang
- Tidur Siang 22.00- 05.00 wit -
- Lama Tidur Siang 7 jam 24.00- 05.00 wit
- Tidur Malam Tidak ada 5 jam
- Lama Tidur Sering tebangun
Malam karena nyeri
- Keluhan Gangguan 2x/ hari
Tidur 2x/ hari
2x/ hari 2x /hari lap badan
Personal Higiene Tidak ada Tidak ada hanya
- Frekuensi Mandi kumur- kumur
- Frekuensi Sikat 2 hari sekali
Gigi Sulit mandi karena
- Ganti Pakaian terpasang kateter
- Masalah Saat
Mandi

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


PEMERIKSAAN NILAI/ HASIL NILAI NORMAL
DIAGNOSTIK
HB 12,4 g/dl 13-16 g/dl
Leucosit 6800 5000- 10.000
LED 60 mm/jam 40mm/ jam
Trombosit 260.000 200.000- 450.000
Waktu pembekuan
Waktu pendarahan 9 menit 5- 14 menit
Gula darah waktu 3 menit 1-7 menit
SGOT 140 mg/dl < 120 mg/dl
SGPT 10 ul < 26 ul
Ureum 11,8 ul < 31 ul
Kreatinin 10- 19 mg/dl 20- 35 g/dl
Foto thorax 0,8 mg/dl 0,5- 1,1 mg/dl
Tb. paru Tidak ada kelainan

IX. TERAPI/ PENGOBATAN/ TINDAKAN KEPERAWATAN


 IVFD RL : D5 % 2: 1 20 tetes/ menit
 Cefotaxim 2x1 gr/12 jam/ IV
 Ranitidine 1 amp/ 12 jam/ IV
 Alinamin F 1 amp/ tgc/drip
 Artem 1 amp/ 12 jam
 Transamin 1 amp / 8 jam
 Pasang NGT
 Pasang kateter

KLASIFIKASI DATA
DS : Pasien Mengatakan
 Nyeri pada daerah kemaluan  Kurang mampu melakukan
dan perut dekat kemaluan aktivitas karena nyeri
 Nyeri menyebar ke paha dan  Nafsu makan kurang
pinggang  Badan lemas
 Nyeri hilang timbul  Nyeri saat kencing
 sulit kencing
DO :
 Skala nyeri : sedang (5-6)
 Kelemahan fisik sedang

 BB menurun 4 kg

 wajah tampak meringis


 pasien terpasang kateter
 rambut tampak tidak rapi dan
kulit kepala tampak kotor
 Konjungtiva pucat
 Frekuensi pernafasan 26 x/
menit
 Tekanan darah : 160/100
mmhg
 Mata cekung
 Nyeri tekan pada suprapubik
 Frekuensi nadi : 96x/ menit
 Mampu mengangkat benda
yang ringan namun tremor
 Mampu berjalan namun
tremor
 Pasien dapat bergerak namun
perlahan- lahan
 Ekstremitas atas dan bawah
tremor
 Langkah berjalan perlahan-
lahan
 Jumlah makanan ½ porsi
dihabiskan
 LED 60 mm/jam
 Gula darah waktu 140 mg/dl
 Ureum 10- 19 mg/dl
 Foto thorax : tb. Par
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Ds: Pasien Mengatakan Distensi kandung Nyeri
 Nyeri Pada Daerah kemih
Kemaluan Dan Perut Dekat
Kemaluan
 Nyeri Menyebar Ke Paha
Dan Pinggang
 Nyeri Hilang Timbul
 Kurang Mampu
Melakukan Aktivitas Karena
Nyeri
 Nyeri Saat Kencing
Do:
2.  Skala nyeri : sedang (5-6) nutrisi kurang dari
 wajah tampak meringis Intake makanan kebutuhan tubuh
 nyeri tekan pada yang inadekuat
suprapubik
Ds: pasien mengatakan
 Nafsu makan kurang
Do:
3.  Konjungtiva pucat Intoleransi
 BB menurun 4 kg; bb Kelemahan fisik aktivitas
sebelum sakit: 53 kg, saat
sakit:49kg
 Jumlah makanan ½ porsi
dihabiskan
Ds: pasien mengatakan
 Badan lemas
 Kurang mampu melakukan
aktivitas karena nyeri
 Aktivitas dilakukan dengan
bantuan orang lain
Do:
 Kelemahan fisik sedang
 Mampu mengangkat
benda yang ringan namun
tremor
 Mampu berjalan namun
tremor
 Pasien dapat bergerak
namun perlahan- lahan
 Ekstremitas atas dan
bawah tremor
 Langkah berjalan
perlahan- lahan

Anda mungkin juga menyukai