Disusun Oleh :
KELOMPOK
SEMARANG
TAHUN 2023
A. DEFINISI
Penyakit ginjal kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan
fungsi ginjal yang progresif atau irreversible yang dimana ginjal tidak mampu untuk
mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan uremia: (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah dan azotemia
kenaikan kadar kreatinin serum dan ureum darah. The National Kidney Foundation
(NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) menjelaskan CKD adalah
kerusakan dengan kadar filtrasi glomerulus (GFR) ,60ml/menit/1,73 m² selama lebih
dari 3 bulan (Black & Hawks, 2018)
B. ETIOLOGI
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi glomerulus
atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR). Penyebab gagal
ginjal kronik menurut Andra dan Yessie (2013) :
1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan
iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang paling sering adalah
Aterosklerosis pada arteri renalis yang besar, dengan konstriksi skleratik progresif
pada pembuluh darah. Hyperplasia fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar
yang juga menimbulkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu
kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati, dikarakteristikkan
oleh penebalan, hilangnya elastistisitas system, perubahan darah ginjal
mengakibatkan penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.
2. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis
3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal
dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal
melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius
bagiab bawah lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan
irreversible ginjal yang disebut pielonefritis.
4. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak meningkat
sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan
disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis yang disebabkan oleh
endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius
merusak membrane glomerulus.
5. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logam berat.
6. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan kontstriksi
uretra.
7. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama dengan kondisi
keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi cairan
didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat
konginetal (hypoplasia renalis) serta adanya asidosis.
C. PATOFISIOLOGI
Menurut Jainurakhma dkk, (2021) proses terjadinya CKD menggunakan dua sistem
pendekatan. Pertama sudut pandang tradisional mengatakan bahwa semua unit nefron
terserang penyakit namun dalam stadium yang berbeda-beda, dan bagian-bagian
spesifik dari nefron tersebut yang berkaitan dengan fungsi tertentu dapat benar-benar
rusak atau berubah strukturnya. Kedua dikenal dengan nama Hiptesa Briker atau
hipotesa nefron utuh, yang mengatakan bahwa bila nefron terserang penyakit, maka
seluruh intinya akan hancur, tetapi sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja seperti
biasa.
Uremia akan muncul bila bagian nefron yang rusak semakin banyak sehingga
keseimbangan cairan dan elektrolit tidak dapat dipertahankan lagi. Nefron yang masih
normal atau utuh akan melakukan adaptasi fungsional pada kondisi ini untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh meskipun terjadi penurunan
LFG (laju filtrasi glomerulus). Patofisiologi CKD ini dapat diuraikan dari segi hipotesa
nefrosis, meskipun penyakitnya terus berlanjut, namun jumlah cairan yang harus
diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostasis tidak berubah, walaupun
jumlah nefron yang masih berfungsi sudah menurun banyak. (Jainurakhma dkk, 2021).
Terjadi hiperifiltrasi pada nefron yang tersisa setelah mengalami kehilangan nefron
yang rusak. Meningkatnya tekanan glomerulus menyebabkan terjadinya hiperinfiltrasi.
Hiperinfiltrasi glomerulus ini menyebabkan glomerulus beradaptasi dengan cara
mempertahankan LFG, namun pada akhirnya akan menyebabkan cedera pada
glomerulus. Permeabilitas glomerulus yang abnormal merupakan hal yang umum
terjadi pada gangguan glomerulus yang menyebabkan terjadinya proteinuria. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa proteinuria inilah yang menjadi faktor yang mendorong
terjadinya penyakit tubulus interstisial. Meluasnya kerusakan primer dari tubulus
interstisial merupakan faktor risiko primer terjadinya gagal ginjal dengan segala bentuk
penyakit glomerulus (Hamzah dkk, 2021).
D. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Hamzah dkk, (2021) manifestasi klinik pada pasien CKD
dibedakan menjadi dua tahap yaitu pada stadium awal dan stadium akhir.
1. Manifestasi stadium awal: kelemahan, mual, kehilangan gairah, perubahan urinasi,
edema, hematuria, urin berwarna lebih gelap,hipertensi, kulit yang berwarna abu-
abu.
2. Manifestasi klinik pada stadium akhir:
a) Manifestasi umum (kehilangan gairah, kelelahan, edema, hipertensi, fetor
uremik)
b) Sistem respirasi: sesak, edema paru, krekels, kusmaul, efusi pleura, depresi
refleks batuk, nyeri pleuritic, napas pendek, takipnea, sputum kental,
pneumonitis uremik. Penurunan ekskresi H+ terjadi karena ketidakmampuan
tubulus ginjal untuk mensekresi NH3 (amonia) dan menyerap HCO3 (natrium
bikarbonat), serta penurunan ekskresi asam-asam organik dan fosfat. Asidosis
berkontribusi terhadap anoreksia, kelelahan, dan mual pada pasien uremik.
Pernapasan kussmaul adalah napas berat dan dalam, gejala yang jelas dari
asidosis yang disebabkan oleh kebutuhan meningkatkan ekskresi karbon
dioksida untuk mengurangi asidosis (Nurbadriyah, 2021).
c) Sistem kardiovaskuler: edema periorbital, pitting edema (kaki,tangan, sakrum),
hipertensi, friction rub pericardial, aterosklerosis, distensi vena jugularis, gagal
jantung, gangguan irama jantung, iskemia pada otot jantung, perikarditis
uremia, dan hipertrofi ventrikel kiri, hiperkalemia, hiperlipidemia, tamponade
perikardial.
d) Sistem integumen: pruritus, purpura, kuku tipis dan rapuh, kulit berwarna abu-
abu mengkilat, kulit kering, ekimosis, rambut tipis dan kasar, terjadi
hiperpigmentasi dan pucat, lesi pada kulit.
e) Sistem pencernaan: anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, perdarahan pada
mulut dan saluran cerna
f) Sistem musculoskeletal: fraktur tulang, nyeri tulang, kekuatan otot menurun,
kram otot, gangguan tumbuh kembang pda anak, footdrop
g) Sistem persarafan: kejang, penurunan tingkat kesadaran, ketidakmampuan
berkonsentrasi, perubahan perilaku, stroke, ensefalopati, neuropati otonom dan
perifer, disorientasi, kelemahan, dan kelelahan
h) Sistem reproduksi: amenorea, atrofi testis, penurunan libido, infertilitas
i) Sistem hematologi: anemia, trombositopenia.
E. PATHWAY
Penurunan Renin Meningkat Proteinura Fungsi Ginjal Turun BUN dan kreatinin naik
GFR
Angiotensin Protein dalam Eritropotin Menurun BUN dan Kreatinin Meningkat
Ginjal Tidak I Meningkat darah turun
Mampu
Mengencerkan Angiotensin Tekanan Osmotik Eritrosit Menurun Asotemia
Urin Secara II Meningkat turun
Maksimal Sindrom Uremia
Vasokonstriksi Cairan keluar ke Anemia
Pembuluh Darah Ekstravaskuler Perpospatemia Mual
HB Turun Muntah
Urin Natrium Hipertensi Edema Pruritis
Menurun naik Oksigen dalam
MK : Risiko Penurunan darah turun MK : Gangguan Integritas Kulit
Kepekatan Curah Jantung
Urin Suplai Oksigen
Menurun Masuk ke Vaskuler Total CES naik turun
MK : Pola Napas Tidak Edema Paru Tekanan Vena Bendungan Antrium Payah Jantung Kiri
Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Medika.
Jainurakhma, J. et al. 2021. Dasar-Dasar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam Dengan
Pendekatan Klinis. 1st edn. Edited by A. Karim. Yayasan Kita Menulis.
LeMone, Priscilla., Burke, Karen. M., & Bauldoff, Gerene.(2019). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Zuliani. 2021. Gangguan Pada Sistem Perkemihan. Medan: Yayasan Kita Menulis.