Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS BATU URETER (POST OP)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu

Praktek D3 Keperawatan Dasar

Di RS Tk II Dr.Soepraoen Malang

Oleh :

Nama : Siska Ayu Wulandari

NIM : P17210213108

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG
TAHUN 2022/2023
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
a. Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan atau system urinaria adalah suatu system dimana
terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakana oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih).
b. Batu Ureter (Ureterolithiasis)
Ureterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat,
calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi
bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi.
Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat
sepnajang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi
bervariasi dalam ukuran ddan dari focus mikroskopik sampai beberapa centimeter
dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit
berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna
merah keruh seperti teha atau merah. (Brunner and Suddarth 2002)
saluran kemih adalah benda padat yang dibentuk oleh prespitasi berbagai
zat terlarut dalam urin pada saluran kemih dan dapat ditemukan disetiap bagian
ginjal sampai dengan kandung kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit
granuler yang kecil disebut pasir atau kerikil sampai dengan batu sebesar kandung
kemih yang berwarna orange (Sja’bani 2006)
2. Etiologi
Terdapat dua penyebab utama terbentuknya batuk di saluran kemih
a. Stasis urin
Terjadi akibat infeksi, gangguan metabolik, obstruksi leher kandung kemih atau
immobilisasi yang lama, sehingga tidak mampu untuk mengosongkan kandung
kemih dalam waktu lama.
b. Supersaturasi urin
- Peningkatan konsentrasi larutan karena kekurangan cairan atau peningkatan
jumlah larutan, memicu terbentuknya kristal kalsium, asam urat, atau fosfat.
- pH urin asam (asam urat dan batu cistin) atau basa (batu kalsium fosfat atau
struvit) akan memicu terbentuknya kristal.
c. Penyebab lain:
1. Penurunan jumlah zat inhibitor, seperti: asam sitrat, pirofosfat, dan
magnesium, dapat meningkatkan resiko pembentukan batu.
2. Obat-obatan, seperti: acetozolamide, calsium carbonat, natrium bicnat, dan
aluminium hidroxide serta vitamin C dosis tinggi meningkatkan kadar oksalat
dalam urin.
3. Keturunan.
4. Jenis kelamin: pria > wanita.
5. Air minum, pekerjaan, makanan, dan suhu.
6. Diet tinggi purin, oksalat, dan suplemen kalsium. (Price & Wilson, 2006;
Smeltzer & Bare, 2002)
3. Klasifikasi
Menurut Mulyanti (2019), berdasarkan lokasi tertahannya batu (stone), batu saluran
kemih dapat diklasifikasikan menjadi beberapa nama yaitu:
1) Nefrolithiasis (batu di ginjal) Nefrolithiasis adalah salah satu penyakit ginjal,
dimana terdapat batu didalam pelvis atau kaliks dari ginjal yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik (Fauzi & Putra, 2016).
2) Ureterolithiasis (batu ureter) Ureterolithiasis adalah pembentukan batu pada
saluran kemih yang disebabkan oleh banyak faktor seperti, gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan lainnya
(idiopatik) (Prihadi, Johannes Cansius, Daniel Ardian Soeselo, Christopher
Kusumajaya, 2020).
3) Vesikolithiasis (batu kandung kemih). Vesikolithiasis merupakan dimana terdapat
endapan mineral pada kandung kemih. Hal ini terjadi karena pengosongan
kandung kemih yang tidak baik sehinggal urine mengendap dikandung kemih
(Prihadi, Johannes Cansius, Daniel Ardian Soeselo, Christopher Kusumajaya,
2020).\
4. Patofisiologi
5. Pathway

Konsumsi maknan / minuman Kurang pemasukan cairan


mengandung oksalat dan
kalsium, seperti : susu,
kacang – kacangan, sayur
hijau berdaun banyak Berkurangnya pengeluaran
urine

Terjadi pengendapan pada


saluran kemih

Obstruksi saluran kemih


Terbentuknya batu ureter

Tindakan operasi

Terdapat luka operasi


Pembedahan

Pemasangan Kateter
Nyeri kolik

GANGGUAN ELIMINASI
Mengiritasi dinding URINE
kandung kemih

NYERI AKUT

Efek bius SAB

Tidak dapat menggerakkan


ekstremitas bawah (ke 2 kaki)

Imobilisasi

GANGGUAN MOBILITAS FISIK


6. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien ureterolithiasis :
1. Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri kolik dan non
kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi batu pada saluran kemih
sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar. Sedangkan nyeri
non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau
infeksi pada ginjal sehingga menyebabkan nyeri hebat dengan peningkatan
produksi prostglandin E2 ginjal.
2. Gangguan miksi
Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urin (urine flow) mengalami
penurunan sehingga sulit sekali untuk miksi secara spontan.\
3. Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter) sering mengalami desakan
berkemih, tetapi hanya sedikit urin yang keluar. Keadaan ini akan menimbulkan
gesekan yang disebabkan oleh batu sehingga urin yang dikeluarkan bercampur
dengan darah (hematuria).
4. Mual dan muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan pada pasien
karena nyeri yang sangat hebat sehingga pasien mengalami stress yang tinggi dan
memacu sekresi HCl pada lambung.
5. Demam Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal.
6. Distensi vesika urinaria Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika
urinaria akan menyebabkan vasodilatasi maksimal pada vesika. Oleh karena itu,
akan teraba bendungan (distensi) pada waktu dilakukan palpasi pada regio vesika.
7. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan teori Harmilah (2020), pemeriksaan penunjang gangguan urolithiasis
antara lain:
1) Urinalisis: warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan
adanya sel darah merah, sel darah putih, dan kristal (sistin, asam urat, kalsium
oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pH urine asam (meningkatkan sistin dan
batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat.
2) Urine (24 jam): kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
3) Kulture urine: menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,
proteus, klebsiela, pseudomonas).
4) Survei biokimia: peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,
protein dan elektrolit.
5) BUN/kreatinin serum dan urine: abnormal (tinggi pada serum/ rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
6) Kadar klorida dan bikarbonat serum: peningkatan kadar klorida dan penurunan
kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7) Hitung darah lengkap: sel darah putih mungkin meningkat, menunjukkan
infeksi/septikemia.
8) Sel darah merah: biasanya normal
9) Hb, Ht: abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (mendorong
presipitasi pemadatan) atau anemia (pendarahan, disfungsi ginjal)
10) Hormon paratiroid: meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang rabsorpsi
kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
11) Foto rontgen: menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomis pada area
ginjal dan sepanjang ureter
12) IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukkan abdomen pada struktur anatomis (distensi ureter) dan
garis bentuk kalkuli.
13) Sistoureteroskopi: visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu dan efek obstruksi.
14) CT Scan: mengidentifikasi/menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter,
dan distensi kandung kemih.
15) USG Ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu
8. Penatalaksanaan
1. Mediakamentosa
Ditujukan untuk batu ukurannya <5 mm, karena batu diharapkan dapat keluar
spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran
urine dengan pemberian diuretikum dan minum banyak supaya dapat mendorong
batu keluar
2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh caussy
pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau
batu buli-buli tanpa mellaui tindakan invasive atay pembiusan. Batu dipecah
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih
3. Endourologi
a. Ureteroskopi : memauskkan alat uteroskopi per uretram guna melihat keadaan
ureter atau system pielokaliks ginjal dengan memakai energi tertentu, batu
yang berada didalam ureter maupun system pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntunan ureteroskopi atau uretero-renoskopi ini.
b. Ekstraksi dormie : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan
keranjang dormie
4. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untik mengambil batu ureter.
5. Bedah Terbuka
Ureteroolitotomi yaitu pembedahan dengan mengambil batu ureter.
9. Komplikasi
a. Sumbatan : Akibat pecahan batu
b. Infeksi : Akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
c. Kerusakan Fungsi Ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkutan batu ginjal.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. SDKI : Gangguan SLKI: Eliminasi SIKI : Manajemen 1. Untuk
Eliminasi Urine Urine (L.04034) Eliminasi urine ( I.04152) mengetahui
(D.0040) Setelah dilakukan Tindakan
frekuensi,
Gangguan asuhan Terapeutik
eliminasi urin b.d keperawatan 3x24 1. Catat waktu waktu dan konsistensi,
Iritasi kandung jam dengan haluaran berkemih aroma,volume
kemih d.d Desakan tujuan agar 2. Batasi asupan cairan
dan wwarna urine
berkemih Eliminasi urine Observasi
membaik dengan 3. Memonitor eliminasi klien
kriteria hasil : urine 2. Mengetahui
a. Sensasi 4. Identifikasi tanda dan
tanda dan gejala
berkemih gejala retensi
meningkat Edukasi urine keluar
b. Desakan 5. Mengajarkan tanda dan 3. Untuk
berkemih gejala infeksi saluran mengurangi
menurun kemih
c. Distensi 6. Mengajarkan terapi frekuensi BAK
kandung modalitas penguat otot 4. Supaya klien
kemih otot panggul mengetahui tanda
menurun 7. Menganjurkan
dan gejala infeksi
d. Berkemih mengurangi minum
tidak tuntas menjelang tidur saluran kemih
menurun Kolaborasi 5. Untuk
8. Mengkolaborasi
mengurangi
pemberian obat
supositoria uretra jika sensasi berkemih
perlu 6. Supaya klien
tidak kebanyakan
minum sehingga
menyebabkan
kemih berlebihan
7. Menghindari
mengompol
2. SDKI : Nyeri SLKI : Tingkat SIKI : Manajemen Nyeri a. Untuk
Akut (D.0077) Nyeri (L.08066) (I.08238) mengurangi nyeri
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Tindakan :
klien
agen pencedera asuhan Terapeutik
keperawatan 3x24 1. Berikan Teknik b. Mengoptimalkan
fisik d.d mengeluh
jam dengan nonfarmakologi untuk pola tidur klien
nyeri, tampak tujuan agar mengurangi nyeri
c. Mengajarkan
meringis, bersikap tingkat nyeri 2. Fasilitasi istirahat dan
menurun dengan tidur klien mengatasi
protektif
kriteria hasil : 3. Jelaskan strategi nyerinya
a. keluhan nyeri meredakan nyeri
d. Mengetahui
menurun Observasi
b. meringis 4. Identifikasi lokasi,
menurun lokasi,karakteristik,dura karakteristik,
c. gelisah si, kualitas dan
menurun frekuensi,kualitas,intens
d. kesulitan tidur itas nyeri intensitas nyeri
menurun 5. Identifikasi skala nyeri e. Mengetahui skala
e. frekuensi nadi 6. Monitor efek samping nyeri
membaik penggunaan analgetic
f. Mengetahui efek
f. tekanan darah Edukasi
membaik 7. Jelaskan samping
g. fungsi penyebab,periode da analgetic
berkemih pemicu nyeri
g. Membantu
membaik 8. Jelaskan strategi
h. nafsu makan meredakan nyeri meredakan nyeri
membaik pola Kolaborasi klien
tidur membaik 9. Kolaborasi pemberian h. Mengurangi
analgetic nyeri yang
dirasakan klien
3. SDKI : Gangguan SLKI : Mobilitas SIKI : Dukungan 1. Mempermudah
Mobilitas Fisik Fisik (L.05042) Mobilisasi (I.05173) pasien dalam
(D.0054) Setelah dilakukan Tindakan : melakukan
Gangguan asuhan Terapeutik pergerakkan
mobilitas fisik b.d 1. Libatkan keluarga untuk 2. Melatih
keperawatan 3x24 pasien
penurunan kendali jam dengan membantu pasien dalam dalam melakukan
otot d. d tidak bisa tujuan agar meningkatkan mobilisasi
menggerakan mobilitas fisik pergerakkan sedeehana
ekstremitas meningkat dengan 2. Identifikasi toleransi 3. Memberi tahu
fisik melakukan
kriteria hasil : tujuan mobilisasi
pergerakkan
a. Pergerakkan supaya pasien
Edukasi
ekstremitas tidak mengalami
3. Jelaskan tujuan dan
meningkat gangguan
prosedur mobilisasi
b. Kekuatan otot mobilisasi
4. Ajarkan mobilisasi
meningkat sederhana (mis, duduk 4. Mengetahui
c. Kelemahan ditempat tidur, duduk di adanya nyeri dan
fisik menurun sisi tempat tidur, pindah keluhan fisik
dari tempat tidur ke pasien
kursi 5. Mengetahui
Observasi kondisi umum
5. Identifikasi adanya selama mobilisasi
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
6. Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi

Anda mungkin juga menyukai