Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN CKD / GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG ADENIUM

RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh:

Umar Husaen Kadafi

NIM 19037140061

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan Pada Klien :

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

Telah Dilaksanakan Pada Tanggal …………………………… Di Ruang……………

RSD…………………………….

Laporan Pendahuluan ini diajukan sebagai salah satu evaluasi (penilaian) pada Praktik

Klinik Keperawatan III

……………….., …………….. 2022

Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

………………………….. …………………………..

LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Pada Klien :

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

Telah Dilaksanakan Pada Tanggal …………………………… Di Ruang……………

RSD…………………………….

Asuhan Keperawatan ini diajukan sebagai salah satu evaluasi (penilaian) pada Praktik

Klinik Keperawatan III

……………….., …………….. 2022

Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

………………………….. …………………………..

Kepala Ruangan

…………………………..

LEMBAR KONSULTASI

Nama :
NIM :

Ruangan :

NO TANGGAL MATERI YANG DIKONSULTASIKAN PARAF CI

LAPORAN PENDAHULUAN
CKD/ GAGAL GINJAL KRONIK
1. Definisi
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah

penurunan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel di mana ginjal tidak mampu

untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit

sehingga menyebabkan uremia (Fitria, 2022)

CKD adalah penyakit ginjal tahap akhir yang dapat disebabkan oleh berbagai

hal di mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan elektrolit, yang menyebabkan komplikasi hipertensi maupun

diabetes militus (Janes Dkk, 2021)

Gagal Ginjal Kronis (GGK) Merupakan penyakit ginjal tahap akhir, progresif

dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Hadi,

2016)

2. Etiologi

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan

lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak

reversible). Beberapa jenis gangguan kesehatan yang menyebabkan gagal ginjal

kronis adalah sebagai berikut:

1) Glomerulonefritis

Glomerulonefritis adalah penyakit inflamasi atau non inflamasi pada

glomerulus yang menyebabkan perubahan permeabilitas, perubahan struktur, dan

fungsi glomerulus.

2) Proteinuria

Adanya protein di dalam urine tubuh yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih

dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2

3) Penyakit ginjal diabetik


Pada pasien Diabetes, berbagai gangguan pada ginjal dapat terjadi. seperti

terjadinya batu saluran kemih, infeksi saluran kemih. pielonefritis, yang selalu disebut

sebagai penyakit ginjal non diabetik pada pasien diabetes.

4) Amiloidosis ginjal

Adalah penyakit dengan karakteristik penimbunan polimer protein di

ekstraseluler dan gambaran dapat diketahui dengan histokimia dan gambaran

ultrastruktur yang khas

5) Diabetes Melitus

Diabetes militus adalah penyebab utama dan terjadi lebih dari 30% pasien yang

menerima dialisis hipertensi adalah penyebab utama (Janes Dkk, 2021)

3. Manifestasi Klinis

Pada tahap awal gagal ginjal kronik, mungkin tidak ditemukan gejala klinis

karena ginjal masih bisa beradaptasi dalam menjalankan fungsinya. Pada tahap lanjut,

gagal ginjal kronis dapat menyebabkan anemia dengan gejala lemas, letih, lesu, dan

sesak napas. Terjadi penumpukan cairan tubuh yang lebih banyak lagi sehingga

menyebabkan pembengkakan seluruh bagian tubuh. Beberapa pasien memberikan

gejala yang disebabkan keadaan uremik (kadar urea dalam darah yang meningkat)

yakni mual, muntah dan perubahan status mental (ensefalopati), disertai

ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan USG ginjal dapat membantu dalam

mendiagnosis gagal ginjal kronis (Azib, 2020)


4. Pathway
Glomerulonephritis Infeksi kronis Kelianan kongenital Penyakit vaskular nephrolithiasis SLE Obat nefrotoksik

GAGAL GINJAL KRONIS

Retensi Na & H2O Sekresi eritropoitis Penurunan


Proses hemodialisa turun fungsi ginjal
kontinyu
CES meningkat
Produksi Hb
Produksi eritropoitin
Tindakan invasive turun
Tekanan kapiler menurun
berulang
meningkat
Oksihemoglobin turun
Informasi inadekuat Pembentukan
Volume
eritrosit menurun
interstitial naik Perubahan warna kulit
Syndrom uremia (pucat), edema, CRT >3
Edema paru detik Anemia
HCL meningkat
Perfusi perifer Intoleransi
Dyspnea
tidak efektif Aktivitas
Mual muntah

Pola napas
Nausea tidak efektif
5. Penatalaksanaan Medis

a) Dialisis

b) Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,

furosemid

c) Diit rendah uremi (Hadi, 2016)

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Urine

1) Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)

2) Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak,

fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin,

porfirin

3) Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat

4) Osmoalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan rasio

urin/serum sering 1:1

5) Klirens kreatinin: mungkin agak menurun

6) Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium

7) Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan

glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada

b. Darah

1) BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir

2) Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl

3) SDM: menurun, defisiensi eritropoitin

4) GDA: Asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2


5) Natrium serum : rendah

6) Kalium: meningkat

7) Magnesium: Meningkat

8) Kalsium ; menurun

9) Protein (albumin) : menurun

c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg

d. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

e. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada

saluran perkemihan bagian atas

f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan

pengangkatan tumor selektif

g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa

h. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa (Hadi, 2016).

7. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu proses yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.

1. Pengkajian

A. Biodata

1) Identitas Klien

2) ldentitas Penanggung Jawab


B. Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama:

Pada umumnya akan ditemukan klien merasa lemah, sakit kepala, mual dan muntah.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang :

Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji dengan

menggunakan pendekatan PQRST

3) Riwayat kesehatan masa lalu :

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit saluran kencing, riwayat hipertensi.

4) Riwayat kesehatan keluarga :

Adakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien dan

penyakit yang berhubungan dengan penyakit ginjal/saluran kencing atau hipertensi

C. Pengkajian Bio-psiko Sosial

1) Aktivitas istirahat

Gejala: kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur

(insomnia/ gelisah atau somnolen).

Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak

2) Sirkulasi

Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi: nyeri dada (angina)

Tanda: Hipertensi: nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan,

nadi lemah dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi

pada penyakit tahap akhir, friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi rasa)

pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan pendarahan.


3) Integritas Ego

Gejala: Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak berdaya, tak

ada harapan, tak ada kekuatan.

Tanda: Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang. perubahan kepribadian.

4) Eliminasi

Gejala: Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi).

Anoreksia, Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.

Tanda: Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna Oliguria,

dapat menjadi anuria.

5) Makanan/Cairan

Gejala: Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi).

Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan

amonia), pengguanaan diuretic

Tanda: Distensi abdomen/acietas, pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor kulit.

Edema (umum tergantung), Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah. Penurunan otot

penurunan lemak subkutan, tampak tak bertenaga

6) Neorosensasi

Gejala: Sakit kepala, penglibatan kabur, kram otot/kejang, sindrom kaki, gelisah, kebas

terasa terbakar ada telapak kaki, Kebas kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstermitas

bawah (neuropati perifer)

Tanda : Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian ketidakmampuan

berkonsentrasi, kehilangan memori, aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis

7) Nyeri /Kenyamanan
Gejala: Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki, memburuk pada malam hari

Tanda: Perilaku berhati-hati dan gelisah

8) Pernafasan

Gejala: nafas pendek: dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa sputum kental

atau banyak.

Tanda: takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan

kusmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru).

9) Keamanan

Gejala: Kulit gatal ada / berulangnya infeksi

Tanda: Pruritus, Demam (sepsis, dehidrasi) normotemia dapat secara actual terjadi

peningkatan pada klien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari pada normal (efek

CKD/depresi respon imum) Ptekie, araekimosis pada kulit Fraktur tulang; defosit fosfat,

kalsium, (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan gerak

sendi.

10) Seksualitas

Gejala: penurunan libido; amenorea; infertilitas.

11) Interaksi Sosial

Gejala: Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan

fungsi peran biasanya dalam keluarga

D. Pemeriksaan fisik

1. Penampilan / keadaan umum


Lemah, aktivitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran klien dari compos

mentis sampai coma.

2. Tanda-tanda vital.

Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.

3. Antropometri.

Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi

peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.

4. Kepala.

Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor

dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa

mulut pucat dan lidah kotor

5. Leher dan tenggorok.

Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.

6. Dada

Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu nafas,

pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah),

terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.

7. Abdomen.

Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.

8. Genital.

Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.

9. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktivitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary

Refill lebih dari 1 detik.

10. Kulit.

Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat/ uremia, dan

terjadi perikarditis (Janes Dkk, 2021)

8. Diagnosa Keperawatan (SDKI)

1) Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)

Definisi

Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

Penyebab

1. Depresi pusat pernapasn

2. Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernapasan)

3. Gangguan neuromuscular

4. Penurunan energi

5. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

6. Sindrom hipoventilasi

7. Kecemasan

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Dispnea

Objektif

1. Penggunaan otot bantu pernapasan


2. Fase ekspirasi memanjang

3. Pola nafas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes)

Gejala dan Tanda Manor

Subjektif

1. Ortopnea

Objektif

1. Pernapasan pursed-lip

2. Pernapasan cuping hidung ‘

3. Diameter thoraks anterior – posterior meningkat

4. Ventilasi semenit menurun

5. Kapasitas vital menurun

6. Tekanan ekspirasi menurun

7. Tekanan inspirasi menurun

8. Ekskursi dada berubah

Kondisi Klinis Terkait

1. Depresi sistem saraf pusat

2. Cedera kepala

3. Trauma thoraks

4. Gullian barre syndrome

5. Multiple sclerosis

6. Myasthenia gravis

7. Stroke
8. Kuadriplegia

9. Intoksikasi alkohol

Rencana Intervensi Keperawatan (SLKI & SIKI)

1) Pola Napas Tidak Efektif

SLKI : Pola Napas (L.01004)

a) Dispnea

b) Penggunaan otot bantu napas

c) Frekuensi napas

RENCANA INTERVENSI RASIONAL


Manajemen Jalan Napas (I.01011)

Observasi :
1. Monitor pola napas 1. Mengetahui frekuensi, kedalaman, irama
pernapasan
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
2. Mengetahui bunyi napas tambahan
Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)

Terapeutik : 3. Membantu memaksimalkan ekspansi paru


3. Posisikan semi fowler atau fowler
4. Memaksimalkan bernafas
4. Berikan oksigen jika perlu

Edukasi : 5. Membantu mengeluarkan sekresi dan


5. Ajarkan batuk efektif mempertahankan jalan napas

2. Intoleransi Aktivitas (D.0056)

Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Penyebab

1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen


2. Kelemahan

3. Imobilitas

Gejala dan tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh lelah

Objektif

1. Frekuensi jantung meningkat lebih 20% dari kondisi istirahat

Gejala dan tanda Minor

Subjektif

1. Dispnea saat atau setelah aktivitas

2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

3.  Merasa lemah

Objektif

1. Tekanan darah berubah lebih dari 20% dari kondisi istirahat

2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat atau setelah aktivitas

3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4. Sianosis

Kondisi klinis terkait

1. Anemia

2. Gagal jantung kongestif

3.   Penyakit jantung koroner

4. Penyakit katup jantung

5.  Aritmia
6. Penyakit paru obstruktif kronis PPOK

7. Gangguan metabolik

8. Gangguan musculoskeletal

2) Intoleransi Aktivitas
SLKI : Toleransi Aktivitas (L.05047)
a) Frekuensi nadi
b) Saturasi oksigen
c) Dispnea saat aktivitas
d) Tekanan darah
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
Manajemen Energi (I.05178)

Observasi :
1. Monitor kelelahan fisik dan emosional 1. Mencegah kekakuan sendi , kelelahan
2. Mengetahui pola jam tidur
2. Monitor pola dan jam tidur

Terapeutik : 3. Lingkungan yang nyaman membuat pasien


3. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah rileks
stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)

Edukasi :
4. Anjurkan tirah baring 4. Meningkatkan kenyamanan istirahat serta
5. Anjurkan melakukan aktivitas secara dukungan fisiologis
bertahap 5. Untuk menunjang proses kesembuhan
pasien secara bertahap
Kolaborasi :
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan 6. Mempercepat proses penyembuhan

3. Perfusi perifer tidak efektif

Definisi
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh

Penyebab

1. hiperglikemia

2. penurunan konsentrasi hemoglobin

3. peningkatan tekanan darah

4. kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. Diabetes melitus, hiperlipidemia)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

1. Pengisian kapiler >3 detik

2. Nadi akral teraba dingin

3. Warna kulit pucat

4. Turgor kulit menurun

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Parastesia

2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)

Objektif

1. Edema

2. Penyembuhan luka lambat

3. Indeks ankle-brachial <0,90

4. Bruit femoral
Kondisi Klinis Terkait

1. Tromboflebitis

2. Diabetes melitus

3. Anemia

4. Gagal jantung kongestif

5. Kelainan jantung kongenital

6. Trombosis arteri

7. Varises

8. Trombosis vena dalam

9. Sindrom kompartemen

3) Perfusi perifer tidak efektif

SLKI : Perfusi Perifer (L.02011)

a) Denyut nadi perifer

b) Edema perifer

c) Kelemahan otot

d) Akral

e) Tekanan darah
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
Perawatan sirkulasi (I.02079)

Observasi :
1. Mengetahui kemungkinan adanya
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, gangguan pada perfusi perifer
edema, pengisian kapiler, warna, suhu, 2. Beberapa penyakit seperti diabetes,
hipertensi, kadar kolesterol tinggi
ankle brachial index) dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi perifer
2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
(mis. Diabetes, perokok, orangtua, 3. Untuk mencegah kekurangan /
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi) perubahan sirkulasi perifer

Terapeutik :

3. Hindari pengukuran tekanan darah 4. Untuk memperlancar sirkulasi perfusi


pada ekstermitas dengan keterbatasan perifer
5. Penyakit hipertensi salah satu
perfusi penyebab gangguan sirkulasi perifer

Edukasi :

4. Anjurkan berolahraga rutin

5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan


darah secara teratur
DAFTAR PUSTAKA

Azib Susiyanto,Sy, 2020, Hijama ODT Semua Penyakit Insya Allah Sembuh, Jakarta: Gema

Insani

Fitria Hasanuddin, 2022, Adukasi Hemodialisa Pasien Gagal Ginjal Kronik, Makassar: Penerbit

NEM

Hadi Purwanto, 2016, Keperawatan Medikal Bedah II, Jakarta: Kementrian Republik Indonesia.

Janes Jainurakhma, Dkk, 2021, Dasar-dasar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam dengan

Pendekatan Klinis, Jakarta: Yayasan Kita Menulis

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan

Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan

Implementasi Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan

Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai