i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang membuat
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PEMBIMBING
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Mengetahui,
Perwakilan Jurusan Keperawatan
iv
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan berkat adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :
v
9. Teman-teman seperjuangan 3A dan 3B angkatan 2019 yang sangat
membantu dan mendukung saya dalam mengerjakan Proposal Karya Tulis
Ilmiah
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan penulisan proposal
karya tulis ilmiah pada masa mendatang sangat penulis harapkan. Penulis
berharap semoga hasil penulisan proposal karya tulis ilmiah ini dapat
memberikan manfaat khususnya untuk penulis dan pembaca pada umumnya.
Amin.
vi
DAFTAR ISI
vii
4. Implementasi..........................................................................................21
5. Evaluasi..................................................................................................21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................22
A. Rancangan Penelitian...................................................................................22
B. Batasan Istilah..............................................................................................22
C. Subyek Studi Kasus......................................................................................23
D. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................23
E. Pengumpulan Data.......................................................................................23
F. Analisi Data..................................................................................................24
G. Etik Penelitian..............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LEMBAR BIMBINGAN.....................................................................................28
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan keadaan tekanan darah tinggi yang
dapat mempengaruhi kinerja organ lainnya. Yang sangat sering
terkena dampaknya secara langsung yaitu jantung. Hipertensi itu
sendiri dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu, usia, keturunan,
obesitas, terlalu sering mengonsumsi garam ataupun kurang
mengonsumsi makanan yang mengandung kalium, kurang
beraktivitas, dan juga berolahraga. Rata-rata orang yang terkena
serangan jantung ternyata hipertensi positif, itu bisa terjadi
dikarenakan fungsi jantung itu memompa darah ke seluruh tubuh,
dan apabila tekanan darahnya terlalu tinggi bisa membuat jantung
bekerja dua kali lipat dikarenakan harus melawan tekanan darah
yang cukup tinggi itu. Adanya hipertensi akan mempengaruhi
kontraktilitas, afterload, preload, atau fungsi relaksasi jantung.
Hipertensi dengan punurunan curah jantung menunjukkan awal
terjadinya kelainan fisik sistolik dari ventrikel kiri yang sangat
berhubungan dengan peningkatan insiden gagal jantung
(Tambuwun, Panda, dan Rampengan, 2016)
Hubungan dengan hipertensi dengan tidak toleransi
aktivitas berpusat pada proses ketidakmampuan tubuh untuk
memproduksi energi yang cukup untuk menyelesaikan aktivitas
sehari-hari dan tanda-tanda kelelahan dan kelemahan fisik yang
dialami oleh penderita hipertensi (Universitas Sumatra Utara,
2017).
Intoleransi aktivitas merupakan salah satu masalah yang
berkaitan erat dengan penyakit hipertensi. Penyebab dari
munculnya intoleransi aktivitas itu sendiri yaitu, adanya
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah
baring, kelemahan, imobolisasi, dan gaya hidup monoton. Seperti
yang diketahui, pasien dengan riwayat hipertensi dalam
beraktivitas banyak dibantu baik oleh keluarga, kerabat maupun
perawat. Seperti aktivitas beridiri, duduk, dan sebagainya dengan
didukung oleh beberapa faktor penyabab yang menyebabkan
pasien tersebut mengalami intoleransi aktivitas. Sehingga menurut
saya intoleransi aktivitas sangat relevan untuk dijadikan sebagai
1
2
seluruh tubuh seperti mata, jantung, ginjal, dan juga otak. Jantung
dapat membesar apabila dipaksa meningkatkan beban kerja saat
memompa melawan tingginya tekanan darah padaorang yang
menderita hipertensi.
Pencegahan komplikasi penyakit hipertensi harus di
lakukan oleh penderita hipertensi untuk memperoleh kualitas hidup
yang baik. Untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik bagi
penderita hipertensi, perlu mengetahui beberapa hal yang berkaitan
dengan penyakit hipertensi, terutama komplikasi yang mungkin
bisa terjadi (Mujiran, 2018).
Aktivitas sehari-hari pasien disesuaikan dengan
kemampuan dalam mobilisasi. Sedangkan manfaat dari mobilisasi
sangat dianjurkan untuk pasien dengan hipertensi karena dapat
memperlancar peredarah darah, juga mengembalikan aktivitas
tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat
memenuhi kebutuhan gerak harian. Batasan aktivitas diubah sesuai
dengan kebutuhan sehari-hari (Heru Purnomo, dkk, 2020).
Menurut Yeni Setia Rini (2021) Dalam upaya penanganan
gangguan intoleransi aktivitas pada pasien dengan hipertensi yaitu
dengan menggunakan teknik pemberian aktivitas secara berkala.
Terapi aktivitas yang dapat diberikan pada pasien dengan
intoleransi aktivitas yaitu melakukan terapi aktivitas fisik seperti
pengaturan posisi, ambulasi dini, latihan isometrik dan perawatan
diri sesuai kebutuhan. Terapi aktivitas yang diperlukan untuk
mengatasi intoleransi aktivitas dengan cara mengajarkan pasien
teknik ambulasi dini menggunakan kruk, walker dan kursi roda.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
mengambil judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi
dengan Fokus Studi Intoleransi Aktivitas.
4
B. RUMUSUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami hipertensi dengan masalah intoleransi aktivitas?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan atau menggambarkan asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami hipertensi dengan masalah
intoleransi aktivitas.
2 Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian klien Ny.S dengan
intoleransi aktivitas akibat Hipertensi.
b. Menggambarkan diagnosis keperawatan pada Ny. dengan
intoleransi aktivitas akibat Hipertensi.
c. Menggambarkan perencanaan untuk mengatasi diagnose
keperawatan dengan intoleransi aktivitas akibat Hipertensi.
d. Menggambarkan tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk mengatasi intoleransi aktivitas akibat Hipertensi.
e. Menggambarkan hasil evaluasi masalah keperawatan
intoleransi aktivitas akibat Hipertensi.
f. Menggambarkan pembahasan hasil asuhan keperawatan
sejak pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi melalui proses komparasi 2 kasus
berdasarkan sumber-sumber primer yang relevan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat
bagi beberapa pihak, diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Penulisan Proposal KTI ini diharapkan memberikan
sumbangsih untuk peningkatan ilmu pengetahuan dalam
memcari pemecahan permasalahan kesehatan yang
berhubungan dengan intoleransi aktivitas pada klien hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Hasil penulisan Proposal KTI diharapkan menambah
keikutsertaan juga memberikan kontribusidalam
peningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2) Hipertensi sekunder
Berbeda dengan hipertensi primer, pada hipertensi
sekunder memiliki penyebab yang jelas, yaitu karena
kondisi medis tertentu. Salah satu kondisi medis yang
sangat rentan untuk terjadi akibat hipertensi adalah
penyakit ginjal. Hal ini wajar terjadi karena salah satu
fungsi ginjal adalah untuk mengontrol tekanan darah.
Saat tekanan darah terus naik, ginjal semakin sulit
untuk mengontrolnya dan akhirnya
bermasalah.Faktanya, glomerulonefritis dan penyakit
ginjal polikistik adalah dua di antara sekian banyak
gangguan ginjal yang memicu terjadinya hipertensi.
Penyakit lainnya seperti gangguan pada kelenjar
adrenal yang memiliki peran yang sama dengan
ginjal, yaitu mengontrol tekanan darah. Sindrom
Cushing dan Pheochromocytoma adalah dua contoh
penyakit yang berhubungan dengan kelenjar
adrenal.Gejala dari hipertensi sekunder mungkin tidak
terlihat hingga masalah ini sangat parah. Beberapa
gejala yang dapat terjadi, termasuk penglihatan
menjadi kabur, perasaan goyah dan sensasi pusing,
hingga sakit kepala yang parah. Meski begitu,
hipertensi sekunder dapat dicegah jika seseorang
dapat mengontrol masalah medis yang
menyebabkannya (Dr. Rizal Fadli, 2021).
b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi
1) Berdasarkan JNC VII
3. Etiologi
Keadaan yang ditimbulkan oleh kenaikan tekanan
darah berasal dari suatu kecenderungan genetik yang
bercampur dengan faktor-faktor risiko seperti stres
kegemukan, terlalu banyak konsumsi garam, kurang
beraktivitas. Ini disebut hipertensi esensial kalau seseorang
mempunyai sejarah keturunan hipertensi dan mengidap
hipertensi ringan, dia dapat mengurangi kemungkinan
hipertensi berkembang lebih hebat dengan memberi
perhatian khusus terhadap faktor-faktor risiko tersebut.
Untuk kasus-kasus yang lebih berat, diperlukan pengobatan
untuk mengontrol tekanan darah. Jenis lain dari hipertensi
dikenal sebagai hipertensi sekunder yaitu kenaikan tekanan
darah yang terjadi akibat penyakit lain, seperti kerusakan
ginjal, tumor, saraf, neovaskular dan lain-lain (Tumanduk,
W. M, dkk, 2019).
4. Patofisiologi
Faktor yang menyebabkan hipertensi yaitu usia jenis
kelamin, merokok, stress, kurang olahraga, genetik,
konsumsi alkohol, kelebihan berat badan. Dengan penyebab
tersebut, menyebabkan pusat vasomotor dirangsang yang
membuat neuron preganglion melepaskan asektikolin lalu
merangsang serabut pascaganglion ke pembuluh darah
menjadikan norephineprin dilepaskan ke pembuluh darah.
Kontriksi menjadi suplai darah ke otak menurun serta
10
5. Pathway
Krisis
Perubahan situasi Metode koping tidak
Perubahan struktur situasional
efektif
Informasi yang
Defisiensi
Penyumbatan pembuluh minim
pengetahuan
darah ansietas Ketidakefektifan
Resistensi koping
pembuluh darah Nyeri kepala
vasokontriksi otak
Resiko
Suplai oksigen ketidakefektifan
Gangguan sirkulasi Otak ke otak perfusi jaringan otak
12
Vasokontriksi Spasme
pembuluh darah arteriol
ginjal Sistemik Koroner
Intoleransi
Retensi Na Edema aktivitas
13
6. Manifestasi klinis
Apabila pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai
kelainan apapun selain tekanan darah tinggi, tetapi dapat
pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
penggumpalan cairan (eksudat), penyempitan pembuluh
darah. Setiap individu yang menderita hipertensi kadang
tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala
bila ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasikan
sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari),
azetoma dan kreatinin. Ketirlibatan pembuluh darah otak
dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien
yang bermanifestasi sebagai paralysissementara pada satu
sisi (Harefa D, 2019).
Nisa K (2020) menyebutkan bahwa sebagian besar
gejala klinis timbul disebabkan oleh, nyeri kepala yang
berakibat mual dan muntah yang diakibatkan oleh
peningkatan tekanan darah, ayunan langkah yang kerap
meleset disebabkan oleh penglihatan kabur dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler pada
tubuh.
7. Komplikasi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan
ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ
yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi
hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut :
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya
gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada
penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi akibatnya,
jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak
cairan tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang
dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema kondisi ini
disebut gagal jantung.
14
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko
stroke, apabila tidak kunjung dilakukan penanganan
lebih lanjut, maka resiko terkena stroke lebih besar.
c. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan
ginjal, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan
kerusakan sistem penyaringan didalam ginjal. Akibatnya,
lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang
tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah
dan terjadinya penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hubungan antara mata dan hipertensi yaitu dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan retina pada mata dan
bahkan bisa menyebabkan kebutaan (Pratama B.A,
2019).
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan NonFarmakologi :
Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
mengobati tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
hipertensi dengan nonfarmakologi terdiri dari berbagai
macam gaya hidup umtuk menurunkan tekanan darah
tinggi yaitu :
1) Mempartahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass
Index (BMI) (Jaelani M, dkk, 2018). BMI dapat
diketahui dengan membagi berat badan dan tinggi
badan.
2) Kurangi asupan garam
Mengurangi asupan garam dapat dilakukan dengan
cara diet rendah garam. Pengurangan konsumsi garan
menjadi setengah sendok teh/hari, dapat menurunkan
tekanan darah sistolik 5 mmHg dan diatolik 2,5
mmHg (Purwono J, dkk, 2020).
3) Batasi konsumsi alkohol
Radmarssy, 2007 mengatakan bahwa konsumsi
alkohol harus dibatasi karena mengkonsumsi
15
3) Hidung
Inspeksi : kesimetrisa, fungsi penciuman, adakah
secret, adakah pernafasan cuping hidung, nafas
spontan.
18
4. Diagnosa keperawatan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
19
5. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan
intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan
tubuh menurut Nanda (2015), antara lain :
Rasional :
mengurangi
resiko kelelahan
saat beraktivitas.
6. Implementasi
Merupakan pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi
kegiatan yaitu : validasi, rencana keperawatan,
mendokumentasikan rencana, memberikan asuhan
keperawatan dalam pengumpulan data, serta melaksanakan
advis dokter dan ketentuan yang sudah ditetapkan di Rumah
Sakit.
7. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupakan perbandingan keadaan pasien dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur
& Saiful, 2012).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dalam studi kasus ini menggunakan
pendekatan penelitian deskriptif. Menurut Yuliani W (2018)
Penelitian deskriptif mendeskripsikan (memaparkan)
peristiwa-peristiwa yang ada juga dilakukan secara sistematis
dan lebih menekankan pada data faktual dari pada hanya
sekadar penyimpulan. Peristiwa atau kasus yang diangkat
disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi. Bagaimana dan
mengapa kasus tersebut bisa terjadi. Studi kasus ini dilakukan
untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan Intoleransi
Aktivitas pada pasien dengan Hipertensi.
B. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul
penelitian, maka peneliti sangat perlu memberikan batasan
istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematis
dan terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang
difokuskan pada reaksi dan respon untuk individu pada suatu
kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang
dialami, baik aktual maupun potensial.
2. Hipertensi adalah kenaikan tekanan sistolik atau tekanan
diastolik atau keduanya. Dimana tekanan darah sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan disatoliknya di atas 90 mmHg.
3. Intoleransi aktivitas adalah suatu respon tubuh yang tidak
mampu bergerak terlalu banyak karena tubuh tidak mampu
memproduksi energi yang cukup untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau yang harus
diselesaikan (Nanda, 2007).
22
23
E. Pengumpulan Data
Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan
dalam penelitian ini, sangatlah perlu teknik pengumpulan data.
Adapun teknik tersebut adalah :
1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien,
keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang,keluarga,dahulu, dll). Sumber data dari pasien,
keluarga dan perawat lainnya.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA :
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh
klien.
3. Studi dokumentasi dan angket (hasil pemeriksaan diagnostik
dan data lainnya yang relevan).
24
F. Analisi Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul.
Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,
selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan
selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik
analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-
jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara
mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti
dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk
selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada
sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam
intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :
1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari wawancara, observasi, dokumentasi.
Hasil tulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin
dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).
2. Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan
lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan
dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif,
dianalisa berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik
kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan
maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan
jalan mengaburkan identitas dari klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan
dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan
secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang
dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
G. Etik Penelitian
Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus,
terdiri dari :
1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)
25
DAFTAR PUSTAKA
Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., & Budianto, A. 2020. Pola Konsumsi
Garam Dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal Wacana
Kesehatan, 5(1), 531-542.
Adam, L. 2019. Determinan hipertensi pada masyarakat awam. Jambura
Health and Sport Journal, 1(2), 82-89.
Setyaningrum, N., & Badi’ah, A. 2018. Efektivitas progressive muscle
relaxation dengan zikir terhadap penurunan tekanan darah
dan penurunan tingkat stres pada penderita
hipertensi. MEDISAINS, 16(1), 8-13.
Yuliani, W. 2018. Metode penelitian deskriptif kualitatif dalam perspektif
bimbingan dan konseling. Quanta, 2(2), 83-91.
Siregar, A. Z., & Harahap, N. 2019. Strategi dan teknik penulisan karya
tulis ilmiah dan publikasi. Deepublish.
Aryantiningsih, D. S., & Silaen, J. B. 2018. Hypertension in the
community of the Harapan Raya Puskesmas
Pekanbaru. Jurnal Ipteks Terapan, 12(1), 64-77.
Heru Purnomo, Mu’awanah, Mohammad Nor Mudhofar. 2020. Perbedaan
mobilisasi dini 6 jam dan 8 jam terhadap peristaltik usus
pada pasien post operasi dengan anastesi umum di RS. Dr.
R. Soeprapto Cepu. Jurnal Studi Keperawatan (J-SIKEP).
28
LEMBAR BIMBINGAN
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA
JURUSAN KEPERAWATAN – POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
NIM : P1337420419073
Blora,..........................................