NIM : P1337420419044
Kelas : 3B
Absen : 20
Mata kuliah : Keperawatan Kritis
1. EFUSI PLEURA
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga di antara lapisan pleura
yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura yang menempel pada dinding dalam rongga
dada. Kondisi ini umumnya merupakan komplikasi dari penyakit lain.
Pada kondisi normal, terdapat sekitar 10 ml cairan di rongga pleura yang berfungsi sebagai
pelumas untuk membantu melancarkan pergerakan paru ketika bernapas. Namun, pada efusi
pleura, jumlah cairan tersebut berlebihan dan menumpuk. Hal ini bisa mengakibatkan
gangguan pernapasan.
1. Thoracentesis
Thoracentesis adalah prosedur medis untuk mengambil cairan berlebih pada pleura melalui
jarum yang yang dimasukkan ke rongga dada. Prosedur ini umumnya dilakukan bila
penumpukan cairan di paru-paru cukup banyak dan menyebabkan pasien kesulitan bernapas
dan nyeri dada.
2. Chest tube
Chest tube adalah prosedur pemasangan selang khusus (kateter) pada rongga pleura melalui
sayatan kecil di dada. Selang ini dihubungkan dengan sebuah mesin untuk mengeluarkan
cairan dari pleura. Durasi pengeluaran cairan bisa berlangsung selama beberapa hari sehingga
pasien perlu dirawat di rumah sakit.
3. Pleural drain
Prosedur ini mirip dengan chest tube, namun kateter dipasang dalam jangka panjang. Pasien
bisa secara mandiri mengeluarkan cairan dari pleura. Prosedur ini umumnya dipilih bila efusi
pleura terus terjadi.
4. Pleurodesis
Pleurodesis adalah prosedur penyuntikan zat pemicu peradangan,
seperti talc atau doxycycline, ke rongga pleura. Prosedur ini umumnya dilakukan setelah
cairan di dalam rongga pleura dikeluarkan dan biasanya dipilih bila efusi pleura sering
kambuh.
Normalnya, paru-paru yang sehat seharusnya menempel di dinding dada. Ketika udara masuk
ke dalam rongga antara paru dan dinding dada, tekanan udara tersebut menyebabkan posisi
paru-paru turun.
Terkadang, seluruh bagian paru akan menurun. Namun, hanya sebagian paru saja yang
terdampak. Kondisi ini juga dapat menimbulkan tekanan pada jantung, sehingga gejala-gejala
lain dapat terjadi.
Terdapat tiga tipe pneumotoraks, yakni jenis primer, sekunder, serta traumatik. Ketiganya
memiliki penyebab serta tingkat keparahan yang berbeda
Pneumotoraks primer
Pneumotoraks primer, atau disebut dengan idiopatik, terjadi pada orang-orang yang tidak
pernah memiliki riwayat penyakit paru-paru. Maka itu, penyebab pneumotoraks jenis ini
tidak diketahui secara pasti.
Namun, sebuah artikel dari jurnal Thorax menunjukkan bahwa merokok adalah salah satu
kebiasaan yang mungkin menjadi penyebab terbesar pneumotoraks primer. Dalam artikel
tersebut, orang-orang yang merokok memiliki peluang 9 hingga 22 kali lebih besar untuk
menderita kondisi ini.
Pneumotoraks sekunder
Penyebab dari pneumotoraks sekunder adalah penyakit yang sudah ada sebelumnya, terutama
penyakit paru-paru. Umumnya, jenis sekunder menimbulkan gejala yang lebih serius, serta
memiliki tingkat keparahan yang lebih fatal.
Beberapa penyakit paru yang menjadi penyebab pneumotoraks jenis sekunder adalah:
rheumatoid arthritis
sklerosis sitemik
sindrom Marfan
Pneumotoraks traumatik
Sesuai dengan namanya, kondisi ini disebabkan oleh adanya trauma atau cedera akibat
kecelakaan yang mengenai dada. Salah satu penyebab paling umum adalah kerusakan atau
patah tulang rusuk akibat kecelakaan olahraga, kendaraan, ledakan, atau tusukan benda tajam.
Selain itu, beberapa prosedur medis juga berpotensi menyebabkan pneumothorax traumatik.
Memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah pada paru, atau pengambilan sampel jaringan
paru.
Beberapa faktor risiko di bawah ini dapat memengaruhi kemungkinan Anda terkena
pneumothorax, yakni:
Jenis kelamin, pria memiliki risiko yang lebih tinggi daripada wanita
Merokok
Genetik, beberapa jenis pneumothorax bisa jadi merupakan penyakit yang diturunkan
Pernah mengalami gangguan atau penyakit pada paru-paru
Ventilasi mekanis, apabila Anda menggunakan alat bantu pernapasan, maka risiko
terkena pneumotoraks meningkat
Pernah mengalami pneumotoraks sebelumnya
Pengobatan Pneumothorax
Pengobatan pneumothorax bertujuan untuk mengurangi tekanan di paru-paru agar paru-paru
bisa mengembang dengan baik dan untuk mencegah kambuhnya penyakit ini. Metode
penanganan yang akan dipilih dokter tergantung pada tingkat keparahan dan kondisi pasien.
Berikut ini adalah beberapa metode penanganan yang dapat digunakan untuk menangani
pneumothorax:
1. Observasi
Jika hanya sebagian kecil paru-paru pasien yang kolaps dan tidak ada gangguan pernapasan
berat, dokter mungkin hanya akan memantau kondisi pasien.
Pemantauan dilakukan dengan menjalankan foto Rontgen secara berkala sampai paru-paru
pasien bisa mengembang kembali. Dokter juga akan memberikan oksigen jika pasien sulit
bernapas atau kadar oksigen di dalam tubuhnya menurun.
Selama masa pemantauan, dokter akan meminta pasien tidak melakukan aktivitas berat atau
bepergian menggunakan pesawat terbang sampai paru-paru pulih.
2. Aspirasi jarum atau pemasangan selang dada
Jika sebagian besar paru-paru sudah kolaps, dokter harus mengeluarkan kumpulan udara di
rongga pleura. Untuk melakukannya, dokter dapat menggunakan metode-metode berikut ini:
Aspirasi jarum, yaitu dengan menusukkan jarum ke dalam dada pasien
Pemasangan selang dada, yaitu dengan memasukkan selang melalui sayatan di sela-
sela tulang dada, sehingga udara bisa keluar melalui selang ini
3. Tindakan nonbedah
Jika paru-paru masih belum mengembang setelah ditangani dengan prosedur di atas, dokter
akan melakukan tindakan nonbedah, seperti:
Mengiritasi pleura agar pleura melekat ke dinding dada, sehingga udara tidak bisa
masuk lagi ke rongga pleura
Mengambil darah dari lengan pasien dan memasukkannya ke selang dada untuk
menyumbat kebocoran udara
Memasang katup satu arah di saluran napas melalui selang kecil (bronkoskop) yang
dimasukkan melalui tenggorokan, sehingga paru-paru dapat mengembang dengan
baik dan tidak ada lagi udara yang bocor ke rongga pleura
4. Tindakan bedah
Bedah dilakukan jika metode penanganan lain tidak efektif atau pneumothorax kembali
kambuh. Operasi dilakukan untuk memperbaiki bagian paru-paru yang bocor.
Pada kasus yang parah, dokter akan melakukan lobektomi, yaitu pengangkatan bagian (lobus)
paru-paru yang kolaps.
Komplikasi Pneumothorax
Pneumothorax yang berat merupakan kondisi berbahaya. Jika dibiarkan, penderita bisa
mengalami komplikasi berupa:
Edema paru, yaitu terkumpulnya cairan di kantong paru-paru
Pneumomediastinum, yaitu terkumpulnya udara di tengah-tengah dada
Empiema, yaitu terkumpulnya nanah di rongga pleura
Hemopneumothorax, yaitu terkumpulnya udara dan darah di rongga pleura
Pneumopericardium, yaitu terkumpulnya udara di antara lapisan jantung
Hipoksemia, yaitu kekurangan oksigen di dalam darah akibat gagal napas
Henti jantung
Emfisema subkutis
Pencegahan Pneumothorax
Belum diketahui bagaimana cara mencegah pneumothorax. Namun, bila Anda memiliki
riwayat pneumothorax, ikutilah anjuran di bawah ini untuk mencegah kambuhnya kondisi ini:
Hentikan kebiasaan merokok.
Periksakan kondisi Anda ke dokter secara berkala.
Hentikan kegiatan fisik yang berat untuk paru-paru, seperti menyelam
3. HEMATOTHORAX
Hemothorax adalah kondisi adanya darah pada cavum pleura. Hemothorax sering dikaitkan
dengan trauma tembus thoraks atau trauma tumpul yang disertai cedera skeletal. Penyebab
lain yang lebih jarang misalnya penyakit pada pleura, induksi iatrogenik, atau hemothorax
spontan.
Diagnosis dari hemothorax harus dicurigai pada seluruh pasien yang datang ke IGD dengan
trauma torakoabdominal tajam dan tumpul. Jika ada kemungkinan hemothorax yang tinggi
atau mengancam nyawa, dokter boleh melakukan intervensi terlebih dulu sebelum melakukan
pemeriksaan penunjang. Untuk evaluasi awal, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
adalah foto polos thorax.
4. SNORING / NGOROK
Mendengkur atau ngorok adalah kondisi ketika seseorang mengeluarkan suara kasar ketika
tidur. Kondisi ini merupakan dampak dari terhalang atau menyempitnya saluran pernapasan.
Mendengkur dapat dialami oleh setiap orang, dan biasanya tidak perlu dikhawatirkan.
Namun, kondisi ini juga dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan lain, termasuk sleep
apnea. Dianjurkan untuk menemui dokter jika Anda sering ngorok dan disertai dengan:
Terbangun akibat tersedak atau dengan terengah-engah.
Kepala atau tenggorokan terasa sakit setiap bangun tidur.
Merasa sangat mengantuk di siang hari, sehingga sulit berkonsentrasi.
Tekanan darah tinggi.
Gelisah.
Muncul rasa nyeri pada dada.
Terhalangnya saluran pernapasan dapat disebabkan oleh melemahnya otot tenggorokan,
umumnya akibat penuaan. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh suatu kondisi medis, seperti:
Sleep apnea.
Hidung atau saluran napas tersumbat, karena alergi atau sinusitis.
Tulang hidung bengkok.
Pembengkakan amandel atau kelenjar adenoid.
Penyakit gondok.
Kelainan bentuk wajah.
Kelebihan berat badan. Orang dengan berat badan berlebih cenderung memiliki
jaringan tenggorokan yang tebal, sehingga menghalangi saluran pernapasan.
Diagnosis Mendengkur
Umumnya seseorang tidak menyadari bahwa dirinya mendengkur, sampai diberitahu oleh
pasangan yang tidur satu ranjang atau keluarga yang satu rumah dengannya. Mendengkur
dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan, terutama jika disertai:
Sulit bangun tidur di pagi hari.
Merasa kurang tidur.
Mengantuk di siang hari.
Tertidur saat beraktivitas, misalnya saat rapat atau bahkan saat berkendara.
Pengobatan Mendengkur
Cara menghilangkan ngorok akan disesuaikan dengan penyebabnya. Sebagai contoh, jika
ngorok atau mendengkur disebabkan oleh alergi, maka penanganannya adalah dengan obat
antialergi.
Langkah awal yang umumnya dianjurkan dokter untuk mengatasi ngorok adalah mengubah
gaya hidup. Beberapa hal yang perlu dilakukan, yakni:
Mengurangi berat badan.
Menghindari konsumsi alkohol, terutama menjelang tidur.
Berhenti merokok.
Tidur dengan cukup.
Membiasakan diri untuk tidak mengonsumsi makanan berat ketika akan tidur.
Tidur dengan posisi menyamping.
Beberapa penanganan nonoperasi, yakni:
Penggunaan mesin continuous positive airway pressure (CPAP)
Masker dari mesin CPAP akan dipasangkan ke mulut dan hidung pasien sebelum
tidur. Mesin ini berfungsi mengalirkan udara yang dapat menjaga saluran pernapasan
tetap terbuka, sehingga pasien dapat bernapas lebih baik saat tidur.
Pemberian obat tetes atau spray hidung
Obat-obatan ini diberikan untuk mengatasi peradangan akibat alergi.
Pemasangan alat khusus pada mulut
Dilakukan atas anjuran dan pengawasan dokter gigi. Alat ini berfungsi untuk menahan
rahang, lidah, dan mulut bagian bawah agar lebih maju, sehingga saluran pernapasan
tetap terbuka.
Beberapa jenis operasi untuk menangani penyebab mendengkur, yakni:
Tonsilektomi, dilakukan ketika mendengkur disebabkan oleh gangguan pada
amandel (tonsil). Operasi ini bertujuan untuk memotong dan membuang amandel.
Uvulopalatopharyngoplasty (UPPP), untuk mengencangkan tenggorokan dan langit-
langit mulut. Prosedur ini digunakan untuk mengatasi sleep apnea.
Laser-assisted uvula palatoplasty (LAUP), yaitu tindakan dengan sinar laser untuk
memperbaiki sumbatan saluran pernapasan.
Somnoplasty, untuk menyusutkan jaringan berlebih pada lidah atau langit-langit,
menggunakan energi gelombang radio.
Pencegahan Mendengkur
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah sekaligus mengurangi
mendengkur, yakni:
Mengurangi berat badan jika memiliki berat badan berlebih.
Tidur miring.
Tidur dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi.
Tidak mengonsumsi alkohol, terutama sebelum tidur.
Menghindari asap rokok.
Tidur dengan cukup.
Komplikasi Mendengkur
Mendengkur atau ngorok sering kali membuat orang lain terganggu. Meski umum terjadi,
mendengkur dapat menimbulkan dampak yang serius, terutama jika disebabkan oleh sleep
apnea.
Beberapa komplikasinya, meliputi:
Peningkatan risiko terjadinya tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan stroke.
Depresi berat yang memicu gangguan mental.
Penurunan kepuasan seksual.
Sulit konsentrasi.
Sering marah dan frustasi.
5. PAPIL EDEMA
Papiledema adalah pembengkakan yang terjadi pada saraf optik mata. Kondisi ini sering kali
menjadi tanda adanya suatu penyakit serius yang perlu penanganan segera.
Papiledema umumnya menimbulkan gangguan penglihatan. Tidak jarang, muncul juga gejala
tambahan berupa sakit kepala dan mual. Papiledema merupakan kondisi yang tidak boleh
dianggap remeh, karena bisa menandakan adanya suatu penyakit serius, seperti meningitis
atau tumor otak.
Apa Saja Penyebab Papiledema?
Papiledema disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan di dalam kepala. Tekanan di dalam
kepala bisa meningkat karena beberapa hal, di antaranya:
Penumpukan cairan serebrospinal di otak (hidrosefalus)
Penumpukan nanah di otak (abses otak)
Pembengkakan otak
Paradangan pada selaput pelindung otak (meningitis)
Peradangan otak (ensefalitis)
Cedera kepala berat
Perdarahan di otak
Tekanan darah tinggi
Tumor otak
Namun, terkadang papiledema juga bisa muncul tanpa adanya penyakit tertentu maupun
penyebab yang jelas.
Mengingat banyaknya kemungkinan penyebab papiledema serta risikonya, maka kondisi ini
perlu mendapatkan pemeriksaan yang lengkap dari dokter. Dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pada mata (oftalmoskopi). Pemeriksaan penunjang,
seperti CT-scan atau MRI kepala dan analisa cairan otak, juga mungkin diperlukan.
Pemberian obat-obatan
Obat-obatan digunakan untuk mengurangi pembengkakan jaringan otak dan meredakan
gejala yang muncul akibat peningkatan tekanan intrakranial.
Jenis obat-obatan yang umumnya diberikan dokter antara lain antibiotik, kortikosteroid, obat
antihipertensi, diuretik, atau obat cairan. Untuk mengurangi pembengkakan otak, dokter
biasanya akan memberikan obat manitol.
Operasi
Tindakan operasi dilakukan dengan membuka sebagian tulang tengkorak. Tindakan ini
umumnya dilakukan dalam keadaan darurat untuk mencegah kerusakan jaringan otak lebih
lanjut.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat terjadi tanpa terduga. Oleh karena itu, Anda perlu
waspada jika terdapat gejala-gejala peningkatan tekanan intrakranial akibat cedera kepala
atau penyebab lainnya.