Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DYSPNEA EC CKD PADA NY.L


DI RUANG MELATI 1 RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun oleh:
Nama: Marisa Khusnul Firda
NIM : 920173076
Prodi : S1- Ilmu Keperawatan

UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH KUDUS


Tahun Akademik 2019/2020
Jl.Ganesha 1 Purwosari Kudus 59316
A. PENGERTIAN

Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration
rate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius)
dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Terry dan Aurora, 2013).

B. ETIOLOGI

Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler


(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen
nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes).

Penyebab GGK menurut Price, 2009, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:

1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik


2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
4. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
6. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

C. TANDA & GEJALA

Menurut Brunner & Suddart (2013) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku. Diseguilibrium syndrome : Mual, muntah ,
kelelahan dan sakit kepala
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
D. PATHOFISIOLOGI

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
( Barbara C Long, 2010)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2013)
E. PATHWAY

Infeksi saluran kemih Penyakit metabolik


Penyakit vaskular hipertensi (DM)

Gagal ginjal kronik

Iskemia Renin Fungsi Ginjal

Tahanan vaskuler Angiotensi I Produksi erit


Ginjal meningkat
Angiotensi II Pembentukan
Dorongan starting eritrosit
Peritubuler Vasokontrisi
Pembuluh darah Anemia
Ekresi NA turun
Tekanan darah Intoleransi
aktivitas
Oedema
Resiko
penurunan
PH darah turun
curah jantung

Asidosis metabolik

Ekspirasi CO2

Ketidakefektifan
poola nafas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan lab.darah

- Hematologi (Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit)


- RFT ( renal fungsi test ) (ureum dan kreatinin)
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit (Klorida, kalium, kalsium)
- koagulasi studi (PTT, PTTK)
- BGA (BUN / kreatinin, SDM, AGD, Kalium)

b. Urine

-Urine rutin
-Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu

c. Pemeriksaan kardiovaskuler

- ECG
- ECO

d. Radidiagnostik

- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :

- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri


- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal

H. PENGKAJIAN

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Keluhan utama
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Riwayat penyakit dahulu
6. Riwayat penyakit keluarga
7. Riwayat psikososial
8. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur
Kelemahan otot dan tonus, penurunan ROM
9. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada
Peningkatan JVP, tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub
10. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan
Menolak, cemas, takut, marah, irritable
11. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat warna
merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
12. Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia, mual,
muntah, rasa logam pada mulut, asites
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan
13. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan
Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma
14. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
Distraksi, gelisah
15. Pernafasan
Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), Paroksismal Nokturnal Dyspnea (+)
Batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
16. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), petekie,
ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas
17. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
18. Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya
(Doengoes, 2012)
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan dispnea
(Domain 4, Kelas 4, Kode 00032)
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
(Domain 4, Kelas 4, Kode 00240)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
(Domain 4, Kelas 4, Kode 00092)

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakuakan tindakan O : Monitor TTV
pola napas keperawatan diharapkan N : Pasang O2 bila perlu
berhubungan pasien dapat memenuhi E : Ajarkan pasien bila tidak
dengan dispnea kriteria hasil : merasa sesak napas bisa
(Domain 4, 1.TTV dalam rentang melepas oksigen
Kelas 4, Kode normal C : Kolaborasi dengan medis
00032) 2.Tidak ada sianosis dan pemberian O2
dispnea

2. Resiko Setelah dilakukan tindakan O : Monitor TTV


penurunan curah keperawatan diharapkan N : Atur periode latihan dan
jantung pasien dapat memenuhi istirahat untuk menghindari
berhubungan kriteria hasil: kelelahan
dengan beban 1. TTV normal E : Ajarkan untuk menurunkan
jantung yang 2. Dapat mentoleransi stress
meningkat aktivitas, tidak ada C : Kolaborasi dengan keluarga
(Domain 4, kelelahan untuk pemantauan stress
Kelas 4, Kode
00240)
3. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan O : Monitor TTV
aktivitas keperawatan pasien dapat
berhubungan memenuhi kriteria hasil : N : Bantu klien untuk
dengan 1. TTV normal mengidentifikasi aktivitas yang
kelemahan fisik 2. Mampu melakukan mampu dilakukan
(Domain 4, aktivitas sehari-hari E : Anjurkan aktivitas alternatif
Kelas 4, Kode secara mandiri sambil istirahat
00092) C : Kolaborasi dalam
merencanakan program terapi
yang tepat

K. PENGGUNAAN REFERENSI

Bakta, I Made & I Ketut Suastika,. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta :
EGC. 2009
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2010
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing Intervention
Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020. Jakarta: EGC. 2018.
Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2009
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC. 2013

Anda mungkin juga menyukai