Disusun Oleh :
P1337420419087
3A
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun Oleh :
P1337420419087
3A
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun Oleh :
P1337420419087
3A
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
A. Konsep Dasar Chronic Kidney Disease
1. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan sesuatu proses
patofisiologi dengan etiologi yang bermacam-macam, menyebabkan
penyusutan fungsi ginjal yang irreversible serta progresif dimana
keahlian badan kandas buat mempertahankan metabolisme serta
penyeimbang cairan serta elektrolit sehingga menimbulkan uremia
(Black & Hawk dalam Sulystianingsih, 2018).
Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif
dan irreversible dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan metabolic, cairan dna elektrolit yang
menyebabkan uremia atau azotemia (Brunner & Suddarth, 2016).
2. Klasifikasi
Dalam Muttaqin dan Sari (2011) CKD mempunyai kaitan dengan
penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) , hingga butuh diketahui
derajat CKD untuk mengenali tingkatan prognosanya.
Penyusutan GFR bagi Suwitra (2009) dalam Kandacong (2017) bisa
diukur dengan memakai rumus Cockroft-Gault untuk mengenali
derajat penyusutan fungsi ginjal ginjal:
(140−umur) x BB
LFG/GFR (ml/menit/1.73m2 )=
72 x kretinin plasma (mg/dl )
Pada perempuan dikalikan 0,85
3. Etiologi
CKD bisa terjadi karena berbagai kondisi klinis seperti penyakit
komplikasi yang bisa menyebabkan penururnan fungsi pada ginjal
(Muttaqin &Sari, 2011). Kondisi klinis lain yang bisa memicu
munculnya CKD, yaitu:
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonephritis
2) Infeksi kuman: pyelonephritis, ureteritis
3) Batu ginjal: nefrolitiatis
4) Kista diginjal: polycitis kidney
5) Trauma langsng pada ginjal
6) Keganasan pada ginjal
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
b. Penyakit umum diluar ginjal
1) Penyakit sistemik: Diabetes militus, hipertemsi, kolesterol
tinggi sangat berkaitan erat untuk terjadinya kerusakan pada
ginjal
2) Dyslipidemia karena dapat memicu ateoklerosis akibat
akumulasi LDL-kol sehingga memunculkan plak pada
pembuluh darah karena ada retensi natrium bisa membuat
ginjal rusak
3) SLE ( Systemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit
autoimun yang dapat menyebabkan peradangan pada jaringan
dan pembuluh darah di semua bagian tubuh, terutama
menyerang pembuluh darah di ginjal
4) Preeklamis menyebabkan vasokontrikso sehingga terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal akibat GFR menurun dan laju
ekskresi serta urea juga menurun
5) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis karena
apabila tidak segera diobati maka bakteri, virus dan parasite
akan menggerogoti organ yang ditempati (Mohamad dkk,2016)
6) Obat-obatan seperti antihipertensi memiliki efek samping yaitu
meningkatkan serum kreatinin jika digunakan dalam jangka
panjang
7) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar, diare)
akan membuat seseorang mengalami dehidrasi sehingga akan
membuat urine menjadi lebih pekat (Arifa dkk, 2017)
4. Manifestasi Klinis
Menurut Haryono (2013) & Robinson (2013) CKD memiliki tanda dan
gejala sebagai berikut:
a. Ginjal dan gastrointestinal biasanya muncul hiponatremi maka
akan muncul hipotensi karena ginjal tidak bisa mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit dan ganguan reabsorpsi
menyebabkan sebagian zat ikut terbuang bersama urine sehingga
tidak bisa menyimpan garam dan air dengan baik. Saat terjadi
uremia maka akan merangsang reflex muntah pada otak.
b. Kardiovaskuler biasanya terjadi aritmia, hipertensi, kardiomiopati,
pitting edema, pembesaran vena leher.
c. Respiratory system akan terjadi edema pleura, sesak napas, nyeri
pleura, nafas dangkal, kusmaul, sputum kental dan liat
d. Integument maka pada kulit akan tampak pucat, kekuning –
kuningan kecoklatan, biasanya juga terdapat purpura, petechie,
timbunan urea pada kulit, warna kulit abu-abu mengkilat, pruritus,
kulit kering bersisik, ekimosis, kuku tipisdan rapuh, rambut tipis
dan kasar.
e. Neurologis biasanya ada neuropathy perifer, nyeri gatal pada
lengan dan kaki, daya memori menurun, apatis rasa kantuk
meningkat.
f. Endokrin maka terjadi infertilitas dan penurunan libido, gangguan
siklus menstruasi pada wanita, impoten, kerusakan metabolism
karbohidrat.
g. System muskuluskeletal: kram otot, kehilangan kekuatan otot,
fraktur tulang.
h. Sistem reproduksi: amenore, atrofi testis.
a. Mual
b. Muntah
c. Kehilangan nafsu makan
d. Kelelahan dan kelemahan
e. Masalah tidur
f. Perubahan volume dan frekuensi buang air kecil
g. Otot berkedut dan kram
h. Pembengkakan kaki dan pergelangan tangan
i. Gatal terus-menerus
j. Nyeri dada jika cairan menumpuk di dalam selaput jantung
k. Sesak napas jika cairan menunpuk di paru-paru
l. Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan
a. Dengan LFG lebih dari atau sama dengan 90% yaitu dengan terapi
penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi pemburukan fungsi
ginjal, memperkecil resiko kardiovaskular.
b. Dengan LFG 60-89% yaitu dengan menghambat pemburukan
fungsi ginjal.
c. Dengan LFG 30-59% yaitu dengan evaluasi dan terapi komplikasi.
d. Dengan LFG 15-29% yaitu dengan memberikan persiapan untuk
terapi pengganti pinioak 15% yaitu dengan BOOBATA e. Dengan
LFG di bawah 15% yaitu dengan memberikan pengganti ginjal.
9. Komplikasi
a. Hyperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme, dan masukan diet berlebih.
b. Pericarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremikdan dialysis yang tidak adekuat
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiotensin aldosterone
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksindna
kehilangan darah selamaa hemodialisa.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat,
kadar kalsium serum yang rendah dan metabolism vitamin D
abnormal.
f. Asidosis metabolic
g. Osteodistropi ginjal
h. Sepsis
i. Neuropati perifer
j. .Hiperuremia
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
I. Identitas
1) Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia,
alamat, agama, umur, suku bangsa, status pekerjaan, no
register, dan tanggal masuk.
2) Identitas penanggungjawabIdentitas penanggung jawab
meliputi nama, usia, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan
klien.
II. Riwayat penyakit
1) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien
sebelum masuk ke rumah sakit. Pada pasien dengan gagal ginjal
kronik biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi,
mulai dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah
sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia),
mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau
(amonia), dan gatal pada kulit (Muttaqin& Sari, 2011).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, adanya nafas berbau amonia, rasa sakit kepala,
dan perubahan pemenuhan nutrisi (Muttaqin & Sari, 2011).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal
ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan
obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi
sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus,
dan hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi
predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan (Muttaqin &
Sari, 2011).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit metabolik,
riwayat menderitapenyakitgagalginjalkronik.
3. Rencana Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapakan pola
nafas pasien kembali efektif dengan status pernafasan pasien
kembali normal.
Kriteria hasil :
a) Tidak ada deviasi frekuensi Pernafasan
b) Irama pernfasan dalam rentang normal
c) Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
d) Tidak ada suara nafas tambahan
e) Saturasi oksigen dalam rentang normal
f) Tidak ada sianosis
g) Tidak mengalami gangguan kesadaran
Intervensi:
1. Monitor pernafasan
1) Monitor pola nafas (bradipneu, takiepneu, hiperventilasi,
kusmaul)
2) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
3) Berikan terapi nafas jika diperlukan.
4) Manajemen jalan nafas
5) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
6) Ausklultasi suara nafas
2. Monitor status pernafasan dan oksigenasi Manajemen asam
basa: Asidosis Metabolik
1) Monitor pernafasan
2) Monitor ketidak seimbangan eletrolit yang berhubungan
dengan asidosis metabolik.
3) Monitor tanda dan gejala rendahnya HCO3 atau kelebihan
ion hydrogen (pernafasan kussmaul, kelemahan, diorientasi,
sakit kepal, anoreksia)
4) Berikan cairan sesuai indikasi
5) Monitor intake dan output
3. Terapi oksigen
1) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
2) Monitor aliran oksigen
3) Amati tanda-tanda hipoventilasi
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
Tujuan :
Setealh dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Kriteria Hasil:
a) Tekanan darahdalam batasnormal
b) Keseimbangan intake dan output
c) Kestabilan beratbadan
d) Tidak ada edemaperifer
e) Elektrolitserumdalam batasnormal
f) Berat jenisurin tidak terganggu
Intervensi :
1. Manajemen Elektrolit/cairan
1) Pantau kadar serum elektrolit
2) Timbang berat badan harian
3) Batasi cairan yang sesuai
4) Berikan resep diet yang tepat untuk cairan tertentu atau
pada ketidak seimbangan elektrolit
5) Berikan antipiretik yang sesuai
2. Manajemen cairan
1) Monitor perubahan berat badan pasien sebelum dan
sesudah dialisis.
2) Pasang kateter urin
3) Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi
cairan (BUN, Hematokrit dan osmolalitas urin)
4) Monitor tanda-tanda vital pasien.
5) Monitor indikasi kelebihan cairan (CVP, Edema, distensi
vena leher, dan asites).
6) Kaji lokasi dan luasnya edema, jika ada.
7) Berikan terapi IV seperti yang ditentukan
8) Monitor status gizi
9) Berikan diuretic yang diresepkan
3. Monitor cairan
1) Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi
2) Monitor asupan pengeluran
3) Periksa turgor kulit
4) Monitor berat badan
5) Monitor tekanan darah, denyut jantung dan pernafasan
6) Berikan dialisis dan catat respon pasien
3) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah/anoreksia
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan
status nutrisi : asupan makanan & cairan
Kriteria Hasil
a) Asupan makanan secara oral yang adekuat
b) Asupan cairan intravena yang adekuat
c) Asupan nutrisi parenteral yang adekuat
Intervensi :
1. Manajemen nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizi
2) Identifikasi adanya alergi makanan yang dimiliki pasien
3) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan.
4) Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat
untuk mencegah konstipasi.
2. Monitor nutrisi
1) Timbang berat badan pasien
2) Lakukan pengkuran antropometri
3) Monitor kecenderungan turun dan naiknya berat badan
4) Identifikasi perubahan berat badan terakhir
5) Monitor turgor kulit
6) Identifikasi adanya abnormalitas rambut (kering, tipis,
kasar, dan mudah patah, rontok)
7) Monitor adanya mual muntah
8) Monitor diet dan asupan kalori
9) Monitor wajah pucat, konjungtiva anemis
10) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(Kolesterol, serum albumin, transferrin, Hb, Ht)
3. Monitor tanda-tanda vital
4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
Kriteria Hasil :
a) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
b) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
c) Keseimbangan aktivitas dan istirahat
d) Tanda-tanda vital normal
Intervensi
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-foktor
lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti &
Muryanti,2017).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respons klien yang tampil. Evaluasi keperawatan
yaitu membandingkan efek/hasil suatu tindakan keperawatan dengan
norma atau kriteria tujuan yang sudah dibuat.
Type pernyataan tahapan evaluasi dapat dilakukan secara
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan
selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi akhir. Untuk memudahkan perawat untuk mengevaluasi atau
memantau perkembangan klien, digunakan komponen
SOAP/SOAPIER (Dermawan,2012).
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joice M., & Hawks, Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medikal Bedah.
Indonesia : CV Pentasada Media Edukasi
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC
Huzzela, Devada Chandra Eza. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal
Ginjal Kronik Dengan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di
Ruang Hemodelisa Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan. KTI
dipublikasikan. Jombang: Program Studi DIII Keperawatan STIKES
Insan Cendekia Medika Jombang..
https://stikesmuhpringsewu.ac.id/perpustakaan/index.php?
p=fstreampdf&fid=701&bid=2877. Diakses pada 23 November 2021 pukul
20.30 WIB