Disusun oleh :
Rensi Runtuwarow, S.Kep
200141040242
A. DEFINISI
CKD (Chronic Kidney Disease) atau gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009). Gagal ginjal kronik merupakan gangguan
fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun
elektrolit, sehingga timbul gejala uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah).
B. ETIOLOGI
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler
(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik),
agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes)
Penyebab GGK menurut Price, 2006, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain :
Infeksi misalnya pielonefritis kronik
Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat,
striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat
disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode
adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron
rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya
karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas
dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah
hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah dari itu ( Barbara C Long,
2006).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner
& Suddarth, 2001).
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
c. Sitem hematologi
Pada kondisi uremia berat Tindakan auskultasi akan menemukan adanya
friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda
dan gejala gagal jantung kongestif. TD meningkat, akral dingin, CRT > 3
detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak napas, gangguan irama jantung, edem
penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantung akibat
hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai
akibat dari penurunan produksi eritropoitin, lesi gastrointestinal uremik,
penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran
GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.
d. Sistem neuromuscular
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti
perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya
kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, retless leg
syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
e. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas
system rennin angiostensin aldosteron. Nyeri dada dan sesak napas akibat
perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis
yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
f. Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki
akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain
juga dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada wanita timbul gangguan
menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea.
Gangguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit)
terjadi penuruna klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon
aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat
penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan
gangguan metabolism vitamin D.
g. Sistem Perkemihan
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido
berat
h. Sistem pencernaan
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder
dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna
sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
i. Sistem Muskuloskeletal
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus,
demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang,
deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi, keterbatasan
gerak sendi. Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari
anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin dan
retensi cairan dan natrium
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
mual muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus
sekunder terhadap adanya edema pulmoner.
7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak
seimbangan cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan
vaskuler sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung
(ketidak seimbangan elektrolit)
PENGKAJIAN FISIK KEPERAWATAN
Nama/RM : R.M
JenisKelamin : Perempuan
Umur : 55 thn
Ruangan : Edelweis 2
Data Pengkajian
Tanggal : 14/09/21 Jam : 14.05 S : 35 ̊C R : 20x/mnt N : 76x/mnt
Cara dengan : TD : 80/57 mmHg
⃝ Jalan kaki ⃝ Kursi roda Cara Ukur : ⃝ Berdiri √ Berbaring ⃝ Duduk
√ Brankard ⃝ Lainnya :
Datang melalui :
√ UGD ⃝ Poliklinik
⃝ OK ⃝ Lainnya :
Diagnosa Masuk : CKD
Diagnosis Medis : …………………………
Keluhan utama : lemah badan, nyeri di kaki dirasakan hilang timbul
√ Gangguan Penglihatan :
⃝Gangguan pendengaran :
⃝ Gangguan penciuman :
⃝Kemerahan : ⃝Bengkak: ⃝Drainase:
⃝Nyeri : ⃝Lesi:
Catatan:
⃝Kananatas/bawah⃝Kiriatas/bawah
Grade Keterangan
Derajat
√ Mual/ Muntah:
√ penurunan BB > 10% satu bulan terakhir: ⃝ Dekubitus : Stage 1/2/3/4
√ perubahan nafsu makan lebih/kurang dari 3 hari ⃝ TPN/PPN/ tube feeding
⃝ Diare-frekuensi : /hari ⃝ Malnutrisi
Skala Keterangan
NUTRISI
< 20 Kurus
IMT
20-25 Normal
26-29 Obesitas I
>30 Obesitas II
Catatan :
1 4
EYE
2
3
4 Spontan membuka mata tampa di beri rangsangan
VER
1 4
2
GCS
BAL
3
4 Mampu berkomunikasi tapi hanya mengeluarkan kata-kata saja bukan
kalimat yang begitu jelas
5
1 5
2
MOVEMENT
3
4
5 Mampu mengangkat tangan ketika diberikan rangsangan nyeri dan
mampu menunjukan area yang sakit
6
TOTAL 13
⃝ Konfusi ⃝ Sedasi ⃝ Pupil non reaktif ⃝ vertigo ⃝ Tremor ⃝ tidak seimbang
⃝ Koma ⃝ letargi ⃝ afasia⃝ Sakit kepala ⃝ mati rasa ⃝ Paralise
⃝ Semi-koma ⃝ Suara serak ⃝ Seizure ⃝ Tingling √ Kelemahan
Catatan :
Catatan :
BAB pencahar
Mengendalikan rangsang 1. Pakai kateter/ 2. √ Kadang tak 3. Mandiri
BAK tak terkendali terkendali
Membersihkan diri 1. √ Butuh 2. Mandiri
bantuan
Melepas dan memakai 1. √ Tergantung 2. Tergantung pada 3. Mandiri
celana, membersihkan, orang lain pada beberapa kegiatan
menyiram jamban setiap kegiatan
Makan 1. √ Tidak mampu 2. Perlu dibantu 3. Mandiri
memotong makanan
Berubah posisi dari 1. Tidak mampu 2. √ Dibantu lebih dari 2 3. Dibantu 1 4. Mandiri
berbaring keduduk orang atau 2
orang
Berpindah/berjalan 1. √ Tidak mampu 2. Dengan kursi roda 3. dibantu 1 4. mandiri
al Status Assassment)
orang
Memakai baju 1. √ tergantung 2. sebagian dibantu 3. mandiri
Naik turun tangga 0. √ tidak mampu 1. sebagian dibantu 2. mandiri
Mandi 1. √ tergantung 2. mandiri
Total Skor
Keterangan :
20 : Mandiri, 12-19 : ketergantungan ringan, 9-11 : ketergantungan sedang, 5-8 : ketergantungan berat,
0-4 : ketergantungan total
Riwayat jatuh 3 bulan terakhir Tidak = 0 √ Ya = 25
FALL RISK
0√
Total Skor
Keterangan :
0-24 : tidak beresiko, 25-50 : resiko rendah, > 50 : resiko tinggi
Skala nyeri : 4 ⃝ Skala angka ⃝ Face scale
Lokasi : kaki
Onset :
Paliatif :
Kualitas :
Medikasi :
NYERI
Efeknyeri :
⃝ Hubungan relasi ⃝ tidur ⃝ Nafsu makan ⃝ aktivitas ⃝ Emosi ⃝ Lainnya :
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.
2 (D.0057) Keletihan b,d Setelah dilakukan Manajemen Energi
kondisi fisiologis intervensi selama 2x8 jam, Observasi:
(anemia) d.d : maka (L.05046) Tingkat o Identifikasi gangguan
Data Subjektif: Keletihan Menurun fungsi tubuh yang
- pasien mengeluh dengan kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
lemah - Tenaga meningkat o Monitor fisik dan
Data Objektif: - Verbalisasi lelah emosional
- Pasien tampak menurun o Monitor pola dan jam
lesu - Lesu menurun tidur
- Wajah pucat - Pola istirahat Terapeutik:
- Hb 7.4 g/dL membaik o Sediakan lingkungan
- Td 80/50 mmHg nyaman dan rendah
stimulus (Cahaya, suara,
kunjungan)
o Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
Edukasi:
o Anjurkan menghubungi
perawarr jika tanda dan
gejala kelehan tidak
berkurang
Kolaborsi:
o Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
ketidakmampuan intervensi keperawatan Observasi:
menelan makanan d.d: selama 2x8 jam, maka o Identifikasi status nutrisi
Data Subjektif: Status Nutrisi Membaik o Monitor asupan makanan
o Pasien dengan kriteria hasil: o Identifikasi kebutuhan
mengatakan o napsu makan kalori dan jenis nutrien
nafsu makan membaik o Monitor hasil
menurun dan o frekuensi makan pemeriksaan laboratorium
terkadang membaik Terapeutik:
merasa mual dan o kekuatan otot o Berikan makanan tinggi
muntah mengunyah/menela kalori tinggi protein
Data Objektif: n meningkat o Hentikan pemberian
o Klien tampak makan melalui selang
lemah nasogratic jika asupan oral
o warna bibir dapat di toleransi
pucat Edukasi:
o Terjadi o Anjurkan posisi duduk
penurunan berat jika mampu
badan setelah Kolaborasi:
pasien sakit dari o Kolaborasi pemberian
kurang lebih 55 medikasi sebelum makan
kg manjadi 39 (mis. Pereda nyeri, anti
kg. emetiv), jika perlu
o Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
13.00
Mengukur TTV
Hasil/respon:
- TD: 80/60 mmhg
- SB: 36,5°C
- R: 20 x/m
- N: 64 x/m