Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU BULI-BULI

DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL

RSUD JOMBANG

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

Disusun Oleh :

MIFTAH NUR AZIZAH

(191210011)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS VOKASI ITSKes INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2022

LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Batu buli buli atau vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya
pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu
kandung kemih.( Smeltzer and Bare, 2005).
Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan
gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah
genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan pada banyak klien mencakup
penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan.
Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya
dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2007)
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau
kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat
atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2006 ).
2. Klasifikasi
a) Batu kalsium
80% dari batu ginjal, batu kalsium dibedakan menjadi kalsium oksalat dan kalsium
fosfat. Kalsium oksalat merupakan 80% dari semua batu kalsium dengan faktor resiko
termasuk volume urine rendah.
b) Batu asam urat
10% hingga 20% dari batu ginjal, disebabkan oleh karena pH urin <5,5 maupun
hyperuricosuria.
c) Batu sistin
1% dari batu ginjal yang disebabkan oleh kesalahan metaboslime bawaan, cystinuria,
autosomalrecessive (gangguan yang menghasilkan reabsorpsi tubular ginjal abnormal
dari asam amino sistin, omithine, lysine, dan arginime).
d) Batu struvite
1% hingga 5% dari batu ginjal, juga dikenal sebagai batu infeksi, terdiri dari
magnesium, ammonium, dan fosfat.
3. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi
ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
1) Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi
inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan
membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
2) Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran
kemih.
3) Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah
lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran
kemih.
4) Keturunan
5) Air minum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar
semua substansi dalam urine meningkat.
6) Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
7) Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan
asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan
insiden batu saluran kemih
8) Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu
saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur
lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
4. Faktor Resiko
Faktor-faktor risiko kejadian batu saluran kemih meliputi :
a) Usia
b) Riwayat keluarga yang menderita batu saluran kemih
c) Jenis kelamin
d) Intake cairan
e) Lama duduk saat bekerja
f) Obesitas
5. Patofisiologi
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium oksalat
dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memicu
pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan
dan intibitor belum di kenali sepenuhnya dan terjadi peningkatan kalsium oksalat,
kalsium fosfat dan asam urat meningkat akan terjadinya batu disaluran kemih. Adapun
faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih, mencangkup
infeksi saluran ureter atau vesika urinari, stasis urine, priode imobilitas dan perubahan
metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak waktu yang lalu, bahwa batu kandung kemih
sering terjadi pada laki-laki dibanding pada wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas
serta klien yang menderita infeksi saluran kemih. ( Brunner and Suddarth. 2001 )
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena infeksi,
pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering menyebabkan
bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang
disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat
menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis
urin. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan
mengendap menjadi besar sehingga membentuk batu (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong,
2001:997).

6. Pathway

ISK Gangguan miksi, Tingginya kadar Makanan tinggi


hyperplasia postat, kalsium air minum, kalsium,
striktura uretra lingkungan, pekerjaan oksalat
Bakteri
pemecah
Pengendepan
urea
urine

Sedimentasi
dan
kristalisasi

Proses
kristalisasi

Pasca
BATU BULI-BULI
pembedahan

RESIKO INFEKSI

Obstruksi
saluran kemih

Batu pada Batu pada Batu pada


ginjal ureter vesika urinaria

Tindakan Leher kandung


Nyeri pembedahan kemih
mendadak
dan menyebar
Penurunan otot
akibat pembiusan Retensi urine

Episode kalik
renal HAMBATAN MOBILITAS GANGGUAN
FISIK ELIMINASI URINE
Timbul gejala
gastrointestinal NYERI AKUT

7. Manifestasi Klinis
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung
kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius
yang dapat
mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah,
nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2005).
a) Dapat tanpa keluhan
b) Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing)
c) Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian dijalarkan ke ujung
penis (pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita)
d) Terdapat hematuri pada akhir kencing
e) Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing walaupun VU
belum penuh).
f) Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna.

Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung
pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan
timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal
(nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang
terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya
tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang
punggung. Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain adalah :

a) Hematuri.
b) Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
c) Demam.
d) Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal
e) Mual.
f) Muntah.
g) Nyeri abdomen.
h) Disuria.
i) Menggigil.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
a) Urinalisa
1) Warna kuning, coklat atau gelap.
2) pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat
berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan
pengendapan batu asam urat.
3) Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu,
bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
4) Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses
pembentukan batu saluran kemih.
5) Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.
b) Darah
1) Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
2) Lekosit terjadi karena infeksi.
3) Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
4) Kalsium, fosfat dan asam urat.
c) Radiologis
1) Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan
atau tidak.
2) Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini
dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi
tidak memberikan informasi yang memadai.
3) PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih
4) Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing.
d) Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
e) Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
f) EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
g) Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
h) IVP ( intra venous pylografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat
obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot
kandung kemih.
i) Vesikolitektomi ( sectio alta )
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
j) Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.
k) USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal. Menunjukan
abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. Diagnosis ditegakan dengan
studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji
kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet
dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam
keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya
batu kandung kemih pada klien.
9. Penatalaksanaan Medis
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan
agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/
terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi,
atau harus diambil karena sesuatu indikasi sosial (Purnomo, 2003).
a) Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena batu dapat diharapkan keluar spontan. Terapi yang bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperlkancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, dan
minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih (Purnomo,
2003).
b) ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada
tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-
buli tanpa melalui tindakan invasive dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi
fragmen-fragmen kecil sehinga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak
jarang pecahan ini meniimbulkan kolik dan hematuria (Purnomo, 2003).
c) Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk mengeluarkan batu
saluran keih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat
itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energy hidraulik,
energy gelombang suara, atau dengan enersi laser. Beberapa tindakan endourologi itu
adalah
1) PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
2) Litotripsi
3) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi
4) Ekstraksi Dormia (Purnomo, 2003).
d) Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
e) Bedah Terbuka
Di klinik yang belum mempunyai fasilitas endourologi, laparoskopi, maupun ESWL,
pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. pembedahan
terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu
pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien
menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak
berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau
mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan
infeksi yang menahun (Purnomo, 2003).
10. Komplikasi
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :
1) Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal
menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan
aliran balik ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi
menampung urine. Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa
dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan
basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal.
2) Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring
hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala,
penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
3) Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke
ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi
disertai mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
4) Gagal ginjal akut sampai kronis
5) Obstruksi pada kandung kamih
6) Perforasi pada kandung kemih
7) Hematuria atau kencing darah
8) Nyeri pingang kronis
9) Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.
11. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Mencakup nama, umur, biodata, pekerjaan dan alamat.
2. Keluhan utama
Sangat bervariasi, keluhan berupa nyeri, mual disertai muntah, sakit kepala.
Keluhan utama adalah keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat
pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas,
nyeri pinggang, dll. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan
yang paling sering mengganggu pasien
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan utama yang berisi
tentang riwayat perjalanan pasien selama mengalami keluhan secara lengkap.
Pada kasus ini, riwayat penyakit sekarang pasien adalah: pasien mulai terasa nyeri
setelah menjalani operasi.
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik maupun psikologik
yang pernah diderita pasien sebelumnya. Seperti diabetes mellitus, hipertensi,
trauma, dan lain-lain. Hal ini perlu diketahui karna bisa saja penyakit yang
diderita sekarang ada hubungannya dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya serta sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan tindakan yang
akan dilakukan
5. Riwayat Kesehatan keluarga
Sejarah keluarga memegang peranan penting dalam kondisi kesehatan seseorang.
Penyakit yang muncul pada lebih dari satu orang keluarga terdekat dapat
meningkatkan resiko untuk menderita penyakit tersebut. Dan pada kasus ini tidak
ada keluarga yang menderita penyakit seperti yang diderita pasien.
6. Fokus Pengkajian
1) Aktifitas /istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem; kelemahan malaise; Gangguan tidur
(insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda; kelemahan otot; kehilangan tonus; penurunan rentang gerak
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat; Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi; nadi kuat; edema jaringan umum dan piting pada kaki dan
telapak tangan; Disritmia jantung; Nadi lemah halus; hipotensi ortostatik;
Friction rub perikardial; Pucat pada kulit; Kecenderungan perdarahan
3) Integritas ego
Gejala : Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain; Perasaan
tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian
4) Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut);
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda : Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat berawan;
Oliguria, dapat menjadi anuria
5) Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi);
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernafasan amonia)
Tanda : Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir); Perubahan
turgor kuit/kelembaban; Edema (umum, tergantung); Ulserasi gusi,
perdarahan gusi/lidah; Penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak bertenaga
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur; Kram otot/kejang, sindrom kaki
gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki; Kebas/kesemutan dan
kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma.; Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang; Rambut
tipis, uku rapuh dan tipis.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyei panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
8) Pernapasan
Gejala : Napas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa
Sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul; Batuk produktif dengan
sputum merah muda encer (edema paru)
9) Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus; Demam (sepsis, dehidrasi)
10) Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
11) Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dari hasil pengkajian pada pasien soft
tissue tumor adalah :
a) Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan batu pada ginjal
2. Gangguan eliminasi urine
b) Intra Operasi
1. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive
2. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensorik akibat medikasi:
anastesi, instrument operasi
c) Post Operasi
1. Hambatan mobilitasi fisik berhubungan dengan penurunan otot akibat
pembiusan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
c. Intervensi Keperawatan

NO. Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri 2.102 Manajemen Nyeri 1.400
dengan batu pada ginjal Setelah dilakukan tindakan 1) Lakukan pengkajian nyeri
selama 3x24 jam komperehensif yang
diharapkan pasien meliputi lokasi,
mampu : karakteristik, onset/durasi,
1) Nyeri yang dilaporkan frekuensi, kualitas,
(3) intensitas, atau beratnya
2) Panjangnya episode nyeri dan faktor pencetus.
nyeri (3) 2) Gunakan strategi
3) Ekspresi nyeri wajah komunikasi terapeutik
(3) untuk mengetahui
4) Ketegangan otot (3) pengalaman nyeri dan
5) Tekanan darah (3) sampaikan penerimaan
6) Frekuensi nafas (3) terhadap nyeri.
3) Berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi
dari ketidaknyamanan
akibat prosedur.
4) Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi
seperti terapi aktivitas,
akupressur, aplikasi
panas/dingin dan pijatan.
2. Resiko infeksi Keparahan Infeksi : Perlindungan Infeksi :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor adanya tanda dan
tindakan invasive selama 3x24 jam gejala infeksi sistemik
diharapkan pasien dan local.
mampu : 2) Monitor kerentanan
1) Kemerahan (3) terhadap infeksi.
2) Cairan (luka) yang 3) Berikan perawatan kulit
berbau busuk (4) yang tepat untuk area
3) Demam (4) yang mengalami edema.
4) Nyeri (3) 4) Periksa kulit dan selaput
5) Hilang nafsu makan (3) lendir untuk adanya
kemerahan, kehangatan
ekstrim, atau drainase.
5) Periksa kondisi setiap
sayatan bedah atau luka.
3. Hambatan mobilitasi fisik Pergerakan : Peningkatan latihan
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan kekuatan :
penurunan otot akibat selama 3x24 jam 1) Bantu pasien dalam
pembiusan diharapkan pasien mengekspresikan nilai,
mampu : kepercayaan, dan
1) Keseimbangan (3) tujuannya dalam
2) Cara berjalan (4) melakukan latihan otot
3) Gerakan otot (4) dan kesehatan.
4) Gerakan sendi (4) 2) Sediakan informasi
5) Bergerak dengan mengenai fungsi otot,
mudah (4) latihan fisiologis, dan
konsenkuensi
penyalahgunaannya.
3) Tentukan tingkat
kebugaran otot dengan
latihan dilokasi atau
menggunakan tes
laboratotium.
4) Bantu mengembangkan
program latihan
kekuatan yang sesuai
dengan tingkat
kebugaran otot,
hambatan
musculoskeletal, tujuan
kesehatan fungsional,
sumber peralatan
latihan, kecenderungan
pribadi dan dukungan
sosial.
d. Implementasi Keperawatan
Implemetasi keperawatan merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
klien yang di dasarkan pada rencana keperawatan yang telah disusun untuk mencapai
tujuan yang di inginkan meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan penyakit dan memfasilitasi koping. Implementasi keperawatan akandapat
dilaksanakan dengan baik apabila klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan selama tahap implementasi keperawatan/
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang
paling sesui dengan kebutuhan klien.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan respon klien terhadap hasil yang di
harapkan dari rencana keperawatan. Tentukan apakah yang di butuhkan revisi
rencana. Setelah intervensi, pantau tanda vital klien untuk mengevaluasi perubahan,
setelah melakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan kondisi ca saecum pasien
membaik. Tujuan dari evaluasi keperawatan antara lain mengakhiri rencana tindakan
keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan, serta meneruskan rencana
tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosis keperawatan defenisi & klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta : EGC

Price, Sylvia A. (2009). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Pearce, Evelyn C (2010). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia pustaka
utama

Smeltzer, Suzanne C. (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah Volume 1 Edisi 8. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai