LITERATUR REVIEW
(ILITERATUR REVIEW)
Karya tulis ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma Keperawatan di Program D-III Keperawatan Lawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
(ILITERATUR REVIEW)
Karya Tulis Ilmiah Literatur Review ini adalah hasil karya sendiri, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Tanggal
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah Literatur Review oleh Nazilah Arifah Khofsoh NIM.
17220183051 dengan judul “Efektivitas Terapi Brandt-Daroff Terhadap Penderita
Vertigo” ini telah disetujui pada
tanggal 07 Juli 2021
Oleh :
Pembimbing Utama
Mengetahui
Ketua Program Studi
D-III Keperawatan Lawang
Dewan Penguji
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Imam Subekti,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom
NIP.196512051989121001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas kasih-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik. Laporan ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Mata Ajar Karya Tulis Ilmiah
dan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Ujian Akhir di Program
Studi D-III Keperawatan Lawang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang.
Atas terselesainya proposal ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Budi Susatia, S. Kp., M. Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang.
2. Imam Subekti, S. Kep,. M. Kep, Sp. Kom selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Dr. Atti Yudiernawati, S. Kp., MPd selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Lawang.
4. Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,,M.Kep selaku pembimbing Utama yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dalam
menyusun karya tulis ini dan telah memberikan bimbingan dengan sabar,
tekun, bijaksana, dan sangat cermat memberikan masukan serta motivasi
kepada penulis.
5. Ns. Supono,S.Kep, Ns,,M.Kep,Sp.MB selaku Dosen Penguji Ketua yang
bersedia menguji penulis. Memberikan saran, bimbingan, arahan dan
motivasi dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Kampus II Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang Program Studi D-III Keperawatan Lawang yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan proposal.
7. Ayah Syaiful Arifin, Ibu Endang Sukardjiwati, Mbahkong,Uti, Kakak
Aditya Arifin Putra yang selalu mendoakan dan memberikan semangat
dan dukungan kepada penulis secara terus menerus. Tidak lelah
mengingatkan untuk semangat belajar dan segera menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini. Mendengarkan setiap keluhan dan tangisan penulis.
Membangun semangat serta menjadikan acuan bagi penulis untuk
menyelesaikan karya tulis ilmiah secara tepat waktu.
8. Keluarga besar Pasuruan dan Wonorejo yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis.
9. Teman-teman NCB dan rekan-rekan seperjuangan D-III Keperawatan
Lawang angkatan 2018 dan semua pihak yang telah memberikan
dukungan selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
10. Isticharotis Saadah, Inda Nur Mufidah, Yohana Arsila, Izdihar, Nisya dan
teman-teman sebimbingan yang tidak lelah mengarahkan, memberi
masukan dan motivasi penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun bagi penulis. Semoga amal ibadah dan budi baik bapak ibu, orang
tua, serta rekan-rekan mendapat rahmat yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis
berharap karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi
pembaca.
Abstrak
Vertigo yang sering ditemui dimasyarakat adalah gangguan orientasi spasial atau
persepsi dari pergerakan tubuh(rasa berputar) terhadap lingkungan sekitarnya.
Untuk merehabilitasi keseimbangan pada penderita vertigo dilakukan terapi fisik
Brandt-Daroff untuk membantu apabila sisi vertigo tidak jelas dengan keluhan
rasa berputar yang disertai dengan gangguan keseimbangan dan kesulitan untuk
mempertahankan suatu posisi tertentu terhadap suatu gerakan dengan didukung
oleh sistem muskuloskeletal. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh
pemberian terapi Brandt-Daroff terhadap keseimbangan pada penderita vertigo.
Studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi Brandt Daroff terhadap
keseimbangan penderita vertigo dengan ulusan jurnal yang dilakukan antara tahun
2015 sampai 2020. Dengan menggunakan keyword (((brandt daroff exercises) OR
physical therapy modalities) AND balance, postural) AND vertigo pada database
untuk mencari literature review. Dilakukan seleksi terhadap 5 artikel
menggunakan JBI Critical Appraisal tools. Artikel diambil dari database
bereputasi maupun terakreditasi. 2 artikel bereputasi yang diambil dari database
Pubmed dan 3 artikel terakreditasi diambil dari Google Schooler, Science direct,
Garuda. Penyelesaian diambil dengan memperhatikan PICOS framework,
kemudian artikel dianalisis satu persatu. Terapi Brandt Daroff memiliki efektifitas
untuk merehabilitasi keseimbangan penderita vertigo yang menujukkan perbaikan
yang bermakna khususnya pada penurunan derajat klinis kejadian vertigo.
Pemberian terapi Brandt daroff lebih disarankan menjadi pilihan utama yang
dapat dilakukan di rumah apabila dilihat dari resiko dan efek samping serta
prosedur gerakan yang mudah dengan perbaikan klinis yang lebih cepat, terutama
pada keluhan vertigo tidak jelas. Sehingga ketika seseorang dilakukan Brandt
Daroff diharapkan tingkat kekambuhan serupa berkurang dengan keluhan pusing
berputar dan gangguan keseimbangan mengalami perbaikan secara subjektif.
Kata Kunci : Terapi Brandt Daroff, Keseimbangan tubuh, Vertigo
EFFECTIVENESS OF BRANDT DAROFF THERAPY ON BALANCE OF
VERTIGO SUFFERERS
LITERATURE REVIEW
Abstract
Vertigo that is often found in society is a disorder of spatial orientation or
perception of the movement of the body (sense of spin) to the surrounding
environment. To rehabilitate balance in people with vertigo, Brandt-Daroff's
physical therapy is performed to help if the vertigo side is unclear with a spinning
feeling complaint accompanied by a balance disorder and difficulty maintaining a
certain position against a movement supported by the musculoskeletal system.
The purpose of this study is to explain the effect of Brandt-Daroff therapy on
balance in people with vertigo. The study was conducted to determine the effect
of Brandt Daroff therapy on the balance of vertigo sufferers with journal
approvals conducted between 2015 and 2020. By using keyword (((brandt daroff
exercises) OR physical therapy modalities) AND balance, postural) AND vertigo
in the database to search for literature review. Selection of 5 articles using JBI
Critical Appraisal tools. Articles are taken from reputable or accredited databases.
2 reputable articles taken from Pubmed database and 3 accredited articles taken
from Google Schooler, Science direct, Garuda. The solution is taken with
attention to the PICOS framework, then the articles are analyzed one by
one.Brandt Daroff therapy has the effectiveness to rehabilitate the balance of
vertigo sufferers that leads to meaningful improvements, especially in the clinical
decline in the incidence of vertigo. Brandt-daroff therapy is recommended to be
the main option that can be done at home when viewed from risks and side effects
and easy movement procedures with faster clinical improvement, especially in
unclear vertigo complaints. So when someone performed Brandt-Daroff expected
similar recurrence rates to be reduced with complaints of spinning dizziness and
impaired balance subjectively improved.
Keywords : Brandt Daroff Therapy, Body Balance, Vertigo
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Pada vertigo sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti
memutar merupakan suatu akibat dari gejala gangguan keseimbangan
yang dinyatakan sebagai pening, pusing, sempoyongan, rasa seperti
melayang atau dunia seperti berjungkir balik (Wreksoatmodjo, 2014).
BPPV atau Benign Positional Paroxysmal Vertigo adalah gangguan
system yang paling umum terjadi pada vestibular telinga bagian dalam
yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan (Brott et al., 2011).
Vertigo sendiri disebabkan oleh kelainan didalam telinga tengah yang
menghubungkan telinga dengan otak, kelainan penglihatan, dan karena
adanya perubahan tekanan darah secara tiba-tiba. Selain disebabkan
oleh gangguan pada sistem vestibular dan gangguan pada otak, vertigo
5
1.3 Tujuan
1. Bagi Penulis
2. Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
Vertigo berasal dari kata Yunani vertere yang berarti memutar, mengacu
pada sensasi rotasi sehingga menganggu rasa keseimbangan yang terutama
disebabkan oleh gangguan sistem keseimbangan. Vertigo adalah ilusi gerakan
yang dirasakan pasien seperti sedang berputar (vertigo subjektif) atau
sekelilingnya seperti berputar disekitar dirinya (vertigo objektif). Oleh karena itu
vertigo bukanlah gejala pusing berputar, melainkan berbagai gejala atau sindrom
yang terdiri dari gejala somatik (nistagamus, unstable), otonomik (pucat, keringat
dingin, mual , dan muntah), pusing merupakan gejala utama psikiatrik. Vertigo
merupakan gejala utama gangguan sistem vestibuler dan terkadang juga
merupakan gejala gangguan labirin (Davis et al., 2012).
9
Sistem vestibular terletak pada tulang temporal telinga dan terdiri dari :
1. Labirin yang terdiri dari utrikulus sakulus, dan tiga kanalis semisirkularis
yang mempunyai reseptor dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan
tubuh. Impuls reseptor labirin tersebut membentuk reflex yang berfungsi
untuk memulai mengkoordinasikan otot ekstrakuler, leher, dan tubuh
sehingga keseimbangan dapat dipertahankan disemua dan pergerakan
kepala.
2. Saraf vestibulokochlearis berasal dari batang otak yang membawa serabut
aferen somatic khusus dari saraf vestibularis untuk keseimbangan dan
pendengaran. Impuls ini berjalan pada kedua saraf melalui kanalis
auditorius interna kemudian menembus ruang subarachnoid, menuju
nucleus vestibularis di batang otak.
3. Nukleus vestibularis di batang otak akan mengantar impuls menuju
serebelum yang berfungsi sebagai sistem proprioseptif yang bisa mengatur
sikap atau posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerakan otot yang
disadari (Purnami et al., 2012).
1. Vertigo Vestibular
Vestibular adalah salah satu organ dalam pada telinga yang secara konstan
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan. Vertigo terjadi pada gangguan sistem vestibular, yang dapat
menyebabkan sensasi berputar, timbulnya episodic, diprovokasi oleh gerakan
kepala, dan biasanya disertai dengan rasa mual muntah (Hanafia, 2020).
2. Vertigo Non-Vestibular
Kondisi medis yang termasuk gangguan vertigo perifer antara lain penyakit
(Benign Proxymal Postional Vertigo) atau BPPV (gangguan keseimbangan karena
ada perubahan posisi kepala), penyakit minire disease (gangguan keseimbangan
yang sering mengakibatkan hilangnya pendengaran), vestibular neuritis
(peradanagn pada sel-sel saraf keseimbangan) dan labyrinthis (radang telinga
bagin dalam (Hanafia, 2020).
Vertigo sentral terjadi bila ada kelainan yang tidak normal di dalam otak,
terutama pada bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil). Gejala vertigo sentral biasanya berkembanga secara
bertahap, pasien akan memiliki beberapa gejala berikut :
a. Penglihatan ganda
b. Sukar menelan
c. Kelumpuhan otot-otot wajah
d. Sakit kepala berat
e. Kesadaran terganggu
f. Tidak mampu berkata-kata
g. Mual dan muntah
h. Tubuh terasa lemah
Masalah medis yang terkait dengan vertigo sentral antara lain yaitu stroke,
multiple sclerosis (gangguan pada tulang belakang dan otak), tumor, trauma di
bagian kepala, migren, infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses
(penurunan fungsi saraf) yang dapat memperngaruhi fungsi otak kecil. Penyebab
dan gejala pada keluhan utama vertigo yang sering muncul iba-tiba, gejala
klinisnya diikuti oleh tidak nyaman seperti berkeringat, mual, dan muntah.
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Tekanan darah
2.1.4 Patofisiologi
Teori ini didasarkan pada fakta bahwa rangsang yang berlebihan dapat
menyebabkan efek kacau pada saluran kanalis semisirkularis sehingga
menimbulkan pengaruh yang menggangu, penyebab yang akan muncul vertigo,
nistagmus, mual, dan muntah.
Menurut teori ini terjadi ketidaksesuai input sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer, yaitu mata/penglihatan, fungsi vestibulum dan
proprioceeptif, atau ketidakseimbangan/asimetri input sensorik dari berbagai sisi
kiri dan kanan. Kelainan ini menimbulkan reaksi kebingungan sensorik di sentral
sehingga timbul sensasi yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata),
ataksia atau kesulitan berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa
melayang, berputar (berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang
berlebihan, teori ini lebih lebih ditekankan kepada gangguan proses pengolahan
sentral sebagai penyebab.
Teori ini merupakan evolusi teori konflik sensorik. Menurut teori ini, otak
memiliki memori atau ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika
gerakan aneh atau dirasakan atau tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah
tersimpan, timbul respon dari susunan saraf otonom. Saat pola gerakan baru
berulang tersebut dilakukan mekanisme yang terjadi mekanisme adaptasi yang
bertahap berkembang dan tidak lagi muncul sebagai indikasi.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan pada perubahan respon sistem saraf otonom dalam
upaya adaptasi gerakan dan perubahan posisi, gejala klinis terjadi ketika sistem
simpatis terlalu mendominasi, dan sebaliknya apabila sistem parasimpatis hilang
maka memainkan berperan.
5. Teori sinap
Teori ini didasarkan pada peranan neurotransmisi dan teori sebelumnya
yang menidentifikasi perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi dalam
proses adaptasi, pembelajaran dan memori. Teori ini adalah menjelaskan bahwa
gejala penyerta yang sering muncul berupa pucat, dan berkeringat pada awal
serangan vertigo dan disebabkan oleh aktivitas simpatis, yang menggantikan
gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi
aktivitas susunan saraf parasimpatis.
Menurut (Sutarni, Rudi & Abdul 2019 dalam(Hanafia, 2020) gejala klinis
yang menonjol pada vertigo dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Vertigo Proksimal
2. Vertigo Kronis
Ciri khas vertigo kronis yaitu menetap lama, dengan keluhan konstan yang
tidak membentuk serangan-serangan akut.
3. Vertigo Akut
Menurut Lukita 2016 dalam (Hanafia, 2020) ada beberapa gejala vertigo yaitu :
1. rasa pusing berputar yang sering muncul mendadak dan kemudian akan hilang
secara spontan dalam beberapa menit.
3. kondisi ini dapat terjadi berulang dan dapat diperburuk dengan pergerakan
posisi kepala secara tiba-tiba atau menoleh kearah tertentu. Durasi terjadinya
sensasi berputar umumnya tidak lama (Sutarni, Rudi & Abdul 2019 dalam
(Hanafia, 2020).
2.1.6 Manifestasi
Kejadian vertigo dapat terjadi beberapa saat atau dapat berlanjut sampai
beberapa jam bahkan hari. Penderita juga dapat merasakan respon vertigo yang
dialaminya dengan cara berbaring diam supaya merasa lebih baik, namun vertigo
bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali. Rasa pusing
atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa
yang dipersepsikan oleh susunan saraf pusat (Joesoef 2002 dalam (DINI
OKTAVIA, 2014).
Pada anamnesis, keluhan kepala terasa pusing berputar pada saat perubahan
posisi kepala dengan posisi tertentu. Pada pemeriksaan THT secara umum
biasanya tidak didapatkan kelainan, dan pada uji kalori tidak ada peresis kanal.
Uji posisi ini dapat membantu mendiagnosa vertigo, dengan cara melakukan
manuver Hallpike yaitu penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua
sisi oleh pemeriksa, lalu kemudian kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok
ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
2.1.7 Komplikasi
1. Cedera fisik
Penderita dengan vertigo digambarkan dengan kehilangan keseimbangan karena
gangguan saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak dapat mempertahankan
dirinya untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Penderita yang mengalami vertigo sering tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih
sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga istirahat yang terlalu lama dan gerak
yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
a. Farmakoterapi
b. Prosedur reposisi partikel (pada BPPV)
c. Bedah
a. Metode brandt-daroff
b. Latihan visual vestibular
c. Latihan berjalan
a. Reposisi kanalit
b. Mencapai kompensasi dan adaptasi
2.2 Keseimbangan
1. Usia
Area titik fokus gravitasi tubuh diidentifikasi dengan pertambahan usia. Pada
anak-anak ditemukan lebih tinggi karena ukuran kepala anak relatif lebih besar
dari kakinya yang lebih kecil. Keadaan ini akan mempengaruhi pada
keseimbangan tubuh, semakin rendah letak titik berat terhadap bidang tumpu
maka semakin stabil posisi tubuh (RISANG TEGAR PAMBANGUN, 2016).
2. Jenis Kelamin
3. Kekuatan Otot
Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk menciptakan ketegangan dan tenaga
selama usaha maksimal baik secara kuat maupun secara statis. Kekuatan otot
dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal. Otot yang solid menjadi otot yang
dapat berkontraksi dan relaksasi otot yang maksimal, apabila otot kuat maka
keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik seperti
berjalan, lari, bekerja ke kantor dan lain sebagainya (RISANG TEGAR
PAMBANGUN, 2016).
Index massa tubuh merupakan instrumen atau metode dasar yang sederhana untuk
memantau status gizi seseorang. IMT tidak dapat digunakan untuk anak-anak,
bayi baru lahir dan wanita hamil terutama yang berkaitan dengan kekurangan
berat badan dan kelebihan berat badan (RISANG TEGAR PAMBANGUN, 2016).
Berat badan(kg)
IMT =
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan(m)
Kriteria IMT yang digunakan oleh WHO di Indonesia yaitu dengan nilai normal
18.5-22.9. Dengan klasifikasi sebagai berikut :
5. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah suatu gerakan fisik yang dapat menyebabkan kontraksi otot.
Aktivitas fisik dapat meningkatkan kebugaran jasmani, koordinasi, kekuatan otot
yang mempengaruhi peningkatan keseimbangan tubuh (RISANG TEGAR
PAMBANGUN, 2016).
a. Memperbaiki keseimbangan
1. Duduk di ranjang.
2. Tengokkan kepala 45° ke satu arah (misal kiri) lalu tiduran ke arah sebaliknya
(kanan) dengan kondisi kepala masih menengok kerah sebaliknya dengan mata
terbuka. Pertahankan posisi ini selama 30 detik.
4. Lakukan langkah nomer 2 dengan arah sebaliknya dengan durasi yang sama
lalu, lanjut ke langkah nomer 3. Lakukan langkah ini sebanyak lima kali dalam 2
minggu, latihan ini dilakukan sebanyak 3X sehari.
Latihan ini berguna untuk mengembalikan otolit yang lepas sehingga dapat
mencegah terjadinya vertigo berulang diwaktu ke depannya. Mengembalikan
otolit yang lepas sehingga dapat mencegah terjadinya vertigo berulang diwaktu ke
depannya (Wahyuni,2016 dalam (Hanafia, 2020).
Sumber :https://www.semanticscholar.org/paper/Strategies-to-prevent-recurrence-of-benign-
vertigo.-Helminski-Janssen/563b13d4bfdd1dbdb989c46b1aafc3411575064e
Sumber : https://otcdigest.id/topik-kita/mengatasi-vertigo-jangan-mengandalkan-obat-melainkan-
latihan
Gambar 3.1 Latihan Brandt-Daroff
Namun dari kelebihan tersebut, metode ini juga memiliki kelemahan yaitu
metode ini tidak boleh langsung dilakukan setelah pasien diberikan terapi epley
manuver maupun semont manuver karena epley manuver dan semont manuver
membutuhkan dampingan dokter atau perawat dalam melakukannya. Selain itu
dapat menyebabkan mual, muntah, pusing, risiko jatuh, dan sakit pinggang
apabila dilakukan langsung. Dalam perawatan semont manuver dan manuver
epley dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan partikel ke posisi awal pada
makula utrikulus yang terhambat karena adanya debris otolitith saat bergerak ke
segmen yang lebih sempit misalnya saat berpindah dari ampula ke kanal
bifurcasio. Maka hendaknya setelah melakukan manuver diharapkan penderita
untuk tetap dalam posisi duduk setidaknya 10 menit untuk mengatur
keseimbangan tubuh. (Hanafia, 2020).
A. Indikasi
B. Kontraindikasi
Kontraindikasi yang dapat terjadi dari melakukan terapi Brandt-Daroff adalah
mual dan muntah. (Kaski et al., 2019)
Hal ini diperkuat oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh Pinandita
(2012) dalam (Sumarliyah & Saputro, 2019) menyatakan teknik Brandt-Daroff
dapat menjadi teknik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh
siapapun yang berhubungan dengan kondisi tubuh didalam tubuh. Teknik ini
dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi. Teknik ini
dapat menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energi pada meredin
(energycahannel) yang terletak pada tubuh, sehingga dapat memberikan dorongan
secara reflek (spontan) pada saat mirik ke kanan dan ke kiri. Rangasangan yang
didapat nantinya akan mengalirkan gelombang ke otak, yang kemudian
diteruskan ke saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, penyumbatan
dijalur energi menjadi lancar(Sumarliyah & Saputro, 2019).
33
Terapi brandt daroff Keseimbangan tubuh Vertigo
Or Or Or
Brandt daroff exercise Human balance Vertigo
Or Or
Physical therapy Balance, postural
modalities
(n =98) (n =114)
1.1
Studies included in
I
qualitative synthesis
1.2
(SR)
(n = 42)
Studies included in quantitative
synthesis (meta-analysis)
(n = 5)
PubMed (n=2), Scince direct(n=1),
Garuda(n=1), Google School (n=1)
Tiga critical appraisal tools yang diambil untuk menilai kelayakan jurnal
pada penelitian ini. Terdapat delapan tools digunakan dengan format quasi-
experiment stud pretest-postest control group design Prospekti. Satu tools
digunakan dengan format Conference abstrak. Semua tools menunjukkan bahwa
jurnal layak dianalisa dengan hasil ‘ya’ lebih dari 50%. Lembar penilaian critical
appraisal terdapat pada lembar lampiran.
3.4 Analisis
Untuk lebih memperjelas menganalisis abstrak dan full text jurnal dibaca
dan dicermati. Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi
yang terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan penelitian. Analisis dapat
digunakan dengan menggunakan teknik :
1. Mencari Kesamaan (Compare)
Suatu metode untuk melakukan review dengan cara mencari kesamaan diantara
beberapa literatur & diambil kesimpulannya.
Suatu metode untuk melakukan review dengan cara mencari perbedaan dalam
beberapa literatur & diambil kesimpulannya.
4. Membandingkan (Synthesize)
5. Meringkas (Summarize)
Yaitu metode melakukan review dengan menulis ulang sumbernya dengan kalimat
sendiri.
3.5.1 Narasi
Dibuat dalam format narasi mulai dari pengumpulan data hingga kesimpulan.
3.5.2 Tabel
Penyajian dalam bentuk angka (data numerik) yang disusun dalam kolom dan
baris dengan tujuan untuk menunjukkan frekuensi kejadian dalam kategori yang
berbeda.
BAB 4
5 Dr. N. H. 2018 Volume Comparison of home-based D : Quasy Resolusi vertigo dicapai Science
Mohamad 61 modified exercise on the experimental pada 40% pasien pada 1 Direct
Hanapi, M. posterior canal benign bulan dan 48% pasien pada 6
Page e391 S : random single
Mazlan paroxysmal positional bulan untuk kedua
bliend controlled tria
(Associate vertigo symptoms: A kelompok. Tingkat konversi
Professor), A. random single bliend Variable : dari tes Dix-Hallpike positif
R. Abdul controlled tria ke negatif pada 1 bulan
Rahman, Dr. VD: adalah 92% pada kelompok
T.Y Chung, M. membandingkan efek SEM dan 84% pada
Z. Abu bakar dari dua latihan kelompok BDE (P = 0,38).
(Associate rumahan, self-Epley Dari penilaian berulang pada
Professor) maneuver (SEM) dan 1 dan 6 bulan, pengurangan
latihan Brandt-Daroff signifikan dalam intensitas
(BDE) pada pasien vertigo, F (1,6, 78,4) = 84,6,
dengan BPPV kanal P
posterior.
I: observasi
A: tes Dix-Hallpike
Jurnal Pre test Post test Hasil
Efektifitas Latihan Brandt- Skor 2,64 Skor 2,05 Menunjukkan hasil perbedaan tidak bermakna p>0,005
Daroff Terhadap Kejadian utuk variabel jenis kelamin, usia, pekerjaan, riwayat
Vertigo Pada Subjek Vertigo vertigo sebelumnya, dan onset keluhan vertigo baik pada
kelompok control maupun pada kelompok perlakuan.
Pengaruh Pemberian Terapi Vertigo sedang Vertigo sedang Menunjukkkan hasil pengaruh pemberian terapi brandt-
Fisik Brandt Daroff Terhadap (54%) (65%) daroff terhadap keseimbangan penderita vertigo
Vertigo di Ruang UGD RSUD 0,000(p<0,05)
DR. R SOEDARSONO vertigo ringan vertigo ringan
PASURUAN (13%) (25%)
vertigo berat (2%) vertigo berat
(10%)
Effect of Epley, Semont 2,32 Manuver 0,64 Manuver Menunjukkan hasil manuver Fmpley menghasilkan
Maneuvers and Brandt-Daroff Empley Empley
peningkatan maksimum dari pada manuver Semont dan
Exercise on Quality of Life in 2,42 Manuver 0,99 Manuver
Patients with Posterior Semont Semont brandt-daroff
Semicircular Canal Benign 2,27Brandt-daroff 1,41 Brandt-daroff
Paroxysmal Positional Vertigo
(PSCBPPV)
Comparison of the Brandt daroff 64% Brandt daroff Menunjukkan hasil latihan manuver Empley dan
effectiveness of Brandt-Daroff Semont manuver 92,7%
Brandt- Daroff sama efektifnya dalam menurunkan
Vestibular training and Epley 40% Semont manuver
Canalith repoditioning 54.4% vertigo dengan tingkat kekambuhan rendah serupa
maneuver in benign
p=0.132 dengan evaluasi yang terpisah.
Paroxysmal positional vertigo
long term result: A randomized
prospective clinical trial
Comparison of home-based Nilai P=0,38 Nilai P=84,6 Menunjukkan hasil pengurangan signifikan dalam
modified exercise on the
intensitas vertigo setalah melakukan terapi Brandt daroff
posterior canal benign
paroxysmal positional vertigo 74,3 P,0<001
symptoms: A random single
bliend controlled tria
Tabel 4.2 Hasil Terapi Brandt-Daroff tehadap keseimbangan
4.2 Pembahasan
Dengan tingkat ambang vertigo yang berbeda pada penderita, terapi ini
juga dapat membantu mengurangi konsumsi obat untuk meringankan vertigo dan
mencegah terjadinya kekambuhan tanpa harus mengkonsumsi obat. Menurut
penelitian(Gupta et al., 2019) terapi Brandt-daroff dapat digunakan untuk
pengobatan BPPV kalal posterior dalam mengadaptasi habituasi vestibular yang
dapat dilakukan di rumah dan memberikan pengaruh terhadap kualitas hidup
penderita BPPV. Latihan Brandt-Daroff dilakukan dengan menggunkan metode,
dimana pasien dalam posisi duduk tegak pada saat pemeriksaan, pasien bergerak
ke posisi berbaring pada sisi yang terkena bahu, dengan kepala miring ke atas
sekitas 45° selama 30 detik dan kemudian kembali pada posisi duduk, melihat ke
depan, dan tetap dalam posisi tersebut selama 30 detik. Pengaruh latihan Brandt-
Daroff terhadap kualitas hidup penderita vertigo memberikan perbaikan fisiologis
sebanyak 50%. Aspek fungsional yang menyebabkan gerakan mata, kepala, dan
tubuh tertentu, sehingga fokus pada kemampuan subjek untuk melakukan kegiatan
atau aktifitas secara mandiri.
Selanjutnya pada jurnal ketiga yang dilakukan oleh (Gupta et al., 2019)
dengan judul “Effect of Epley, Semont Maneuvers and Brandt-Daroff Exercise on
Quality of Life in Patients with Posterior Semicircular Canal Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (PSCBPPV)” didapatkan hasil skor skala VAP sebelum dan
sesudah perawatan dibandingkan menggunakan uji T berpasangan untuk manuver
Epley, manuver semont dan latihan Brandt Daroff. Skor rata-rata VAP (Aktivitas
dan partisipasi vestibular) sebelum dan sesudah Epley adalah 2,32 dengan SD
0,17 dan 0,64 dengan SD 0,61. Uji-t berpasangan menunjukkkan perbedaan yang
sangat signifikan antara skor rata-rata VAP sebelum dan sesudah Brandt Daroff
dan skor VAP sebelum dan sesudah manuver Epley dengan nilai P 0,0002. Maka
hal ini terbukti dengan penelitian Dix-Hallpike tercatat sebagai perbaikan
sejumlah 27 dari 30 (90%) pasien membaik dengan manuver Epley, 22 dari 30
(73,33%) pasien membaik dengan manuver Semont 15 dari 30 (50%) pasien
membaik dengan latihan Brandt Daroff. Sehingga berdasarkan hasil kedua tes
tersebut manuver Epley menghasilkan peningkatan maksimum dari pada manuver
Semont dan peningkatan paling sedikit dihasilkan oleh latihan Brandt-Daroff
dengan menunjukkan peningkatan ditingkat fisiologis dan peningkatan disemua
dimensi kualitas hidup.
Daroff
Menurut peneliti terapi Brandt Daroff yang dilakukan dengan latihan yang
berfokus pada gerakan kepala dan posisi tubuh yang dipertahankan selama 30
detik dapat membantu mengembalikan fungsi kekuatan otot terhadap
keseimbangan tubuh. Terapi Brandt daroff dapat dilakukan 5 set dalam setiap
harinya, dengan kepatuhan satu set nya pada pagi, siang, sore dan malam hari.
Dari hasil penenlitian artikel studi literature mengenai terapi Brandt Daroff
terhadap kualitas hidup pada responden, menurut penelitian (Fithriana et al.,
2020) menyatakan serangan vertigo yang terjadi apabila tidak segera ditangani
akan menyebabkan dampak buruk bagi penderitanya. Hal ini berdampak pada
gejala awal dan tanda awal terhadap gangguan telinga atau organ telinga yang
akibatnya penderita tidak dapat beraktifitas seperti biasanya. Hal ini diperkuat
oleh penelitian (Imania & Khotimah, 2017) yang menyatakan terapi Brandt
Daroff memiliki efek terhadap peningkatan kualitas hidup pasien dengan
meningkatkan aktivitas fungsional pada pasien dengan kondisi vertigo dengan
hasil nilai mean sebanyak 1,818 dan standar deviasi 0,981 dan didapatkan
p=0,215 (p>0,05). Pada penderita vertigo serangan yang terjadi secara berkali-kali
dalam satu hari disebabkan apabila penderita sering melakukan gerakan kepala
yang mencetus serangan (Ferdiansyah et al., 2008). Hal ini menyebabkan
gangguan aktivitas penderita terhadap sehari-hari dengan lama setiap serangan
lebih dari 1 menit. Menurut (Kondra) durasi serangan vertigo yang lebih lama
disebabka otokonia yang menempel pada kupula, sehingga kupula dalam posisi
defleksi seperti pada teori kupulolitiasis, yang pada akhirnya serangan tersebut
akan menghilang karena terjadi dispersi otokonia yang menempel pada kupula
atau terjadi adaptasi vestibuler sentral. Hal ini terjadi menurut peneliti pengaruh
vertigo terhadapa kualitas hidup penderita yang dapat dirasakan adalah vertigo
dapat menyebabkan stress, ganggguan emosi, dan menurunnya konsentrasi,
sehinggga mengakibatkan terganggunya aktifitas dan pekerjaan seseorang.
Perbaikan kualitas hidup akibat vertigo pada penderita dapat dilakukan dengan
terapi Brandt Daroff untuk membantu mereklasasikan penderita dengan
perlakuan yang rutin.
Penyebab dan gejala klinis yang di alami dengan rasa tidak nyaman pada
penderita biasanya muncul secara tiba-tiba. Menurut (Dewi, 2020) terjadi
ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik
perifer yaitu mata/visus, vestibulum dan proprioceeptif, atau
ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik yang berasal dari sisi kiri dan
kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral
sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata),
ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang,
berputar (berasal dari sensasi kortikal). Teknik terapi ini dapat membantu
merelaksasikan kondisi didalam tubuh. Serta dapat menghangatkan titik-titik
keluar masuknya energi pada meredin (energycahannel) yang terletak pada tubuh,
sehingga mampu memberikan rangsangan secara reflek (spontan) pada saat miring
ke kanan dan ke kiri (Akbar, 2013). Pada keluhan pencetus terjadinya vertigo
perubahan kepala atau badan terhadap gaya gravitasi menyebabkan penderita
mengalami ilusi persepsi dari pergerakan tubuh (rasa seperti berputar) terhadap
lingkungan (Edward & Roza, 2014). Penderita yang mengalami vertigo akan
mengakibatkan terjadinya penurunan pada sistem vestibular karena adanya
perubahan fragmentasi progresif dari statokonia utrikulus dan sakulus yang
menyebabkan respon akselerasi sehingga gravitasi berkurang dan menyebabkan
terganggunya sistem vestibular pada penderita dengan kehilangan keseimbangan
yang menyebabkan resiko jatuh (Kusumaningsih et al., 2015). Sehingga latihan
ini perlu dilakukan secara berulang-ulang agar sistem vestibular dapat
meningkatkan toleransi terhadap gravitasi (Șlicaru & Nemțanu, 2019).
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
3. Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi penelitian ini diharapkan sebagai sumber
kepustakaan bagi mahasiswa keperawatan bahwa dengan terapi fisik Brandt
Daroff dapat menimalisir kekambuhan pada penderita vertigo.
BAB 6
PENUTUP
Hasil penyusunan Karya Tulis Ilmiah Studi Literature ini dengan judul Efektivitas
Terapi Brandt Daroff terhadap Keseimbangan Penderita Vertigo, merupakan hasil
penelitian yang masih umum. Untuk menyamakan persepsi serta gerak langka
dalam aplikasi yang lebih khusus sesuai dengan kondisi yang ada. Selanjutnya
diberikan kewenangan kepada jurusan untuk membuat petunjuk teknisnya untuk
memperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam dan variatif.
Daftar Pustaka
Mengetahui
Pembimbing Utama
Ketua Program Studi D-III dan D-IV
Keperawatan Lawang
Dr. Atti Yudiernawati. SKp. MPd Nurul Hidayah, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIP. 196605091991032001 NIP. 197306151997032001