Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ASMA BRONCHIALE DENGAN

FOKUS STUDI POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Febriyani Sholikhati Umun

NIM P1337420419044

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BLORA

PROGRAM DIPLOMA TIGA JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2021

i
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ASMA BRONCHIALE DENGAN

FOKUS STUDI POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Metoda Penulisan karya


Ilmiah pada program Studi D III Keperawatan Blora

Febriyani Sholikhati Umun

NIM P1337420419044

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BLORA

PROGRAM DIPLOMA TIGA JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2021

ii
PERTANYAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Febriyani Sholikhati Umun

NIM : P1337420419044

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI saya yang berjudul “Asuhan


Keperawatan Pasien Asma Bronchiale dengan Fokus Studi Pola Napas Tidak
Efektif” ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan
merupakan pengambilalihan tulisan atau Pikiran orang lain yang saya aku sebagai
hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan proposal ini adalah hasil
jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Blora, 11 November 2021


Yang membuat pernyataan,

Febriyani Sholikhati Umun


NIM.P1337420419044

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Febriyani Sholikhati Umun, NIM.


P1337420419044 dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Asma
Bronchiale dengan Fokus Studi Pola Napas Tidak Efektif” ini telah diperiksa
dan disetujui untuk diuji.

Blora, 11 November 2021

Pembimbing

Mu’awanah, Skep., Ns., M.Kes

NIP. 19700526 199803 2 003

Tanggal : .

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Febriyani Sholikhati Umun, NIM


P1337420419044, dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Asma
Bronchiale dengan Fokus Studi Pola Napas Tidak Efektif” ini telah
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal November 2021

Dewan Penguji

Joni Siswanto, S.Kp., M.Kes


NIP. 19660713 199003 1 003 Ketua (..........................................)

Siswanto, S.pd, S.Kep, Ners., M.Kes


NIP. 19620723 198403 1 002 Anggota (..........................................)

Mu’awanah, Skep., Ns., M.Kes


NIP. 19700526 199803 2 003 Anggota (...........................................)

Mengetahui,

Ketua Prodi D III Keperawatan Blora

Joni Siswanto, SKp,M.Kes

NIP. 19660713 199003 1 003

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas


rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan hasil Proposal Karya
Tulis Ilmiah tentang Asuhan Keperawatan Pasien Asma Bronchiale dengan Fokus
Studi Pola Napas Tidak Efektif di RSUD RAA Soewondo Pati, sesuai dengan
waktu yang direncanakan.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini dapat diselesaikan berkat


adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr.Marshum, BE., S.Pd., MHP selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementrian Kesehatan Semarang.
2. Bapak Suharto, S.Pd., MN selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.
3. Bapak Joni Siswanto, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Blora Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.
4. Ibu Mu’awanah, Skep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing proposal karya
tulis ilmiah yang telah memberikan waktu untuk membimbingan, memberi
masukan, memberi saran, memberi pengarahan, dan nasehat dalam
penyempurnaan proposal ilmiah.
5. Bapak Joni Siswanto, S.Kp., M.Kes, Bapak Siswanto, S.pd, S.Kep, Ners.,
M.Kes dan Ibu Mu’awanah, Skep., Ns., M.Kes selaku penguji proposal.
6. Bapak Ibu Dosen dan Staf Karyawan Program Studi Diploma III Keperawatan
Blora yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama ini.
7. Kedua orang tua saya, Bapak Jasmin dan Ibu Siswati yang senantiasa
memberikan dukungan baik materi maupun motivasi serta semangat dan tidak
ada hentinya mencurahkan doa untuk saya agar terus maju menjadi lebih baik..
8. Ketiga kakak saya yang senantiasa memberikan doa dan dukungan, motivasi
serta semangat kepada saya dalam menyusun proposal karta tulis ilmiah ini.

vi
Penulis berharap semoga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat
khususnya untuk pengelolaan klien dengan masalah pola napas tidak efektif
karena sama bronchiale . Penulis menyadari bahwa penulisan proposal karya
tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masukan dan
kritik untuk perbaikan penulisan proposal karya tulis ilmiah pada masa
mendatang sangat penulis harapkan. Semoga proposal ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis.

Blora, 11 November 2021


Penulis

Febriyani Sholikhati Umun


NIM.P1337420419044

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL

HALMAN JUDUL

PERTANYAAN KEASLIAN TULISAN............................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iv

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

DAFTAR TABEL..................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii

DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Perumusan Masalah......................................................................................3

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3

D. Manfaat.........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

A. Konsep Dasar Asma Bronchiale...................................................................5

B. Konsep Dasar Oksigen................................................................................13

C. Konsep Pola Nafas tidak Efektif.................................................................17

D. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Pasien Asma Bronchialedengan


Fokus Studi Pola Nafas Tidak Efektif................................................................18

1. Pengkajian...............................................................................................18

2. Diagnosa Keperawatan............................................................................22

viii
3. Rencana Tindakan keperawatan..............................................................24

4. Implementasi...........................................................................................27

5. Evaluasi...................................................................................................28

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................29

A. Rencana Penelitian......................................................................................29

B. Subyek penelitian........................................................................................29

C. Lokasi dan Waktu.......................................................................................30

D. Variabel dan Definisi Oprasional Variabel.................................................30

E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................31

F. Teknik Analisa Data....................................................................................32

G. Etika Penelitian...........................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

LAMPIRAN..........................................................................................................36

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1
Klasifikasi Derajat Asma............................................................................8

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1
Pathway Asma Bronchiale........................................................................11

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I SOP Batuk Efektif

Lampiran II SOP Fisioterapi Dada

Lampiran III SOP Mengatur Posisi Semi Fowler

Lampiran IV SOP Inhalansi Nebulizer

Lampiran V Informed Consent

Lampiran VI Daftra Riwayat Hidup

Lampiran VII Lembar Bimbingan

xii
DAFTAR SINGKATAN
Lambang

1. % : Persentase
2. 0 : Derajad
3. / : Atau
4. & : Dan
5. > : Lebih dari

Singkatan

1. RS : Rumah Sakit
2. RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
3. NIC : Nursing Interventions Classification
4. NOC : Nursing Outcome Classification
5. WHO : World Health Organitation
6. GINA : Global Initiative For Asthma
7. O2 : Oksigen
8. CO2 : Carbondiogsida
9. AGD : Analisa Gas Darah
10. SpO2 : Saturation of Peripherai Oxygen
11. GCS : Glasglow Coma Scala
12. mmHg : mili meter air raksa
13. gr : gram
14. Mg : Miligram
15. cc : Cubic centimeter

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbagai macam penyakit dapat menyebabkan gangguan
kebutuhan Oksigen di antaranya adalah asma bronchiale, tuberkulosis,
ebolisme paru, dan bronkopneumoni.
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang
menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat berulang dan di antara
penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal. (Nurarif & Kusuma, 2015)
Asma Bronkhial adalah penyakit yang sering kita jumpai di
masyarakat. Penyakit ini menyerang pada semua umur mulai dari anak-
anak, remaja, dewasa maupun yang sudah lanjut usia. Asma juga bisa
menyerang di semua kalangan dan penyakit ini akan meningkat jika
kondisi lingkungan semakin buruk. Lalu polusi udara, debu juga bisa
berpengaruh terhadap penyakit asma. (Padila, 2017)
Prevalensi asma di indonesia pada tahun 2018 sebanyak 1.017.290
(2,4%). Terdapat 16 Provinsi yang mempunyai prevelensi penyakit asma
bronchiale yang melebihi angka nasional kasus tertinggi adalah di provinsi
DI Yogyakarta yaitu sebanyak 4,5% dan tertinggi kedua adalah provinsi
Kalimantan Timur sebanyak 4,0%. Sedangkan kasus yang paling sedikit
terjadi di provinsi Sumatra Utara yaitu 1,0%. Sedangkan kasus di Jawa
Tangah sebanyak 1,8%. (Riskesdas, 2018)
Dari fenomena tersebut dapat diketahui bahwa penyakit asma
bronchiale adalah penyakit yang dapat menyebabkan kematian walaupun
dengan tingkat kematian yang rendah. Namun pada kenyataannya

1
2

masyarakat banyak yang terjangkit penyakit yang termasuk kelompok


gangguan saluran pernafasan kronik.
Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau
yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya,
terbentuknya karbondioksiga, energi dan air. Akan tetapi, penambahan
CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak
yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. (Mubarak, 2013)
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktifitas berbagai organ atau sel. (Wartonah, 2014)
Salah satu masalah keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
adalah pola napas tidak efektif merupakan inspirasi dan/atau ekspirasi
yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Pada pola napas tidak efektif
memiliki gejala dan tanda mayor yaitu : dispnea, penggunaan otot bantu
pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal (takipnea,
bradipnea, hiperventilasi,kussmual, cheyne-stokes). Sedangkan untuk
penyebab pola napas tidak efektif meliputi depresi pusat pernapasan,
hambatan upaya nafas (nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan),
deformitas dinding dada, deformitas tulang dada, gangguan neumuskuler,
gangguan neurologis (EEG positif, cedera kepala, gangguan kejang),
imaturitas neurologis, penurunan energi, obesitas, sindrom hipoventilasi,
cedera pada medula spinalis, kerusakan inervasi diafragma (kerusakan
saraf C5 ke atas), efek agen farmakologis dan kecemasan. (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017)
Upaya untuk mengatasi masalah keperawatan pada penyakit Asma
Bronchiale yang berfokus pada diagnosa keperawatan pola napas tidak
efektif, maka dilakukan intervensi yang utama yaitu : manajemen jalan
nafas dan pemantauan respirasi. Sedangkan untuk intervensi pendukung
seperti dukungan emosional, dukungan kepatuhan program pengobatan,
dukungan ventilasi, edukasi pengukuran respirasi, manajemen jalan napas
3

buatan, manajemen medikasi, pengaturan posisi, perawatan selang dada


dan masih banyak lagi. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
Perawat sebagai bagian tenaga kesehatan yang bertugas untuk
memenuhi kebutuhan dasar klien secara holistik memiliki tanggung jawab
untuk membantu memenuhi pola napas tidak efektif klien yang tidak
adekuat dan mampu berperan dalam mengurangi masalah akibat Asma
Bronchiale. Pemenuhan Kebutuhan oksigenasi adalah hal utama pada
seseorang saat terserang asma bronkhiale dan tidak kalah penting untuk
meminimalkan serangan ulang . Oleh karena itu, mendorong penulis untuk
menyusun proposal karya tulis ilmiah dengan judul: “Asuhan Keperawatan
Pasien Asma Bronchiale Dengan Fokus Studi Pola Napas Tidak Efektif”.

B. Perumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan asma bronchiale dengan fokus
studi pola nafas tidak efektif di RSUD RAA Soewondo Pati?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan proposal ini di bagi menjadi tujuan umun
dan tujuan khusus yaitu :
1. Tujuan Umum
Menggambarkan hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit asma bronchiale dengan fokus studi pola napas tidak efektif
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian pada pasien pasien dengan
penyakit asma bronchiale dengan fokus studi pola napas tidak
efektif.
b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
penyakit asma bronchiale dengan fokus studi pola napas tidak
efektif.
4

c. Memaparkan perencanaan keperawatan untuk mengatasi


diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit asma
bronchiale dengan fokus studi pola napas tidak efektif
d. Memaparkan tindakankeperawatan yang dilakukan untuk
mengatasi penyakit asma bronchialedengan fokus studi pola
napas tidak efektif.
e. Memaparkan hasil evaluasi masalah keperawatan pada pasien
dengan penyakit asma bronchiale dengan fokus studi pola
napas tidak efektif
f. Membahas hasil asuhan keperawatan sejak pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan, dan evaluasi,
melalui proses komperasi 2 berdasarkan sumber-sumber primer
yang relevan.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Proposal karya tulis ilmiah ini diharapkan memberikan sumbangan
untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik terutama dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien asma bronchiale dengan
fokus studi pola napas tidak efektif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Menambah pengetahuan dan menerapkan teori yang didapat
tentang asuhan keperawatan pada pasien asma bronchiale dengan
fokus studi pola napas tidak efektif.
b. Bagi Rumah Sakit
Sebagai tambahan referensi yang bertujuan untuk mengembangkan
ilmu kesehatan khususnya dalam asuhan keperawatan pada pasien
asma bronchiale dengan fokus studi pola napas tidak efektif.
c. Bagi Institusi Pendidikan
5

Hasil pengelolaan kasus ini bermanfaat dalam memajukan serta


memberikan konstribusi terhadap perkembangan dan kemajuan
institusi pada umumnya dan institusi keperawatan pada khususnya.
d. Bagi Klien
Dapat mengetahui dan mengajarkan apabila terjadi masalah
pengelolaan keperawatan pola napas tidak efektif pada pasien
dengan asma bronchiale.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asma Bronchiale


1. Pengertian
Asma adalah Suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu yang
menyebabkan peradangan, Penyenpitan ini bersifat berulang namun
reversible, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut
terhadap keadaan ventilasi yang lebih normal. (Nurarif & kusumo,
2015, p. 65)
Asma Bronchiale adalah penyakit yang sering kita jumpai di
masyarakat. Penyakit ini menyerang pada semua umur mulai dari
anak-anak, remaja, dewasa maupun yang sudah lanjut usia. Asma
juga bisa menyerang di semua kalangan dan penyakit ini akan
meningkat jika kondisi lingkungan semakin buruk. Lalu polusi udara,
debu juga bisa berpengaruh terhadap penyakit asma. (Padila, 2017)
Dari beberapa pengertian tersebut maka penulis menyimpulkan
bahwa asma bronkial adalah penyakit obstruksi jalan nafas yang di
tandai dengan penyempitan jalan nafas, sehingga mengakibatkan
dispneu, sesak nafas, batuk dan wheezing. Dan apabila tidak segera di
tangani dapat menyebabkan komplikasi.

2. Etiologi
Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering
menimbulkan asma adalah :
a. Asma alergik
Yaitu jenis asma yang disebabkan oleh allergen, misalnya
serbuk sari, binatang, makanan dan jamur. Biasanya mempunyai

5
6

riwayat keluarga yang allergen dan riwayat medis masa lalu,


iskemia.
b. Asma idiopatik atau non alergik
Yaitu tidak berhubungan dengan allergen spesifik, faktor-
faktor seperti infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan
lingkungan pencetus serangan. Serangan menjadi lebih berat dan
dapat berkembang menjadi bronkhitis kritis dan empisema.
Bentuk asma ini biasanya dimulai saat usia > 35 tahun.
c. Asma gabungan
Yaitu bentuk asma yang paling umum, mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk non alergik.
(Taufan Nugroho, 2016 p.172)

Ada beberapa pencetus terjadinya asma yang termasuk dalam


faktor predispossisi dan prepitasi timbulnya asma Bronkial, antara
lain:
1. Faktor Predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagamana cara penurunannya
yang jelas. Penderita yang mempunyai penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga mempunyai
penyakit alergi. Karena bakat alergi itu, penderita sagat
mudah terkena penyakit. Selain itu, hipersensitivitas saluran
pernapasan juga bisa di turunkan.
2. Faktor Presipitas
a. Alergen
Dimana alergen dapat di bagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan.
Contoh : debu, kapur, tungau, sisa sisa serangga mati,
bulu binatang, sebuk sari, bau asap,uap cat.
7

2) Ingestan, yang masuk melalui mulut


Contoh : makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah,
biji-bijian, coklat, tomat) dan obat (aspirin)
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Contoh : Perhiasan Logam dan jam tangan
b. Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma.
c. Emosi (Stress)
Gangguan emosi atau stress dapat menjadi penyebab asma
dan dapat meperberat serangan asma yang sudah ada.
d. Lingkungan Kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, Pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik
pada waktu libur dan cuti.
e. Olahraga / aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat..

3. Klasifikasi
Pembagian derajat asma menurut GINA (Global Initiative For
Asthma) yaitu :
a. Intermiten
Gejala kurang dari 1 kali/ minggu dan serangan singkat.
b. Persite ringan
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari
c. Persiten sedang
Gejala terjadi setiap hari.
8

d. Persiten berat
Gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi. (Nurarif &
Kusuma, 2015, p.65)

Tabel 1.1 Klasifikasi Derajat Asma


Sumber : Nurarif & Kusuma (2015)

4. Menifestasi Klinis
Menuriut Luny (2011) Gejala-gejala yang lazim muncul pada
asma bronkhial adalah :
9

a. Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan saluran


jalan nafas sempit.
b. Dispnea ditandai dengan pernafasan cuping hidung, retraksi dada.
c. Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat
mengeluarkan nafas (exhalation).
d. Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi terengah-
engah.
e. Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan lengket.
f. Tachypnea.
g. Gelisah dan cemas.
h. Diaphorosis.
i. Nyeri di abdomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan.
j. Lelah.
k. Tidak toleren terhadap aktivitas : makan, berjalan, bahkan
berbicara.
l. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam
dada, disertai pernafasan lambat.
m. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi.
n. Ekspansi paru dada kiri dan kanan berbeda.
o. Sianosis.
p. Tidak toleren terhadap aktivitas : makan, berjalan, bahkan
berbicara.

5. Patofosiologi Asma Bronchiale


Proses perjalan penyakit asma bronchiale dipengaruhi oleh 2
faktor yaitu: alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat
meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya
secret yang abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi
pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas sehingga
terjadi penyempitan jalan nafas dan penumpukan udara di bronkus
oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan
10

seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang


tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di
tingkat alveoli. (Padila, 2017)
Tiga kategori alergi (asma ekstrinsik)di temukan pada pasien
dewasa yaitu disebabkan oleh alergi tertentu, selain itu terdapat pula
adanya riwayar penyakit atopik seperti dermatis, demam tinggi, dan
klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma
intrinsik (idiopatik) sering di temukan adanya faktor-faktor pencetus
yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik terlalu
berat, dan emosi (stress) dapat memicu serangan asma.
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit,
alergi, iritasi, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang
reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga
merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (Ig E).
Selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast,
kemudian sel mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan
mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan
mengeluarkan sejumlah mediator seperti mistamin dan bradikinin.
Mediator ini menyebabkan peningkatan permebilitas kapiler sehingga
timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukosa dan kontraksi
otot polos bronkiolus. (Taufan Nugroho 2016, p.171)
Pelepasan mediator ini dalam bronkus mempengaruhi otot
polos dan kelenjar jalan nafas, hal ini menyebabkan bronkospasme
pembengkakan membran mukosa, dan biasanya disertai pembentukan
mukus banyak sehingga terjadi obstruksi pada jalan nafas atau
penyempitan bronkus, dan menyebabkan hiperventilasi karena kadar
karbondioksida (CO2) meningkat, dan menyebabkan terjadinya
gangguan pertukaran gas yang di tandai dengan batuk, dysnue atau
sesak napas, pernapasan cuping hidung, bunyi nafas tambah atau
wheezing, sianosis didaerah mulut karena pasien kekurangan oksigen
(O2).
11
12

6. Pathway

Entrinsik (bulu binatang,asap,debu,asap,cuaca, lingkungan kotor, serbuk sari) dan


Intrinsik (Flu, latihan fisik, emosi)

Masuk ke dalam saluran pernapasan bagian bawah/paru-paru

Pembentukan antibody IgE

Menuju sel-sel mast yang ada di bronkus

Pembentukan produk sel mast/mediator (histamine, bradikinin, prostaglandin)

Pembengkakan membran mukosa (Bronkospasme, edema mukus, inflamasi)

Spesma otot polos sekresi kelenjar konsentrasi O2 dalam darah menurun

bronkus meningkat

Hipoksemia

Penyempitan/obstruksi progsimal dan


Gangguan
bronkus pada tahap ekspirasi dan inspirasi pertukaran gas Suplai
Bersihkan jalan
napas tidak efetif darah dan O2
13

Mukosa berlebih kejantung


berkurang

Penurunan curah
Tekanan
jantung

darah menurun

Tekanan partial oksigen dialveoli menurun

kelemahan dan keletihan

Suplai O2 keotak menurun


Intoleransi aktifitas
Pola napas tidak efektif

Gambar 2.1 Pathway Asma Bronchiale (Nurarif & Kusuma, 2015)

7. Pemeriksaan Diagnotik
Pemeriksaan diagnotik asma bronchiale menurut (Nurarif & Kusuma,
2015 p.70) meliputi:
a. Pengukuran fungsi paru (Spirometri)
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inheler), Positif jika peningkatan VEP/KVP > 20%.
b. Pemeriksaan laboratorium
 Sputum : eosinofil meningkat
 Analisa gas darah (AGD/Astrup)
Terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia
dan hipokapnia (PCO2 turun) kemudian fase lanjut
normokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik).
 Eosinofil darah meningkat
c. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan kulit ini dilakukan untuk menunjukan adanya
antibody Ig E hypersensitive yang spesifik dalam tubuh.
14

d. RO dada
Patologis paru /komplikasi asma
e. Foto dada AP dan lateral
Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar pada foto
lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar.

8. Komplikasi
a. Gagal napas
b. Pneumonthorak
c. Deformitas tulang
d. Asidosis
e. Obstruksi jalan nafas
f. Emisema
g. Hipoksemia
h. Atelaktasis (Taufan Nugroho, 2016, p.176)

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma bronchiale menurut (Brunner & Suddarth,
2016) yaitu :
a. Penatalaksanaan Medis
1. Agonis adrenergik-beta2 kerja-pendek
2. Antiko linergik
3. Kortikostereoid : inhaler dosis-terukur
4. Metilxantin
b. Penatalaksanaan keperawatan menurut (Claudia, 2014) yaitu :
1. Penyuluhan
Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien
secara sadar akan menghindari faktor-faktor pencetus
asma, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi
pada tim kesehatan.
15

2. Menghindari faktor pencetus


Klien perlu mengidentifikasi pencetus asma yang ada pada
lingkungannya, dianjurkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus asma termasuk inteke cairan
yang cukup.
3. Fisioterapi dan Pernapasan
(Ambarsari, 2020)

B. Konsep Dasar Oksigen


1. Pengertian
Oksigen adalah proses penambahan O2 ke dalam system (kimia
dan fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai
hasilnya, terbentuknya karbondioksiga, energi dan air. Akan tetapi,
penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
(Mubarak, 2013)
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ atau sel.
(Wartonah, 2014)

2. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen


Menurut (Mubarok, 2013) Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
tidak tetap. Tubuh bisa memerlukan oksigen yang banyak karena sebab
tertentu. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti faktor lingkungan, emosi, latihan, gaya hidup,
dan status kesehatan. Berikan penjelasan masing-masing:
a. Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi oksigenasi,
seperti faktor alergi, ketinggian tanah dan suhu yang semua kondisi
16

tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi. Dilingkungan panas,


kebutuhan oksigen meningkat karena tubuh merespon adanya
vasodilatasi pembulu darah perifer sehingga banyak darah yang
mengalir ke kulit dan curah jantung meningkat. Di lingkungan
tanah atau tempat yang tinggi, kebutuhan oksigen juga meningkat
karena tekanan barometer menurun yang menyebabkan oksigen
juga menurun, dan tekanan oksigen alveoli berkurang.
b. Emosi
Wujud emosi seperti rasa takut, khawatir, cemas, dan
marah dapat mempengaruhi denyut jantung. Sehingga kebutuhan
oksigen juga meningkat.
c. Latihan
Aktifitas berat, latihan fisik, dan peningkatan aktivitas
lainnya dapat meningkatkan denyut jantung dan frekuensi
kecepatan pernapasan. Sehingga, kebutuhan terhadap oksigen
semakin tinggi.
d. Gaya hidup
Kebiasaan buruk seperti merokok bisa mempengaruhi
status oksigenasi seseorang.
e. Status kesehatan
Seseorang yang mengidap penyakit jantung atau penyakit
pernapasan, dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen tuuhnya. Sedangkan, pada orang yang tubuhnya
sehat, system kadiovaskuler dan system respirasi berfungsi dengan
baik dan dapat memenuhi kebutuhan oksigen secara adekuat.

3. Gangguan pada fungsi oksigen


Menurut Mubarak (2017), Gangguan pada fungsi oksigen yaitu:
a. Perubahan pola nafas
Pola nafas mengacu pada frekuensi, volume, irama, dan
usaha pernapasan. Pola nafas yang normal di tandai dengan
17

pernapasan yang tenang, berirama dan tanpa usaha. Perubahan


pola nafas yang umm terjadi adalah:
1) Takipnea
Frekuensi pernapasan yang cepat. Biasanya ini terjadi pada
kondisi demam, asidosis metabolik, nyeri, dan pada kasus
hiperkapnia atau hipoksemia.
2) Bradipnea
Frekuensi pernapasan yang lambatdan abnormal. Biasanya
ini terlihat pada orang yang baru menggunakan obat-obatan
seperti morfin, pada kasus alkalosis metabolik, atau
peningkatan TIK.
3) Apnea
Apnea adalah henti nafas.
4) Hiperventilasi
Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru. Kondisi
ini terjadi saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan
metabolik untuk pembuangan CO2. Biasanya,
hiperventilasi yang disebabkan oleh asidosis, infeksi, dan
kecemasan. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan
alkalosis akibat pengeluaran CO2 yang berlebihan.
5) Hipoventilasi
Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru.
Kondisisi ini terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metabolik untuk penyaluran
O2 dan pembuangan CO2.
6) Pernapasan kusmaul
Salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis
mengompensasi asidosis dengan mengeluarkan CO2
melalui pernapasan yang cepat dan dalam.
7) Orthopnea
18

Ketidakmampuan untuk bernafas, kecuali dalam posisi


tegak atau berdiri.
8) Dispea
Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernafas.
9) Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh
(sel) tidak adekuat akibat kurangnya penggunaan atau
pengikatan O2 pada tingkat sel. Kondisi ini di tandai
dengan kelelahan, kecemasan, pusing, penurunan tingkat
kesaaran, penurunan konsentrasi, kelemahan, peningkatan
tanda-tanda vital, distrimia, pucat, sianosis, clubbing, dan
dispenea. Peyebabnya antara lain penurunan Hb dan
kapasitas angkut O2 dalam darah, penurunan konsentrasi
O2, penurunan difusi O2 dari alveoli kedalam darah, dan
penurunan perfusi jaringan.

C. Konsep Pola Nafas tidak Efektif


1. Definisi
Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017
p.26)

2. Penyebab
Menurut SDKI (2016), penyebab pola napas tidak efektif yaitu:
a. Depresi pusat pernapasan
b. Hambatan upaya napas (misal nyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan)
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas tulang dada
e. Gangguan neuromuskuler
19

f. Gangguan neurologis (misal elektroensefalogram[EEG] positif,


cedera kepala, gangguan kejang)
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energi
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
m. Cedera pada medula spinalis
n. Efek agen farmakologis
o. Kecemasan.

3. Gejala dan Tanda


Untuk gejala dan tanda pola nafas tidak efektif di bagi menjadi 2,
yaitu:
a. Mayor
1) Subjektif : Dispnea
2) Objektif :
a) Penggunaan otot bantu pernapasan
b) Fase ekspirasi memanjang
c) Pola napas abnormal (misal takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)
b. Minor
1) Subjektif : Ortopnea
2) Objektif :
a) Pernapasan pursed-lip
b) Pernapasan cuping hidung
c) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
d) Ventilasi semenit menurun
e) Kapasitas vital menurun
f) Tekanan ekspirasi menurun
20

g) Tekanan inspirasi menurun


h) Ekskursi dada berubah
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 p.26)

D. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Pasien Asma


Bronchialedengan Fokus Studi Pola Nafas Tidak Efektif
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada klien asma menurut Nurarif &
Kusuma (2015) meliputi:
a. Identitas Klien
Identitas klien dan keluarga mengenai nama, umur dan jenis
kelamin karena pengkajian umur dan jenis kelamin diperlukan
pada pasien dengan asma bronchiale.
b. Keluhan Utama
Klien asma akan mengeluh sesak napas, bernapas terasa berat
pada dada, dan adanya kesulitan untuk bernapas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan riwayat serangan asma datang mencari
pertolongan dengan keluhan sesak napas yang hebat dan
mendadak, dan berusaha untuk bernapas panjang kemudian
diikuti dengan suara tambahan mengi (wheezing), kelelahan,
gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit klien yang diderita pada masa-masa dahulu
meliputi penyakit yang berhubungan dengan sistem pernapasan
seperti infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan,
sinusitis, amandel, dan poli hidung.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pada klien dengan asma juga dikaji adanya riwayat penyakit
yang sama pada anggota keluarga klien.
f. Pengkajian psiko-sosio-kultural.
21

Kecemasan dan koping tidak efektif, status ekonomi yang


berdampak pada asuhan kesehatan dan perubahan mekanisme
peran dalam keluarga serta faktor gangguan emosional yang
bisa menjadi pencetus terjadinya serangan asma.
g. Pola dan tata laksana hidup sehat
Gejala asma dapat membatasi klien dalam berperilaku hidup
normal sehingga klien dengan asma harus mengubah gaya
hidupnya agar serangan asma tidak muncul.
h. Pola persepsi dan konsep diri.
Persepsi yang salah dapat menghambat respon kooperatif pada
diri klien sehingga dapat meningkatkan kemungkinan serangan
asma yang berulang.
i. Pola hubungan dan peran.
Gejala asma dapat membatasi klien untuk menjalani kehidupan
secara normal sehingga klien harus menyesuaikan kondisinya
dengan hubungan dan peran klien.
j. Pola sensori dan kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi
konsep diri klien yang akan mempengaruhi jumlah stressor
sehingga kemungkinan serangan asma berulang akan semakin
tinggi.
k. Pola penanggulangan dan strees
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor intrinsik
pencetus serangan asma sehingga diperlukan pengkajian
penyebab dari asma bronchiale.
l. Pola tata nilai dan kepercayaan
Kedekatan klien dengan apa yang diyakini di dunia ini
dipercaya dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien sehingga
dapat menjadi penanggulangan stress yang konstruktif.
m. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Keadaan umum
22

Kelelahan, lemas, sesak napas, pucat.


2) Tingkat Kesadaran
Composmentis atau sadar penuh.
3) Tanda-tanda vital
a) TD : Tekanan darah bisa meningkat ataupun
menurun (TD= 120/90 mmHg)
b) Nadi : Frekuensi nadi meningkat (N= 60-
100x/menit)
c) Suhu : Bisa meningkat dan menurun (S= 36,5-37,2
C)
d) RR : Meningkat (RR= 16-24x/menit)
4) TB dan BB
Dapat dilakukan penimbangan BB ataupun menanyakan
pada klien terakhir BB klien. Dan pengukuran TB pada
klien.
5) Kulit
Kulit teraba dingin, tampak pucat, kadang berkeringat
dingin.

6) Kepala.
Bentuk kepala klien biasanya normal jika tidak ada
kelainan tertentu.
7) Mata
Konjungtiva klien tampak anemis, sklera tidak ikterik,
kelainan pada mata tidak ada, reflek cahaya pada bola mata
pasien biasanya tidak ada kelainan, keadaan pupil
8) Hidung
Cairan yang keluar dar hidung klien, fungsi penciuman
klien biasanya mengalami kelainan jika ada sumbatan pada
hidung, napas cuping hidung.
23

9) Mulut
Mukosa bibir klien tampak kering, pucat, pecah-pecah,
lidah kering.
10) Telinga
Bentuk, dan fungsi pendengaran klien biasanya normal
tidak ada kelainan.
11) Leher
Tidak ada kelainan pada leher.
12) Thorax
a) Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak.
P : Ictus cordis teraba di midklavikula sinistra.
P : Pekak
A : Terjadi bunyi jantung regular.
b) Paru-paru
I : Pengembangan dada simetris, napas pendek.
P : Frekuensi fremitus
P : Redup sampai pekak pada sisi yang sakit
A : Ronkhi basah kasar dan nyaring, Vasikuler
melemah bila terdapat pelebaran pleura.
c) Abdomen
Pada pasien asma bronchiale pada abdomen biasanya
tidak mengalami gangguan.
13) Genetalia
Pada pasien asma bronchiale pada genetalia biasanya tidak
mengalami gangguan
14) Ekstremitas
Pada pasien asma bronchiale biasanya pada ekstermitas atas
dan bawah adalah normal.
15) Neurologis
Terdapat kelemahan otot, tanda reflex spesifik tidak ada.
24

n. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status,
fungsi, dan oksigenasi pernapasan klien. Beberapa pemeriksaan
yang bisa dilakukan antara lain:
1) Spirometri, Pengukuran fungsi paru.
2) Tes provokasi bronkhus, dilakukan pada spirometri internal
3) Pemeriksaan laboratorium meliputi analisa gas darah,
sputum, sel eosinofil, pemeriksaan darah rutin dan kimia.
4) Pemeriksaan radiologi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang
respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang kesehatan aktual
atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya,
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikakasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi,
mencegah, dan mengubah status kesehatan klien . (NANDA NIC
NOC, 2016)
25

Menurut SDKI 2016 masalah yang muncul pada klien dengan


Asma Bronchiale adalah D.0005 Pola Napas Tidak Efektif :
a. Definisi
Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang
tidak memberikan ventilasi adekuat. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017)

b. Penyebab
Menurut SDKI (2016), penyebab pola napas tidak efektif yaitu:
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (misal nyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuskuler
6) Gangguan neurologis (misal elektroensefalogram [EEG]
positif, cedera kepala, gangguan kejang)
7) Imaturitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13) Cedera pada medula spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan.

c. Gejala dan Tanda Mayor


1) Subjektif : Dispnea
2) Objektif :
a) Penggunaan otot bantu pernapasan
26

b) Fase ekspirasi memanjang


c) Pola napas abnormal (misal takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)

d. Gejala dan Tanda Minor


1) Subjektif : Ortopnea
2) Objektif :
a) Pernapasan pursed-lip
b) Pernapasan cuping hidung
c) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
d) Ventilasi semenit menurun
e) Kapasitas vital menurun
f) Tekanan ekspirasi menurun
g) Tekanan inspirasi menurun
h) Ekskursi dada berubah
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 p.26)

e. Kondisi Klinis Terkait


1) Depresi Sistem saraf Pusat
2) Cedera Kepala
3) Trauma thoraks
4) Gullian barre syndrome
5) Mutiple sclerosis
6) Stroke
7) Kuadriplegia
8) Intoksikasi alkohol
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 p.27)
27

3. Rencana Tindakan keperawatan


Rencana Keperawatan menurut (Nurarif&Kusuma, 2013):
a. DP: Pola napas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan dan deformitas dinding dada.
1. Tujuan: Pola napas tidak efektif
KH :
a) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
b) Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentan
normal, tidak ada suara nafas abnormal).
c) Tanda-tanda vital dalam rentan normal (Tekanan darah,
nadi, pernapasan).
2. Intervensi
Intervensi utama (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) :
a) Manajemen jalan nafas
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan
napas
2) Tindakan
Observasi
 Monitor pola nafas (Frekuensi, Kedalaman.
Usaha napas)
 Monitor Bunyi nafas tambahan
 Monitor sputum
Terauprtik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tift dan Chin-lift
 Posisikan semi-fowler dan fowler
28

 Berikan minum hangat


 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
 Berikan oksigen, Jika perlu
Edukasi
 Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
b) Pemantauan respirasi
1) Definisi
Mengumpulkan dan menganalisa data untuk
memastikan kepatenan jalan napas dan keefektifan
pertukaran gas.
2) Tindakan
Observasi
 Monitor pola napas (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, kussmaul)
 Monitor kemampua batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi Bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
Teraupetik
 Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
29

Intervensi pendukung (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) :

a) Manajemen Jalan napas buatan


b) Dukungan emosional dan kepatuhan program pengobatan
c) Manajemen medikasi
d) Pemberian obat inhalasi, intrapleura, intradermal, intravena,
oral.
e) Pencegahan aspirasi
f) Pengaturan posisi semi fowler
g) Perawatan selang dada
h) Manajemen ventilasi mekanik
i) Pemantauan Neurologis
j) Pemberian Analgetik
k) Reduksi Ansietas
l) Stabilisasi jalan napas
m) Terapi Relaksasi otot progresif

4. Implementasi
Implementasi (pelaksanaan) adalah pelaksanaan rencana
keperawatan oleh perawat dan klien. Perawat bertanggung jawab
kepada asuhan keperawatan yang berfokus pada klien dan dan
berorientasi pada hasil, sebagaimana di gambarkan dalam rencana
keperawatan. Fokus utama dari implementasi adalah pemberian asuhan
keperawatan yang aman dan individual dengan pendekatan teraupetik.
Spesifikasi dari tindakan keperawatan berupa tindakan mandiri
maupun kolaborasi. Setelah itu perawat dapat mengakhiri tahap
implementasi tersebut dengan mencatat hasilnya di evaluasi akhir.
(Andra S, 2013).
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
sesuai intervensi. Tindakan keperawatan ada 2, yaitu tindakan mandiri
dan kolaborasi. Tindakan mandiri yaitu tindakan yang dilakukan
perawata tanpa kerjasama dengan tim lain. Sedangkan tindakan
30

kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang bekerja


sama dengan anggota tim kesehatan lain. (Doenges, 2000)

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan.


Semua tahap keperawatan harus dievaluasi dengan melihat klien,
perawat, anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai
apakah tujuan dalam perencanaan tercapai atau tidak untuk melakukan
pengkajian ulang dalam perencanaan tercapai atau tidak atau untuk
melakukan pengkajian ulang jika tindakan belum berhasil.

Kriteria hasil yang ingin dicapai untuk pasien ini diantaranya,


yaitu:

a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,


tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
b. Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentan normal, tidak ada
suara nafas abnormal).
c. Tanda-tanda vital dalam rentan normal (Tekanan darah, nadi,
pernapasan). (Nurarif & Kusuma, 2015)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rencana Penelitian
Berbagai bentuk penelitian observasional antara lain adalah
deskritif (survey, study kasus) dan analitik (cross seksional, sub control,
dan cohort). Metode yang digunakan dalam laporan kasus ini adalah
metode deskritif dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
dengan memfokuskan pada salah satu masalah penting kasus yang dipilih.
(Notoatmodjo, 2010).
Metode penelitian deskritif bertujuan untuk memaparkan peristiwa-
peristiwa urgent yang terjadi pada masa kini dengan menekan pada data
yang actual dari penyimpulan. (Nursalam, 2013). Kasus yang dipilih pada
penelitian ini yaitu: “ Asuhan Keperawatan Pasien Asma Bronchiale
Dengan Fokus Studi Pola Napas Tidak Efektif “.

B. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini menggunakan dua responden (klien), dimana
memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Adalah kriteria yang dijadikan subyek penelitian. Berikut ini yang
termasuk kriteria inklusi antara lain :
a. Pasien rawat inap yang menderita Asma Bronchiale dengan
pola napas tidak efektif.
b. Pasien dengan rentan usia 30 tahun sampai 80 tahun.
c. Pasien bersedia menjadi responden.
2. Kriteria eksklusi
Merupakan kriteria yang tidak dijadikan subyek penelitian
yang termasuk dalam kriteria eksklusif yaitu pasien yang

29
30

mengalami komplikasi berat (gagal nafas). Pada penelitia ini


adalah keluarga klien tidak mengizinkan klien dijadikan responden,
dokter tidak mengizinkan klien dijadikan responden, atau klien
memiliki penyakit lain yang memerlukan penanganan khusus
seperti penyakit jantung yang parah. (Setiadi, 2013)

C. Lokasi dan Waktu


1. Lokasi penelitian
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan dalam pola napas tidak efektif
pada klien dengan Asma Bronchiale di RSUD RAA Soewondo
Pati.
2. Waktu penelitian
Proposal ini dilaksanakan pada bulan September 2021 mulai
menyusun proposal.

D. Variabel dan Definisi Oprasional Variabel


Definisi oprasional merupakan pnjelasan semua variabel dan
istilah yang akan digunakan dalam karya tulis secara oprasional yang
bertujuan untuk memudahkan pembaca mengartikan makna karya tulis.
(Setiadi, 2013) Karya tulis ilmiah studi kasus ini berjudul “ Asuhan
Keperawatan Pasien Asma Bronchiale Dengan Fokus Studi Pola Napas
Tidak Efektif “. Dari judul tersebut definisi oprasional yang penulis
tentukan adalah sebagai berikut :
1. Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan adalah serangkaian proses
keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Setiadi, 2013)
2. Asma Bronchiale
Asma Bronkhial adalah penyakit yang sering kita jumpai
di masyarakat. Penyakit ini menyerang pada semua umur mulai
dari anak-anak, remaja, dewasa maupun yang sudah lanjut usia.
31

Asma juga bisa menyerang di semua kalangan dan penyakit ini


akan meningkat jika kondisi lingkungan semakin buruk. Lalu
polusi udara, debu juga bisa berpengaruh terhadap penyakit asma.
(Padila, 2017)
3. Oksigenasi
Oksigen adalah proses penambahan O2 ke dalam system
(kimia dan fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna
dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuknya karbondioksiga,
energi dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup
bermakna terhadap aktivitas sel. (Mubarak, 2013)
4. Instrument Pengumpulan Data
a. Lembar / format Asuhan Keperawatan
b. Alat Tulis
c. Alat Kesehatan (Stetoskop, Tensimeter)

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penyusunan proposal ini, penulis mengumpulkan semua
data yang diperoleh dari beberapa sumber yang di dapat untuk di buat dua
kasus dengan penyakit yang sama dengan masalah keperawatan dan
diagnosa medis yang sama. (Setiadi, 2013) Penulis mengumpulkan data
dari berbagai sumber yang dibagi menjadi data primer dan sekunder.
1. Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara,jajak
pendapat dari individu atau kelompok (orang).
a. Wawancara
Dalam penelitian, wawancara menjadi metode
pengumpulan data yang utama antara lain seperti identitas
32

klien dan keluarga, keluhan utama, riwayat penyakit


sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga,
pengetahuan keluarga tentang asma bronchiale. Data
tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan klin,
keluarga, maupun perawat atau tenaga medis yang
bersangkutan dengan klien.
b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Dengan pendekatan IPPA (inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh klien dan keluarga.
Peneliti melakukan pengamatan fisik langsung pada
keadaan klinis klien dengan respon klien terhadap tindakan
asuhan keperawatan dengan gangguan oksigenasi.
2. Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang
diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang
berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan secara umum. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah Arsip RSUD RAA Soewondo
Pati dan petugas RS.

F. Teknik Analisa Data


Dalam analisa data yang dilakukan adalah menilai kesenjangan
antara teori yang ada dalam tinjauan pustaka respon klien pola napas tidak
efektif pada Asma Bronchiale yang telah dipilih menjadi objek penelitian.
Analisa data di mulai dengan mengumpulkan data melalui
wawancara / anamnesa dan observasi secara langsung yaitu pemeriksaan
fisik serta menentukan prioritas masalah serta menentukan diagnosa
keperawatan dan menyusun rencana keperawatan untuk mengatasi
masalah yang ada. Kemudian melakukan tindakan kepearwatan sesuai
waktu dalam rencana yang telah dibuat dan mengevaluasi keadaan klien
setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan yang telah
33

direncanakan. Data disajikan secara narasi sesuai dengan disain penelitian


studi kasus dan ungkapan variabel dari subyek penelitian yang merupakan
data pendukungnya.

G. Etika Penelitian
Etika penulisan bertujuan untuk menjaga kerahasian identitas responden
akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Masalah etika
utama ditekankan pada beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1. Inform consent (Lembar persetujuan menjadi responden)
Inform consent merupakan lembar persetujuan antara peneliti
dengan responden. Sebelum memberikan lembar persetujuan peneliti
memberikan informasi-informasi yang adekuat dan atau lisan yang
terkait dengan hak kewajiban akibat yang muncul dari penelitian ini,
selanjutnya peneliti memberikan kesempatan kepada responden
untuk mengambil keputusan apakah bersedia maupun menolak
berpartisipasi secara sukarela.
2. Anonimity (tanpa nama)
Penulis menjamin terjaga kerahasiaan responden, peneliti
tidak mencantumkan inisial, alamat responden. Setiap klien yang
dijadikan sempel penelitian tidak akan ditulis nama untuk menjadi
identitas.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Penulis menjamin kerahasiaan dari hasil laporan kasus baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya, untuk penelitian ini
akan menjamin kerahasiaan identitas klien sesuai dengan hukum
yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Andra, S . W & Yessie. M. P, (2013). Teori dan Askep Keperawatan


Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Asmadi, (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth, (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC

Doenges, M. E. (2015). Manual diagnosis Keperawatan: Rencana,


Intervensi, & Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Mubarok & Chayatin, (2013). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nurarif, A.H. & Hardhi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta :
Mediaction

Nursalam, (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Padila. (2017). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha


Medika

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindak Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Setiadi, (2013). “Konsep dan Praktik penulisan Riset keperwatan” Jilid 1


Edis II.
Taufan, N & dkk, ( 2016 ). Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Yogyakarta : Nuha Medika

Widaningsih, I.D. (2020). Asuhan Keperawatan Asma Bronkhial Dengan


Fokus Studi Bersihkan Jalan Nafas Tidak Efektif Di RSUD dr.
Leokmonohadi Kudus. KTI tidak dipublikasikan. Semarang : Program
Diploma III Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang.

Ambarsari, R. (2020). Asuhan Keperawatan pada Klien Asma Bronkhial


dengan Masalah Ketidakefektifan Pola Napas Di RSUD Bangil
Pasuruan. (online), (http://repo.stikesicmejbg.ac diakses tanggal 30
September 2021).

Riskesdas. (2018). Prevelensi Asma Menurut Provinsi, (online),


(https://kesmas.kemkes.go.id diakses pada tanggal 25 September 2021)
SOP BATUK EFEKTIF

Pengertian Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan mengganggu di


saluran napas dengan cara dibatukkan.
Tujuan 1. Membebaskan jalan napas dari akumulasi sekret
2. Meningkatkan mobilisasi sekret
3. Mencegah resiko tinggi retensi sekret
4. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laborat.
5. Mengurangi sesak napas akibat akmulasi sekret.

Kebijakan 1. Klien dengan gangguan saluran pernaapasan akibat akumulasi


sekret.
2. Pemeriksaan diagnostik sputum di laboratorium.
Petugas Perawat
Peralatan 1. Pot sputum diisi air dan desinfektan
2. Tissue
3. Tempat tidur semi fowler/kursi
4. Batal penyangga jika diperlukan
5. Air minum hangat
6. Bengkok
7. Perlak dan handuk kecil.
Instruksi A. Tahap Pra Interaksi
kerja 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mempersiapkan pasien
3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu
tangan di abdomen.
4. Melatih pasien melakukan napas perut (menarik napas dalam
melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
6. Meminta pasien menahan napas hingga 3 hitungan.
7. Meminta pasien menghembuskan napas perlahan dalam 3
hitungan.
8. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan
kontraksi dari otot.
9. Memasang perlak/pengalas dan bengkok (di pangkuan pasien
bila duduk ataudekat mulut bila tidur miring)
10. Meminta pasien untuk melakukan napas dalam 2 kali, yang
ke3 : inspirasi, tahan napas dan batukkan dengan kuat.
11. Menampung lendir dalam pot sputum
12. Merapikan pasien.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat – alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
SOP FISIOTERAPI DADA

Pengertian Meningkatkan efisiensi pernapasan, pengembangan paru, kekuatan


otot, dan eliminasi sekret dengan teknik perkusi, vibrasi, dan
drainase postural.
Tujuan 1. Melepaskan secret kental dari saluran pernapasan yang tidak
dapat dilakukan dengan batuk efektif
2. Meningkatkan pertukaran udara yang adekuat
3. Menurunkan frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilasi.
4. Membantu batuk lebih efektif.

Kebijakan Klien dengan resiko atelectasis.


Petugas Perawat
Peralatan 1. Pot sputum diisi air dan desinfektan
2. Handuk
3. Handscon bersih.
Instruksi A. Tahap Pra Interaksi
kerja 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Memasang masker dan sarung tangan bersih
3. Membantu membuka pakaian klien sesuai dengan kebutuhan
4. Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk.
5. Ajarkan klien untuk napas panjang dan perlahan untuk
relaksasi.
6. Jari dan ibu jari perawat dihimpitkan dan fleksi membentuk
mangkuk. Secara bergantian lakukan fleksi dan ekstensi.
7. Pergelangan tangan secara cepat untuk menepup dada klien :
a. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap kebawah,
di daerah yang akan didrainase, satu tangan diatas
tangan yang lain menempel bersama bersebelahan dan
ekstensi.
b. Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi, anjurkan
klien tegangkan seluruh otot tangan dan lengan,
gunakan hamper seluruh tumit tangan, gerakan kearah
bawah, hentikan jika inspirasi.
c. Fibrasi selama kali ekspirasi pada segmen paru yang
terserang.
d. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan
keluarkan secret kedalam tempat sputum.
8. Merapikan pasien.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat – alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
SOP MENGATUR POSISI SEMI FOWLER

Pengertian Mengatur Posisi semi fowler adalah cara membaringkan pasien


dengan posisi setengah duduk (45).
Tujuan 1. Mengurangi sesak napas
2. Membantu proses pemeriksaan
3. Memberi rasa Nyaman
4. Membantu keluarnya cairan

Kebijakan Pada pasien sesak napas


Petugas Perawat
Peralatan
Instruksi A. Tahap Pra Interaksi
kerja 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mempersiapkan pasien
3. Pasien di dudukan, Sandarkan punggung atau kursi diletakkan
di bawah atau di atas kasur di bagian kepala diatur sampai
setengah duduk dan dan dirapikan, bantal disusun menurut
kebutuhan. Pasien di baringkan kembali dan pada ujung
kakinya di pasang penahan.
4. Pada tempat tidur khusus (fungsional Bed) pasien dan tempat
tidurnya langsung diatur setengah duduk, dibawah lutut
diberikan sesuai kebutuhan. Kedua lengan di topang dengan
bantal
5. Merapikan pasien.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat – alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
SOP INHALASI NEBULIZER

Pengertian Pemberian inhalasi uap dengan obat atau tanpa obat menggunakan
nebulator.
Tujuan 1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan
2. Pasien yang mengalami penyempitan jalan napas

Kebijakan 1. Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan sekret


2. Pasien yang mengalami penyempitan jalan napas
Petugas Perawat
Peralatan 1. Set nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok
4. Tissue
5. Spuit 5 cc
6. Aqades
Instruksi A. Tahap Pra Interaksi
kerja 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mengatur pasien dalam posisi duduk
3. Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set
nebulizer
4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
5. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik
6. Memasukan obat sesuai dosis
7. Memasang masker pada pasien
8. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien napas dalam
sampai obat habis
9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue.
10. Merapikan pasien.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat – alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
SURAT PERSETUJUAN ( INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Alamat :

Jenis Kelamin :

Umur :

Setelah mendapat penjelasan yang cukup dari penelitian dan memahami bahwa
penelitian ini tidak berakhir negatif atau buruk bagi saya, maka bersama ini saya
bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Febriyani Sholikhati Umun

Institusi : Poltekkes Kemenkes Semarang

Judul :

Dalam rangka :

Dalam penelitian ini dilakukan di RSUD RAA Soewondo Pati. Demikian surat
pertanyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun
serta untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Pati, ....................................

Responden
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI
1. Nama LengkaP : Febriyani Sholikhati Umun
2. NIM : P1337420419044
3. Tanggal Lahir : 23 Februari 2001
4. Tempat Lahir : Grobogan
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat Rumah
a. Jalan : Jl. Raya Purwodadi-Blora
b. Kelurahan : Pulongrambe
c. Kecamatan : Tawangharjo
d. Kab/kota : Grobogan
e. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telpon
a. HP : 081227854938
b. E-mail : yanifebrian770@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan TK di TK Darma Wanita , lulus tahun 2007
2. Pendidikan SD di SD N 1 Pulongrambe, lulus tahun 2013
3. Pendidikan SLTP di SMP N 1 Tawangharjo, lulus tahun 2016
4. Pendidikan SLTA di SMA N 1 Wirosari, lulus tahun 2019
5. Pendidikan Diploma di Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi
Keperawatan Blora, sejak tahun 2019 hingga sekarang,

C. RIWAYAT ORGANISASI
1. Ketua Palang Merah Remaja (PMR) di SMA N 1 Wirosari
2017/2018
2. Anggota Pramuka di SMA N 1 Wirosari 2017/2018
3. Sekertaris White Campus Region 4 Program Studi Diploma III
Keperawatan Blora Tahun 2020
4. Anggota Himpunan Mahasiswa Program Studi Diploma III
Keperawatan Blora Tahun 2020
5. Sebagai Koordinator Pengabmas Himpunan Mahasiswa Program
Studi Diploma III Keperawatan Blora Tahun 2021

Blora, November 2021

Febriyani Sholikhati Umun


NIM.P1337420419044
LEMBAR BIMBINGAN

PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLORA

JURUSAN KEPERAWATAN – POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Nama Mahasiswa : Febriyani Sholikhati Umun

NIM : P1337420419044

Nama Pembimbing : Mu’awanah, Skep.,Ns.,MHKes.

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pasien Asma Bronchiale Dengan

Fokus Pola Napas Tidak Efektif


No Hari/ Materi Bimbingan Saran Tanda Mntr
Tanggal Tangan Kaprodi
Pembimbing
1. 24 Pengajuan judul Perbaiki sesuai
september dan bimbingan saran di komen
2021 BAB 1 (Latar
belakang, tujuan,
dan manfaat)
2. 30 Bimbingan BAB 1. Perbaiki
September 1 (Latar belakang, sesuai saran
2021 tujuan, dan di komen
manfaat) 2. Penulisan
yang di
miringkan
mempunyai
arti yg
berbeda.
Tolong
konsistensi
penulisan yg
di miringkan.
3. 7 Oktober Bimbingan BAB I Buat BAB II
2021 (Latar belakang) dan perbaiki
yang sudah saya
beri komentar.
4. 5 Cover, BAB I, Perbaiki pada
November BAB II, DP yang ditandai
2021 dan lanjut buat
BAB III serta
halaman lain
serta lampiran
sesuai buku
panduan.
5. 5 Cover, BAB I, Perbaiki yang
November BAB II, BAB III, ditandai
2021 DP, lampiran2 Buat PPT
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12

Blora, November 2021

Kaprodi Keperawatan Blora

Program Studi Diploma III


Joni Siswanto, S.Kp., M.Kes

NIP. 19660713 199003 1 003

Anda mungkin juga menyukai