LITERATUR REVIEW
YULI KARTIKA
P17220181005
LITERATUR REVIEW
YULI KARTIKA
P17220181005
LITERATUR REVIEW
YULI KARTIKA
P17220181005
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah Literatur Revieuw oleh Yuli Kartika NIM. P17220181005
dengan judul “ Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
Lansia Penderita Hipertensi ” ini telah disetujui pada tanggal 14 November 2020.
Oleh:
Pembimbing Utama
Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,M.Kep
NIP.197306151997032001
Penguji Utama
Mengetahui,
LEMBAR PENGESAHAN
v
Karya Tulis Ilmiah literatur review ini diajukan oleh
Nama : Yuli Kartika
NIM : P17220181005
Program Studi : D-III Keperawatan Lawang
Judul : Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Lansia Penderita Hipertensi.
Karya Tulis Ilmiah literatur review ini telah diuji dan dinilai:
Oleh panitia penguji pada
Program Studi D-III Keperawatan Lawang
Poltekkes Kemenkes Malang
Pada tanggal…………………….
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
vi
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
“Pengaruh Senam Yoga Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia” sebagai salah
5. Kasiati, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji yang memberikan arahan dalam
vii
7. Untuk orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayang,
akhir ini.
9. Sahabat – sahabat saya diluar sana terimakasih sudah menemani saya dalam
pengerjaan tugas akhir ini, menjadikan saya lebih giat dan semangat untuk
mengerjakan.
2018 dan semua pihak yang telah memberikan dukungan selama penyusunan
proposal ini.
11. Kakak tingkat yang tidak pernah lelah mengarahkan, memberi masukan dan
maka dari itu penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
Penulis
viii
ABSTRAK
Abstrak
Latar Belakang : Penyakit yang sering terjadi atau sering dijumpai pada lansia
yaitu hipertensi yang ditandai dengan pusing, jantung berdebar-debar dan sesak
nafas, hal ini sangat mengganggu seseorang dalam kegiatan sehari-harinya, karena
penyakit ini paling sering mengenai bagian tengkuk kepala, sehingga penyakit ini
sangat mengganggu seseorang dalam beraktivitas akibat rasa nyeri yang
ditimbulkan. Pengobatan untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi salah
satunya yaitu denga melakukan terapi senam yoga yang menggabungkan teknik
bernafas, relaksasi dan meditasi.
Metode : Studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian senam yoga
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Dengan
menggunakan keyword (((Yoga) AND (Hypertension) AND Elderly) pada
database untuk mencari literatur review. Dilakukan seleksi terhadap 6 artikel
menggunakan JBI Critical Appraisal tools. Artikel diambil dari 2 database yaitu,
Portal Garuda dan Google Scholar. Penyeleksian diambil dengan memerhatikan
PICO framework, kemudian artikel dianalisis satu persatu.
Hasil : Terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi
senam yoga pada lansia hipertensi.
Kesimpulan : Pemberian terapi senam yoga disarankan untuk dilakukan pada
lansia penderita hipertensi karena terjadi penurunan tekanan darah setelah
dilakukan tindakan, tetapi dari beberapa penelitian tersebut terdapat perbedaan
pendapat antara peneliti satu dengan peneliti yang lain mengenai hasil senam yoga
terhadap hipertensi yang mengatakan bahwa senam yoga tidak efektif untuk
menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Sehingga pada peneliti selanjutnya
disarankan dapat melakukan senam yoga pada responden dan dapat ditambahkan
alternatif lain atau menggunakan kombinasi terapi lain agar lebih efektif lagi.
ABSTRAK
ix
THE EFFECT OF YOGA EXERCISE ON DECREASE
BLOOD PRESSURE IN ELDERLY HYPERTENSION Literature Review)
Yuli Kartika
Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,M.Kep
Abstrak
DAFTAR ISI
x
SAMPUL DEPAN....................................................................................................i
SAMPUL DALAM..................................................................................................ii
HALAMAN JUDUL..............................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................v
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
ABSTRAK..............................................................................................................ix
ABSTRACT.............................................................................................................x
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
xi
2.1.2 Klasifikasi Lansia......................................................................7
xii
3.2.2 Merumuskan Rumus PICO.....................................................33
Chart........................................................................................35
4.3 Pembahasan......................................................................................51
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................67
5.1 Kesimpulan.......................................................................................67
5.2 Saran.................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................69
LAMPIRAN...........................................................................................................71
DAFTAR TABEL
xiii
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Usia Dewasa (> 18 Tahun) dan Lansia......12
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
setiap proses kehidupan termasuk proses penuaan pasti akan dialami oleh setiap
perubahan degeneratif pada kulit yaitu kulit menjadi keriput, pada jantung, paru-
paru, saraf, pembuluh darah, tulang dan jaringan tubuh lainnya. Sehingga lanjut
usia akan rentan terkena penyakit dibanding dengan usia-usian lainnya (Dinata,
2015). Penyakit yang sering terjadi atau sering dijumpai pada lansia yaitu
Hipertensi yang biasa ditandai dengan pusing, jantung berdebar-debar dan sesak
nafas, hal ini sangat mengganggu seseorang dalam kegiatan sehari-harinya, karena
penyakit ini paling sering mengenai bagian tengkuk kepala, sehingga penyakit ini
ditimbulkan (Utami et al., 2020). Namun hipertensi sering kali juga tidak
tahun 2012, hipertensi merupakan salah satu pemegang andil terjadinya penyakit
jantung dan stroke yang menjadi penyebab nomor satu kecacatan dan kematian
(Maulidia et al., 2019). Hipertensi berkontribusi dari hampir 9,4 juta kematian
penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Tetapi dengan pengobatan yang tepat dan
benar maka tekanan darah dapat dikurangi dan diminimalisir. Penyakit hipertensi
ini dapat dialami oleh semua orang dari usia anak-anak hingga lanjut usia. Oleh
1
karena itu perlu perhatian lebih untuk menangani masalah hipertensi karena
penyebab kecacatan dan kematian di dunia (Maulidia et al., 2019). Dan tindakan
untuk menghilangkan pusing, jantung berdebar debar dan sesak nafas, secara
menajamkan pikiran, dan menjauhkan seseorang dari emosi dan pikiran negatif
(Dinata, 2015) dengan melakukan terapi senam yoga yang memadukan teknik
relaksasi, dan pernapasan serta meditasi (Putra & Asep, 2018). Tetapi menurut
(Of et al., 2018) dalam teknik bernafas senam yoga, jika kita bernapas dengan
cepat dan dangkal akan mengurangi jumlah oksigen yang tersedia dan otak akan
bereaksi terhadap hal ini dengan panik, sehingga jika kita melakukan terapi senam
yoga tidak sesuai dengan prosedur, maka hasilnya tidak akan baik, malah semakin
akan memburuk.
sejumlah 893 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun
2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia (Baharuddin, 2017). Menurut
sebesar 20,43% atau sekitar 1.828.669 penduduk dengan proporsi laki-laki sebesar
penduduk).
risiko yang tidak diubah, yang terdiri dari faktor umur, jenis kelamin dan
keturunan dan faktor yang dapat diubah yaitu, obesitas, stress merokok, olah raga,
2
al., 2018). Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan
dikendalikan, maka dampak negatif peningkatan tekanan darah pada lansia dapat
untuk diminimalkan.
Banyak sekali metode untuk mengatasi tekanan darah tinggi baik secara
farmakologi atau non farmakologi. Metode dalam mengatasi tekanan darah tinggi
Terdapat lima pengobatan secara alami untuk mengendalikan tekanan darah tinggi
pada hipertensi dan juga bisa menurunkan stres dan meningkatkan kesehatan
yakni relaksasi otot progresif, medikasi, yoga, latihan nafas dan terapi musik
(Baharuddin, 2017).
Solusi yang dapat di tawarkan yaitu menggunakan salah satu metode non
farmakologi adalah melakukan senam yoga. Senam Yoga merupakan salah satu
suatu mekanisme penyatuan dari tubuh, pikiran dan jiwa yang mengkombinasikan
antara teknik bernapas, relaksasi dan meditas serta latihan peregangan (Of et al.,
2018). Senam yoga terbukti dapat meningkatkan kadar b-endorphine sampai lima
kali di dalam darah. Semakin banyak melakukan senam yoga maka akan semakin
tinggi kadar b-endorphine dan ketika seseorang melakukan senam yoga maka
endorpin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipotalamus dan
penurunan pada rasa nyeri , peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan,
3
kemampuan seksual, tekanan darah dan pernapasan (Baharuddin, 2017). Terdapat
sistolik dan diastolik penderita hipertensi. Hal ini sesuai dengan jurnal yang
dikemukakan oleh Cramer., et al., (2014) dengan judul “ Yoga For Hypertension”
bahwa pemberian yoga yang dilakukan secara rutin, dapat berpengaruh secara
terdapat penelitian yang lain juga yaitu menurut (Maulidia et al., 2019) penelitian
yang dilakukan Sari & Herawati (2017), Ovianasari (2015), Pangaribuan &
Berawi (2011), Hangins et.al (2013) dan Yasa dkk (2016) bahwa terdapat
perbedaan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan sebelum dan
sesudah di berikan intervensi senam yoga. Lalu terdapat penelitian yang lain yaitu
jantung dan senam yoga peneliti mengungkapkan senam yoga tidak efektif
peneliti yang lain mengenai hasil senam yoga terhadap hipertensi. Berdasarkan
uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai terapi senam
4
1.2 Rumusan Masalah
adalah “Bagaimana pengaruh senam yoga terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia hipertensi?”
1. Bagi Perawat
5
2. Bagi Peneliti
Hasil dari ini dapat di jadikan dasar dalam mengembangkan ilmu
3. Bagi Lansia
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi lansia agar
lansia.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Lansia mengalami perubahan dari segi fisik, mental dan psikososial. Salah
satu perubahan fisik pada lansia yaitu pada sistem kardiovaskuler yang memicu
terjadinya peningkatan tekanan darah pada lansia. Usia lanjut merupoakan suatu
proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh
(rematik) dan kanker. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah
hipertensi. Hipertensi pada lansia dapat dicegah atau diobati antara lain dengan
atau hipnotis), dan melakukan olah raga seperti senam aerobik dan senam yoga.
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
7
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui
adalah orang yang berusia 60 tahun keatas. Lansia sangat rentan untuk terkena
penyakit. Beberapa penyakit yang dialami oleh lansia adalah hipertensi, rematik,
8
e. Lansia tidak potensial Lansiayang tidak berdaya mencari mencari
menjadi usia lanjut (60-69) dan usia lanjut usia dengan resiko tinggi
2019).
kemunduran pada lansia adalah factor fisik dan factor psikologis. Dampak
mereka.
9
lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk (Kesehatan,
2019).
2. Tipe mandiri
pada dirinya. Mereka mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
Tipe lansia tidak puas adalah lansia yang selalu mengalami konflik lahir
batin.
4. Tipe pasrah
baik, rajin mengikuti kegiatan agama, dan mau melakukan pekerjaan apa
5. Tipe bingung
Lansia tipe ini terbentuk akibat mereka mengalami syok akan perubahan
10
2.1.5 Karakteristik Lansia
1. Jenis kelamin
Dari data Kemenkes RI (2015), lansia lebih didominisi oleh jenis kelamin
2. Status perkawinan
3. Living arrangement
4. Kondisi kesehatan
5. Keadaan ekonomi
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat berkualitas
adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, social, dan mental
11
sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang idup dan tetap berpartisipasi
masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai
arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolic kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolic masih
dalam kisaran normal. Hiperetensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
doastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara
12
Hipertensi adalah keadaan dimana berlangsung meningkatnya tekanan
darah yang berkepanjangan atau secara terus- menerus terhadap pada batasan
normal yang menghasilkan tekanan darah sistoliknya bertambah lebih besar dari
140 mmHg serta pada diastoliknya bertambah lebih besar dari 90 mmHg (Putra &
Asep, 2018).
disadari dan kerap tidak menimbulkan keluhan yang berarti; sampai suatu waktu
terjadi komplikasi jantung, otak, ginjal, mata, pembuluh darah, atau organ-organ
muda maupun tua, orang kaya maupun miskin. Hipertensi juga salah satu penyakit
mematikan di dunia dan saat ini terdaftar sebagai penyakit pembunuh ketiga
2014).
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Usia Dewasa (> 18 Tahun) dan Lansia
13
Stadium 3
180-209 Mmhg 110-119 Mmhg
(Hipertensi Berat)
Stadium 4
(Hipertensi ≥210 Mmhg ≥120 Mmhg
Maligna)
*JNC: Joint National Committee on the prevention, detection, evaluation and
treatment of high blood pressure, yang berpusat di Amerika.
terus-menerus melebihi nilai normal yang dapat diterima (saat ini sistolik 139
digunakan batasan yang lebih rendah (sistolik 135 mmHg atau diastolik 85
mmHg).
berkelanjutan pada tekanan darah yang lebih tinggi dari kisaran normal. JNC
ESH-ESC (2007) dan BHS IV (2004) menggunakan kategori optimal, normal, dan
normal tinggi untuk membagi tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan diastolik
dengan tekanan diastolik normal dan umumnya terjadi pada kelompok usia lanjut.
ketiga (derajat III) untuk orang dengan tekanan darah sistolik di atas 179 mmHg
14
atau tekanan diastolik di atas 109 mmHg. Hipertensi tergolong “resisten” bila obat
penurun tekanan darah tertentu tidak mengurangi tekanan darah (menjadi normal)
1. Berdasarkan penyebab
faktor gaya hid up seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.
oleh banyak faktor , seperti usia, stress, medikasi, variasi diurnal, dan jenis
kelamin.
15
1. Usia
terutama setelah umur 40 tahun. Hal ini disebabkan oleh kaku dan
pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Penyebab lain
dinding oleh karena itu pada lanjut usia cenderung lebih tinggi tekanan
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu 4 akan memunculkan stress yang
tinggi yaitu 40% dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun.
16
dapat meningkatkan resiko hipertensi (Wijaya & Putri, 2013 dalam
Ferdinata (2016)).
2. Stress
cemas, takut, nyeri, dan stres emosi meningkat stimulasi saraf otonom
3. Medikasi
4. Variasi Durial
5. Jenis Kelamin
17
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria pada
olah raga seperti senam aerobik dan senam yoga (Namuwali, 2017).
1. Penatalaksanaan Farmakologis
Terdapat banyak jenis obat anti hipertensi yang beredar saat ini.
a. Diuretik
b. Penghambat simpatetik
18
Golongan ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
c. Betabloker
rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua
d. Vasodilator
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk golongan ini
terjadi dari pemberian obat ini adalah: sakit kepala dan pusing.
darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah kaptopri. Efek
samping yang mungkin timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala
dan lemas.
19
f. Antagonis kalsium
obat ini adalah nifedipin, diltiasem, dan verapamil. Efek samping yang
kepala, pusing, lemas, dan mual. Dengan pengobatan dan kontrol yang
Salah satu terapi non farmakologi yang saat ini banyak digunakan
adalah terapi senam Yoga. Yoga salah satu mekanisme penyatuan dari
20
ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak
rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita
hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit
dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-
anda. Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita
hipertensi adalah:
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
21
e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
mengandunggaram natrium.
makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam
tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota besar
1. Nyeri kepala (pusing) yang terkadang disertai dengan mual muntah dan
3. Susah tidur dan okturia (sering buang air kecil) dimalam hari.
22
2.2.6 Komplikasi Penyakit Penyakit Hipertensi
arterial.Hipertensi menetap adalah salah satu factor risiko untuk stroke, serangan
jantung, gagal jantung, aneurisma ateri. Tekanan darah tinggi yang menetap juga
merupakan penyebab kedua terbanyak yang memicu gagal ginjal kronis setelah
diabetes mellitus.
1. Stroke
bahwa pasien dengan tekanan darah tinggi beresiko tiga kali lebih besar
untuk terkena stroke. Banyak pasien dengan tekanan darah tinggi tidak
Organ vital tubuh pun kemudian mengalami kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki. Bila anda menderita tekanan darah tinggi, penting sekali untuk
2. Infark Miokard
Infark miokard dapat terjadi jika arteri koroner yang aterosklerosis tidak
tersebut.
3. Gagal ginjal
23
Gagal ginjal dapat terjadi akibat tekanan yang tinggi pada kapiler-kapiler
bekerja lebih keras. Hal ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah
dan filter pada ginjal anda, sehingga pembuangan zat yang tidak
dibutuhkan lagi oleh tubuh menjadi sulit. Akumulasi cairan tubuh bias
4. Ensefalopati
serta jiwa yang memadukan teknik relaksasi, dan pernapasan serta meditasi,
senam yoga sangat dianjurkan bagi orang- orang yang sedang mengalami tekanan
darah tinggi terutama pada lansia dikarenakan bisa merelaksasi hingga dapat
dengan lancar sehingga dapat menghasilkan tekanan darah yang normal (Putra &
Asep, 2018).
24
mengontrol panca indra dan tubuh secara keseluruhan. Senam yoga bias juga
Yoga sangat baik dalam penurunan tekanan darah pada lansia, hal ini
Indikasi :
5. Spasme otot
Kontra Indikasi :
25
3. Membantu meredakan gejala penyakit
peregangan, yoga dalam penelitian ini adalah jenis yoga dalam dikhususkan untuk
menurunkan tekanan darah pada lansia. Bernapas adalah suatu tindakan yang
otomatis tanpa harus diperintah untuk melakukannya. Tetapi, jika kita bernapas
dengan cepat dan dangkal akan mengurangi jumlah oksigen yang tersedia dan
otak akan bereaksi terhadap hal ini dengan panik. Bagian dari proses adalah
napas menjadi lebih pelan dan dalam akan membuat peregangan pada otot-otot
tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh dan pikiran menjadi lebih relaks, nyaman dan
bernapas) pada yoga berfungsi untuk menenangkan pikiran dan tubuh yang
membuat detak jantung lebih tenang sehingga tekanan darah dan produksi hormon
1. Pengertian :
gerakan yoga juga dapat memperlancar sirkulasi darah. Selain hal itu yoga
2. Indikasi :
26
Dilakukan pada kondisi-kondisi seperti lansia yang mengalami hipertensi.
Matras
4. Prosedur :
dilakukan
d. Atur posisi
kemudian jari jari di jalin secara longgar didepan badan, hirup napas
sambil mengangkat kedua tangan hingga ke depan mulut lalu buang nafas
kali.
2. Gerakan kedua bidalasan (cat stretch) : Buang napas, tarik otot perut (tak
27
dari 8 kali. Selingi istirahat di antara setiap set, yaitu duduk nyaman, boleh
3. Gerakan ke tiga janu sirsana : Buang napas, bungkuk badan ke depan dan
relaks, otot jangan ditarik masuk. Masing-masing sisi 4 kali. Pada hitungan
kanan di atas perut. Kemudian bawa ke lantai sebelah kiri badan. Diam
dan nikmatilah pose ini sesukanya. Gerakan ini dapat dilakukan selama 1-
28
2 menit. Biarkan napas berlangsung wajar, rasakan dada kanan menjadi
atau bisa juga duduk di kursi yang mantap, dengan telapak kaki menapak
lantai. Tutup lubang hidung kanan dengan ibu jari tangan kanan, dan
bernapas melalui lubang hidung sebelah kiri. Lalu tutup hidung kiri
dengan jari telunjuk, buka lubang hidung sebelah kanan, dan keluarkan
secara lambat, lembut, rata dan tak bersuara. Diamlah sejenak antara napas
masuk dan keluar, begitu juga antara napas keluar dan masuk. Kerjakan
6. Evaluasi
29
a. Setelah dilakukan terapi pasien catat setiap keluhan masing masing
lansia.
7. Dokumentasi
prosedur.
Latihan yoga memiliki manfaat yang baik bagi tubuh terutama untuk
tekanan darah tinggi. Yoga memiliki efek fisiologis pada kekuatan otot,
sistem saraf otonom dan kelenjar endokrin yang mengatur fungsi internal
termasuk detak jantung dan produksi hormone (Pangaribuan & Berawi, 2016).
Banyak sekali manfaat yoga yang bias didapatkan dari yoga, seperti :
lebih baik lagi. Karena tubuh butuh keseimbangan pada tulang punggung
2. Otot menjadi lebih kuat, dimana peran otot yaitu menjaga tubuh dari
penyakit seperti arthritis dan nyeri punggung. Dengan otot yang kuat, kita
fleksibel.
30
4. Mencegah osteoporosis, dengan melakukan pose downward atau upward
facing dog dapat membantu untuk menguatkan tulang lengan yang rentan
terkena osteoporosis.
5. Memperlancar peredaran darah, karena rasa rileks yang didapat dari yoga
dan kaki.
selular.
(Dinata, 2015).
dalam postur duduk yoga untuk berlatih pernafasan (melatih paru-paru dan
31
(Postur Mayat) dan diakhiri dengan kembali dalam Postur Duduk untuk
1. Meditasi Yoga
sendiri. Tahap awalnya adalah dengan menghayati aliran darah pada saat
2. Asana (savasana)
adalah salah satu postur penting dalam latihan yoga. Postur (asana)
rileks secara fisik dan pikiran. Individu yang melakukannya akan terbebas
tenang, bersih dengan sirkulasi udara baik. Waktu latihan yang terbaik
4. Padmasana (siddhasana)
32
2.3.8 Pengaruh Senam Yoga Terhadap Tekanan Darah
dapat mengikuti instruksi peneliti dengan baik. Sehingga, manfaat pada latihan
yoga dapat menunjukkan hasil yang optimal. Bagian dari proses adalah
napas menjadi lebih pelan dan dalam akan membuat peregangan pada otot-otot
tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh dan pikiran menjadi lebih relaks, nyaman dan
tenang yang membuat penurunan pada tekanan darah (Of et al., 2018).
dengan demikian relaksasi pada yoga berintikan pada pernafasan yang akan
Dampak yang sangat relevan dari senam yoga dengan perubahan yang
didapat dari hasil tekanan darrah lansia yang sedang mengalami atau menderita
tekanan darah tinggi atau bisa disebut penyakit hipertensi. Dalam hal ini juga
adalah termasuk dalam salah satu intervensi non farmakologi yang dapat
dilaksanakan dan dapat dilakukan oleh para tenaga medis seperti perawat terhadap
lansia secara sendiri atau mandiri yakni dalam penurunan tekanan darah tinggi
lansia, yaitu dengan melakukan tindakan senam yoga pada lansia yang mengalami
hipertensi atau dalam kondisi tekanan darah tinggi untuk menurunkan tekanan
darah tinggi yang dialami oleh lansia atau responden (Putra & Asep, 2018)
33
BAB 3
METODE PENELITIAN
dalam bentuk literatur review mengenai pengaruh senam yoga terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia. Protokol dan evaluasi dari literatur ini akan
34
3.2.1 Menentukan Topik
judul “Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
keinginan dan kemampuan yang diminati. Setelah itu mengisi form peminatan
Karya Tulis Ilmiah dan kemudian pengajuan judul kepada dosen pembimbing.
35
3.2.4 Mencari Literature
dan portal garuda dengan keywords Senam Yoga dan Lansia dan Hipertensi
pencarian ini dilakukan pada bulan September 2020 didapatkan artikel sebanyak
skrining berdasarkan judul full text dipilih 20 jurnal yang sesuai dengan tema
36
3.2.5 Mendokumentasikan Hasil Pencarian dalam Prisma Flow Chart
37
3.2.6 Menentukan Kiteria Insklusi dan Ekslusi
terdiri dari :
review.
4. Outcome yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang akan
direview.
38
3.2.8 Seleksi Studi dan Penelitian Kualitas
The Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal untuk beberapa jenis
daftar penilaian berdasarkan The JBI Critical Appraisal telah tersedia beberapa
pertanyaan untuk menilai kualitas dari studi. Penilaian kriteria diberi nilai 'ya',
'tidak', 'tidak jelas' atau 'tidak berlaku', dan setiap kriteria dengan skor 'ya' diberi
satu poin dan nilai lainnya adalah nol, setiap skor studi kemudian dihitung dan
dijumlahkan. Risiko bias dalam literature review ini menggunakan asesmen pada
1. Teori : Teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa, dan kredibilitas yang
kurang
sampling, dan besar sampel yang tidak sesuai dengan kaidah pengambilan
sampel
6. Analisis Data : Analisis data tidak sesuai dengan kaidah analisis yang
39
Lampiran 1 JBI Tools
Year : 2018
Record Number :1
Not
Yes No Unclear
Applicable
1. Were the criteria for inclusion in the
□ □ □
sample clearly defined?
2. Were the study subjects and the setting
□ □ □
described in detail?
3. Was the exposure measured in a valid and
□ □ □
reliable way?
4. Were objective, standard criteria used for
□ □ □
measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified? □ □ □
6. Were strategies to deal with confounding
□ □ □
factors stated?
7. Were the outcomes measured in a valid
□ □ □
and reliable way?
8. Was appropriate statistical analysis used? □ □ □
40
Lampiran 2 JBI Tools
Year : 2018
Record Number :2
Not
Yes No Unclear
Applicable
1. Were the criteria for inclusion in the
□ □ □
sample clearly defined?
2. Were the study subjects and the
□ □ □
setting described in detail?
3. Was the exposure measured in a
□ □ □
valid and reliable way?
4. Were objective, standard criteria used
□ □ □
for measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified? □ □ □
6. Were strategies to deal with
□ □ □
confounding factors stated?
7. Were the outcomes measured in a
□ □ □
valid and reliable way?
8. Was appropriate statistical analysis
□ □ □
used?
41
Lampiran 3 JBI Tools
Year : 2015
Record Number :3
Not
Yes No Unclear
Applicable
1. Were the criteria for inclusion in the
□ □ □
sample clearly defined?
2. Were the study subjects and the setting
□ □ □
described in detail?
3. Was the exposure measured in a valid
□ □ □
and reliable way?
4. Were objective, standard criteria used
□ □ □
for measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified? □ □ □
6. Were strategies to deal with
□ □ □
confounding factors stated?
7. Were the outcomes measured in a valid
□ □ □
and reliable way?
8. Was appropriate statistical analysis
□ □ □
used?
42
Lampiran 4 JBI Tools
Year : 2018
Record Number :4
Not
Yes No Unclear
Applicable
1. Were the criteria for inclusion in the
□ □ □
sample clearly defined?
2. Were the study subjects and the setting
□ □ □
described in detail?
3. Was the exposure measured in a valid
□ □ □
and reliable way?
4. Were objective, standard criteria used
□ □ □
for measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?
□ □ □
43
Lampiran 5 JBI Tools
Year : 2019
Record Number :5
Not
Yes No Unclear
Applicable
1. Were the criteria for inclusion in the
□ □ □
sample clearly defined?
2. Were the study subjects and the setting
□ □ □
described in detail?
3. Was the exposure measured in a valid
□ □ □
and reliable way?
4. Were objective, standard criteria used
□ □ □
for measurement of the condition?
5. Were confounding factors identified?
□ □ □
44
3.2.9 Melakukan Review
sistematis untuk dikaji sebagai temuan bagi orang lain. Jurnal penelitian yang
ringkasan jurnal yang meliputi nama peneliti, sumber, tahun terbit, tempat
penelitian, judul penelitian, metode dan ringkasan hasil atau temuan. Ringkasan
jurnal penelitian tersebut dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan
tahun terbit jurnal dan sesuai dengan format tersebut di atas. Analisis data dapat
4. Membandingkan (Synthesize)
5. Meringkas (Summarize)
Teknik mereview studi dengan cara menulis kembali topik atau gagasan
45
3.2.10 Rencana Penyajian Hasil Literatur Review
Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan penyajian data berupa tabel
dan narasi, yang berisi tentang seluruh aspek dari literatur yang meliputi judul,
artikel, sumber artikel (nomor jurnal, nama jurnal, tahun terbit), tujuan penelitian,
46
BAB 4
test.
47
Outcome
Author, Of Ringkasan
Studi desain, Sample, Variabel, Instrumen, Analisis
Tahun Analysis Hasil
Factor
design is a study with no control group, but it has been sebelum
done the first observation (pretest) that allows research diberikan senam
can test the change - changes that occur after an yoga dan setelah
experiment. diberikan senam
Sampel : In this study the sample taken by researchers as yoga terhadap
many as 12 people.This research uses Total Sampling pasien lansia
method where all population is taken as sample. hipertensi
48
Outcome
Author, Of Ringkasan
Studi desain, Sample, Variabel, Instrumen, Analisis
Tahun Analysis Hasil
Factor
Instrumen : dengan menggunakan teknik sampling pasien lansia
probability sampling dengan metode simple random hipertensi
sampling
Analisis data : Alat ukur yang digunakan adalah
observasi yang hasilnya dianalisa dengan uji wilcoxon.
Dinar Metode : Pre-eksperimen dengan rancangan atau metode Tekanan Terdapat atau
Mesarihat one group pretest posttest merupakan Darah diperoleh suatu
i Gea , Sampel : 20 respondent perubahan
Erme Variabel : variabel Independen : senam yoga dan tekanan darah
Ariska dependent : perubahan tekanan darah pada lansia yang sebelum
Nainggolan mengalami hipertensi diberikan senam
, Elfita Instrumen : Memakai model atau jenis non-probability yoga dan setelah
Duha, sampling yakni teknik purposive sampling, yang artinya diberikan senam
Karmila dimana dalam pengutipan sampel dengan purposive yoga terhadap
Br Kaban sampling mempunyai kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. pasien lansia
(2020) Analisis data : Analisa Univariat dan Analisa Bivariat. hipertensi
Ananda Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif Tekanan Terdapat atau
Maulidia, dengan desain penelitian true experiment. Darah diperoleh suatu
Wida Sampel : 32 responden perubahan
Kuswida Variabel : variabel Independen : senam yoga dan tekanan darah
Bhakti, dependent : perubahan tekanan darah pada lansia yang sebelum
Kharisa mengalami hipertensi. diberikan senam
Pratama Instrumen : Menggunakan alat ukur yaitu yoga dan setelah
(2019) Sphygmomanometer digital yang sudah tervalidasi secara diberikan senam
oleh organisasi independen European Sosiety of yoga terhadap
Hypertention International Protocol (ESH). pasien lansia
Analisis data : Analisis data yang digunakan adalah hipertensi
analisis bivariat yaitu uji paired sample t test dan uji
independent sample t test.
49
4.1.2 Karakteristik Responden Studi
mengalami penyakit rematik yaitu berusia 60-74 Tahun, lalu berdasarkan variabel
jenis kelamin dari keenam artikel jenis kelamin perempuan lebih banyak
pekerjaan sebagian besar adalah tidak bekerja karena sudah lanjut usia yang
ditandai dengan Tekanan Darah Tinggi mulai dari hipertensi ringan (140-159
Dan untuk pemberian senam yoga pada lansia yang menderita penyakit
melakukan senam yoga, hal ini ditunjukkan pada kelompok intervensi atau
kelompok eksperimen.
4.2 Pembahasan
Hasil dari riset keenam jurnal ditemukan bahwa penggunaan senam yoga
hipertensi dengan usia 60 – 70 tahun yang terdiri dari wanita dan laki –
laki. Dari riset jurnal, Senam yoga dilakukan dengan cara menggabungkan
50
Universtität München, 2018) hal ini dilakukan karena yoga dianjurkan
pada penderita hipertensi, karena yoga memiliki efek relaksasi yang dapat
yang baik.
Menurut hasil jurnal yang diteliti memang terdapat berbagai macam jenis
teknik yang dapat membuat pikiran dan tubuh menjadi rileks melalui
kemudian jari jari di jalin secara longgar didepan badan, hirup napas
2. Gerakan kedua bidalasan (cat stretch) : Buang napas, tarik otot perut
51
masing-masing terdiri dari 8 kali. Selingi istirahat di antara setiap set,
sesuai napas.
lutut kanan di atas perut. Kemudian bawa ke lantai sebelah kiri badan.
Diam dan nikmatilah pose ini sesukanya. Gerakan ini dapat dilakukan
lantai atau bisa juga duduk di kursi yang mantap, dengan telapak kaki
kanan, dan bernapas melalui lubang hidung sebelah kiri. Lalu tutup
hidung kiri dengan jari telunjuk, buka lubang hidung sebelah kanan,
Diamlah sejenak antara napas masuk dan keluar, begitu juga antara
52
Yoga dalam penelitian adalah jenis yoga yang dikhususkan untuk
adalah tindakan yang sudah otomatis dilakukan tanpa harus diperintah oleh
siapapun. Tetapi jika kita melakukan nafas yang cepat dan dangkal, hal ini
akan mengurangi oksigen yang tersedia, maka hal ini akan berdampak
buruk dan menjadi hal yang panik. Bagian dari proses tersebut yaitu
mengatur pola nafas dan lebih tenang, maka otot – otot akan menjadi lebih
tenang dan relaks. Hal tersebut akan menjadikan tubuh menjadi lebih
relaks, terutama pada pikiran yang sedang mengalami stress dan dapat
susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat
penenang alami yang diproduksi otak yang menyalurkan rasa nyaman dan
Menurut hasil jurnal yang diteliti penggunaan intervensi senam yoga bisa
53
dikarenakan mengurangi pemasukan bahan kimiawi dalam tubuh, sehingga
badan lebih sehat. Penggunaan makanan yang tidak sehat atau makanan
intervensi dengan senam yoga akan sia – sia jika masih menerapkan pola
Menurut hasil jurnal yang diteliti senam yoga merupakan terapi alternatif
yang dapat dilakukan secara mandiri. Selain itu, menurut beberapa riset
rasa nyaman dan relaks pada tubuh . Perbedaan tekanan darah sebelum dan
tekanan darah sistolik dari rata-rata sebelum melakukan senam yoga nilai
157,25 menjadi 142,13 sesudah melakukan senam yoga dan diastolik dari
Pada hasil penelitian kelompok kontrol rata rata nilai tekanan darah
sistolik 160,56 menjadi 158,88 dan nilai rata-rata diastolik dari 94,50
54
mengonsumsi obat antihipertensi. Masing – masing setelah dilakukan
al., 2019) hal ini disebabkan karena obat antihipertensi merupakan salah
dapat dibagi dalam beberapa kategori berdasarkan cara kerja obat tersebut
rata nilai tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan senam yoga pada
kelompok kontrol dengan p value (0,233) pada tekanan darah sistolik dan
karena pada prinsipnya senam yoga adalah sebuah metode yang menempatkan
tubuh dalam kondisi tenang yang pada akhirnya akan mengalami kondisi balance
(seimbang), sehingga dapat meningkatkan sirkulasi oksigen ke otot, dan otot pun
menjadi rileks.
Menurut hasil jurnal yang diteliti pada umumnya kenaikan tekanan darah
disebabkan oleh 2 faktor, yang pertama yaitu faktor resiko yang dapat
dikontrol dan tidak dapat dikontrol. Faktor resiko yang tidak dapat
dikontrol yaitu usia, jenis kelamin dan keturunan, sedangkan faktor resiko
yang dapat dikontrol yaitu gaya hidup. Pada penggunaan intervensi senam
yoga, adanya penurunan tekanan darah disebabkan oleh sytim limbik yang
55
senam yoga, hal ini dikarenakan tekanan darah tidak akan turun apabila
banyak merokok. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
( Susilo, 2018 dalam Putra & Asep, 2018) bahwa pola hidup yang buruk
atau pun pola hidup yang tidak sehat seperti merokok, meminum-minuman
tinggi dan makanan yang mengandung garam tinggi, faktor usia dan
Hasil tersebut didukung oleh penelitian dilakukan oleh Sari & Herawati
(2013) dan Yasa dkk (2016) bahwa terdapat perbedaan nilai tekanan darah
kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan
tekanan dari jantung. Tekanan darah dalam sistem arteri tubuh adalah
56
dalam mencapai tingkat latihan fisik yang di sarankan untuk individu.
untuk penyelarasan pikiran, jiwa dan fisik seseorang. Senam yoga adalah
Obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman
tekanan darah tinggi. Gerakan senam yoga akan di paparkan untuk lebih
timbul. Dengan berlatih yoga, otot tubuh akan lebih lentur dan hal ini
membuat peredaran darah lebih lancar dan hasilnya tekanan darah yang
normal. Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang dialami oleh
Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa jurnal yang diteliti, senam yoga
tekanan darah pada penderita hipertensi, akan tetapi yoga dapat dilakukan
57
untuk mendukung pengobatan farmakologi yang telah dilakukan oleh
58
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
penelitian atau ekperimen ini adalah terdapat atau diperoleh suatu perubahan
tekanan darah sebelum diberikan senam yoga dan setelah diberikan senam yoga
terhadap pasien lansia hipertensi dengan hasil yang relevan. Maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu ada dampak dari senam yoga dalam untuk memberi perubahan
serta menurunkan terhadap tekanan darah pada pasien lansia yang tengah
mengalami atau sedang menderita penyakit hipertensi atau dalam kondisi tekanan
darah tinggi.
Pada Hasil paparan peneliti yang didapat berdasarkan penelitian dari yang
sebagai acuan serta panduan oleh peneliti selanjutnya dan dapat meningkatkan
terhadap pelayanan kesehatan pada lansia yang merupakan salah satu pasien
5.2 Saran
1. Bagi Responden
mengalami Hipertensi.
59
Mengenalkan kepada masyarakat khususnya pada keluarga yang
ada penderita hipertensi bahwa tekanan darah dapat diturunkan secara non
farmakologi dengan cara menggunakan terapi senam yoga secara rutin dan
penderita hipertensi.
seperti menggunakan kombinasi dengan senam atau terapi lain agar lebih
60
DAFTAR PUSTAKA
61
Pangaribuan, B. B. P., & Berawi, K. (2016). Pengaruh SenamJantung, Yoga,
Senam Lansia,dan Senam Aerobik dalam Penurunan Tekanan Darah pada
Lanjut Usia. Majority, 5(4), 1–6.
Prawesti, D., & Sylvia Nurcahyani STIKES Baptis Kediri Jl Mayjend Panjaitan,
A. R. (n.d.). PENGARUH TERAPI YOGA TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI THE
YOGA THERAPY DECREASE BLOOD PRESSURE TO ELDERLY
WITH HYPERTENTION BASED HYPERTENSION. In
jurnal.stikesbaptis.ac.id. Retrieved December 9, 2020, from
http://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/150
Putra, D. E., & Asep, D. (2018). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Rumah Bahagia Kawal
Kecamatan …. Zona Keperawatan: Program Studi …, 216–220.
http://ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/Keperawatan/article/view/121
SULISTYANINSIH, E., & PRAYITNO, H. (n.d.). Analisis Pengaruh Senam
Ergonomis Terhadap Penurunan Tekanan Darah, Denyut Nadi dan Tingkat
Stres pada Penderita Hipertensi Primer. Repository.Unej.Ac.Id. Retrieved
December 9, 2020, from
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/99620
Tanjung, P., Kta, P., & Tahun, S. (2018). Vol. XII, No. 3 April 2018. XII(3), 72–
79.
Technische Universtität München, L.-M.-U. M. (2018). 済無 No Title No Title.
E-Conversion - Proposal for a Cluster of Excellence, 10(2), 14–24.
Utami, S., Gati, N., & Hermawati, H. (2020). SENAM LANSIA AEROBIC LOW
IMPACT TRAINING UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH TINGGI
PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI. http://eprints.aiska-
university.ac.id/1404/
Wahyu, Y. dwi. (2015). Pengaruh Modifikasi Senam Jantung dan Yoga Terhadap
Kadar Serum Kolesterol Penderita Hipertensi Stadium 1 Yesiana Dwi
Wahyu Werdani, S.Kep., Ns.M.Kep. 2(September), 2–7.
Wijaya, I., Ekawati, N., COMMUNITY, N. U.-A. O., & 2018, undefined. (n.d.).
PERSEPSI TENTANG MANFAAT SENAM YOGA TERTAWA
TERHADAP KESEHATAN LANSIA DI KOTA DENPASAR.
Ocs.Unud.Ac.Id. Retrieved December 9, 2020, from
https://ocs.unud.ac.id/index.php/ach/article/view/59334
62
LAMPIRAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
- Kampus Utama : Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang, 65112 Telp (0341) 566075, 571388Fax (0341) 556746
- Kampus I : Jl. Srikoyo No. 106 Jember, Telp (0331) 486613
- Kampus II : Jl. A. Yani Sumberporong Lawang Telp. (0341) 427847
- Kampus III : Jl. Dr. Soetomo No. 46 Blitar Telp. (0342) 801043
- Kampus IV : Jl. KH Wakhid Hasyim No. 64B Kediri Telp. (0354) 773095
- Kampus V : Jl. Dr. Soetomo No. 5 Trenggalek Telp (0355) 791293
- Kampus VI : Jl. Dr. Cipto Mangunkusomo No. 82A Ponorogo Telp (0352) 461792
Website : Http ://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id
NIM : P17220181005
TANDA TANGAN
NO TANGGA
URAIAN
. L PEMBIMBIN MAHASISW
G A
11
Konsultasi Judul & ACC
1 September
judul melalui via WA
2020
29
Konsultasi BAB 1
2 September
melalui via WA
2020
63
2020
25
BAB 3 edit lagi melalui
5 Desember
via WA
2020
14 Januari
8 Melakukan Sempro
2021
Mengetahui,
Budiono, S.Kp.M.Kes
NIP.196907122002121001 Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,M.Kep
NIP.197306151997032001
Budiono, S.Kp.M.Kes
NIP.196907122002121001
64