Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN Tn. L DENGAN DIAGNOSA CHRONIC KIDNEY DISEASE


DI RUANG DAHLIA RSUD MARDI WALUYO BLITAR

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah

Oleh
Muhammad Ali Abror
P17210211011

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN MALANG
MEI 2023
1. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu keadaan ginjal mengalami
penurunan fungsi yang disebabkan oleh rusaknya ginjal yang berlangsung lama
atau terus menerus yang tidak dapat diubah. Penyakit ini mengakibatkan
penurunan pada meatbolisme yang menimbulkan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit pada tubuh ( Smelzer & Bare, 2013).
Pada pasien yang mengalami penyakit ini akan menimbulkan beberapa
gejala yang sangat sering dilihat. Yaitu pasien akan merasa pusing, keletihan dan
susah tidur. Hal ini sering dialami oleh pasien karena ginjal tidak dapat
memfiltrasi darah dengan sempurna.
B. Etiologi
Menurut Nuratif dan Kusuma, 2015. Ada beberapa penyebab dari CKD yang
sesuai dengan klasifikasi dan penyakitnya, yaitu:
 Penyakit infeksi peradangan tubulointerstitial (Pielonefritis kronik atau
refleks nefropati)
 Penyakit peradangan (Glomerulonefritis)
 Penyakit vaskuler hipertensif (Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis
maligna, dan Stenosis arteria renalis)
 Gangguan jaringan ikat (Lupus eritematosus sistemik, dan Poliarteritis
nodosa)
 Gangguan kongenital dan herediter (Penyakit ginjal polikistik, dan
Asidosis tubulus ginjal)
 Penyakit metabolic (Diabetes Mellitus, Goat, Hiperparatiroidisme, dan
Amiloidosis)
 Nefropati toksik (Penyalahgunaan analgesic, dan Nefropati timah)
 Nefropati obstruktif (Traktus urinarius bagian atas: batu, neoplasma,
fibrosis, retroperitoneal, Traktus urinarius bagian bawah: hipertrofi
prostat, struktur uretra, anomaly congenital, leher vesika urinaria dan
uretra).
C. Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari


tingkat penurunan LFG :

- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan


LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-
89 mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15- 29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal.

Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin


Test) dapat digunakan dengan rumus :

(140−umur)x berat badan (kg)


Clearance creatinin ( ml/ menit ) = . Pada wanita
72 x kreatinin serum
hasil tersebut dikalikan dengan 0,85.

D. Patofisiologi
 Pada seseorang yang mengalami gagal ginjal akan memiliki sebagian
nefron yang masih utuh dan sebagian rusak. Dengan adanya nefron yang
rusak akan menyebabkan peningkatan kerja pada nefron yang masih utuh.
Termasuk glomerulus, volume filtrasi, dan reabsorbsi meskipun GFR atau
daya saring menurun. Dengan peningkatan dari kerja GFR akan
menyebabkan Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri
dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-
gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai creatinin clearance turun
sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
3 produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
 Pathway

Diabetes melitus

Ketidakseimbangan gula
darah

Penurununan fungsi nefron

Kerusakan nefron

CKD

Penurunan eritrosit

Anemia

Keletihan Penurunan suplai O2


ke otak

Nyeri kepala Iskemik jaringan otak


Nyeri akut (Pusing)

Gangguan Pola Tidur


E. Tanda dan gejala
a) Menurut (Long, 1996 : 369) gejala CKD dibagi menjadi dua yaitu:
 Gejala dini : Sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi.
 Gejala yang lebih lanjut : Anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal
atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, odem yang disertai
lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
b) Menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis,
anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan
tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
c) Menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
 Gangguan kardiovaskuler Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas
akibat perikarditis, effusi perikardiac dan gagal jantung akibat
penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
 Gangguan Pulmoner Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan
sputum kental dan riak, suara krekels.
 Gangguan gastrointestinal Anoreksia, nausea, dan fomitus yang
berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan
pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas
bau ammonia.
 Gangguan muskuloskeletal Resiles leg sindrom ( pegal pada
kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet syndrom ( rasa
kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati
( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
 Gangguan Integumen kulit berwarna pucat akibat anemia dan
kekuning – kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal
akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
 Gangguan endokrim Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi
menurun, gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic
glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
 Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia.
 System hematologi anemia yang disebabkan karena berkurangnya
produksi eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum –
sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan
fungsi trombosis dan trombositopeni.
F. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan lab.darah
 Hematologi (Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit)
 RFT ( renal fungsi test ) (ureum dan kreatinin)
 LFT (liver fungsi test )
 Elektrolit (Klorida, kalium, kalsium)
 koagulasi studi (PTT, PTTK)
 BGA
b) Urine
 urine rutin
 urin khusus (benda keton, analisa kristal batu)
c) pemeriksaan kardiovaskuler
 ECG
 ECO
d) Radidiagnostik
 USG abdominal
 CT scan abdominal
 BNO/IVP, FPA
 Renogram
 RPG ( retio pielografi )
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
 Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
 Observasi balance cairan
 Observasi adanya odema
 Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
 Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergency. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
 Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung
( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
 Pengambilan batu
 Transplantasi ginjal
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
 Identitas, Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, dan
diagnosa medis.
 Identitas keluarga, Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
alamat, dan nomor telepon yang dapat dihubungi.
 Keluhan utama, Biasanya pasien yang mengalami CKD akan mengeluh lemah
dan sering merasa pusing yang diikuti dengan nyeri pada kepala dan kencing
yang sedikit.
 Riwayat penyakit sekarang, Menjelaskan bagaimana proses penyebab gejala
tersebut timbul.
 Riwayat penyakit dahulu, Pada pengkajian ini mungkin ditemukan adanya
penyakit atau faktor yang menyebabkan CKD.
 Riwayat kesehatan keluarga, Penyakit kongenital keluarga yang berhubungan
dengan penyakit CKD.
 Pemeriksaan tanda tanda vital dan kondisi umum pasien
 Sistem pernafasan, pada pasien yang mengalami CKD akan mengalami
gangguan pernafasan dikarenakan O2 yang dibawah tidak maksimal. Hal ini
jarang terjadi pada seorang yang mengalami CKD.
 Sistem kardiovaskuler, Pada pasien CKD akan rentan memiliki penyakit
jantung, hal ini darah dihasilkan dari ginjal yang rusak sehingga
mempengaruhi kondisi jantung.
 Sistem persyarafan, GCS, reflek fisiologis dan patologis, keluhan pusing, dan
pemeriksaan 12 saraf kranial.
 Sistem perkemihan, Pada pasien CKD akan memiliki gejala yang mudah
dilihat dari urin, karena urin merupakan hasil dari ginjal.
 Pola tidur, Klien akan merasakan nyeri, akan mengganggu pola dan kebutuhan
tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur,
suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan
obat tidur (Padila, 2012). Tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan,
peka terhadap rangsang, stimulasi simpatis
 Sistem integumen, pada pengkjian ini dilakukan penilaian integument untuk
mengetahui adanya kerusakan akibat CKD.
B. Diagnosa keperawatan
 Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisiologis
 Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
C. Rencana keperawatan
 Nyeri Akut
Diagnosa Luaran dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
(D.0077) tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama …  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
x24 jam, diharapkan  Identifikasi skala nyeri
tingkat nyeri menurun  Identifikasi respons nyeri nonverbal;
dengan kriteria hasil :  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
1) Keluhan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
menurun (5)
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
2) Meringis menurun
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
(5)
 Monitor keberhasilan terap komplementer yang sudah diberikan
3) Sikap protektif
 Monitor efek samping penggunaan analgetik.
menurun (5)
Terapeutik
4) Gelisah menurun (5)
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
5) Kesulitan tidur
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
menurun (5)
ompres hangat/dingin, terapi bermain)
6) Frekuensi nadi
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
membaik (5)
kebisingan)
(L.08066)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Pemberian Analgetik (I.02061)


Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (mis. Narkotika, non-narkotik, atau NSAIO) dengan
tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesic
 Monitor efektifitas analgetsik
Terapeutik
 Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia optimal. jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar
dalam serum
 Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respons pasien
 Dokumentasikan respons terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, jika perlu

 Keletihan
Diagnosa Luaran dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan hasil
Keletihan Setelah dilakukan Edukasi aktivitas dan istirahat (I.12362)
(D.0057) tindakan asuhan
Observasi
keperawatan selama …
x24 jam, diharapkan  Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
tingkat keletihan
Terapeutik
menurun dengan kriteria
hasil :  Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
1) Verbalisasi  Jadwalkan pemberian Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
kepulihan energi  Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
meningkat (5)
Edukasi
2) Tenaga meningkat
(5)  Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
3) Kemampuan  Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas lainnya
melakukan aktivitas  Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
rutin meningkat (5)  Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis: kelelahan, sesak napas saat aktivitas)
4) Verbalisasi Lelah  Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan.
menurun (5)
5) Lesu menurun (5) Manajemen energi (I.05178)
(L.05046)
Observasi

 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik

 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi

 Anjurkan tirah baring


 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan


 Gangguan pola tidur
Diagnosa Luaran dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan hasil
Gangguan Setelah dilakukan Dukungan tidur (I.5174)
pola tidur tindakan asuhan
Observasi
(D.0055) keperawatan selama …
x24 jam, diharapkan  Identifikasi pola aktivitas dan tidur
pola tidur membaik  Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
dengan kriteria hasil :  Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis: kopi, teh, alcohol, makan
1) Keluhan sulit tidur mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
menurun (5)  Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2) Keluhan sering
Terapeutik
terjaga menurun (5)
3) Keluhan tidak puas  Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
tidur menurun (5)  Batasi waktu tidur siang, jika perlu
4) Keluhan pola tidur  Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
berubah menurun  Tetapkan jadwal tidur rutin
(5)  Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis: pijat, pengaturan posisi, terapi
5) Keluhan istirahat akupresur)
tidak cukup  Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau Tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga
menurun (5)
(L.05045)
Edukasi

 Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit


 Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis: psikologis,
gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya

Edukasi aktivitas dan tidur (I.12362)

Observasi

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik

 Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat


 Jadwalkan pemberian Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya

Edukasi

 Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin


 Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas lainnya
 Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
 Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis: kelelahan, sesak napas saat aktivitas)
 Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2013). Keperawatan Medikal Bedah edisi: 8. Jakarta: EGC.

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.

Nuratif, Huda Amin & Kusuma Hadi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis &
NIC-NOC. Yogyakarta: Medication Publishing.

Smeltzer, C Suzanne & Bare, G Brenda. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth, Ed.8, Vol.2. Jakarta: EGC.

Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai
Penerbit FKUI.

PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai