Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN ‘’Ny. S’’

DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD DAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK


EFEKTIF

DI RUANG ICU

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Disusun Oleh :

MIFTAH NUR AZIZAH

(191210011)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS VOKASI ITSKes INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap (Doenges, 1999:626).
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner&Suddarth,
2001:1448).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun, (Price, 1992:812).
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan secret
atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten. Adapun tanda
dan gejala yang ditimbulkan seperti batuk tidak efektif, sputum berlebih, suara napas
mengi atau wheezing dan ronchi (PPNI, 2017).
2. Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium :
1) Stadium 1
Penurunan cadangan ginjal, pada stadium ini kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik
2) Stadium 2
Insufiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan telah rusak, blood urea nitrogen
(BUN) meningkat dan kreatinin serum meningkat
3) Stadium 3
Gagal ginjal stadium akhir atau uremia
3. Etiologi
Etiologi CKD :
a. Penyakit lain yang bersifat sistemik (hipertensi, diabetes melitus)
b. Terjadinya infeksi misalnya glomerulonephritis
c. Batu saluran kencing yg menyebabkan hidrolityasis
d. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik
e. Gangguan kongenital dan herediter
Etiologi bersihan jalan napas tidak efektif :
a. Spasme jalan napas
b. Hipersekresi jalan napas
c. Disfungsi neuromuscular
d. Benda asing dalam jalan napas
e. Adanya jalan napas buatan
f. Sekresi yang tertahan
g. Respon alergi
h. Merokok aktif maupun pasing
4. Faktor Resiko
1) Diabetes
2) Hipertensi
3) Riwayat keluarga dengan penyakit ginjal
4) Penyakit kardiovaskuler
5) Infeksi HIV
6) Riwayat batu ginjal
7) Usia
8) Aktifitas fisik rendah
9) Merokok
10) Obesitas
5. Patofisiologi
a) Patofisiologi CKD
Banyak masalah yang muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang dapat menyebabkan penurunan klirens. Substansi darah yang
seharusnya dibersihkan, tetapi ginjal tidak mampu memfiltrasinya, sehingga
mengakibatkan kadar kreatinin serum, nitrogen, urea darah (BUN) meningkat. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa di reabsorpsi
berakibat diuresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguria timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism
protein yang normalnya diekskresikan ke dalam urin tertimbun di dalam darah, terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Ginjal juga tidak mampu
mengencerkan urine secara normal sehingga tidak terjadi respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehingga terjadi tahanan natrium
dan cairan. (Brunner&Suddarth, 2002).
b) Patofisiologi bersihan jalan napas tidak efektif :
Secara normal silia dan mukus di bronkus melindungi dari inhalasi iritan. Namun,
iritasi yang secara terus-menerus yang berasal dari asap rokok atau polutan dapat
memicu inflamasi yang dapat merusak paru-paru yang menyebabkan respon yang
berlebihan pada mekanisme pertahanan tersebut. Asap rokok akan menghambat
pembersihan mukosiliar, faktor yang menyebabkan gagalnya pembersihan mukosiliar
adalah adanya proliferasi atau pertumbuhan pesat sel goblet. Peningkatan jumlah sel
dan bertambahnya ukuran sel kelenjar penghasil mukus menyebabkan hipersekresi
mukus di saluran nafas. Bersama dengan adanya produksi mukus, terjadi sumbatan
bronkiolus dan alveoli. Fungsi dari silia menurun dan lebih banyak sekret yang
dihasilkan, dengan banyaknya mukus yang kental dan lengket serta menurunya
pembersihan mukosiliar menyebabkan masalah pada bersihan jalan nafas sehingga
menjadi bersihan jalan napas tidak efektif (Ikawati, 2016).
6. Pathway

Glomerulonefritis,
infeksi kronis, kelainan
CKD
kongenital, penyakit
vaskuler

Gangguan Produksi urin


hipernatremis
reabsopsi turun
Proses hemodialisa
kontinyu
Retensi Gangguan
hiponatremia
cairan Eliminasi
Tindakan invasif
berulang
Volume Vol. vaskuler Edema
vaskuler turun meningkat pulmonal
Injuri jaringan

hipotensi Permeabilitas Ekspansi paru


Resiko Infeksi kapiler turun
meningkat
Perfusi turun
dsypneu
edema
Ketidakefektifan
perfusi jaringan Ketidakefektifan
Gangguan Stagnansi
endhotelium perifer pola nafas
vena
kapiler
Informasi
inadekuat infiltrasi
Cairan
Kelebihan
masuk ke
volume cairan
intersitial ansietas
Kerusakan
Jaringan Kulit
Tahanan jalan Stress ulcer
napas

HCL
Kehilangan meningkat
fungsi silia
saluran Ketidakseimbangan nutrisi
Mual dan muntah
kurang dari kebutuhan
Peningkatan Bersihan jalan napas tidak
produksi sekret efektif
7. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi klinis CKD
1) Gejala dini
a) Lethargi
b) Sakit kepala
c) Kelelahan fisik dan mental
d) Berat badan berkurang
e) Depresi
2) Gejala yang lebih lanjut
a) Anoreksia
b) Mual disertai muntah
c) Hipertensi
d) Nafas dangkal atau sesak nafas (long, 1996:369)
b. Manifestasi klinis bersihan jalan napas tidak efektif
1) Batuk kronis selama 3 bulan dalam setahun, terjadi berselang atau setiap hari, dan
seringkali terjadi sepanjang hari.
2) Produksi sputum secara kronis
3) Lelah, lesu
4) Sesak nafas (dispnea) bersifat progresif sepanjang waktu, memburuk jika
berolahraga, dan memburuk jika terkena infeksi pernapasan.
5) Penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik (cepat lelah, terengah-engah)
8. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan lab darah :
a) Hematologi (Hb, Ht, eritrosit, leukosit, trombosit)
b) RFT (renal fungsi test) : ureum dan kreatinin
c) LFT (liver fungsi test)
d) Elektrolit (klorida, kalium, kalsium)
2) Urine
a) Urine rutin
b) Urin khusus : benda keton, analisa Kristal batu
3) Pemeriksaan kardiovaskuler
a) ECG
b) ECO
4) Radidiagnostik
a) USG abdominal
b) CT scan abdominal
c) Renogram
d) RPG (retio pielografi)
9. Penatalaksanaan Medis
a. Penetalaksanaan medis CKD
1) Dialisis atau cuci darah
2) Obat-obatan antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemide (membantu berkemih).
3) Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat.
4) Transfuse darah.
5) Transplantasi ginjal
b. Penatalaksanaan medis bersihan jalan napas tidak efektif
1) Bronkodilator
2) Antibiotik
3) Terapi oksigen jangka panjang
10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah (Prabowo,
2014)) :
1) Penyakit Tulang. Penurunan kadar kalsium secara langsung akan mengakibatkan
dekalsifikasimatriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh dan jika berlangsung
lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
2) Penyakit Kardiovaskuler. Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak
secara sistemik berupa hipertensi, kelainan lifid, intoleransi glukosa, dan kelainan
hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3) Anemia. Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami defiensi di ginjal akan
mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4) Disfungsi seksual. Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering
mengalami penurunan dan terjadi impoten pada pria. Pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia.
Komplikasi yang ditimbulkan dari bersihan jalan napas, apabila masalah bersihan jalan
napas ini tidak ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan masalah yang lebih berat
seperti pasien akan mengalami sesak nafas atau gagal nafas bahkan bisa menimbulkan
kematian.
11. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki- laki sering
memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal
ginjal kronis merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal akut.
2. Keluhan utama
Sangat bervariasi, keluhan berupa urine output menurun (oliguria) sampai pada
anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-ventilasi,
anoreksia, mual dan muntah, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini
dipicu oleh karena penumpukan zat sisa metabolisme/toksik dalam tubuh karena
ginjal mengalami kegagalan filtrasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunanurine output,
penurunan kesadaran, penurunan pola nafas karena komplikasi dari gangguan
sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain
itu, karena berdampak pada metabolisme, maka akan terjadi anoreksia, nausea,
dan vomit sehingga beresiko untuk terjadi gangguan nutrisi.
4. Riwayat penyakit dahulu
Informasi penyakit terdahulu akan menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji
penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonefritis, infeksi kuman;
pyelonefritis, ureteritis, nefrolitiasis, kista di ginjal: polcystis kidney, trauma
langsung pada ginjal, keganasan pada ginjal, batu, tumor, penyempitan/striktur,
diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, infeksi di badan: TBC paru, sifilis,
malaria, hepatitis, preeklamsi.
5. Riwayat Kesehatan keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular atau menurun, sehingga silsilah
keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun pencetus sekunder
seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap penyakit gagal ginjal
kronik, karena penyakit tersebut bersifat herediter.
6. Fokus Pengkajian
1) Aktifitas /istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem; kelemahan malaise; Gangguan tidur
(insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda; kelemahan otot; kehilangan tonus; penurunan rentang gerak
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat; Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi; nadi kuat; edema jaringan umum dan piting pada kaki dan
telapak tangan; Disritmia jantung; Nadi lemah halus; hipotensi ortostatik;
Friction rub perikardial; Pucat pada kulit; Kecenderungan perdarahan
3) Integritas ego
Gejala : Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain; Perasaan
tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian
4) Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut);
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda : Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat berawan;
Oliguria, dapat menjadi anuria
5) Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi);
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernafasan amonia)
Tanda : Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir); Perubahan
turgor kuit/kelembaban; Edema (umum, tergantung); Ulserasi gusi,
perdarahan gusi/lidah; Penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak bertenaga
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur; Kram otot/kejang, sindrom kaki
gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki; Kebas/kesemutan dan
kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma.; Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang; Rambut
tipis, uku rapuh dan tipis.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyei panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
8) Pernapasan
Gejala : Napas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa
Sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul; Batuk produktif dengan
sputum merah muda encer (edema paru)
9) Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus; Demam (sepsis, dehidrasi)
10) Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
11) Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga.
7. Keadaan Umum
Kaji tentang kesadara klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara.
Denyut nadi, frekuensi nafas yang meningkat, penggunaan otot-otot bantu
pernafasan, sianosis.
1) B1 (Breathing)
a) Inspeksi
Kesulitan bernafas tampak dalam perubahan irama dan frekuensi
pernafasan. Keadaan normal frekuensi pernafasan 16-20 x/menit dengan
amplitude yang cukup besar. Jika seseorang bernafas lambat dan dangkal,
itu menunjukan adanya depresi pusat pernafasan. Penyakit akut paru
sering menunjukan frekuensi pernafasan > 20x/menit atau karena penyakit
sistemik seperti sepsis, perdarahan, syok, dan gangguan metabolic seperti
diabetes militus.
b) Palpasi
Perawat harus memerhatikan pelebaran ICS dan penurunan taktil fremitus
yang menjadi penyebab utama pola nafas tidak efektif.
c) Perkusi
Perkusi yang dilakukan dengan saksama dan cermat dapat ditemukan
daerah redup sampai daerah dengan daerah nafas melemah yang
disebabkkan oleh penebalan pleura, efusi pleura yang cukup banyak, dan
hipersonor, bila ditemukan pneumothoraks atau emfisema paru.
d) Auskultasi
Auskultasi untuk menilai apakah ada bunyi nafas tambahan seperti
wheezing dan ronki serta untuk menentukan dengan tepat lokasi yang
didapat dari kelainan yang ada.
2) B2 (Blood)
Monitor dampak pola nafas tidak efektif pada status kardovaskuler meliputi
keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan CRT.
3) B3 (Brain)
Pengkajian perubahan status mental penting dilakukan perawat karena
merupakan gejala sekunder yang terjadi akibat gangguan pertukaran gas.
Diperlukanan pemeriksaan GCS unruk menentukan tiingkat kesadaran.
4) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urin perlu dilakukan karena berkaitan dengan
intake cairan. Oleh karena itu, perlu memonitor adanya oliguria, karena hal
tersebut merupaka tanda awal dari syok.
5) B5 (Boowel)
Pengkajian terhadap status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi dan
kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhanya. Pada klien sesak nafas
potensial terjadi kekurangan pemenuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dipnea
saat makan, laju metabolisme, serta kecemasan yang dialami klien.
6) B6 (Bone)
Dikaji adanya edema ekstermitas, tremor, tanda-tanda infeksi pada
ekstermitas, turgon kulit, kelembaban, pengelupasan atau bersik pada dermis/
integument.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kemampuan ginjal
untuk mengeluarkan air dan menahan natrium.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh faktor yang berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien, ketidakmampuan untuk
mencerna makanan, ketidakmampuan menelan makanan, faktor psikologis.
6. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan produksi urin menurun.
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipotensi.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
c. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


. Keperawatan
1. Bersihan jalan napas Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
tidak efektif L.01001 I.01011
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
penumpukan sekret. selama 3x24 jam diharapkan 1) Monitor pola napas
pasien mampu : (frekuensi, kedalaman, usaha
1) Batuk efektif (2) napas)
2) Produksi sputum (1) 2) Monitor bunyi napas
3) Mengi (3) tambahan (gurgling, mengi,
4) Wheezing (2) wheezing, rocnhi kering)
5) Dispnea (3) 3) Monitor sputum (jumlah,
6) Sulit bicara (5) warna, aroma)
7) Frekuensi napas (3) Terapeutik :
8) Pola napas (3) 1) Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head tilit dan
chin lift
2) Posisikan semi fowler atau
fowler
3) Lakukan fisioterapi dada
4) Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
Edukasi :
1) Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Gangguan eliminasi Eliminasi Urine L.04034 Manajemen Eliminasi Urine
urine berhubungan Setelah dilakukan tindakan I.04152
dengan produksi urin selama 3x24 jam diharapkan Observasi :
menurun pasien mampu : 1) Identifikasi tanda dan gejala
1) Sensasi berkemih (1) retensi urine atau
2) Desakan berkemih (5) inkontinensia urine
3) Berkemih tidak tuntas (4) 2) Identifikasi faktor yang
4) Frekuensi BAK (2) menyebabkan retensi atau
5) Karakteristik urine (2) inkontinensia urine
3) Monitor eliminasi urine
(frekuensi, aroma, volume,
dan warna)
Terapeutik :
1) Catat waktu-waktu dan
haluaran berkemih
2) Batasi asupan cairan bila
perlu
3) Ambil sampel urine tengah
(midstream) atau kultur
Edukasi :
1) Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
2) Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
3) Ajarkan mengenali tanda dan
waktu berkemih yang tepat
4) Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
panggul/berkemihan
5) Anjurkan minum yang cukup
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu
3. Kelebihan volume Status Cairan L.03028 Manajemen Cairan I.03098
cairan berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
dengan penurunan selama 3x24 jam diharapkan 1) Monitor status hidrasi
kemampuan ginjal pasien mampu : (frekuensi nadi, kekuatan
untuk mengeluarkan air 1) Kekuatan nadi (3) nadi, akral, pengisian kapiler,
dan menahan natrium. 2) Turgor kulit (3) kelembapan mukosa, turgor
3) Output urin (4) kulit, tekanan darah)
4) Konsentasi urine (3) 2) Monitor berat badan harian
5) Tekanan darah (4) 3) Monitor berat badan sebelum
6) Intake cairan (3) dan sesudah dialysis
4) Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium (hematocrit,
Na, K, Cl, berat jenis urine,
BUN)
5) Monitor status hemodinamik
Terapeutik :
1) Catat intake-output dan
hitung balance cairan 24 jam
2) Berikan asupan cairan sesuai
kebutuhan
3) Berikan cairan intravena jika
perlu
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
diuretik jika perlu
d. Implementasi Keperawatan
Implemetasi keperawatan merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
klien yang di dasarkan pada rencana keperawatan yang telah disusun untuk mencapai
tujuan yang di inginkan meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan penyakit dan memfasilitasi koping. Implementasi keperawatan akandapat
dilaksanakan dengan baik apabila klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan selama tahap implementasi keperawatan/
perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang
paling sesui dengan kebutuhan klien.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan respon klien terhadap hasil yang di
harapkan dari rencana keperawatan. Tentukan apakah yang di butuhkan revisi
rencana. Setelah intervensi, pantau tanda vital klien untuk mengevaluasi perubahan,
setelah melakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan kondisi ca saecum pasien
membaik. Tujuan dari evaluasi keperawatan antara lain mengakhiri rencana tindakan
keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan, serta meneruskan rencana
tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth.2000.Hand Book For Brunner & Suddarth Text Book Medical Surgical
Nursing. Jakarta: EGC.

Doenges.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Anderson.2000.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Suyono, Slamet.2001.Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Gaya Baru

Kozier Barbara, Erb Glenora. dkk (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konse, Proses
dan Praktik. Edisi 7 Volume 1. Jakarta : EGC.

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter, P.A, Perry, A.G. (2010) Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses Dan Praktik. Jakarta
: Salemba Medika

Rosdahl & Kowalski. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar: (Dwi Widiarti, Anastasia Onny
Tampubolon, Penerjemah). Edisi 10. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai