CKD
DI RUANG ASOKA RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG
Oleh
Cantika Rosita Dewi
NIM 182303101010
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
MAHASISWA
NIP…………………………………… ...............................................
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Istilah Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronis merupakan terjadinya
kerusakan ginjal secara permanen yang akan memburuk seiring berjalannya waktu.
CKD merupakan penyakit ginjal stadium akhir yang membutuhkan penanganan
berupa transplantasi ginjal atau dengan upaya dialisis (American Kidney Fund,
2018.,). CKD merupakan kondisi dimana ginjal mengalami kerusakan sehingga tidak
dapat menyaring darah sebagaimana mestinya (Center for Disease Control and
Prevention, 2018).
B. Etiologi
Penyebab utama penyakit gagal ginjal kronik (CKD) adalah sebagai berikut :
a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran kemih) Pielonefritis adalah proses
infeksi peradangan yang biasanya mulai di renal pelvis, saluran ginjal yang
menghubungkan ke saluran kencing (ureter).
b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna. Disebabkan karena
terjadinya kerusakan vaskulararisasi di ginjal oleh adanya peningkatan tekanan darah
akut dan kronik.
c. Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus sistemik. Disebabkan oleh
kompleks imun dalam sirkulasi yang ada dalam membran basalis glomerulus dan
menimbulkan kerusakan (Price, 2006)..
d. Penyakit metabolik misalnya DM (Diabetes Mellitus), Penyebab terjadinya ini
dimana kondisi genetik yang ditandai dengan adanya kelainan dalam proses
metabolisme dalam tubuh akibat defisiensi hormon dan enzim.
C. Manifestasi Klinis
Brunnar & Sudarth’s (2010) menjelaskan bahwa manifestasi klinis CKD
adalah:
a. Sistem kardiovaskular: hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sakrum),efusi
jantung,dan hiperkalemi.
b. Sistem integumen: warna kulit, kurit kering dan mengelupas/bersisik, kuku
tipis dan rapuh, serta rambut tipis dan kasar.
c. Sistem respirasi: sputum banyak, sesak nafas, tachypnea, respirasi tipe
Kussmau.
d. Sistem gastrointestinal: nafas bau amonia, perdarahan, anoreksia, mual,
muntah, cegukan, sembelit atau diare.
e. Sistem neurologi: kelemahan, ketelahan, kebingungan, ketidakmampuan
berkonsentrasi,gelisah..
D. Pemeriksaan Penunjang
Dalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaa
penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
Pemeriksaan urine
Hematologi (Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit, Leukosit, Trombosit)
RFT (Renal Fungsi Test)
LFT (Liver Fungsi Test)
BGA
BUN/ Kreatinin : meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar kreatinin
AGD : penurunan asidosis metabolik urine rutin
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan CKD dapat dibagi menjadi dua tahap, pertama yaitu :
1. Tindakan non operasi: penggunaan obat-obatan, pengaturan diet dan hemodialisa
dan tahap
2. Tindakan operasi yaitu transplantasi ginjal.
Adapun penatalaksanaannya sebagai berikut :
a) Farmakologi
Sebelum menjalani hemodialisa pasien CKD diberikan terapi melalui obat-obatan
oral antara lain ; pemberian anti hipertensi, suplemen besi, dan Hemodialisa
(Brunner & Suddart, 2013) . Pemberian antihipertensi diindikasikan agar tekanan
darah pasien tetap dalam batas normal agar tidak memperberat kerja ginjal.
b) Nonfarmakologi
Prinsip penatalaksanaan ekresi yang dicapai oleh ginjal yang terganggu, jika ini sudah
diketahui maka cairan orang tersebut diatur dan diseussaikan dengan batas standar.
Pengaturan diet protein
Pengaturan diet kalium
Pengaturan diet natrium dan cairan
Terapi pengganti ginjal.
F. Komplikasi
Komplikasi Penyebab
Demam Bakteri atau zat penyebab demam di dalam
darah
G. Patofisiologi
Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patogenik yang konplek termasuk
diantaranya penurunan GFR, pengeluaran produksi urine dan eksresi air yang
abnormal ketidak seimbangan elektrolit dan metabolik abnormal. Hal ini terjadi
karena hipertrofi nefron hanya dapat mempertahankan ekskresi solates dan sisa2
produksi dengan jalan menurunkan reabsorbsi air, sehingga terjadi hepostenuria.
(kehilangan kemampuan memekatkan urin)
Tahap gangguan ginjal antara lain :
Tahap 1 : insufiensi gijal
Penurunan fungsi ginjal, tetatpi tidak terjadi penumpukan sisa-sisa metabolik
Tahap 2 : Renal Insufficiency
Pada Insufficiency ginjal sisa-sisa metabolik mulai berakumulasi dalam darah karena
jaringan ginjal yang lebih sehat tidak dapat berkompensasi secara terus menerus.
Tahap 3 : penyakit ginjal tahap lanjut
Sejumlah besar sisa nitrogen, berakumulasi dalam darah dan ginjal tidak mampu
memepertahankan hemostatis
A. PATHWAY CKD
Infeksi Saluran Kemis Penyakit metabolik (DM) Nefropati toksik
Penyakit vaskuler hipertensi Gangguan jaringan ikat Gangguan Kongenital
Dx : Intoleransi aktivitas
Berikan dengan air NaOH
Sifat semi permiable pembuluh darah meningkat Dx : Risiko penurunan curah Jantung
Dx : Perubahan pola nafas
ekstravasasi
Dx : Kelebihan vol. cairan
Edema
(Brunner & Suddart, 2013 Levin, 2010 Price, 2006 Smeltzer, 200
9
A. Pengkajian
a) Identitas Klien
Gagal ginjal kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 tahun), usia muda
dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70% pada pria.
b) Riwayat Kesehatan
1) Diagnosa medis
2) Keluhan utama Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera
makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas
berbau (ureum), gatal pada kulit.
3) Riwayat penyakit sekarang, rincian penyakit mulai dari awal sampai saat
pertama kali berhubungan dengan petugas kesehatan. Waktu kejadian, cara
(proses), tempat, suasana, manifestasi masalah, perjalanan
penyakit/masalah (riwayat pengobatan, persepsi tentang penyebab dan
penyakit)
4) Riwayat penyakit dahulu, Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran
kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign
Prostatic Hyperplasia, prostatektomi
5) Riwayat penyakit keluarga, adakah penyakit keturunan dalam keluarga
seperti jantung, DM, HT, dan penyakit lainnya.
A. Intervensi Keperawatan
Masalah Keperawatan 1
a. Definisi (Kelebihan volume cairan)
Peningkatan retensi cairan isotonik
b. Batasan karakteristik
- Gangguan elektrolit
- Ansietas
- Perubahan tekanan darah
- Perubahan status mental
- Perubahan pola pernapasan
- Penurunan hematrokrit
- Penurunan hemoglobin
- Dispnea
- Edema
- Distensi vena jugularis
- Ortopnea
- Efusi pleura
- Perubahan tekanan arteri pulmunal
- Kongesti pulmunal
- Gelisah
- Perubahan berat jenis urin
- Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
c. Faktor yang berhubungan
- Gangguan mekanisme regulasi
- Kelebihan asupan cairan
- Kelebihan asupan Natrium
Rencana tindakan
NOC NIC
1) Tujuan - Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
Setelah dilakukan tindakan
- Tentukan kemungkinan faktor resiko
keperawatan 1x24 Jam dan ketidakseimbangan cairan
(Hipertermia, terapi diuretik, kelainan
diharapkan klien tidak
renal, gagal jantung, diaporesis,
mengalami Kelebihan disfungsi hati, dll)
- Monitor berat badan, BP, HR, dan RR
volume cairan
- Monitor serum dan elektrolit urine
2) Kriteria hasil - Monitor tekanan darah orthostatik
dan perubahan irama jantung
- Terbebas dari edema,
- Monitor parameter hemodinamik
efusi, anaskara infasif
- Catat secara akurat intake dan output
- Bunyi nafas bersih, tidak
- Monitor adanya distensi leher, rinchi,
ada dvspneu/ortopneu eodem perifer dan penambahan BB
- Monitor tanda dan gejala dari odema
- Terbebas dari distensi
vena jugularis
- Memelihara tekanan vena
sentral, tekanan kapiler
paru, output jantung dan
vital sign dalam batas
normal
- Terbebas dan kelelahan,
kecemasan atau
kebingungan
- Menjelaskan indikator
kelebihan cairan
Masalah Keperawatan 2
a. Definisi (Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh)
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
a. Batasan karakteristik
- Menghindari makanan
- Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal atau penurunan berat
badan dengan asupan makanan adekuat
- Diare
- Kehilangan rambut berlebihan
- Kurang makanan dan kurang informasi
- Kurang minat terhadap makanan
- Ketidakmampuan memakan makanan
- Mengeluh gangguan sensasi rasa
- Sariawan rongga mulut
- Kelemahan otot pengunyah dan otot untuk menelan
b. Faktor yang berhubungan
- Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient
- Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Faktor psikologis
c. Rencana tindakan
NOC NIC
1) Tujuan - Kaji status nutrisi klien dan kemampuan untuk
Setelah dilakukan tindakan pemenuhan nutrisi klien
keperawatan 1x24 jam - Identifikasi klien tentang riwayat alergi
diharapkan klien tidak mengalami makanan dan kaji makanan kesuskaan klien
Ketidakseimbangan nutrisi - Intruksikan kepada klien tentang cara
2) Kriteria hasil : pemenuhan kebutuhan nutrisi yang optimal
- Intake makanan perorak (misalnya dengan pelaksanan diet sesuai
(spontan/ naso feeding) anjuran)
adekuat - Hitung kebutuhan kalori klien setiap hari
- Intake cairan (per oral/ sediakan aneka ragam makanan sesuai
parenteral) adekuat dengan keinginan klien
- Nutrisi parenteral adekuat - Monitor asupan makanan harian
- Motivasi Pasien untuk mengkonsumsi
- Menyatakan nafsu makan baik
makanan dan minuman yang bernutrisi,
tinggi protein, kalori dan mudah
dikonsumsi serta sesuai kebutuhan
- Ciptakan lingkungan yang bersih, berventilasi,
santai dan bebas dari bau menyengat
- Timbang berat badan pasien
- Identifikasi penurunan berat badan
terakhir
- Tentukan pola makan
- Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain
untuk mengembangkan rencana
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. (2018) NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. 11
ed. Jakarta: EGC.
Moorhead, S. (2016) nursing outcomes classification (NOC). edisi keli. Singapore Pte Ltd:
elsevier.
Bulechek, gloria (2016) nursing interventions classification (NIC). edisi keen. Singapore Pte
Ltd.
LeMone, Priscillia,dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5.Alih bahasa:
Egi Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC
Potter, P.A & Perry, A.G.(2012).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik, Alih bahasa: Renata Komalasari. Jakarta :EGC.2010.