Oleh :
1. Definisi
Penyakit Gagal Ginjal Kronik adalah suatu proses patologis dengan etiologi yang
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir
dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal. Uremia adalah
suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan
fungsi ginjal pada penyakit gagal ginjal kronik.
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif
dan ireversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit yang mengakibatkan uremia atau azotemia
(peningkatan BUN dan kreatinin serum) (Brunner&Suddarth, 2002)
Menurut Sekarwana (2006) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi kondisi uremia, masa pada pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan
ginjal. Usia pasien dan kondisi yang dapat mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal
ginjal kronis adalah sebagai berikut:
1) Manifestasi Kardioveskuler.
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), piting edema (kaki, tangan, sakrum), edema periorbital,
friction rub perifordial, pembesaran vena lehel.
2) Manifestasi Pulmoner.
Adanya sputum kental, napas dangkal, pernapasan kusmaul.
3) Manifestas Gastrointestinal.
Napas berbau amnia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, muntah, konstipasi dan
diare, pendarahan saluran gastrointestinal.
4) Manifestasi Neurologi.
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan prilaku.
5) Manifestasi Muskuloskeletal.
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.
6) Manifestasi Reproduksi.
Amenore dan atrofi testikoler
Selain tanda dan gejala yang ada diatas ada juga tanda dan gejala pada
penderita gagal ginjal kronik, diantaranya adalah:
1) Hipertensi
Sering ditemukan dan dapat diakibatkan oleh meningkatnya produksi renin dan
angiotensin, atau akibat kelebihan volume yang di sebabkan oleh retensi garam
dan air.
2) Kelainan kardiopulmoner
Gagal jantung kongestik dan edema paru – paru terjadi akibat kelebihan volume.
3) Kelainan Hematomegali
Selain anemia,pasien dengan gagal ginjal memiliki waktu perdarahan yang lebih
lama dan kecenderungan untuk berdarah, meskipun waktu protombin, waktu
trombo plastin varsal, dan hitung trombisit normal.
4) Efek Gastrointestinal
Anoreksia, mual, dan muntah-muntah terjadi pada uremia.
5) Osteodistrofi Ginjal
Hiperparatiroidisme menyebabkan ostetis vibrosa kristika dengan pola radiologi
yang klasik berupa resopsi tulang superiostial (yang paling muda dilihat pada
valaks distal dan valaks pertengahan jari kedua dan ketiga), osteomalasia, dan
kadanag- kadang osteoporosis.
6) Efek Neoropati
Neoropati urenia terutama melibatkan tungkai bawah dapat menyebabkan gejala
‘Resttlig’ kejang,dan poot drop bila berat .
7) Efek immunologi
Pasien dengan gagal ginjal dapat sering mengalami infeksi baterial yang berat
karena menurunnya fungsi limposit dan geanulosit drop bila berat.
8) Efek demakologis.
Pruretos sering di temukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis.
3. Pathway
4. Klasifikasi
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG :
- Stadium I : Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG yang
masih normal (> 90 mL / menit / 1,73 m2
- Stadium II : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL /
menit /1,73 m2
- Stadium 3 : Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73 m2
- Stadium 4 : Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 mL/menit/1,73 m2
- Stadium 5 : Kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73 m2 atau gagal
ginjal terminal
Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin Test) dapat
digunakan dengan rumus :
(140-umur) x berat badan (kg)
Clearance creatinin (ml/ menit) =
72 x creatinin serum
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan yang
bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki
fungsi yang banyak, sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan
mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah
tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh gagal ginjal kronis (Robinson, 2013; Judith,
2006)
1. Ginjal dan gastrointestinal
Biasanya ditunjukkan dengan neuropati perifer, nyeri, gatal pada lengan dan
kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya memori
menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan kejang.
Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan metabolic encephalophaty.
7. Gangguan endokrin
6. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
1) Urine
a. Volume, biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau anuria
b. Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh
pus, bakteri, lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat.
c. Berat jenis urine, kurang dari 1,015
d. Klirens kreatinin, menurun
PCO2 < 35
g. Kalsium menurun
7. Penatalaksanaan medis
Adapun penatalaksanaan medis yang diberikan pada penderita gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut:
a. Dialisis (cuci darah)
Untuk pasien yang mengalami cuci darah, maka asupan sumber protein yang
harus dikonsumsi adalah sebesar 1-1,2 gram/kg BB. Ini berarti, misalnya saja
kita memiliki berat badan 60kg, maka dalam satu hari protein yang harus
didapatkan adalah sebanyak 60-72 gram.
d. Transfusi darah
e. Transplantasi ginjal
8. Komplikasi
1. Asidosis metabolik
Abnormalitas utama yang lain pada gagal ginjal kronis adalah gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki
hubungan saling timbal balik: jika satunya meningkat, yang lain akan menurun.
Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar
fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar
serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun demikian,
pada gagal ginjal, tubuh tidak berespons secara normal terhadap peningkatan
ekskresi parathormon, dan akibatnya, kalsium di tulang menurun, menyebabkan
perubahan pada tulang dan penyakit tulang. Selain itu, metabolit aktif vitamin D
(1,25- dihidrokolekalsiferol) yang dibuat di ginjal juga menurun akibat
berkembangnya gagal ginjal. (Brunner&Suddarth)
3. Penyakit tulang
Anemia terjadi pada 80-90% penderita gagal ginjal kronik. Anemia pada gagal
ginjal kronik disebabkan oleh defisiensi eritropoitin. Hal-hal lain yang ikut
berperan terjadinya anemia adalah defisiensi besi, kehilangan darah (misal,
hematuria), masa hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya hemolisis, defisiensi
asam folat, penekanan sumsum tulang oleh substansi uremik, proses inflamasi akut
maupun kronik (Ketut Suwitra, 2009)
6. Disfungsi seksual
1. Pengkajian Keperawatan
Tanda-tanda vital
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat
dan reguler.
Antropometri
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi,
atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebian cairan.
Kepala
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir
kering dan pecah-pecah dan lidah kotor.
Leher dan tenggorok
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan
pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara
tambahan pada jantung.
Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
Genital
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
Ekstremitas
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refil lebih dari 1 detik.
Kulit
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat /
uremia, dan terjadi perikarditis.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Defisit Nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119) 1. Mengetahui status nutrisi pasien
Definisi : keperawatan ..x.. jam Observasi : 2. Mengetahui apakah
Asupan nutrisi tidak cukup diharapkan Status Nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi pasien memiliki
untuk memenuhi kebutuhan (L.03030) membaik dengan 2. Identifikasi alergi dan alergi/intoleran makanan
metabolisme kriteria hasil : intoleransi makanan 3. Mengetahui makanan yang
1. Porsi makanan 3. Identifikasi makanan yang disukai disukai pasien
Penyebab :
yang dihabiskan 4. Identifikasi kebutuhan kalori 4. Mengetahui kebutuhan nutris
1. Ketidakmampuan menelan
meningkat dan jenis nutrient pasien
makanan
2. Kekuatan otot 5. Identifikasi perlunya penggunaan 5. Mengetahui apakah pasien
2. Ketidakmampuan
pengunyah meningkat selang nasogastric memerlukan pemasangan NGT
mencerna makanan
3. Kekuatan otot menelan 6. Monitor asupan makanan 6. Memantau asupan makanan
3. Ketidakmampuan
mengabsobsi nutrien meningkat 7. Monitor berat badan pasien sesuai diet
4. Serum albumin
4. Peningkatan kebutuhan meningkat 8. Monitor hasil pemeriksaan 7. Memantau berat badan
metabolism 5. Verbalisasi keinginan laboratorium pasien apakah ada
5. Faktor ekonomi untuk meningkatkan Terapeutik : peningkatan
(mis. finansial tidak nutrisi meningkat 9. Lakukan oral hygiene sebelum 8. Mengetahui hasil dari serum
mencukupi) 6. Pengetahuan tentang makan, jika perlu albumin apakah
6. Faktor psikologis(mis. pilihan makanan 10. Fasilitasi menentukan pedoman diet meningkat/terjadi penurunan
stress, keengganan untuk yang sehat (mis. piramida makanan) 9. Agar pasien tidak merasakan
makan) meningkat 11. Sajikan makanan secara menarik dan rasa yang aneh
7. Pengetahuan tentang suhu yang sesuai 10. Agar pasien juga ikut serta
Gejala dan Tanda Mayor
pilihan minuman 12. Berikan makanan tinggi serat untuk dalam pembentukan
Subjektif
yang sehat meningkat mencegah konstipasi dietnya
(Tidak tersedia)
8. Pengetahuan tentang 13. Berikan makanan tinggi kalori dan 11. Agar napsu makan pasien
Objektif
standar asupan tinggi protein meningkat
1. Berat badan menurun
nutrisi yang tepat 14. Berikan suplemen makanan, jika 12. Agar tidak terjadi konstipasi
minimal 10% dibawah
meningkat perlu 13. Agar pasien mempunyai tenaga
rentang ideal
9. Penyiapan dan 15. Hentikan pemberian makanan 14. Agar terjadi peningkatan
Gejala dan Tanda Minor penyimpanan makanan melalui selang nasogatrik jika asupan napsu makan
Subjektif yang aman oral dapat ditoleransi 15. Agar pasien mendapat asupan
1. Cepat kenyang setelahmakan 10. Penyiapan dan Edukasi : nutrisi yang lebih banyak
2. Kram/nyeri abdomen penyimpanan minuman 16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu 16. Agar pasien
3. Nafsu makan menurun yang aman 17. Ajarkan diet yang diprogramkan tidak
11. Sikap terhadap Kolaborasi : tersedak/muntah
makanan/minuman sesuai 17. Agar pasien tetap makan
dengan tujuan kesehatan dg porsi diet yang
diberikan
18. Agar pasien dengan nyaman
Objektif Meningkat 18. Kolaborasi pemberian medikasi Makan
1. Bising usus hiperaktif 12. Perasaan cepat sebelum makan (mis.pereda nyeri, 19. Agar nutrisi pasien tercukupi
2. Otot pengunyah lemah kenyang menurun antlemetik), jika perlu
3. Otot menelan lemah 13. Nyeri abdomen menurun 19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
4. Membran mukosa pucat 14. Sariawan menurun menentukan jumlah kalori dan jenis
5. Sariawan 15. Rambut rontok menurun nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
6. Serum albumin turun 16. Diare menurun
7. Rambut rontok berlebihan 17. Berat badan membaik
8. Diare 18. Indeks Massa
Tubuh (IMT) membaik
Kondisi Klinis Terkait
19. Frekuensi makan
1. Stroke
membaik
2. Parkinson
20. Nafsu makanmembaik
3. Mobius syndrome
21. Bising usus membaik
4. Cerebral palsy
22. Tebal lipatan kulit
5. Cleft lip
trisep membaik
6. Cleft palate
23. Membran mukosa
7. Amyotropic lateral sclerosis
membaik
8. Kerusakan neuromuscular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn’s
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi (I.02079) 1. Mengetahui apakah
(D.0009) keperawatan ..x.. jam Observasi : sirkulasinya bagus atau
Definisi : diharapkan Perfusi Perifer 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi terjadi gangguan perfusi
Penurunan sirkulasi darah pada (L.02011) meningkat dengan perifer, edema, pengisian kapiler, 2. Mengetahui factor resiko
level kapiler yang dapat kriteria hasil : warna, suhu, ankle-brachial index) yang ada
mengganggu metabolisme 1. Denyut nadi perifer 2. Identifikasi factor risiko gangguan 3. Memantau tanda-tanda infeksi
tubuh. meningkat sirkulasi (mis. diabetes, perokok, 4. Agar tidak memperberat
2. Penyembuhan luka orang tua, hipertensi dan kadar kondisi keterbatasan perfusi
Penyebab :
meningkat kolesterol tinggi) 5. Agar tidak memperberat
1. Hiperglikemi
3. Sensasi meningkat 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, kondisi keterbatasan perfusi
2. Penurunan konsentrasi
4. Warna kulit atau bengkak pada ekstremitas 6. Agar tidak memperberat
hemoglobin
pucat menurun Terapeutik : kondisi keterbatasan perfusi
3. Peningkatan tekanan darah
5. Edema perifer menurun 4. Hindari pemasangan infus atau 7. Agar tidak terjadi infeksi
4. Kekurangan volume cairan
6. Nyeri ekstremitas pengambilan darah di area 8. Agar sirkulasi padaekstremitas
5. Penurunan aliran arteri/vena
menurun keterbatasan perfusi bawah tidak terganggu
6. Kurang terpapar informasi
7. Parastesia menurun 5. Hindari pengukuran tekanan darah 9. Agar tidak terjadi dehidrasi
tentang factor pemberat (mis.
8. Kelemahan otot menurun pada ekstremitas dengan 10. Agar tidak terjadi
merokok, gaya hidup
9. Kram otot menurun keterbatasan perfusi Ketidakefektifan dalam
monoton, trauma, obesitas,
10. Bruit femoralis menurun 6. Hindari penekanan dan pemasangan
asupan garam, imobilitas)
7. Kurang terpapar informasi 11. Nekrosis menurun tourniquet pada area yang cedera pertukaran gas
tentang proses penyakit 12. Pengisian kapiler 7. Lakukan pencegahan infeksi 11. Agar sirkulasi menjadi lancar
(mis. diabetes militus, membaik 8. Lakukan perawatan kaki dan kuku 12. Agar kulit tetap lembab
hyperlipidemia) 13. Akral membaik 9. Lakukan hidrasi 13. Agar tidak terjadi syok
8. Kurang aktivitas fisik 14. Turgor kulit membaik Edukasi : 14. Agar tekanan darah terkontrol
15. Tekanan darah sistolik 10. Anjurkan berhenti merokok 15. Agar sirkulasi tetap bagus
Gejala dan Tanda Mayor
membaik 11. Anjurkan berolahraga rutin 16. Agar kulit tetap lembab
Subjektif
16. Tekanan darah 12. Anjurkan mengecek air mandi untuk 17. Agar tidak terjadi
(Tidak tersedia)
diastolic membaik menghindari kulit terbakar arteriosclerosis yang dapa
Objektif
17. Tekanan darah rata-rata 13. Anjurkan menggunakan obatpenurun menyebabkan suplay darah
1. Pengisian kapiler >3 detik
membaik tekanan darah, antikoagulan, dan pada ginjal menurun
2. Nadi perifer
18. Indeks ankle-brachial penurun kolesterol, jika perlu 18. Agar sirkulasi menjadi lancer
menurun/tidak teraba
membaik 14. Anjurkan minum obat pengontrol 19. Meminimalisir mendapat
3. Akral dingin
tekanan darah secara teratur pertolongan yang terlambat
4. Warna kulit pucat
15. Anjurkan menghindari penggunaan
5. Turgor kulit menurun
obat penyekat beta
Gejala dan Tanda Minor 16. Anjurkan melakukan perawatan kulit
Subjektif yang tepat (mis. melembabkan kulit
1. Parastesia kering pada kaki)
2. Nyeri ekstremitas 17. Anjurkan program rehabilitasi
(klaudikasi intermiten) Vaskuler
Objektif 18. Ajarkan program diet untuk
1. Edema memperbaiki sirkulasi (mis. rendah
2. Penyembuhan luka lambat lemak jenuh, minyak ikan omega
3. Indeks ankle-brachial <0,90 3)
4. Bruit femoral 19. Informasikan tanda dan gejaladarurat
yang harus dilaporkan (mis. rasasakit
Kondisi Klinis Terkait
yang tidak hilang saat istirahat, luka
1. Tromboflebitis
tidak sembuh, hilangnya rasa)
2. Diabetes militus
3. Anemia
4. Gagal jantung kongestif
5. Kelainan jantung kongenital
6. Trombosis arteri
7. Varises
8. Trombosis vena dalam
9. Sindrom kompartemen
5. Intoleransi Aktivitas (D.0056) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I.05178) 1. Mengetahui aktivitas yang
Definisi : keperawatan ..x.. Observasi : cocok
Ketidakcukupan energy untuk jam diharapkan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh 2. Mengetahui tingkat kelelahan
melakukan aktivitas sehari-hari Toleransi Aktivitas yang mengakibatkan kelelahan yg dialami
(L.05047) 2. Monitor kelelahan fisik dan 3. Mengetahui faktor kelelahan
hasil :
Penyebab : 1. Frekuensi nadi meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur yang dialami
1. Ketidakseimbangan 2. Saturasi oksigen 4. Monitor lokasi dan 5. Agar klien merasa nyaman
antara suplai dan kebutuhan meningkat ketidaknyamanan selama melakukan 6. Agar tidak terjadi kaku
oksigen 3. Kemudahan dalam aktivitas sendi dan pengecilan otot
2. Turah baring melakukan aktivitas Terapeutik : 7. Agar klien tenang
3. Kelemahan sehari-hari meningkat 5. Sediakan lingkungan nyaman dan 8. Agar terjadi mobilisasi
4. Imobilitas 4. Kecepatan berjalan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, 9. Agar klien tidak kelelahan
5. Gaya hidup monoton meningkat kunjungan) 10. Agar klien tidak kelelahan
5. Jarak berjalanmeningkat 6. Lakukan latihan rentang gerak 11. Agar segera diberi
Gejala dan Tanda Mayor
6. Kekuatan tubuh bagian pasif/aktif penanganan yang tepat
Subjektif
atas meningkat 7. Berikan aktivitas distraksi yang 12. Agar klien dapat melakukan
1. Mengeluh lelah
7. Kekuatan tubuh bagian menenangkan strategi koping secara mandiri
Objektif
bawah meningkat 8. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, 13. Agar mendapat diet yang tepat
1. Frekuensi jantung
8. Toleransi dalam jika tidak dapat berpindah/berjalan
meningkat >20% dari
menaiki tangga Edukasi :
kondisi istirahat
meningkat 9. Anjurkan tirah baring
Gejala dan Tanda Minor 9. Keluhan lelah menurun 10. Anjurkan melakukan aktivitas secara
Subjektif 10. Dispnea saat bertahap
1. Dispnea saat/setelah aktivitas beraktivitas menurun 11. Anjurkan menghubungi perawat jika
2. Merasa tidak nyaman setelah 11. Dispnea setelah tanda dan gejala kelelahan tidak
beraktivitas beraktivitas menurun berkurang
12. Perasaan lemah menurun 12. Ajarkan strategi koping untuk
13. Aritmia saat beraktivitas
3. Merasa lemah Menurun mengurangi kelelahan
Objektif 14. Aritmia Kolaborasi :
1. Tekanan darah berubah setelah beraktivitas 13. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
>20% dari kondisiistirahat menurun cara meningkatkan asupan makanan
2. Gambaran 15. Sianosis menurun
EKG menunjukkan 16. Warna kulit membaik
aritmia saat/setelah aktivitas 17. Tekanan darah membaik
3. Gambaran 18. Frekuensi nafas membaik
EKG menunjukkan iskemia 19. EKG iskemiamembaik
4. Sianosis
Kolaborasi :
Kondisi Klinis Terkait :
Kolaborasi pemberian obat
1.Penyakit kronis progresif
antiansietas, jika perlu
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana Operasi
5. Kondisi diagnosis
penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang
4.Implementasi
5.Evaluasi
• Evaluasi formatif
• Evaluasi sumatif
DAFTAR PUSTAKA
Andre Saferi Wijaya, Yessie Mariza Putri. 2013. Medical Book KMB Keperawatan
Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa) Swann Morton England B.S. Teori dan
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
M. Clevo Rendy, Margareth TH. 2012. Medical Book Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah dan Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika
SDKI. 2016 . Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
SLKI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
Mengetahui
Pembimbing/CI Mahasiswa
NIP.198501212010011018 NIM.P07120219073
Pembimbing/CT
NIP.195910151986032000