Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE


(CKD)

OLEH :
Yuniar Riskyani Darusman
BT2001061
3B

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2023
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau
tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif
dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit,
sehingga timbul gejala uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah).
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi
dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2012).

2
B. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari
penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary
illnes).Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain
itu ada penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis diantaranya:
(Darmawan, 2019).
1. Penyakit dari ginjal :
a. Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis.
b. Infeksi kronis : pyelonefritis, ureteritis.
c. Batu ginjal : nefrolitiasis.
d. Kista di ginjal : polcystis kidney.
e. Trauma langsung pada ginjal.
f. Keganasan pada ginjal.
g. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
2. Penyakit umum di luar ginjal:
a. Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b. Dyslipidemia
c. SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
d. Infeksi di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
e. Preeklampsia
f. Obat-obatan
g. Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)
C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring.Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak.Beban bahan yang
harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat

3
diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk
sisa.Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas
dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80% - 90%.Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai
kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialysis(Brunner & Suddarth, 2017).
D. Manifestasi klinis
Menurut Brunner & Suddart (2012) setiap sistem tubuh pada gagal
ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan
menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi
yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai
berikut :
1. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi
sistem rennin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan,
sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena
leher.
2. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
4. Manifestasi Gastrointestinal

4
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
5. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku. Diseguilibrium
syndrome : Mual, muntah , kelelahan dan sakit kepala
6. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
7. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
E. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan
mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Sudoyo
(2016) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme,
dan masukan diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

5
F. Pemeriksaan penunjang
Menurut Anggraini, (2016) Didalam memberikan pelayanan
keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan lab.darah
a. Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
b. RFT ( renal fungsi test )
c. LFT (liver fungsi test )
d. Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
e. koagulasi studi
PTT, PTTK, BGA
2. Urine
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
4. Radidiagnostik
1) USG abdominal
2) CT scan abdominal
3) BNO/IVP, FPA
4) Renogram
5) RPG ( retio pielografi )
G. Penatalaksanaan medis
Menurut Anggraini, (2016) Penatalaksanaan keperawatan pada pasien
dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis

6
a. Peritoneal dialysisbiasanya dilakukan pada kasus – kasus
emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja
yang tidak bersifat akut adalah capd ( continues ambulatori
peritonial dialysis )
b. Hemodialisisyaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif
di vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis
dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah
maka dilakukan :
c. Av fistule : menggabungkan vena dan arteri
d. Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung )
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal

7
II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan
mengacu pada sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga
yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh
berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan
sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan
lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian
CKD.Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama
dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum /
mengandungbanyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak
sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam
kurun waktu 6 bulan.Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah,
asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara
tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.

8
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas
nyeri.Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan
nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan
cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat
kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut
bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan
lidah kotor.
e. Leher dan tenggorokan.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.
Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,
terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat
pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema,
pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.

9
j. Kulit
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang sering mungkin muncul pada kasus CKD yaitu :
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, (2018).
No Diagnosis keperawatan
1. Hipervolemi berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
dibuktikan dengan :
DS :
1. Ortopnea
2. Dispnea
3. Paroxymal nocturnal Dyspnea (PND)
DO :
1. Edema anasarka dan/atau edema perifer
2. Berat badan meningkat dalam waktu singkat
3. Jugular venous pressure (JVB) dan/atau cental Venous pressure
(CVP) meningkat
4. Refleks hepatojugular positif
5. Distensi vena jugularis
6. Terdengar suara napas tambahan
7. Hepatomegali
8. Kadar Hb/Ht turun
9. Oliguria
10. Intake lebih banyak dari output (Balance cairan positif)
11. Kongesti paru
2. Hipotermi berhubungan dengan efek agen farmakologis dibuktikan
dengan
DS :

10
Tidak tersedia
DO :
1. Kulit teraba dingin
2. menggigil
suhu tubuh dibawah nilai normal
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan curah
jantung ditandai dengan :

DS :
1. Perubahan irama jantung
a. Palpitasi
2. Perubahan preload
a. Lelah
3. Perubahan afterload
a. Dispnea
4. Perubahan kontaktilitas
a. Parosxymal nocrtunal
b. Ortopnea
c. Batuk

DO :
1. Perubahan irama jantung
2. Perubahan preload
3. Perubahan afterload
4. Perubahan kontraktilitas

11
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSIS TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Hipervolemia Setelah dilakukan Pemantauan Cairan
Observasi
berhubungan dengan tindakan
1. Monitor frekuensi dan
kelebihan asupan cairan keperawatan selama kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi
1x8 jam maka
nafas
diharapkan 3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
keseimbangan
5. Monitor waktu
cairan meningkat pengisian kapiler
6. Monitor elastisitas
dengan kriteria
atau turgor kulit
hasil : 7. Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine
1. Berat badan
8. Monitor kadar
meningkat albumin dan protein
total
2. Edema
9. Monitor hasil
menurun pemeriksaan serum
10. Monitor intake-output
cairan
11. Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia
12. Identifikasi tanda-
tanda hipervolemia
13. Identifikasi faktor
risiko
ketidakseimbangan
cairan

Terapeutik
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan

12
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. Hipotermia berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Hipotermia
Observasi
dengan efek agen tindakan
1. Monitor suhu tubuh
farmakologis keperawatan selama 2. Identifikasi penyebab
hipotermia
1x8 jam maka
3. Monitor tanda dan
diharapkan gejala akibat
hipotermia
termogulasi
membaik dengan Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
kriteria hasil : yang hangat
1. Menggigil 2. Ganti pakaian atau
linen yang basah
menurun 3. Lakukan
2. Suhu tubuh penghangatan pasif
4. Lakukan
membaik penghangatan aktif
3. Suhu kulit eksternal
5. Lakukan
membaik penghangatan aktif
internal

Edukasi
1. Anjurkan
makan/minum hangat
3. Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung :
jantung berhubungan
tindakan Observasi
dengan perubahan irama
jantung keperawatan maka 1. Identifikasi
diharapkan curah tanda/gejala primer
jantung meningkat penuruan curah
dengan kriteria jantung (meliputi
hasil : dyspnea kelelahan
1. Tekanan darah edema, ortopnea,
membaik paroxysmal nocturnal
dyspnea, peningkatan
cvp)

13
2. Identifikasi tanda/
gejala sekunder
penurunan curah
jantung (meliputi
peningkatan berat
badan, hepatomegaly,
distensi vena
jugularis, palpitasi,
ronkhi basah,
oliguria, batuk, kulit
pucat.
3. Monitor tekanan
darah (termasuk
tekanan darah
ortostatik: jika perlu )
4. Monitor intake dan
output cairan
5. Monitor berat badan
setiap hari pada
waktu yang sama
6. Monitor keluhan
nyeri dada (mis.
intensitas, lokasi,
radiasi, durasi,
presivitasi, yang
mengurangi nyeri)
7. Monitor ekg 12
sadapan
8. Monitor aritmia
( kelainan irama dan

14
frekuensi
9. Monitor menilai
laboratorium jantung
(mis elektrolit, enzim,
jantung, BNP, NT
pro-BNP)
10. Monitor nilai
laboratorium jantung
11. Monitor fungsi alat
jantung
12. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas
13. Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum pemberian
obat
Teraupetik
1. Posisikan pasien semi
fowler atau fowler
dengan kaki ke
bawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung
yang sesuai (mis.
Batasi asupan
kafaein, natrium,
kolestrol, dan
makanan tinggi
lemak)
3. Gunakan stocking
elastis atau
pneumatik intermiten,
sesuai indikasi

15
4. Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modikasi gaya hidup
sehat
5. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress,
ika perlu
6. Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
7. Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%

Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan aktivitas
fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti
merokok
4. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intak dan output
cairan harian

Kolaborasi
1. Kalaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitas jantung
PPNI DPP SIKI Pokja Tim 2018
PPNI DPP SLKI Pokja Tim 2018

16
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang
harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah komunikasi yang
efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan
saling membantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistematis, kamampuan memberikan pendidikan
kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi, (Marilynn E.
2019).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun
rencana keperawatan yang baru. Menurut Doenges, Marilynn E. (2019).
Metode evaluasi keperawatan, antara lain:

17
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan
bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai
dengan kegiatan yang dilkukan , sistem penulisan evaluasi formatif ini
ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan sistem SOAP.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,
sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam banyak catatan naratif atau
laporan ringkasan

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Fany, (2016). ‘pemantauan intake output cairan pada pasien gagal ginjal
kronik dapat mencegah overload cairan’. [online] jurnal. Dari jurnal
Brunner & Suddart (2017).‘Efektivitas training efikasi diri pada pasien penyakit
ginjal kronik dalam meningkatkan kepatuhan terhadap intake cairan’. [online]
jurnal. Dari jurnal. Media.neliti.com/media/publications/219966-none.pdf (26
desember 2018)
Darmawan (2019).Asuhan keperawatan pada ny. A dengan chronic kidney disease
(CKD). Padang. Jakarta.stikesperintis ac.id.
Marilynn E. (2019). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Mulia, Dewi sari dkk. (2018). Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis di rsud dr. Doris sylvanus palangka raya. [online].
Dari jurnal.Https://media.neliti.com/media/publications/258507- kualitas-
hidup-pasien-gagal-ginjal-kroni-20485f15.pdf. (23 januari 2019)

18
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010

Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.Volume


2 Edisi 8.Jakarta : EGC. 2012

Sudoyo.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2016

Tim Pokja SIKI PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI PPNI.(2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik (1sted).Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

19

Anda mungkin juga menyukai