Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN INTOLERANSI

AKTIVITAS PADA PASIEN HIPERTENSI

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Metodologi
Penelitian

Ardena Milkha Kirana


P1337420419073/36

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BLORA


PROGRAM DIPLOMA III JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN INTOLERANSI
AKTIVITAS PADA PASIEN HIPERTENSI

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


Disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Metoda
Penulisan Karya Ilmiah Pada Program Studi D III Keperawatan
Blora

Ardena Milkha Kirana


P1337420419073/36

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BLORA


PROGRAM DIPLOMA III JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ardena Milkha Kirana


NIM : P1337420419073

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal KTI saya yang berjudul


“Asuhan Keperawatan Intoleransi Aktivitas Pada Pasien Hipertensi”
ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan
merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku
sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan proposal


pengelolaan kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Blora, 7 November 2021

Yang membuat

Ardena Milkha Kirana


P1337420419073

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Ardena Milkha Kirana, NIM


P1337420419073, dengan judul Asuhan Keperawatan Intoleransi
Aktivitas Pada Pasien Hipertensi ini telah diperiksa dan disetujui untuk
diuji.

Blora, 7 November 2021

PEMBIMBING

Heru Purnomo, S.Kep, Ners, M.Kes


NIP. 197208081998031002

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Ardena Milkha Kirana, NIM


P1337420419073, dengan Asuhan Keperawatan Intoleransi Aktivitas
Pada Pasien Hipertensi ini telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal

Dewan Penguji

M.Nor Mudhofar, Spd, M.Kes Ketua (....................)


NIP. 196511301990011001

Tavip Indrayana, S.Kep, Ns, MSc Anggota(....................)


NIP. 19660713190031000

Heru Purnomo, S.Kep, Ners, M.Kes Anggota (....................)


NIP. 197208081998031002

Mengetahui,
Perwakilan Jurusan Keperawatan

Joni Siswanto, S.Kp, M.Kes


NIP. 19666007131990031003

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,


atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan Proposal Karya
Tulis Ilmiah tentang Asuhan Keperawatan Dengan Intoleransi Aktivitas Pada
Pasien Hipertensi di RSUD Sunan Kalijaga Demak sesuai dengan waktu yang
direncanakan.

Penulis menyadari bahwa penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan berkat adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :

1. Bapak Marsum, BE, S.Pd., MHP selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Semarang.
2. Bapak Suharto, S.Pd. MN selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Semarang.
3. Bapak Joni Siswanto, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Blora.
4. Bapak Heru Purnomo, S.Kep,Ns,M.Kes selaku Pembimbing yang telah
memberi bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam penyusunan proposal
ini.
5. Bapak M. Nor Mudhofar, Spd,M.Kes selaku penguji Proposal Karya Tulis
Ilmiah yang memberikan pengarahan dan bimbingan demi kesempurnaan
karya tulis ini.
6. Bapak Tavip Indrayana, S.Kep,Ns,MSc selaku Penguji Proposal Karya
Tulis Ilmiah yang memberikan pengarahan, petunjuk, dan bimbingan demi
kesempurnaan karya tulis ini.
7. Bapak Ibu Dosen dan Staf Program Studi D III Keperawatan Blora yang
telah memberikan ilmu pengetahuan pada penulis mulai dari tingka 1, 2, 3
dan bimbingan.
8. Kedua orangtua saya serta seluruh keluarga besar yang telah membantu
do’a, menguatkan, memberikan perhatian dan semangat kepada penulis.

v
9. Teman-teman seperjuangan 3A dan 3B angkatan 2019 yang sangat
membantu dan mendukung saya dalam mengerjakan Proposal Karya Tulis
Ilmiah
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan penulisan proposal
karya tulis ilmiah pada masa mendatang sangat penulis harapkan. Penulis
berharap semoga hasil penulisan proposal karya tulis ilmiah ini dapat
memberikan manfaat khususnya untuk penulis dan pembaca pada umumnya.
Amin.

vi
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................iii


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................10
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumususan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Konsep Dasar Hipertensi...............................................................................6
1. Definisi.....................................................................................................6
2. Klasifikasi penyakit hipertensi.................................................................7
3. Etiologi.....................................................................................................9
4. Patofisiologi..............................................................................................9
5. Pathway..................................................................................................11
6. Manifestasi klinis...................................................................................13
7. Komplikasi.............................................................................................13
8. Penatalaksanaan......................................................................................14
B. Konsep Dasar Intoleransi Aktivitas..............................................................16
1. Definisi...................................................................................................16
2. Batasan karakteristik..............................................................................16
3. Faktor yang berhubungan.......................................................................16
C. Konsep Asuhan Keperawatan......................................................................16
1. Pengkajian..............................................................................................16
2. Diagnosa keperawatan............................................................................18
3. Intervensi keperawatan...........................................................................19

vii
4. Implementasi..........................................................................................21
5. Evaluasi..................................................................................................21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................22
A. Rancangan Penelitian...................................................................................22
B. Batasan Istilah..............................................................................................22
C. Subyek Studi Kasus......................................................................................23
D. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................23
E. Pengumpulan Data.......................................................................................23
F. Analisi Data..................................................................................................24
G. Etik Penelitian..............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LEMBAR BIMBINGAN.....................................................................................28

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan keadaan tekanan darah tinggi yang
dapat mempengaruhi kinerja organ lainnya. Yang sangat sering
terkena dampaknya secara langsung yaitu jantung. Hipertensi itu
sendiri dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu, usia, keturunan,
obesitas, terlalu sering mengonsumsi garam ataupun kurang
mengonsumsi makanan yang mengandung kalium, kurang
beraktivitas, dan juga berolahraga. Rata-rata orang yang terkena
serangan jantung ternyata hipertensi positif, itu bisa terjadi
dikarenakan fungsi jantung itu memompa darah ke seluruh tubuh,
dan apabila tekanan darahnya terlalu tinggi bisa membuat jantung
bekerja dua kali lipat dikarenakan harus melawan tekanan darah
yang cukup tinggi itu. Adanya hipertensi akan mempengaruhi
kontraktilitas, afterload, preload, atau fungsi relaksasi jantung.
Hipertensi dengan punurunan curah jantung menunjukkan awal
terjadinya kelainan fisik sistolik dari ventrikel kiri yang sangat
berhubungan dengan peningkatan insiden gagal jantung
(Tambuwun, Panda, dan Rampengan, 2016)
Hubungan dengan hipertensi dengan tidak toleransi
aktivitas berpusat pada proses ketidakmampuan tubuh untuk
memproduksi energi yang cukup untuk menyelesaikan aktivitas
sehari-hari dan tanda-tanda kelelahan dan kelemahan fisik yang
dialami oleh penderita hipertensi (Universitas Sumatra Utara,
2017).
Intoleransi aktivitas merupakan salah satu masalah yang
berkaitan erat dengan penyakit hipertensi. Penyebab dari
munculnya intoleransi aktivitas itu sendiri yaitu, adanya
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah
baring, kelemahan, imobolisasi, dan gaya hidup monoton. Seperti
yang diketahui, pasien dengan riwayat hipertensi dalam
beraktivitas banyak dibantu baik oleh keluarga, kerabat maupun
perawat. Seperti aktivitas beridiri, duduk, dan sebagainya dengan
didukung oleh beberapa faktor penyabab yang menyebabkan
pasien tersebut mengalami intoleransi aktivitas. Sehingga menurut
saya intoleransi aktivitas sangat relevan untuk dijadikan sebagai

1
2

fokus studi karena sangat berkaitan erat dengan kasus penyakit


hipertensi yang saya ambil sebagai kasus penyusunan proposal
Karya Tulis Ilmiah ini.
Banyak gejala yang tampak pada penyakit hipertensi itu
sendiri, salah satunya yaitu mata berkunang kunang dan badan
menjadi lemas seperti tidak ada energi pada penderita. Oleh karena
gejala yang disebabkan oleh hipertensi itu sendiri, pasien dengan
hipertensi tentunya mengalami gangguan pada aktivitas fisik,
sehingga menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Karena,
aktivitas pasien akan banyak dibantu agar mengurangi rasa sakit
yang diderita oleh pasien.
Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun
sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan
terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus
hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka
kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218
kematian.Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun
(31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun
(55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1%  diketahui
bahwa sebesar  8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang
terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin
minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita
Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya  Hipertensi sehingga
tidak mendapatkan pengobatan.Alasan penderita hipertensi tidak
minum obat antara lain karena, penderita hipertensi merasa sehat
(59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum
obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%), lupa
minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek
samping obat (4,5%) dan obat hipertensi tidak tersedia di
Fasyankes (2%). (Kementrian Kesehatan, 2019)
Berdasarkan hasil Riskedas 2018, pravelensi hipertensi di
Provinsi Jawa Tengah sebesar 37,57%. Pravelensi pada perempuan
(40,17%) lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (34,83%).
Pravelensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (38,11%) dibandingkan
dengan perdesaan (37,01%). Jumlah penderita hipertensi pada
tahun 2019 sebanyak 8.070.378 orang (30,4) dari seluruh
penduduk yang berusia >15 tahun. Presentase hipertensi tertinggi
di kabupaten/kota terdapat di Karanganyar, Jepara dan Magelang,
masing masing sebesar 100%. Sementara presentase terendah
terdapat di Purworejo (12,9%). (Dinkes Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2020)
Hipertensi yang sudah lama dan belum ada penanganan
sama sekali dapat berakibat fatal yaitu merusak pembuluh darah di
3

seluruh tubuh seperti mata, jantung, ginjal, dan juga otak. Jantung
dapat membesar apabila dipaksa meningkatkan beban kerja saat
memompa melawan tingginya tekanan darah padaorang yang
menderita hipertensi.
Pencegahan komplikasi penyakit hipertensi harus di
lakukan oleh penderita hipertensi untuk memperoleh kualitas hidup
yang baik. Untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik bagi
penderita hipertensi, perlu mengetahui beberapa hal yang berkaitan
dengan penyakit hipertensi, terutama komplikasi yang mungkin
bisa terjadi (Mujiran, 2018).
Aktivitas sehari-hari pasien disesuaikan dengan
kemampuan dalam mobilisasi. Sedangkan manfaat dari mobilisasi
sangat dianjurkan untuk pasien dengan hipertensi karena dapat
memperlancar peredarah darah, juga mengembalikan aktivitas
tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat
memenuhi kebutuhan gerak harian. Batasan aktivitas diubah sesuai
dengan kebutuhan sehari-hari (Heru Purnomo, dkk, 2020).
Menurut Yeni Setia Rini (2021) Dalam upaya penanganan
gangguan intoleransi aktivitas pada pasien dengan hipertensi yaitu
dengan menggunakan teknik pemberian aktivitas secara berkala.
Terapi aktivitas yang dapat diberikan pada pasien dengan
intoleransi aktivitas yaitu melakukan terapi aktivitas fisik seperti
pengaturan posisi, ambulasi dini, latihan isometrik dan perawatan
diri sesuai kebutuhan. Terapi aktivitas yang diperlukan untuk
mengatasi intoleransi aktivitas dengan cara mengajarkan pasien
teknik ambulasi dini menggunakan kruk, walker dan kursi roda.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
mengambil judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi
dengan Fokus Studi Intoleransi Aktivitas.
4

B. RUMUSUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami hipertensi dengan masalah intoleransi aktivitas?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan atau menggambarkan asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami hipertensi dengan masalah
intoleransi aktivitas.
2 Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian klien Ny.S dengan
intoleransi aktivitas akibat Hipertensi.
b. Menggambarkan diagnosis keperawatan pada Ny. dengan
intoleransi aktivitas akibat Hipertensi.
c. Menggambarkan perencanaan untuk mengatasi diagnose
keperawatan dengan intoleransi aktivitas akibat Hipertensi.
d. Menggambarkan tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk mengatasi intoleransi aktivitas akibat Hipertensi.
e. Menggambarkan hasil evaluasi masalah keperawatan
intoleransi aktivitas akibat Hipertensi.
f. Menggambarkan pembahasan hasil asuhan keperawatan
sejak pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi melalui proses komparasi 2 kasus
berdasarkan sumber-sumber primer yang relevan.

D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat
bagi beberapa pihak, diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Penulisan Proposal KTI ini diharapkan memberikan
sumbangsih untuk peningkatan ilmu pengetahuan dalam
memcari pemecahan permasalahan kesehatan yang
berhubungan dengan intoleransi aktivitas pada klien hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Hasil penulisan Proposal KTI diharapkan menambah
keikutsertaan juga memberikan kontribusidalam
peningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan
5

khususnya bagi klien dengan intoleransi aktivitas akibat


hipertensi.
b. Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Hasil penulisan Proposal KTI diharapkan menambah
keikutsertaan juga memberikan kontribusi dalam
peningkatan status kesehatan melalui upaya promotif
kususnya bagi klien dengan asuhan keperawatan
khususnya bagi klien dengan intoleransi aktivitas akibat
hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus-
menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah
yang disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang
tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
mempertahankan tekanan darah secara abnormal.
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau
kenaikan diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah dimana sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik nya di atas 90 mmHg
pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
(JB Silaen, 2018).

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah


sistolik lebih dari 120 mmHg dan diastolik lebih dari 80
mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin
tingginya tekanan darah. Pengobatan awal pada penyakit
hipertensi sangatlah penting karena dapat mencegah
timbulnya komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti
jantung, ginjal, dan otak. Penyelidikan epidemiologis
membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan
erat dengan mordibitas dan mortalitas penyakit
kardiovaskuler (Arif Muttaqin, 2019).

6
7

2. Klasifikasi penyakit hipertensi

a. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua


golongan
1) Hipertensi esensial (Primer)
Hipertensi primer yang disebut juga hipertensi
esensial adalah tekanan darah tinggi primer yang
terjadi tanpa penyebab yang pasti. Masalah ini
terjadi saat tekanan darah tinggi lebih besar dari 130
sistolik dan 80 diastolik. Faktanya, gangguan ini
termasuk umum terjadi pada seseorang yang
mengidap hipertensi dengan kasus lebih dari 90
persen.
Meski begitu, ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap
hipertensi primer, antara lain:
a) Genetik
Dikenal juga dengan faktor keturunan. hipertensi
bisa terjadi karena riwayat kesehatan keluarga.
b) Obesitas
Terjadi karena pola makan dan pola hidup yang
tidak sehat. Bahkan, risiko hipertensi pada
pengidap obesitas lebih tinggi dua hingga enam
kali lipat.
c) Konsumsi garam berlebihan
Yang didapat dari konsumsi makanan cepat saji.
Garam membuat volume cairan di dalam tubuh
meningkat yang mengakibatkan tekanan darah
turut meningkat untuk mengimbanginya.
d) Kurang asupan kalium
Yang berperan untuk menstabilkan kadar garam
di dalam tubuh.
Kebiasaan buruk, seperti merokok, stres,
konsumsi alkohol berlebihan, dan
sering begadang atau mengalami gangguan tidur
(Dr. Rizal Fadli, 2021).
8

2) Hipertensi sekunder
Berbeda dengan hipertensi primer, pada hipertensi
sekunder memiliki penyebab yang jelas, yaitu karena
kondisi medis tertentu. Salah satu kondisi medis yang
sangat rentan untuk terjadi akibat hipertensi adalah
penyakit ginjal. Hal ini wajar terjadi karena salah satu
fungsi ginjal adalah untuk mengontrol tekanan darah.
Saat tekanan darah terus naik, ginjal semakin sulit
untuk mengontrolnya dan akhirnya
bermasalah.Faktanya, glomerulonefritis dan penyakit
ginjal polikistik adalah dua di antara sekian banyak
gangguan ginjal yang memicu terjadinya hipertensi.
Penyakit lainnya seperti gangguan pada kelenjar
adrenal yang memiliki peran yang sama dengan
ginjal, yaitu mengontrol tekanan darah. Sindrom
Cushing dan Pheochromocytoma adalah dua contoh
penyakit yang berhubungan dengan kelenjar
adrenal.Gejala dari hipertensi sekunder mungkin tidak
terlihat hingga masalah ini sangat parah. Beberapa
gejala yang dapat terjadi, termasuk penglihatan
menjadi kabur, perasaan goyah dan sensasi pusing,
hingga sakit kepala yang parah. Meski begitu,
hipertensi sekunder dapat dicegah jika seseorang
dapat mengontrol masalah medis yang
menyebabkannya (Dr. Rizal Fadli, 2021).
b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi
1) Berdasarkan JNC VII

Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg)


Normal < 120 < 80
Pre hipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi 140 – 159 90 – 99
tahap 1
Hipertensi ≥ 160 ≥ 100
tahap 2

2) Klasifikasi hipertensi berdasarkan usia menurut WHO

Usia Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki


9

sistolik diastolik sistolik diastolik


11-15 114 72 109 70
16-20 115 73 110 70
21-25 115 73 110 71
26-30 115 75 112 73
31-35 117 76 114 74
36-40 120 80 116 77
41-45 124 81 122 78
46-50 128 82 128 79
51-55 134 84 134 80
56-60 137 84 139 82
60-65 148 86 145 83

3. Etiologi
Keadaan yang ditimbulkan oleh kenaikan tekanan
darah berasal dari suatu kecenderungan genetik yang
bercampur dengan faktor-faktor risiko seperti stres
kegemukan, terlalu banyak konsumsi garam, kurang
beraktivitas. Ini disebut hipertensi esensial kalau seseorang
mempunyai sejarah keturunan hipertensi dan mengidap
hipertensi ringan, dia dapat mengurangi kemungkinan
hipertensi berkembang lebih hebat dengan memberi
perhatian khusus terhadap faktor-faktor risiko tersebut.
Untuk kasus-kasus yang lebih berat, diperlukan pengobatan
untuk mengontrol tekanan darah. Jenis lain dari hipertensi
dikenal sebagai hipertensi sekunder yaitu kenaikan tekanan
darah yang terjadi akibat penyakit lain, seperti kerusakan
ginjal, tumor, saraf, neovaskular dan lain-lain (Tumanduk,
W. M, dkk, 2019).

4. Patofisiologi
Faktor yang menyebabkan hipertensi yaitu usia jenis
kelamin, merokok, stress, kurang olahraga, genetik,
konsumsi alkohol, kelebihan berat badan. Dengan penyebab
tersebut, menyebabkan pusat vasomotor dirangsang yang
membuat neuron preganglion melepaskan asektikolin lalu
merangsang serabut pascaganglion ke pembuluh darah
menjadikan norephineprin dilepaskan ke pembuluh darah.
Kontriksi menjadi suplai darah ke otak menurun serta
10

suplai oksigen ke otak juga menurun menyebabkan iskemia


yang biasa klien mengeluh pusing dan lemah dengan hal
tersebut menjadikan intoleransi aktivitas.
11

5. Pathway

Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin,


Beban kerja Aliran darah makin
merokok, stress, kurang olahraga, genetic,
jantung cepat keseluruh tubuh
alkohol, konsentrasi garam, obesitas.
sedangkan nutrisi dalam
sel sudah mencukupi
Tekanan kebutuhan
Kerusakan vaskuler HIPERTENSI
sistemik darah
pembuluh darah

Krisis
Perubahan situasi Metode koping tidak
Perubahan struktur situasional
efektif

Informasi yang
Defisiensi
Penyumbatan pembuluh minim
pengetahuan
darah ansietas Ketidakefektifan
Resistensi koping
pembuluh darah Nyeri kepala
vasokontriksi otak
Resiko
Suplai oksigen ketidakefektifan
Gangguan sirkulasi Otak ke otak perfusi jaringan otak
12

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi Spasme
pembuluh darah arteriol
ginjal Sistemik Koroner

Blood flow darah Resiko


vasokontriksi Iskemia
cedera
miokard
Penurunan
Respon RAA curah Afterload
Nyeri

Merangsang Kelebihan Fatigue


aldosetron volume

Intoleransi
Retensi Na Edema aktivitas
13

6. Manifestasi klinis
Apabila pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai
kelainan apapun selain tekanan darah tinggi, tetapi dapat
pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
penggumpalan cairan (eksudat), penyempitan pembuluh
darah. Setiap individu yang menderita hipertensi kadang
tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala
bila ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasikan
sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari),
azetoma dan kreatinin. Ketirlibatan pembuluh darah otak
dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien
yang bermanifestasi sebagai paralysissementara pada satu
sisi (Harefa D, 2019).
Nisa K (2020) menyebutkan bahwa sebagian besar
gejala klinis timbul disebabkan oleh, nyeri kepala yang
berakibat mual dan muntah yang diakibatkan oleh
peningkatan tekanan darah, ayunan langkah yang kerap
meleset disebabkan oleh penglihatan kabur dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler pada
tubuh.

7. Komplikasi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan
ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ
yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi
hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut :
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya
gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada
penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi akibatnya,
jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak
cairan tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang
dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema kondisi ini
disebut gagal jantung.
14

b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko
stroke, apabila tidak kunjung dilakukan penanganan
lebih lanjut, maka resiko terkena stroke lebih besar.
c. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan
ginjal, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan
kerusakan sistem penyaringan didalam ginjal. Akibatnya,
lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang
tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah
dan terjadinya penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hubungan antara mata dan hipertensi yaitu dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan retina pada mata dan
bahkan bisa menyebabkan kebutaan (Pratama B.A,
2019).

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan NonFarmakologi :
Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
mengobati tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
hipertensi dengan nonfarmakologi terdiri dari berbagai
macam gaya hidup umtuk menurunkan tekanan darah
tinggi yaitu :
1) Mempartahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass
Index (BMI) (Jaelani M, dkk, 2018). BMI dapat
diketahui dengan membagi berat badan dan tinggi
badan.
2) Kurangi asupan garam
Mengurangi asupan garam dapat dilakukan dengan
cara diet rendah garam. Pengurangan konsumsi garan
menjadi setengah sendok teh/hari, dapat menurunkan
tekanan darah sistolik 5 mmHg dan diatolik 2,5
mmHg (Purwono J, dkk, 2020).
3) Batasi konsumsi alkohol
Radmarssy, 2007 mengatakan bahwa konsumsi
alkohol harus dibatasi karena mengkonsumsi
15

alkohol berlebihan akan meningkatkan tekanan


darah.
4) Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara
langsung dengan munculnya hipertensi, tetapi
merokok dapat meningkatkan resiko komplikasi
pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan
stroke, maka perlu dihindari konsumsi merokok
karena dapat memperkeruh juga mengakibatkan
hipertensi (Adam L, 2019)
5) Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang
menetap, akan tetapi stress sering kalimenyebabkan
kenaikan tekanan darah sementara yang sangat
tinggi (Setyaningrum, N & Badi’ah, A, 2018)
b. Pengobatan Farmakologi
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan
ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompajantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin,
Reserpin)
Menghambat aktivitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metaprolol, Propanolol dan Atenolol)
a) Menurunkan daya pompa jantung
b) Tidak dianjurkan padapenderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti
asma bronkial.
4) Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
5) ACE inhibitor (Captropil)
a) Menghambat pembentukan zat Angiptensin II.
b) Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala,
dan lemas.
6) Penghambat reseptor Angiotensin II (Valsatran)
Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptor sehingga memperingan daya pompa
jantung.
16

B. Konsep Dasar Intoleransi Aktivitas


1. Definisi
Ketidakmampuan bergerak terlalu banyak hanya untuk
menyelesaikan aktivitas sehari-hari karena tubuh tidak
mampu memproduksi energi yang cukup (Nanda, 2015-
2017).
2. Batasan karakteristik
a. Keletihan Setelah Beraktivitas
b. Dispenea setelah beraktivitas
c. Ketidaknyamanan setelah melakukan aktivitas
d. Perubahan elektrokardiogram (EKG) (misalnya : aritmia,
abnormalitas, konduksi, iskomia)
e. Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
f. Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
3. Faktor yang berhubungan
a. Gaya hidup kurang gerak
b. Imobilitas
c. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d. Tirah baring

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data : Nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnosa medis,
penanggung jawab, catatan kedatangan.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : kepala terasa pusing, tidak bisa tidur,
lemah.
b. Riwayat kesehatan sekarang : biasanya saat dilakukan
pengkajian pasien masih mengeluh kepala terasa pusing, tidak
bisa tidur, lemah, penglihatan berkunang-kunang, tidak bisa
tidur.
c. Riwayat kesehatan dahulu : biasanya penyakit hipertensi
ini adalah penyakit yang sudah lama di alami oleh pasien, dan
biasanya pasien mengkonsumsi obat secara rutin.
d. Riwayat kesehatan keluarga : biasanya penyakit hipertensi
ini adalah penyakit turunan dari keluarga pasien.
e. Riwayat psikososial : hubungan pasien dengan keluarga,
kerabat, teman.
17

f. Riwayat spiritual : pasien selalu tabah dan sabar


menghadapi pasien.
g. Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Kebiasaan makan, menu makanan, porsi makanan,
porsi minum.
2) Istirahat (tidur)
Kebiasaan tidur pasien
3) Eleminasi
BAK (kebiasaan BAK, warna, bau)
BAB (kebiasaan BAB, warna, bau)
4) Personal hygiene
Mandi (kebiasaan mandi, memakai sabun)
Gosok gigi (kebiasaan gosok gigi)
5) Aktivitas
3. Data subjektif
a. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum
1) Kesadaran : composmentis
2) Penampilan : rapi
TTV : TD, suhu, nadi, RR
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala normal, rambut beruban atau
tidak, adakah benjolan dan lesi, bentuk wajah simetris.
Palpasi : adakah nyeri tekan disekitar luka
2) Mata
Inspeksi : mata simetris, pupil isokor, sclera normal,
konjungtiva pucat,pergerakan bola mata normal, alis
mata.

3) Hidung
Inspeksi : kesimetrisa, fungsi penciuman, adakah
secret, adakah pernafasan cuping hidung, nafas
spontan.
18

4) Mulut dan tenggorokan


Inpeksi : mukosa bibir, lidah kotor atau tidak, karies
gigi, nafsu makan, adakah nyeri telan, gusi berdarah
atau tidak.
5) Leher
Inspeksi : adakah benjolan, adakah lesi.
Palpasi : adakah pembesaran,kelenjar tiroid.
6) Thorak, paru, dan jantung
Inspeksi : bentuk dada, pergerakan dinding dada,
adakah keluhan sesak, adakah tarikan interkoste, batik
(+/-), adakah nyeri saat bernafas, pola nafas.
Palpasi : adakah nyeri tekan pada daerah dada.
Perkusi : suara sonor (paru kiri dan paru kanan)
Auskultasi : suara nafas, suara jantung, adakah suara
tambahan.
7) Abdomen
Inspeksi : simetris, mual (+-), muntah (+/-)
Palpasi : adakah nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 22 x/menit
8) Genetalia
Inspeksi : distensi kandung kemih (+/-), terpasang
kateter (+/-), produksi urine.
Palpasi : adakah nyeri tekan pada kandung kemih.
9) Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi : pergerakan sendi terbatas atau tidak, adakah
kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah.

4. Diagnosa keperawatan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
19

5. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan
intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan
tubuh menurut Nanda (2015), antara lain :

No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi


. keperawatan
1. Intoleransi NOC NIC
aktivitas 1. Energy Activity
Definisi: conservation. Therapy
ketidakcukupan 2. Activity 1. Kolaborasikan
energi psikologis tolerance. dengan Tenaga
dan fisiologis untuk 3. Self care Rehabilitas
melanjutkan atau Kriteria Hasil : Medik dalam
menyelesaikan 1. Berpartisipasi merencanakan
aktivitas kehidupan dalam aktivitas program terapi
sehari-hari yang fisik tanpa dengan tepat.
harus atau yang disertai Rasional : terapi
ingin dilakukan. peningkatan medic yang tepat
Batasan tekanan darah, dapat
karakteristik : nadi, dan RR. memungkinkan
1. Respon tekanan 2. Mampu pemulihan
darah abnormal melakukan tingkat aktivitas.
terhadap aktivitas. aktivitas sehari- 2. Bantu klien
2. Respon frekuensi hari secara untuk
jantung abnormal mandiri. mengidentifikasi
terhadap aktivitas. 3. Tanda-tanda aktivitas yang
3. Perubahan EKG vital normal. mampu
yang 4. Energi dilakukan.
mencerminkan psikomotor. Rasional :
aritmia. 5. Level menelaah
4. Perubahan EKG kelemahan. kemampuan
yang 6. Mampu aktivitas klien.
mencerminkan berpindah : 3. Bantu untuk
iskemia. dengan atau mendapatkan
5. tanpa bantuan alat bantuan
Ketidaknyamanan alat. aktivitas seperti
setelah beraktivitas. 7. Status kursi roda, kruk.
6. Dispnea setelah kardiopulmunari Rasional : untuk
beraktivitas. adekuat. melindungi saat
7. Merasa letih. 8. Sirkulasi melakukan
8. Merasa lemah. status baik. aktivitas.
Faktor yang 9. Status 4. Bantu untuk
berhubungan : respirasi : mengidentifikasi
20

1. Tirah baring atau pertukaran gas aktivitas yang


mobilisasi dan ventilasi disukai.
2. Kelemahan adekuat. Rasional :
umum. pemenuhan
3. aktivitas dapat
Ketidakseimbangan terpenuhi sesuai
antara suplai dan dengan
kebutuhan oksigen. keinginan.
4. Imobilitas. 5. Bantu klien
5. Gaya untuk membuat
hidupmonoton. jadwal latihan
diwaktu luang.
Rasional :
kebutuhan
aktivitas lebih
teratur.
6. Bantu pasien
atau keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas.
Rasional :
menghindari
pemaksaan
penggunaan
energi dalam
beraktivitas.
7. Bantu pasien
utnuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan.
Rasional :
memberikan
penguatan dan
motivasi pada
klien agar
mampu
melakukan
aktivitas.
8. Monitor
respon fisik,
emosi, sosial,
dan spiritual.
21

Rasional :
mengurangi
resiko kelelahan
saat beraktivitas.

6. Implementasi
Merupakan pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi
kegiatan yaitu : validasi, rencana keperawatan,
mendokumentasikan rencana, memberikan asuhan
keperawatan dalam pengumpulan data, serta melaksanakan
advis dokter dan ketentuan yang sudah ditetapkan di Rumah
Sakit.

7. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupakan perbandingan keadaan pasien dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur
& Saiful, 2012).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dalam studi kasus ini menggunakan
pendekatan penelitian deskriptif. Menurut Yuliani W (2018)
Penelitian deskriptif mendeskripsikan (memaparkan)
peristiwa-peristiwa yang ada juga dilakukan secara sistematis
dan lebih menekankan pada data faktual dari pada hanya
sekadar penyimpulan. Peristiwa atau kasus yang diangkat
disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi. Bagaimana dan
mengapa kasus tersebut bisa terjadi. Studi kasus ini dilakukan
untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan Intoleransi
Aktivitas pada pasien dengan Hipertensi.

B. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul
penelitian, maka peneliti sangat perlu memberikan batasan
istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis
dan terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang
difokuskan pada reaksi dan respon untuk individu pada suatu
kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang
dialami, baik aktual maupun potensial.
2. Hipertensi adalah kenaikan tekanan sistolik atau tekanan
diastolik atau keduanya. Dimana tekanan darah sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan disatoliknya di atas 90 mmHg.
3. Intoleransi aktivitas adalah suatu respon tubuh yang tidak
mampu bergerak terlalu banyak karena tubuh tidak mampu
memproduksi energi yang cukup untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau yang harus
diselesaikan (Nanda, 2007).

22
23

C. Subyek Studi Kasus


Subyek penelitian dapat diartikan sebagai subyek yang dituju
untuk diteliti oleh peneliti atau subyek yang menjadi pusat
perhatian atau sasaran peneliti (Siregar A. Z & Harahap N,
2019). Subyek studi kasus dalam penulisan ini adalah pasien
dengan hipertensi. Adapun kriteria inklusi dan kriteria ekslusi
adalah sebagi berikut :
1. Kriteria inklusi
a. Pasien dengan Intoleransi Aktivitas dengan Hipertensi.
b. Bersedia menjadi responden
c. Pasien dapat bekomunikasi dengan baik dan juga
kooperatif
2. Kriteria ekslusi
a. Pasien yang dalam persiapan pulang
b. Keluarga pasien yang tidak menyetujui jika anggota
keluarganya dijadikan responden.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi dilakukan di RSUD dr. R. Soetidjono Blora
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan sejak pasien pertama kali masuk sampai
pulang atau minimal 3 hari.

E. Pengumpulan Data
Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan
dalam penelitian ini, sangatlah perlu teknik pengumpulan data.
Adapun teknik tersebut adalah :
1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien,
keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang,keluarga,dahulu, dll). Sumber data dari pasien,
keluarga dan perawat lainnya.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA :
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh
klien.
3. Studi dokumentasi dan angket (hasil pemeriksaan diagnostik
dan data lainnya yang relevan).
24

F. Analisi Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul.
Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,
selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan
selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik
analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-
jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara
mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti
dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk
selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada
sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam
intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :
1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari wawancara, observasi, dokumentasi.
Hasil tulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin
dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).
2. Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan
lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan
dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif,
dianalisa berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik
kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan
maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan
jalan mengaburkan identitas dari klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan
dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan
secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang
dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

G. Etik Penelitian
Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus,
terdiri dari :
1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)
25

Dimana subjek harus mendapatkan informasi secara


lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan,
mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak
menjadi pasien. Pada informed consent juga perlu
dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya untuk
menambah ilmu.
2. Anonimity (tanpa nama)
Dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data
yang diberikan harus dirahasiakan. Kerahasiaan dari
responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
responden atau tanpa nama (anonimity).
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan yang diberikan kepada oleh responden dijamin
oleh peneliti (Siregar A. Z & Harahap N, 2019). 
26

DAFTAR PUSTAKA

Evi Diah Agustin, 2019.Asuhan Keperawatan pada Klien yang Mengalami


Hipertensi dengan Intoleransi Aktivitas Diruang Krissan
RSUD Bangil Pasuruan. Scribd, Vol.1, No.1, 20,
https://id.scribd.com/document/402600431/EVI-DIAH-
AGUSTIN-pdf.
Kementrian Kesehatan, 2019. Angka Hipertensi di Indonesia.
P2ptm.kemenkes.go.id,
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/dki-jakarta/hari-
hipertensi-dunia-2019-know-your-number-kendalikan-
tekanan-darahmu-dengan-cerdik
Nanda Internasional. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Edisi: 10. EGC: Jakarta
ArifMuttaqin. 2019. Pengertian Hipertensi. Jakarta: SalembaMedika
Agustin, Evi Diah. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang
Mengalami Hipertensi Dengan Intoleransi Akivitas Di
Ruang Krissan Rsud Bangil Pasuruan. Skripsi, STIKes
Insan Cendekia Medika Jombang.
Mujiran. 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi
Dengan Sikap Dalam Pencegahan Komplikasi Hipertensi
Pada Lansia Peserta Prolanis Upt Puskesmas Jenawi
Keranganyar.
Tumanduk, W. M., Nelwan, J. E., & Asrifuddin, A. 2019. Faktor-faktor
risiko hipertensi yang berperan di Rumah Sakit Robert
Wolter Mongisidi. e-CliniC, 7(2).
Dr. Rizal Fadli. 2021. Klasifikasi hipertensi menurut
penyebabnya. Cermin Dunia Kedokteran, 46(7), 67-73.
Harefa, D. 2019.Perencanaan Asuhan Keperawatan Dengan Penyakit
Hipetensi.
Nisa, K. (2020). Penyebab munculnya gejala klinis pada pasien
hipertensi.
Pratama, B. A. 2019. Hubungan Hipertensi dengan Tekanan Intraokuler
pada Pasien Poli Mata RS Umum Sarila Husada Sragen.
Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Jaelani, M., Larasati, M. D., Rahmawati, A. Y., & Ambarwati, R. 2018.
Efektifitas Aktivitas Peer Group terhadap Penurunan Berat
Badan dan Persen Lemak Tubuh pada Remaja
Overweight. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 30(2), 127-132.
27

Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., & Budianto, A. 2020. Pola Konsumsi
Garam Dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal Wacana
Kesehatan, 5(1), 531-542.
Adam, L. 2019. Determinan hipertensi pada masyarakat awam. Jambura
Health and Sport Journal, 1(2), 82-89.
Setyaningrum, N., & Badi’ah, A. 2018. Efektivitas progressive muscle
relaxation dengan zikir terhadap penurunan tekanan darah
dan penurunan tingkat stres pada penderita
hipertensi. MEDISAINS, 16(1), 8-13.
Yuliani, W. 2018. Metode penelitian deskriptif kualitatif dalam perspektif
bimbingan dan konseling. Quanta, 2(2), 83-91.
Siregar, A. Z., & Harahap, N. 2019. Strategi dan teknik penulisan karya
tulis ilmiah dan publikasi. Deepublish.
Aryantiningsih, D. S., & Silaen, J. B. 2018. Hypertension in the
community of the Harapan Raya Puskesmas
Pekanbaru. Jurnal Ipteks Terapan, 12(1), 64-77.
Heru Purnomo, Mu’awanah, Mohammad Nor Mudhofar. 2020. Perbedaan
mobilisasi dini 6 jam dan 8 jam terhadap peristaltik usus
pada pasien post operasi dengan anastesi umum di RS. Dr.
R. Soeprapto Cepu. Jurnal Studi Keperawatan (J-SIKEP).
28

LEMBAR BIMBINGAN
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA
JURUSAN KEPERAWATAN – POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Nama Mahasiswa : Ardena Milkha Kirana

NIM : P1337420419073

Nama Pembimbing : Heru Purnomo, Skep., Ns., MHKes


Judul KTI : Asuhan Keperawatan Intoleransi Aktivitas pada Pasien
Hipertensi

NO HARI/ MATERI BIMBINGAN SARAN TANDA MNTR


TANGGA TANGA KAPRODI
L N
PEMBI
MBING

Blora,..........................................

Kaprodi Keperawatan Blora Program


Studi Diploma III

Joni Siswanto, S.Kp, M.Kes


NIP 196607131990031003

Anda mungkin juga menyukai