Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

VESIKOLITHIASIS

Disusun Oleh:

Latifah Nur Azalia

P1337420217049

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
VESIKOLITHIASIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Batu Saluran Kemih adalah penyakit dimana didapatkan material
keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah yang dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal). Batu ini terbentuk
dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat dan sistein
(Chang, 2009 dalam Wardani, 2014).
Vesikolithiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih
akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula
lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa
nyeri (Effendi, 2010).
Menurut Corwin (2009:715), Batu (kalkulus) ginjal adalah batu
yang terdapat dimana saja disaluran kemih. Batu yang sering di jumpai
tersusun dari Kristal-kristal kalsium.
2. Etiologi
Menurut (Basuki, 2009) bahwa, batu kandung kemih disebabkan
infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan
perubahan metabolisme kalsium). Faktor- faktor yang mempengaruhi
menurut batu kandung kemih (Vesikolithiasis) adalah
a. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan
tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
b. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal
tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan
masukan protein tinggi.
c. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
d. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
e. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus
apel dan jus anggur.
f. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium
intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang
mengganggu absorbsi garam empedu.
g. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium
idiopatik (tidak dijumpai predisposisi metabolik).
h. Batu Asam Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah,
dan hiper urikosuria (primer dan sekunder).
i. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih
dengan organisme yang memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
1. 75 % kalsium.
2. 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
3. 6 % batu asam urat.
4. 1-2 % sistin (cystine).
3. Tanda dan gejala
a. Kencing kurang lancar tiba-tiba terhenti sakit yang menjalar ke penis
bila pasien merubah posisi kencing lama, pada anak-anak mereka
akan berguling-guling dan menarik penis.
b. Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda : sistitis, kadang-kadang terjadi
hematuria.
c. Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi / teraba adanya urine
yang banyak (retensi).
d. Hanya pada batu besar yang dapat diraba secara bimanual.
e. Pada pria di atas 50 tahun bisanya ditemukan pembesaran prostat.
f. Demam akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompensasi
segera.
g. Koliks.
h. Rasa terbakar pada saat ingin kencing dan setelah kencing.
4. Patofisiologi
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan
karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan
tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan
sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma
dan tumor serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan
atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah
terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap
menjadi besar sehingga membentuk batu (Syaifudin, 2009).
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Muttaqin, 2012) :
a. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu
ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.
b. Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 %
protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks
menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
c. Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah
yang melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat
penghambat pengendapan. Fosfat mukopolisakarida dan fosfat
merupakan penghambatpembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan
zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
d. Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-
sama. Salah satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang
merupakan
pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat
yang berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium
dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
e. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.
5. Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan dari vesikolithiasis adalah sebagai
berikut (Muttaqin, 2012) :
a. Sistem Pernafasan
Atelektasis bias terjadi jika ekspansi paru yang tidak ade kuat
karena pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang
menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan secret dapat
menyebab kan pnemonia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens
analgetik dan anestesi serta bias terjadi emboli pulmonal.
b. Sistem Sirkulasi
Dalam system peredaran darah bias menyebabkan perdarahan
karena lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi
yang bias menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi
karena duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bias terjadi trombo
flebitis, statis vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena
trauma pembuluh darah.
c. Sistem Gastrointestinal
Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltic usus
menurun sehingga bias terjadi distensi abdomen dengan tanda dan
gejala meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat
diperkusi. Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum
normalnya peristaltik usus.
d. Sistem Genitourinaria
Akibat pengaruh anestesi bias menyebabkan aliran urin
involunter karena hilangnya tonus otot.
e. Sistem Integumen
Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat
menyebabkan infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat
menyebabkan dehisens luka dengan tanda dan gejala meningkatnya
drainase dan penampakan jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi
luka/kelurnya organ dan jaringan internal melalui insisi bias terjadi
jika ada dehisens luka serta bisa terjadi pula surgical mump (parotitis).
f. Sistem Saraf
Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.
6. Pathway

Dehidrasi Pe↑ bahan organik Pe↑ kalsium, Pe↑


akibat ISK / urine oksalat, Pe↑ekresi
Pe↑ konsentrasi statis asam urat, Pe↑ ureum
larutan urine

Pembentukan batu

Ginjal

Ureter
Vesika Urinaria

Vesikolithiasis

obstruksi

Pengeluaran urine terganggu

Retensi urin

Dx Kep : Perubahan Eliminasi Urine Vesika Urinaria penuh

Otot detrusor berkontraksi

Urine tidak dapat


dikeluarkan karena
adanya obstruksi

Kontraksi meningkat

Menekan saraf

Nyeri

Dx Kep: Dx Kep: Dx Kep: Bising usus me


Dx Kep:
Intoleransi Ansietas Gangguan Nyeri
Distensi abdominal
Aktivitas Pola Tidur Akut

Mual muntah

Dx Kep:
Kekurangan
7. Pemeriksaan penunjang
Volume Cairan
Menurut Muttaqin (2012) pemeriksaan penunjangnya dilakukan
meliputi pemeriksaan:
a. Urine
1) pH, Lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting,
organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat,
pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.
2) Sedimen, sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita
dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan
meningkat.
3) Biakan urin, Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi
dalam proses pembentukan batu saluran kemih.d Ekskresi
kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah
terjadi hiperekskresi.
b. Darah
1) Akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
2) Lekosit terjadi karena infeksi.
3) Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
4) Kalsium, fosfat dan asam urat.
c. Radiologis
1) Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak.
2) Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada
keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan
dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang
memadai.
d. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan
ginjal.

8. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Atau Litrottipsi gelombang kejut ekstrokoproreal adalah
prosedur non infasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di
koliks ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang
kecil, seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara
spontan.
2) Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi mengembangkan ahli radiologi dan
urologi untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan.
3) Uretroskopi
Uretroskopi mencangkup visualisasi dan akses ureter
dengan memasukan suatu alat uretroskop melalui sistokop. Batu
dapat dihancurkan dengan mengunakan laser, lithotrispsi
elektrohidrolik atau ultrasound kemudian diangkat.
4) Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal : agen pembuat basa
(acylabina) dan pembuat asam (acydifyng). Untuk melarutkan batu
dapat dilakukan sebagai alternatif penanganan terapi pasien kurang
beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain atau mereka
yang memiliki batu yang mudah larut (struvit)
5) Pengangkatan batu pada kandung kemih
Dengan cara : vesikolitotomi (pengangkatan batu pada kandung
kemih).
b. Keperawatan
1) Penanganan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau reteral
adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan : morfin diberikan untuk mencegah syok dan sinkop
akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air panas atau air hangat di
area panggul dapat bermafaat.
2) Terapi nutrisi dan medikasi
Terapi nutrisi berperan penitng dalam mencegah batu renal.
Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu
dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk babtu (misal :
kalsium) efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada.
Beberapa terapi medikasi menurut jenis batunya, antara lain :
a) Batu kalsium dapat diturunkan dengan diet rendah kalsium,
amonium klorida atau asam asetohidroksemik (lithostat)
b) Batu fosfat dapat diturunkan dengan jeli aluminium hidroksida
c) Batu urat / asam urat dapat diturunkan dengan allofurinol
(zyloprime).
d) Batu osksalat bisa diturunkan dengan pembatasan pemasukan
oksalat, terapi gelombang kejut ekstrokoproreal, pengangkatan
batu perkutan atau uretroskopi .
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Demografi
1) Usia
Paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun
2) Jenis kelamin
Banyak ditemukan pada pria dibandingkan wanita
3) Suku/bangsa
Banyak ditemukan pada bangsa Asia dan Afrika.
4) Pekerjaan
Orang yang pekerjaan banyak duduk / kurang aktivitas (sedentary
life)
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama yang se ring terjadi pada Pasien dengan batu
kandung kemih adalah nyeri pada kandung kemih yang menjalar ke
penis, berat ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat
terjadi nyeri/kolik renal. Pasien dapat juga mengalami gangguan
gastrointestinal dan perubahan dalam eliminasi urine.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh
penderita yuang mungkin berhubungan dengan batu saluran kemih
antara lain infeksi kemih, hiperparatirodisme, penyakit inflamasi usus,
gout, keadaan-keadaan yang mengakibatkan hiperkaslemia,
immobilisasi lama dan dehidrasi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Beberapa penyakti atau kelainan yang sifatnya herediter dapat
menjadi penyebab terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga
dengan renal tubular acidosis (RTA), cystinuria, xanthinuria, dan
dehidroxinadeninuria.
e. Pola fungsional
1) Pola persepsi dan pemerliharaan kesehatan
Pasien bisanya tinggal pada lingkungan dengan temperatur
panas dan lingkungan dengan kadar kalsium yang tinggi pada air.
Terdapat riwayat penggunan alkohol, obat-obatan seperti
antibiotik, anti hipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol dan
sebagainya. Aktivitas olah raga tidak penah dilakukan.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya asupan dengan diit tinggi purin, kalisum oksalat,
dan fosfat. Terdapat juga ketidakcukupan intake cairan. Pasien
dengan batu kandung kemih dapat mengalami mual/muntah, nyeri
tekan abdomen.
3) Pola eliminasi
Pada Pasien dengan batu kandung kemih terdapat riwayat
adanya ISK kronis, adanya obtruksi sebelumnya sehingga dapat
mengalami penurunan haluaran urine, kandung kemih terasa
penuh, rasa terbakar saat berkemih, sering berkemih dan adanya
diare.

4) Pola istirahat tidur


Pasien dengan batu kandung kemih dapat mengalami
gangguan pola tidur apabila nyeri timbul pada malam hari/saat
tidur.
5) Pola aktivitas
Adanya riwayat keterbatasan aktivitas, pekerjaan monoton
ataupun imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya
(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis).
6) Pola hubungan dan peran
Didapatkan riwayat pasien tentang peran dalam keluarga
dan masyarakat. Interaksi dengan keluarga dan orang lain serta
hubungan kerja, adakah perubahan atau ganguan.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Pasien dapat melaporkan adanya keresahan gugup atau
kecemasan yang dirasakan sebagai akibat kurangnya pengetahuan
tentang kondisi, diagnosa dan tindakan operasi.

8) Pola kognitif-perseptual
Didapatkan adanya keluhan nyeri, nyeri dapat akut ataupun
kolik tergantung lokasi batu.
9) Pola repdoduksi dan seksual
Dikaji tentang pengetahuan fungsi seksual, adakah
perubahan dalam hubungan seksual karean perubahan kondisi yang
dialami.
10) Pola koping dan penanganan stress
Dikaji tentang mekanisme pasien terhadap stress, penyebab
stressnya yang mungkin diketahui, bagaimana mengambil
keputusan.
11) Pola tata nilai dan kepercayan
Bagaimana praktek religius pasien (type, frekuensi) dengan
apa (siapa) pasien mendapat sumber kekuatan/makna.

f. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
Peningkatan tekanan dan nadi, peningkatan suhu bila dijumpai
infeksi
2) Kulit
Hangat dan kemerahan, pucat
3) Abdomen
Adanya nyeri tekan abdomen, distensi abdominal,
penurunan atau tidak adanya bising usus.
g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Urinalisa
Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah : secarea
umum menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asa, urat, kalsium
osakat), serpihan, mineral, bakteri, PUS : pH mungkin asam
(peningkatan magnesium, fosfat ammonium / batu kalsium fosfat.
2) Urine 24 jam
Kreatinin, asam urat, kalisum, fosfat, oksalat/sistin mungkin
meningkat.
3) Kusltur urine
Mungkin menunjukkan ISK ((Stapylococcus Aureus,
proteus, klebseila, pseudomonas)
4) Survei biokimia
Peningkatan kadar magnesium, kalisum, asam urat, protein,
elektrolit.
5) BUN/kreatinin serum dan urine
Abnormal (tinggi pada serum / rendah pada urine)
sekunder tingginya batu osbtruksi pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
6) Kadar klorida dan bikarbonat serum
Peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbinat menunjukkan tarjadinya asidosis tubulus ginjal
7) Hitung darah lengkap
a) Sel darah putih, mungkin meningkat menunjukkan infeksi /
septilumia.
b) Sel darah merah biasanya normal
8) Hb/Ht
Abnormal bila pasien dehidrasi berat / polisitenia terjadi
(mendorong presipitasi pemadatan) /anemia (peradarahan,
disfungsi/gagl ginjal)
9) Hormon paratiroid
Mungkin meningkat jika gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine
10) Foto rotgen KUB
Menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomic
pada area ginjal dan sepanjang ureter.
11) IVP
Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti
penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan
abnormalitas pada struktur anatomic (distensi ureter) dan garis
bentuk kalkuli.
12) Sistouterkopi
Visualisasi langsung kandung kemih dapat menunjukkan
batu /efek-efek obtruksi.
2. Diagnosa
Pre op
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b) Ansietas berhubungan dengan stressor
Intra op
a) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Post op
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b) Kerusakan integritas kulit berhubungan prosedur bedah
3. Perencanaan
DX NOC NIC Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen
. keperawatan selama 1x60 nyeri (1400)
menit diharapkan nyeri 1. Lakukan 1. Untuk
dapat berkurang dengan pengkajian mengetahui
kriteria hasil: nyeri lokasi,
Tingkat Nyeri (2102) komprehens karakteristik
Awa Tujua if yang , durasi dan
Indikator
l n meliputi frekuensi
Nyeri
yang 3 5 lokasi, intensitas
dilapokan karakteristik dan faktor
Panjangny
, pencetus .
a episode 3 5
nyeri onset/durasi,
Menggoso frekuensi,
k area
yang 3 5 kualitas,
terkena intensitas
dampak
atau 2. Untuk
Ekspresi
nyeri 3 5 beratnya mengetahui
wajah nyeri dan adanya
Mengerny
3 5 faktor nyeri yang
it
pencetus. tidak
Keterangan: 2. Observasi disampaika
1: Berat adanya n.
2: Cukup Berat petunjuk
3: Sedang nonverbal
4: Ringan mengenai
5: Tidak ada ketidaknya
manan
terutama 3. Untuk
pada mereka mengurangi
yang tidak nyeri dari
dapat faktor
berkomunik lingkungan
asi secara
efektif.
3. Kendalikan
faktor
lingkungan
yang dapat
mempengar 4. Untuk
uhi respon mengurangi
pasien nyeri
terhadap dengan
ketidaknya teknik non
manan farmakologi
(misalnya,
suhu
ruangan,
pencahayaa
n, suara
bising)
4. Ajarkan
penggunaan
teknik
nonfarmako
logi (seperti,
biofeed
back,
TENS,
hypnosis,
relaksasi,
bimbingan
antisipasif,
terapi
musik,
terapi
bermain,
terapi
aktivitas,
akupressure, 5. Untuk
aplikasi mengurangi
panas/dingi nyeri dari
n dan obat yang
pijatan, sudah
sebelum, diresepkan
sesudah dan
jika
memungkin
kan, ketika
melakukan
aktivitas
yang
menimbulka
n nyeri;
sebelum
nyeri terjadi
atau
meningkat;
dan
bersamaan
dengan
tindakan
penurun
rasa nyeri
lainnya)
5. Berikan
individu
penurun
nyeri yang
optimal
dengan
peresepan
analgesik
2 Setelah dilakukan tindakan Pengurangan
. keperawatan selama 1x60 Kecemasan
menit diharapkan (5820) 1. Untuk
kecemasan dapat berkurang 1. Gunakan memberikan
dengan kriteria hasil: pendekatan keyakinan
Tingkat Kecemasan (1211) yang tenang agar pasien
Indikator Awa Tujua dan tenang
l n meyakinkan 2. Untuk
Perasaan
3 5 2. Nyatakan memberikan
gelisah
Meremas- dengan jelas harapan
remas 3 5
harapan agar pasien
tangan
Wajah terhadap lebih tenang
3 5
tegang perilaku 3. Agar pasien
Rasa
cemas klien mengetahui
yang 3 5 3. Jelaskan tindakan
disampaik
semua apa saja
an
prosedur yang
Keterangan: termasuk dilakukan
1: Berat sensasi yang sehingga
2: Cukup Berat akan pasien tidak
3:Sedang dirasakan mengalami
4: Ringan yang kecemasan
5: Tidak Ada mungkin 4. Untuk
akan memberikan
dialami kenyamana
klien selama n
prosedutr 5. Untukm
(dilakukan) memberi
4. Berada di kesempatan
sisi klien pasien
untuk mengekspre
meningkatk sikan apa
an rasa yang
aman dan dirasakan
mengurangi 6. Untuk
ketakutan mengurangi
5. Dengarkan kecemasan
klien
6. Instruksikan
klien untuk
melakukan
teknik
relaksasi

3 Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi :


. keperawatan selama 1x60 Intraoperatif
menit diharapkan tidak (6545)
mengalami resiko infeksi 1. Bersihkan 1. Untuk
dengan kriteria hasil: debu dan meminimal
Kontrol Resiko: Proses permukaan kan bakteri
Infeksi (1924) mendatar yang ada di
Awa Tujua dengan permukaan
Indikator
l n pencahayaan 2. Supaya
Memonitor 3 5
factor di ruang suhu tetap
lingkungan operasi stabil
yang
2. Monitor dan
berhubung
an dengan jaga suhu 3. Untuk
risiko ruangan menjaga
infeksi
Melakukan anatara 20ºC kelembaban
tindakan dan 24ºC ruangan
segera
3 5 3. Monitor dan
untuk
mengurang jaga
i risiko kelembaban 4. Untuk

relatife mensterilka
Keterangan: n lokasi
andara 20%
1:Tidak pernah menunjukan operasi
dan 60%
2: Jarang menunjukan
4. Verifikasi
3:Kadang-kadang 5. Untuk
bahwa
menunjukan mengetahui
antibiotik
4: Sering menunjukan sterilisasi
profilaksis
5:Secara konsisten
telat
menunjukan 6. Supaya
diberikan
dengan tepat tidak terjadi

5. Verifikasi kontaminas

indicator i

sterilisasi
7. Agar dapat

6. Buka membedaka

persedian n alat steril

peralatan dan non

steril dengan steril

menggunaka 8. Untuk

n teknik mencegah

aseptik terjadinya

7. Pisahkan infeksi

alat alat 9. Untuk

steril dan mengurangi

non steril infeksi


8. Oleskan 10. Untuk
salep membatasi
antimikroba kontaminas
pada lokasi i
pembedahan
9. Berikan
terapi
antibiotik
yang sesuai
10. Angkat
linen beserta
alat-alat lain
yang sudah
dipakai
4 Setelah dilakukan tindakan Pengurangan
. keperawatan selama 1x60 perdarahan:
menit diharapkan kerusakan Luka (4028)
integritas kulit dapat teratasi 1. Instruksikan 1. Untuk
dengan kriteria hasil: pasien untuk mengurangi
Integritas Jaringan: Kulit & membatasi perdarahan
Membran Mukosa (1101) aktivitas 2. Supaya
Indikat 2. Instruksikan pasien atau
Awal Tujuan
or pasien dan keluarga
Tekstu keluarga tahu
3 5
r mengenai bagaimana
Integri tanda-tanda cara
tas 3 5 perdarahan mencegah
kulit dan hal yang perdarahan
harus
Keterangan: dilakukan
1: Sangat terganggu
2: Banyak terganggu
3: Cukup terganggu
4: Sedikit terganggu
5: Tidak terganggu

4. Evaluasi
Pre Operatif
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Tingkat Nyeri
1) Nyeri yang dilaporkan berkurang
2) Panjangnya episode nyeri berkurang
3) Menggosok area yang terkena dampak berkurang
4) Ekspresi nyeri wajah berkurang
5) Tidak mengernyit
b) Ansietas berhubungan dengan stressor
Tingkat Kecemasan
1) Perasaan gelisah berkurang
2) Tidak meremas-remas tangan
3) Wajah tegang berkurang
4) Rasa cemas yang disampaikan tidak ada

Intra Operatif
a) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Kontrol Resiko: Proses Infeksi
1) Memonitor faktor lingkungan sehingga mengurangi resiko infeksi
2) Melakukan tindakan segera sehingga mengurangi rasiko infeksi

Post Operatif
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Tingkat Nyeri
1) Nyeri yang dilaporkan berkurang
2) Panjangnya episode nyeri berkurang
3) Menggosok area yang terkena dampak berkurang
4) Ekspresi nyeri wajah berkurang
5) Tidak mengernyit
b) Kerusakan integritas kulit berhubungan prosedur bedah
Integritas Jaringan: Kulit & Membran Mukosa
1) Tekstur kulit bekas luka dapat membaik
2) Integritas kulit semakin membaik
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G., M., et all. (2016). Nursing interventions classification (NIC), edisi
keenam indonesia edition. Jakarta: mocomedia
Herdman & Khamitsuru. (2018). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi
2018-2020. Jakarta:EGC
Lydia, C. (2014). Laporan Pendahuluan Vesikolithiasis. Universitas Semarang.
(Online) (Tersedia
https://www.academia.edu/7384979/LAPORAN_PENDAHULUAN_VESIK
O LITIASIS diakses pada 16 Februari 2020 pukul 19.00 WIB)
Moorhead, S., et all. (2016). Nursing outcomes classification (NOC), edisi kelima
indonesia edition. Jakarta: mocomedia
Ruhim, R. (2018). Laporan Pendahuluan Vesikolithiasis. Stikes Guna Bangsa
Yogyakarta. (Online) (Tersedia https://www.academia.edu/38475092/
LP_VESIKOLITHIASIS.rtf diakses pada 17 Februari 2020 pukul 17.00
WIB)
Wardani F.A.M, 2014. Hubungan Batu Saluran Kemih dengan Penyakit Ginjal
Kronik Di Rumah Sakit An-Nur Yogyakarta Periode Tahun 2012-2013.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai