Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa

Dosen Pengampu : Engkartini, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Siti Barokah 31121231001
Singgih Ratna Ida 31121231003
Latifah Nur Azalia 31121231004
Anna Fitrotun Nisa 31121231005
Safitri 31121231006
Rumanti Ningsih 31121231023
Sifa Nurkholifah 31121231040

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN KELAS RPL


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CLACAP
TA 2023/2024
LANDASAN TEORI

A. Definisi ISK (Infeksi Saluran Kemih)


Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi di
parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna
(Hastuti dan Sjaifullah, 2016).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya
pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai
infeksi di kandung kemih. Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per
ml urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan
diagnosa ISK (IDI, 2011).
B. Etiologi
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80% kasus)
dan organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan organisme yang paling sering
menyebabkan ISK: kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum.
Organisme lain yang menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella,
Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse negatif. Beberapa
faktor menyebabkan munculnya ISK di masa kanak-kanakInfeksi saluran kemih sebagian
besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri yang sering menjadi
penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri
yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain adalah
Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014).
Infeksi Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus urinarus yang
disebabkan oleh masuknya mikroorganisme patogenik dengan atau tanpa disertainya
tanda dan juga gejala. Mikroorganisme ini dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan
steroid jangka panjang, makanan yang terkontaminasi bakteri, proses perkembangan usia
lanjut, anomaly saluran kemih, higine yang tidak bersih, dan hubungan seksual yang
tidak sehat, serta akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran kencing ini dapat mengenai
kandung kemih, prostat, uretra, dan juga ginjal (Purnomo, 2014).
Selain penyebab terjadinya kejadian ISK dari berbagai jenis mikroba terdapat
banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya peningkatan angka kejadian ISK.
Faktor risiko lain yang paling sering diidentifikasi adalah penggunaan antibiotik
sebelumnya dan penggunaan katerisasi (Tenney et al, 2017).
Faktor risiko ISK dalam penggunaan antibiotik sebelumnya disebabkan akibat
resisten terhadap berbagai obat antibiotic (sulfamethoxazoletrimetropim) dan dalam
penggunaan katerisasi, organisme gram negatif bakteri “Pseudomonas Aeruginosa”
adalah patogen yang paling umum yang bertanggung jawab untuk pengembangan infeksi
saluran kemih diantara pasien kateter yang didapatkan dari pemasangan kateter dalam
jangka panjang, serta bisa diakibatkan juga oleh hygine kateter, disfungsi bladder pada
usia lanjut dan pemasangan kateter yang tidak sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (Irawan & Mulyana, 2018).
C. Anatomi dan Fisiologi
Sistem urinari adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan dan
mengalirkan urine. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung
kemih dan uretra (Manurung, 2018).
1. Ginjal terletak pada dinding posterior dibelakang peritoneum pada kedua sisi vetebra
torakalis ke-12 sampai vetebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adalnya lobus hepatis dextra yang
besar.
2. Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan
ginjal (filtrasi, reabsorsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat
sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Laki-laki melintas dibawah ligamen umbilikal lateral dan ductus deferens. Perempuan
melintas disepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagin.
3. Vesica Urinaria (kandung kemih) sering juga disebut kandung kemih atau buli- buli,
merupakan, tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter,
untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui
mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvis floor),
bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus,
serta pembuluh- pembuluh darah, limfatik dan saraf.
4. Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra
pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual
(berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya
sekitar 3,5 cm. Selain itu, pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter externa
(di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sdeangkan pada wanita hanya
memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter).
D. Patofisiologi
Infeksi Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus urinarus yang
disebabkan oleh masuknya mikroorganisme patogenik dengan atau tanpa disertainya
tanda dan juga gejala. Mikroorganisme ini dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan
steroid jangka panjang, makanan yang terkontaminasi bakteri, proses perkembangan usia
lanjut, anomaly saluran kemih, higine yang tidak bersih, dan hubungan seksual yang
tidak sehat, serta akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran kencing ini dapat mengenai
kandung kemih, prostat, uretra, dan juga ginjal.
Pada pasien dengan Infeksi saluran kencing, umunya retensi urin teradi akibat dari
obstruksi dan menyebabkan peningkatan tekanan di vesika urinaria serta penebalan
diding vesika, ketika hal ini terjadi maka menyebabkan penurunan kontraksi vesika
sehingga menimbullkan tahanan pada kandung kemih, urin yang tertahan pada kandung
kamih dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 12 jam ) merupakan media yang baik
untuk perkembangan mikroorganisme patogen seperti E. coli, Klabsiella, prosteus,
psudomonas, dan enterobacter.
Ketika bakteri telah berhasil berkembang, maka tubuh akan melakukan respon
pertahanan dengan merangsang hipotalamus untuk menstimulus sistem pertahanan tubuh
untuk memfagosit antigen tersebut sehingga akan menyebabkan peningkatan
metabolisme dan muncul gejala demam, ketika antigen tidak mampu di fagosit oleh
sistem imun kita maka akan menyebabkan munculnya bakteremia skunder yang menjalar
ke ureter sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan pada ureter, umumnya ketika hal
ini terjadi maka akan menyebabkan pasien mengalami oliguria.
Selain itu ketika proses peradangan terjadi akan meningkatkan frekuensi
dorongan kontraksi uretra dan memunculkan persepsi nyeri akibat proses depresi syaraf
perifer. Selain itu, respon pertahanan tubuh kita juga akan merangsang hipotalamus
sehingga muncul lah gejala seperti demam serta nyeri di bagian yang terinfeksi (Medina
& Castilo-Pino, 2019).
E. Jenis ISK
Adapun jenis-jenis ISK yaitu : (Nurarif & Kusuma, 2015)
1. Kandung kemih (Sistitis)
2. Uretra (Uretritis)
3. Prostat (Prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)

Klasifikasi menurut letaknya :

1. ISK bawah
Perempuan (sistitis : presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna). Sindrom uretra akut (SUA) : presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
Laki-laki (sistitis,prostatitis,epidimidis dan uretritis).
2. ISK atas
Pielonefritis akut (PNA) : proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi
bakteri. Pielonefritis kronis (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.

ISK pada usia lanjut, dapat dibedakan menjadi :


1. ISK uncomplicated (simple) merupakan ISK sederhana yang terjadi pada
penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK
ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai
mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK compilacted, sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali kuman
penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila tedapat
keadaan-keadaan sebagai berikut :
3. Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu , reflex vesiko uretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan prostatitis.
4. Kelainan faal ginjal GGA maupun GGK. Gangguan daya tahan tubuh dan infeksi
yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp yang memproduksi
urease.
F. Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis ISK antara lain : (Nurarif & Kusuma,2015).
1. Anyang- anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna putih,
cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
3. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah.
4. Nyeri pda pinggang.
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (di
iringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah).
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembu- sembu dapat
menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
7. Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis berupa
demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia , probelem minum
dan sianosis (kebiruan).
8. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia.
9. Pada anak besar gejalanya lebuh khas seperti sakit waktu kencing, frekuensi kencing
meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol, anyang- anyangan (polakisuria)
dan bau kencing yang menyengat.
G. Pemeriksaan Klinis
1. Pemeriksaan Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase, protein,
dan darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan adanya bakteriuria,
leukosituria biasanya ditemukan pada anak dengan ISK (80-90%) pada setiap episode
ISK simtomatik, tetapi tidak adanya leukosituria tidak menyingkirkan ISK.
Bakteriuria dapat juga terjadi tanpa leukosituria. Leukosituria dengan biakan urin
steril perlu dipertimbangkan pada infeksi oleh kuman Proteus sp., Klamidia sp., dan
Ureaplasma urealitikum. Neutrophil gelatinase associated lipocalin urin (uNGAL)
dan rasio uNGAL dengan kreatinin urin (uNGAL/Cr) merupakan petanda adanya
ISK. Peningkatan uNGAL dan rasio uNGAL/Cr > 30 ng/mg merupakan tanda ISK
(Pardede, 2018). Parameter pemeriksaan urine yang utama digunakan sebagai
pemeriksaan skrining dan penunjang diagnosa infeksi saluran kemih adalah leukosit
esterase dan nitrit (Gaw, A dkk, 2011). Dan Menurut Roring, A.G dkk (2016) bahwa
salah satu parameter yang bermakna dalam mendiagnosis ISK adalah jumlah leukosit
dalam sedimen urine.
2. Pemeriksaan darah
Leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil, peningkatan laju endap
darah (LED), C-Reactive Protein (CRP) yang positif, merupakan indikator non-
spesifk ISK atas. Kadar prokalsitonin yang tinggi dapat digunakan sebagai prediktor
yang valid untuk pielonefritis akut pada anak dengan ISK febris (febrile urinary tract
infection) dan skar ginjal. Sitokin merupakan protein kecil yang penting dalam proses
inflamasi. Prokalsitonin, dan sitokin proinflamatori (TNF-α; IL-6; IL-1β) meningkat
pada fase akut infeksi, termasuk pada pielonefritis akut (Pardede, 2018).
H. Penatalaksanaan
1. Pemberian antibiotik, Terapi antibiotik per oral yang efektif terhadap bakteri coliform
aerobik gram negatif, seperti E coli, adalah pilihan terapi pada pasien dengan infeksi
saluran kemih bagian bawah
2. Jaga tubuh tetap terhidrasi, minum air putih setidaknya 6-8 gelas atau 2 liter per hari
dapat melindungi tubuh dari kekambuhan ISK.
3. Hindari makanan dan minuman pantangan ISK, mengonsumsi soda, kopi, alkohol,
minuman dengan pemanis buatan, dan sumber protein hewani dapat meningkatkan
risiko ISK dan memperburuk gejala.
4. Mengusap vagina dari depan ke belakang, bersihkan vagina sehabis buang air kecil
dengan cara menyeka organ tersebut dari depan ke belakang, bukan dari belakang ke
depan. Cara ini bisa menurunkan risiko ISK.
5. Jangan menunda buang air kecil, menunda untuk buang air kecil dapat meningkatkan
risiko ISK berulang pada wanita. Tidak cukup sering buang air kecil dapat
menyebabkan bakteri menumpuk di dalam saluran kemih.
6. Lebih aktif menjaga berat badan yang sehat, kelebihan berat badan dan gaya hidup
sedenter (tidak banyak bergerak) juga dapat meningkatkan risiko ISK berulang.
Mempertahankan berat badan yang sehat dapat mengurangi risiko tersebut.
7. Konsumsi suplemen lain, suplemen lain seperti D-mannose, probiotik, dan produk
cranberry yang dikombinasikan dengan propolis juga diketahui berpotensi mengobati
ISK (Gupta et al., 2017).
LAPORAN KASUS

Asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang dirawat di ruang
Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Limpung selama 3 hari dimulai tanggal 10 Januari 2024
sampai 12 Januari 2024. Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilakukan tahap demi tahap yang
diawali dengan pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan dan pelaksanaan
serta evaluasi.

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
Usia : 31 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Suku : Jawa
Pendidkan : SD
Alamat : Batang, Jawa Tengah
Diagnosis medis : Infeksi saluran kemih (ISK).

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan Tn. Y merasa kesakitan di perut bagian bawah, sejak 1
hari yang lalu sehingga pasien tersebut diantar ke Rumah Sakit Umum Daerah
Limpung oleh keluarganya pada tanggal 10 Januari 2024
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri saat BAK dialami sejak 1 hari yang lalu. Kemudian pasien
diantar ke Rumah Sakit Umum Daerah Limpung dan dilakukan pemeriksaan oleh
dokter, Saat dilakukan pemeriksaan klien mengatakan nyeri abdomen bagian bawah
dan nyeri pada saat BAK, nyeri terasa saat berkemih, nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, nyeri terasa dibagian perut dengan skala 6 (berat), nyeri makin
meningakat jika berkemih dan hilang pada saat beristirahat, klien mengatakan susah
tidur karena nyeri yang dirasakan, klien mengatakan tidur 2 jam, klien mengatakan
saat beraktivitas Klien dibantu oleh keluarganya karena nyeri dibagian perut ketika
bangun. Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakit yang dialami saat ini klien
mengatakan baru kali ini mengalami ISK dan tidak tau ISK itu apa dan bahayanya
apa, klien terlihat meringis, terlihat lemah, dibantu oleh keluarganya saat beraktivitas
dan BAK, klien terlihat bingung dan selalu bertanya kepada perawat tentang
penyakitnya, klien terlihat pucat, leukosit klien 16-19 LPB, klien mengatakan saat
berkemih klien tidak puas, karena sedikit, klien mengatakan saat berkemih, klien
ingin sekali menuntaskan air kencingnya, klien mnegatakan sering buang air kecil
namun sedikit saja dan klien tidak puas saat berkemih. Terlihat leukosit 2+, epitel 4,5,
leukosit 16-19.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pengkajian yang didapatkan klien tidak memiliki riwayat penyakit seperti ini. Namun,
Klien memiliki riwayat imunisasi yang lengkap. Sebelumnya klien tidak pernah
dirawat di rumah sakit. Klien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari pengkajian yang didapatkan dalam keluarga, klien mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit seperti asma, bronchitis, TBC, hipertensi, penyakit jantung, stroke,
diabetes mellitus dan gangguan emosional
3. Genogram

31

Bagan 1.1 Genogram 3 generasi klien Tn. Y (sumber klien Tn. Y )

Keterangan

: laki-laki

: perempuan

X : meninggal

: klien

Keterangan

Generasi 1 Orang tua klien masih hidup dan sehat


Generasi 2 Keluarga klien mengatakan klien anak ke lima (5) dari 7 bersaudara

Generasi 3 Klien belum berkeluarga saat ini

4. Data Psiko-sosial
Sebelum sakit:
Klien klien mengatakan memiliki teman dekat, klien juga mengatakan sebelum sakit
klien tetap meminta bantuan pada keluarga. Namun, klien mengutamakan Yang Maha
Kuasa (Allah) sebagai penolong dalam setiap kesulitan, klien juga mengatakan ikut
dalam kegiatan kerja bakti ataupun yang lainnya di lingkungan masyarakat.

Saat sakit:

Klien mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan apapun. Klien mengatakan hanya
meminta bantuan kepada keluarga dan saudaranya. Klien mengatakan tidak memiliki
masalah dalam keuangan selama dirawat di rumah sakit.

5. Data Spiritual
Sebelum sakit :
Klien mengatakan selalu beribadah dan sholat lima waktu, klien juga mengatakan selalu
mengikuti keagamaan di lingkungannya seperti pengajian.

Saat sakit :

Klien mengatakan selama sakit hanya baring di tempat tidurnya, klien mengatakan tidak
pernah mengikuti kegiatan keagamaan seperti pengajian, klien mengatakan selama sakit
sholat lima waktu ditempat tidur.

6. Pola Kebiasaan Sehari-hari


Sebelum sakit:
Klien mengatakan makan 3x sehari, klien mengatakan tidak ada program diet dan tidak
kesulitan dalam makan, klien mengatakan nafsu makan meningkat, jenis makanan klien
yaitu sayur dan terkadang dengan ayam/daging, klien mengatakan porsi makannya 1
piring penuh, klien mengatakan suka dengan semua makanan. Klien mengatakan minum
sebanyak 1,5 liter karena klien bantu kelurga kerja kekebun dengan porsi minum 1 gelas
sedang dan kadang diselingi minum teh dan kopi, klien juga mengatakan tidak ada
kesulitan untuk minum.

Saat sakit:

Klien mengatakan makan bubur putih dengan sedikit sayuran dalam 3x sehari, klien
mengatakan tidak ada kesulitan menelan, nafsu makan baik, klien mengatakan tidak
memiliki makanan pantangan. Klien mengatakan minum 4x sehari dengan aqua gelas
dengan takaran 240 ml. klien juga mengatakan tidak ada kesulitan untuk menelan.
7. Cairan
Sebelum sakit:
Klien mengatakan sering minum air minera sebanyak 1,5 liter dalam 1 hari.

Saat sakit:
Klien terlihat terpasang cairan NaCL 0,9% dengan jumlah cairan melalui intravena 20
tetes x 60 x 24 : 20 =1440cc

8. Eliminasi urine dan eliminasi alvi


a. Eliminasi Urine Sebelum sakit
Klien mengatakan BAK 4-6 kali sehari, tidak ada kesulitan dalam BAK dan klien
mengatakan urine berwarna kuning jernih, klien mengatakan setelah BAK klien
merasa nyaman, klien mengatakan tidak ada kesulitan untuk BAK, klien mengatakan
mencium bau dari urinenya.

Saat sakit

Klien terpasang kateter dengan urine ditampung di urine bag dengan jumlah urine
1200 cc/ hari, urine klien berwarna kuning, urine klien berbau menyengat.

b. Eliminasi Alvi
Sebelum sakit
Klien mengatakan BAB 2x sehari dan klien mengatakan terkadang feses yang
dikeluarkan keras, klien mengatakan konsistensi feses klien padat, klien mengatakan
warna feses cokelat, klien juga mengatakan tidak menggunakan obat pencahar dan
klien kesulitan untuk BAB karena nyeri abdomen saat mengejan.

Saat sakit

Klien mengatakan BAB 2x sehari dan klien mengatakan terkadang feses yang
dikeluarkan keras, klien mengatakan konsistensi feses klien padat, klien mengatakan
warna feses cokelat, klien juga mengatakan tidak menggunakan obat pencahar dan
klien kesulitan untuk BAB karena nyeri perut saat mengejan.

9. Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit:

Klien mengatakan tidur malam pada jam 22.00 sampai dengan 04.30 dan terkadang
bangun dimalam hari untuk BAK, klien mengatakan tidak mengalami insomnia, untuk
tidur siang klien mengatakan terkadang saat hari libur kerja tidur pada jam 13.00 sampai
dengan 14.00 dan juga terbagun terkadang karena panas, klien mengatakan tidak ada
kesulitan tidur.
Saat sakit:

Klien mengatakan tidur malam tidak menentu, terkadang pukul 23.00 sampai dengan
00.00 dan klien sering terbangun karena nyeri yang dirasakan, setelah itu klien tidur
kembali pada pukul 02.00 sampai dengan 03.30 klien mengatakan kembali terbangun
karena kurang nyaman , kualitas tidur klien terganggu. Pada siang hari klien mengatakan
tidur siang pada pukul 12.30 sampai dengan 13.30 dan terbangun karena sakit, klien
terlihat mengantuk dan menguap

10. Aktivitas dan Gerak


Sebelum sakit:
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri dengan mandiri

Saat sakit dan dirawat di ruang Kenanga


Klien melakukan perawatan diri dengan cara dibantu oleh keluarganya.

11. Personal Hygiene


Sebelum sakit:
Klien mengatakan klien mandi 2x sehari, Klien mengatakan cara mandi klien dengan
membasuh air dari kepala hingga kaki, kemudian klien menggosok badan dengan sabun
dan membilas dengan air sampai bersih, klien mengatakan klien memotong kukunya
setiap kuku mulai panjang, klien mengatakan klien menggosok gigi dengan pasta gigi,
dan menggosok gigi 2x sehari, klien mengatakan klien keramas menggunakan shampoo,
klien mengatakan klien keramas 2x dalam 3 hari.

Saat sakit:

Klien mengatakan klien selama sakit mandi dibantu oleh keluarganya, klien mengatakan
klien menggosok gigi menggunakan pasta gigi, klien mengatakan klien gosok gigi 2x
sehari.

12. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum Klien: Klien telihat merintih kesakitan
b. Tanda-Tanda Vital
- Kesadaran: Composmentis
- Glasgow Coma Scale (GCS): Motorik: 6, bicara (verbal): 5, pembukaan mata: 4.
Total GCS = 15.
- Tekanan Darah : 130/75 mmHg.
- Nadi : 130 x/menit
- Suhu : 37,2 °C
- RR :20 x/menit
- Antropometri:
Tinggi badan: 165 cm
Berat badan: 60 kg
IMT: 60 : (1,65 X 1,65)= 22.03
c. Pemeriksaan Sistemik
1) Kepala
Bentuk kepala normal, terlihat simetris kiri dan kanan, penyebaran rambut klien
merata.
2) Mata
Ukuran pupil klien 2 mm, isokor. Tidak terdapat nyeri tekan pada saat palpasi,
penyebaran bulu mata dan alis merata kiri dan kanan, fungsi penglihatan klien
hanya mampu membaca buku <30 cm, konjungtiva terlihat pucat, klien juga
mengatakan tidak menggunakan kacamata ataupun lensa kontak
3) Hidung
Klien mengatakan tidak ada alergi debu, membrane mukosa berwarna merah
muda, tidak terdapat secret maupun silia dan polip. Fungsi penciuman klien baik,
tidak terdapat trauma ataupun epitaksis
4) Mulut dan Tenggorokan
Bibir klien terlihat lembab dan tidak terdapat labioskizis, klien terilihat memiliki
karang gigi, tidak ada stomatitis dan tidak terdapat palatoschizis ataupun
sariawan. klien terlihat tidak ada gangguan bicara, klien juga mengatakan tidak
mengalami kesulitan menelan, klien mengatakan tidak pernah melakukan
pemeriksaan gigi
5) Telinga
Bentuk daun telinga klien terlihat simetris kiri dan kanan, dan berwarna putih.
Klien tidak dapat terdapat gangguan dalam pendengarannya.
6) Leher
Tidak ada pembengkakan, tidak terdapat peninggian vena jugularis, dan tidak ada
lesi. Posisi trakea tepat ditengah, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening,
dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
7) Thorax
Bentuk dada normochest, pengembangan dada simetris kanan dan kiri,
pernapasan 20 x/menit. Saat dilakukan vocal premitus terasa getaran yang kuat
pada saat klien menyebutkan tujuh puluh tujuh pada lapang paru kanan dan kiri.
Terdengar bunyi sonor pada seluruh lapang paru. Terdengar suara vesikuler, tidak
ada suara napas tambahan seperti ronchi dan wheezing.
8) Jantung
Terdapat ictus cordis, nadi = 80 x/menit, ictus cordis teraba 3 cm dibawa areola
mammae. Terdengar suara pekak, batas jantung dari ICS 2 sampai dengan ICS 5.
Suara jantung S1 lup dan suara jantung S2 dup, tidak terdengar bunyi jantung
tambahan seperti murmur dan gallop.
9) Abdomen
Pengembangan abdomen simetris kanan dan kiri, tidak ada pembesaran, bentuk
umbilicus tidak menonjol/masuk kedalam. Bising usus 21 x/menit, terdapat nyeri
tekan pada kuadran bawah, tidak terdapat adanya massa, terdapat nyeri tekan pada
perut bagian bawah (suprapubik), terdengar bunyi timpani, tidak ada bunyi
tambahan.
10) Genetalia
Testis terlihat bersih, tidak terdapat nodul, lesi ataupun cairan yang keluar dari
testis, tidak ada tanda nyreri abdomen, pada saat pengkajian klien terlihat
terpasang kateter
11) Anus
Tidak ada pembesaran pembuluh darah, area anus berwarna kecokelatan, tidak
terdapat massa.
12) Lengan dan Tungkai
Terlihat lengan dan tungkai bagian kiri klien tidak memiliki kesulitan bergerak
namum klien lemah, warna kulit kuning langsat, tidak terdapat massa, terlihat
bekas luka dibetis kiri klien diakibatkan jatuh dan terkena kayu, tidak terdapat
edema
13) Collumna Vertebralis
Tidak terdapat kelainan pada tulang belakang. Tidak ada nyeri tekan, tidak
terdapat massa.
14) Kulit
Kulit klien terlihat bersih, CRT 3detik, kulit klien terlihat lembab dan teksture
kulit klien lembut
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Pemeriksaan Urine lengkap pada Tanggal 10 Januari 2024 pukul 12.30 WIB

Urine Lengkap Hasil Nilai Normal


Urobilinogen Normal Normal
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Eritrosit Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit 2+ Negatif
Glukosa Negatif Negatif
BJ 1,010 1.015-1.035
PH 7.0 4.5-8’0
Epitel 4.5 0.10
Leukosit 16-19 0.5
Eritrosit 2-3 0.5

e. Terapi saat ini ( 10 Januari 2024)


Ceftriaxon 1 ampul /12 jam
Santagesik 1 ampul/ 12 jam
Nefrolith dosis 2x1 sehari

B. Analisa Data

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1. Data subjektif: Penurunan kapasitas Gangguan eliminasi
- Klien mengatakan saat berkemih kandung kemih urine
klien tidak puas, karena sedikit
- Klien mengatakan saat berkemih,
klien ingin sekali menuntaskan air
kencingnya.
- Klien mengatakan sering buang air
kecil, namun sedikit saja dan klien
tidak puas saat berkemih
Data objektif
- Leukosit 2+
- Epitel 4,5
- Leukosit 16-19
2. Data subjektif Agen cedera biologis Nyeri akut
- klien mengatakan nyeri abdomen
bagian bawah dan nyeri pada saat
BAK.
- klien mengatakan Nyeri saat
berkemih.
- klien mengatakan nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk.
- klien mengatakan nyeri terasa
dibagian perut dengan skala 6
(berat).
- klien mengatakan nyeri hilng
timbul
Data objektif
- Klien terlihat meringis.
- Klien terlihat memegang perut
yang bagian nyeri.
- Nadi= 130 x/menit
3. Data Subjekti Kurangnya kontrol Gangguan pola tidur
- klien mengatakan susah tidur tidur
karena nyeri yang dirasakan.
- klien mengatakan sering terbangun
pada saat istirahat karena nyeri
yang dirasakan.
- klien mengatakan tidur hanya 2
jam
Data objektif
- Klien terlihat mengantuk dan
menguap.
- Klien terlihat pucat
- Konjungtiva klien terlihat anemis
4. Data Subjektif Kurangnya terpapar Defisit pengetahuan
- Klien mengatakan tidak mengerti informasi tentang
dengan penyakit yang dialami saat ISK
ini.
- klien mengatakan kurang
memahami apa itu ISK dan apa
bahayanya ISK
- klien mengatakan baru kali ini
mengalami penyakit ISK.
Data objektif
- klien terihat bingung.
- klien terlihat bertanya kepada
perawat tentang penyakit nya saat
ini

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih
2. Nyeri akut berhubugan dengan agen cedera biologis
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi

D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
NO Kriteria dan Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan SIKI: Manajemen Eliminasi
urine berhubungan tindakan keperawatan Urin
dengan penurunan selama 3x24 jam Observasi
kapasitas kandung eliminasi urin membaik - Identifikasi tanda dan gejala
kemih dengan kriteria hasil : retensi urin
- Berkemih tuntas - Monitor eliminasi urin
- Frekuensi BAK (frekuensi, konstitensi,
membaik aroma, volume, warna)
Terapeutik
- Catatat waktu-waktu dan
haluaran berkemih
Edukasi
- Anjurkan minum yang cukup
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat

SIKI: Katerisasi Urin


Observasi
- Periksa kondisi pasien
(Kesadaran, TTV)
Terapeutik
- Siapkan peralatan
pemasangan kateter urin
- Pemasangan kateter urin
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemasangan kateter
2. Nyeri akut Setelah dilakukan SIKI: Manajemen Nyeri
berhubugan dengan Observasi
tindakan keperawatan
agen cedera biologis - Identifikasi lokasi,
selama 3x24 jam tingkat karakteristik, durasi,
nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
- Pasien mengatakan - Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
Skala nyeri menurun
- Berikan teknik
menjadi 2 nonfarmakologis untuk
- Nadi normal (60-100 mengurangi nyeri
Edukasi
x/menit) - Ajarkan teknik
- Pasien tidak tampak nonfarmakologis untuk
meringis kesakitan mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan SIKI: Dukungan Tidur
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
kurangnya kontrol selama 3x24 jam pola - Identifikasi factor penganggu
tidur tidur membaik dengan tidur
kriteria hasil : Terapeutik
- Pasien tidak - Modifikasi lingungan
mengeluhkan sulit (pencahayaan)
tidur - Lakukan prosedur untuk
- Pasien dapat tidur di meningkatkan kenyamanan
malam hari (pengaturan posisi)
- Konjungtiva tidak Edukasi
anemis - Ajarkan teknik relaksasi otot
autogenik
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan SIKI: Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi:
kurangnya terpapar selama 3x24 jam tingka - Identifikasi kesiapan dan
informasi pengetahuan membaik kemampuan menerima
dengan kriteria hasil: informasi
- Klien paham tentang Terapeutik
ISK dan bahayanya - Sediakan materi dan media
- Klien dapat pendidikan kesehatan
menjelaskan kembali - Jadwalkan pendidikan
tentang ISK dan kesehatan sesuai kesepakatan
bahaya ISK - Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan tentang ISK serta
bahaya ISK
E. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan

Diangnosa
No Tanggal Pelaksanaan Evaluasi Paraf
Keperawatan
1. 10-01- Gangguan eliminasi - Mengidentifikasi tanda dan S: Pasien mengatakan sering buang air kecil,
2024 urine berhubungan gejala retensi urin namun sedikit saja dan klien tidak puas saat
dengan penurunan - Memonitor eliminasi urin berkemih. pasien mengatakan frekuensi bak
kapasitas kandung (frekuensi, konstitensi, dalam 1 jam bisa lebih dari 10 kali, aroma
kemih aroma, volume, warna) urin berbau menyengat, berwarna
- Memeriksa kondisi pasien kekuningan, volumenya sekitar 30 ml. pasien
(Kesadaran, TTV) mengatakan paham tentang tujuan dan
- Menyiapkan peralatan prosedur dipasang kateter dan pasien siap
pemasangan kateter urin untuk dipasang kateter urin.
- Memasangan kateter urin
- Menjelaskan tujuan dan O: Ku: Sedang, CM
prosedur pemasangan kateter TD: 135/90 S: 36.8
- Melakukan kolaborasi N: 129 x/menit RR: 20 x/menit
pemberian obat dengan DPJP Pasien terpasang kateter urin
Inj. Ceftriaxon 1 ampul /12 jam
Nefrolith dosis 2x1 sehari

A: Gangguan eliminasi urine berhubungan


dengan penurunan kapasitas kandung kemih
teratasi sebagian

P:
- Anjurkan minum yang cukup
- Monitor eliminasi urin
- Periksa kondisi pasien (Kesadaran, TTV)
- Kolaborasi pemberian obat
2. Nyeri akut berhubugan - Mengidentifikasi lokasi, S: Pasien mengatakan nyeri abdomen bagian
dengan agen cedera karakteristik, durasi, bawah dan nyeri pada saat BAK, nyeri saat
biologis frekuensi, kualitas, intensitas berkemih. Nyeri yang dirasakan seperti
nyeri ditusuk-tusuk. Pasien mengatakan nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri terasa dibagian perut dengan skala 6 (berat),
- Memonitor tanda-tanda vital nyeri hilng timbul.
- Melakukan kolaborasi
dengan DPJP untuk O: Ku: Sedang, CM
pemberian analgetik TD: 135/90 S: 36.8
N: 129 x/menit RR: 20 x/menit
Pasien tampak meringis kesakitan
Inj. Santagesik 1 ampul/ 12 jam

A: Nyeri akut berhubugan dengan agen


cedera biologis teratasi sebagian

P:
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
3. Gangguan pola tidur - Mengidentifikasi factor S: Pasien mengatakan susah tidur dan sering
berhubungan dengan penganggu tidur terbangun karena nyeri yang dirasakan.
kurangnya kontrol Pasien mengatakan tidur hanya 2 jam
tidur
O: Pasien terlihat mengantuk dan menguap.
Konjungtiva klien terlihat anemis

A: Gangguan pola tidur berhubungan dengan


kurangnya kontrol tidur teratasi sebagian

P:
- Modifikasi lingungan (pencahayaan)
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (pengaturan posisi)
4. Defisit pengetahuan - Mengidentifikasi kesiapan S: Pasien mengatakan siap untuk menerima
berhubungan dengan dan kemampuan menerima informasi tentang ISK. Pasien setuju pada tgl
kurangnya terpapar informasi 11 Januari 2024 jam 10.00 akan dilakukan
informasi - Menjadwalkan pendidikan pendidikan kesehatan tentang ISK.
kesehatan sesuai kesepakatan
O: pendidikan kesehatan dijadwalkan pada
tgl 11 Januari 2024 pukul 10.00 WIB

A: Defisit pengetahuan berhubungan dengan


kurangnya terpapar informasi teratasi
sebagian

P:
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
- Jelaskan tentang ISK serta bahaya ISK
- Berikan kesempatan untuk bertanya
1. 11-01- Gangguan eliminasi - Menganjurkan minum yang S: Pasien mengatakan urin berwarna jernih.
2024 urine berhubungan cukup Pasien mengatakan minum air putih kira-kira
dengan penurunan - Memonitor eliminasi urin 1 liter dalam sehari
kapasitas kandung - Memeriksa kondisi pasien
kemih (Kesadaran, TTV) O: Ku: Sedang, CM
- Melakukan kolaborasi TD: 120/95 S: 36.5
pemberian obat dengan DPJP N: 98 x/menit RR: 20 x/menit
Pasien terpasang kateter urin.
Inj. Ceftriaxon 1 ampul /12 jam
Nefrolith dosis 2x1 sehari

A: Gangguan eliminasi urine berhubungan


dengan penurunan kapasitas kandung kemih
teratasi sebagian
P:
- Monitor eliminasi urin
- Periksa kondisi pasien (Kesadaran, TTV)

2. Nyeri akut berhubugan - Memberikan teknik S: pasien mengatakan paham tentang teknik
dengan agen cedera nonfarmakologis untuk nonfarmakologis relaksasi nafas dalam dan
biologis mengurangi nyeri (relakasasi pasien mengatakan terasa lebih nyaman
nafas dalam) setelah melakukan teknik relaksasi nafas
- Mengajarkan teknik dalam. Pasien mengatakan nyeri sklas 4.
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (relakasasi O: pasien terlihat paham dan bisa mengulang
nafas dalam) kembali teknik relaksasi nafas dalam
- Melakukan kolaborasi TD: 120/95 S: 36.5
dengan DPJP untuk N: 98 x/menit RR: 20 x/menit
pemberian analgetik Inj. Santagesik 1 ampul/ 12 jam
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Memonitor tanda-tanda vital A: Nyeri akut berhubugan dengan agen
cedera biologis teratasi sebagian

P:
- Identifikasi skala nyeri
- Monitor tanda-tanda vital
3. Gangguan pola tidur - Memodifikasi lingungan S: pasien mengatakan setelah lampu
berhubungan dengan (pencahayaan) diredupkan dan posisi tidur berubah jadi
kurangnya kontrol - Melakukan prosedur untuk merasa lebih nyaman. Pasien mengatakan
tidur meningkatkan kenyamanan sudah dapat tidur walau sesekali terbangun
(pengaturan posisi) karena nyeri.

O: pasien tampak lebih nyaman, konjungtiva


pasien tidak anemis, pasien terlihat tidak
pucat.
A: Gangguan pola tidur berhubungan dengan
kurangnya kontrol tidur teratasi sebagian

P: Ajarkan teknik relaksasi otot autogenik


4. Defisit pengetahuan - Menyediakan materi dan S: Pasien mengatakan paham dan sudah
berhubungan dengan media pendidikan kesehatan mengerti tentang ISK serta bahaya ISK
kurangnya terpapar - Menjelaskan tentang ISK
informasi serta bahaya ISK O: pasien terlihat paham dan bisa menjawab
- Memberikan kesempatan kembali ketika ditanya tentang ISK dan
untuk bertanya bahayanya oleh perawat

A: Defisit pengetahuan berhubungan dengan


kurangnya terpapar informasi teratasi

P: Intervensi dihentikan
1. 12-01- Gangguan eliminasi - Memonitor eliminasi urin S: Pasien mengatkan sudah dapat BAK
2024 urine berhubungan - Memeriksa kondisi pasien dengan tuntas dan tidak terasa nyeri. Pasien
dengan penurunan (Kesadaran, TTV) mengatakan urin berwarna jernih dan urin
kapasitas kandung - Melakukan kolaborasi keluar banyak
kemih pemberian obat dengan DPJP
O: Ku: Sedang, CM
TD: 118/95 S: 36.2
N: 95 x/menit RR: 19 x/menit

Pasien dilakukan bladder training


Inj. Ceftriaxon 1 ampul /12 jam

A: Gangguan eliminasi urine berhubungan


dengan penurunan kapasitas kandung kemih
teratasi

P: Intervensi dihentikan. Pasien rencana


BLPL
2. Nyeri akut berhubugan - Mengidentifikasi skala nyeri S: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
dengan agen cedera - Memonitor tanda-tanda vital dan skala nyeri 2
biologis
O:
TD: 118/95 S: 36.2
N: 95 x/menit RR: 19 x/menit

A: Nyeri akut berhubugan dengan agen


cedera biologis teratasi

P: Intervensi dihentikan. Pasien rencana


BLPL
3. Gangguan pola tidur - Mengajarkan teknik relaksasi S: Pasien mengatakan sudah dapat tidur
berhubungan dengan otot autogenik dimalam hari tanpa sering terbangun. Pasien
kurangnya kontrol mengatakan mengerti tentang teknik relksasi
tidur otot autogenik

O: konjungtiva pasien tidak anemis, pasien


terlihat tidak mengantuk dan tidak lesu.

A: Gangguan pola tidur berhubungan dengan


kurangnya kontrol tidur sudah teratasi

P: Intervensi dihentikan. Pasien rencana


BLPL
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, R., & Noer, M. S. (2016). INFEKSI SALURAN KEMIH. Kumpulan Makalah Penyakit
Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 3, 3, 171
Irawan Erna & Mulyana Hilman. 2018. Faktor-faktor Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK).
Literature Review. Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan.
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.
Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping dan NANDA NIC
NOC. Jakarta: TIM.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1
Cetakan 3 (Revisi). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1
Cetakan 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1
Cetakan 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai