Anda di halaman 1dari 105

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

SENAM YOGA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI

KARYA TULIS ILMIAH

DWI

ANGGRAINI

NIRM. 18064

PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI
JAKARTA 2021
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
SENAM YOGA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu


syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
Program Diploma Tiga Keperawatan

DWI
ANGGRAINI
NIRM. 18064

PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
2021
KARYA TULIS
Judul

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


SENAM YOGA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI

Dipersiapkan dan disusun oleh :

DWI ANGGRAINI

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 07 Oktober 2021

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama : Isnayati, Ns.,M.Kep ( )

Pembimbing Pendamping : Tini Wartini, S.Pd., S.Kep.,MKM ( )

Ketua Dewan Penguji : Suhatridjas, Dra., S.Kep.,MKM ( )

i
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanggungjawab di bawah ini dengan sebenarnya

menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini, saya susun tanpa tindak plagiarisme

sesuai peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jika dikemudian hari saya melakukan tindak plagiarisme, saya

sepenuhnya akan bertanggungjawab dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta, termasuk pencabutan gelar atas ijazah

yang saya terima.

Jakarta, 07 Oktober 2021

Penulis

Dwi Anggraini

i
LEMBAR

Karya Tulis Ilmiah oleh Dwi Anggraini Nirm: 18064 dengan judul

“Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) Senam Yoga Terhadap

Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi” telah diperiksa dan disetujui

untuk diujikan.

Jakarta, 07 Oktober 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Isnayati, Ns.,M.Kep Tini Wartini, S.Pd., S.Kep.,M.KM


NIDN: 0310116304 NIDN : 0328016003

Ketua Dewan Penguji

Suhatridjas, Dra., S.Kep.,MKM


NIDN : 0301055802

Mengetahui,
Akademi Keperawatan PELNI
Direktur

Buntar Handayani, S.Kp., M.Kep., MM


NIDN : 0304056703

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi”.

Rangkaian penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu

syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan di

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara

yang penulis hormati yaitu:

1. Ahmad Samdani, SKM., M.PH., Ketua Yayasan Samudra APTA

2. Buntar Handayani, S.Kp.,M.Kep.,MM., Direktur Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta

3. Sri Atun Wahyuningsih, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J., Ketua Program Studi

Diploma Tiga Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

4. Isnayati, Ns.,M.Kep Sebagai Dosen Pembimbing Utama Karya Tulis Ilmiah

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

5. Suhatridjas, Dra., S.Kep.,MKM Sebagai Wadir III dan Ketua Dewan Penguji

Karya Tulis Ilmiah.

6. Tini Wartini, S.Pd., S.Kep., MKM Sebagai Dosen dan Pembimbing

Pendamping Karya Tulis Ilmiah.

v
7. Seluruh Dosen Akademi Keperawatan PELNI Jakarta yang telah memberikan

bimbingan dan wawasan dengan sabar serta ilmu yang bermanfaat.

8. Kedua orang tua, serta anggota keluarga lainnya yang telah memberikan saya

doa, semangat serta dukungannya untuk menyelesaikan penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

9. Teman-teman mahasiswa/i Akademi Keperawatan PELNI Jakarta Angkatan

XXIII dan berbagai pihak yang telah memberi dukungan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan, masukan dan saran diharapkan dari semua pihak. Semoga Karya

Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu keperawatan.

Jakarta, 07 Oktober 2021

Dwi Anggraini

v
Akademi Keperawatan PELNI
Hasil Pengembangan, Agustus 2021
Dwi Anggraini, 18064
“Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) Senam Yoga Terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi”.

ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik ≥


140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran tekanan
darah dalam jangka waktu lima menit dengan keadaan relaks. Hipertensi dapat
menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak
langsung, penyakit yang sering terjadi adalah gagal jantung Stroke dan gagal
ginjal. Penanganan pasien hipertensi agar tekanan darahnya dapat terkontrol
dengan menggunakan obat obatan anti hipertensi, terapi komplementer yang
salah satunya, pemberian terapi senam Yoga. Tujuan: Tersusunya
Pengembangan SOP Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi Metode: literature review dengan cara mengumpulkan jurnal-
jurnal terkait SOP, mengidentifikasi jurnal-jurnal SOP, menganalisis SOP, dan
menentukan rencana pengembangan SOP. Hasil: studi literature ini menunjukkan
bahwa tersusunya pengembangan SOP Senam Yoga Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Kesimpulan: berdasarkan literature
review yang dilakukan dari lima jurnal tersebut, maka penulis dapat
mengembangkan SOP Senam Yoga dengan jumlah 15 langkah SOP.

Kata kunci: Hipertensi, Pengembangan Standar Operasional Prosedur,


Penurunan Tekanan Darah, Senam Yoga.

v
PELNI Jakarta Nursing Academy
Results, August 2021
Dwi Anggraini, 18064
“Development of Standard Operating Procedures (SOP) for Yoga Exercises on
Lowering Blood Pressure in Hypertensive Patients”

ABSTRACT

Background: Hypertension is a condition when systolic blood pressure 140


Keywords:
mmHg andHypertension, Development
diastolic pressure 90 mmHg of on
Standard Operating
two blood Procedures,
pressure Blood
measurements
Pressure
within aReduction,
period ofYoga
five Exercises.
minutes in a relaxed state. Hypertension can cause
damage to organs, either directly or indirectly, diseases that often occur are heart
failure, stroke and kidney failure. Handling hypertensive patients so that their
blood pressure can be controlled by using antihypertensive drugs,
complementary therapies, one of which is the provision of yoga exercise
therapy. Objective: Development of SOP for Yoga Exercises Against Blood
Pressure Reduction in Hypertensive Patients Method: literature review by
collecting journals related to SOP, identifying SOP journals, analyzing SOP, and
determining SOP development plans. Results: This literature study shows that
the development of SOP for Yoga Exercises on Lowering Blood Pressure in
Hypertensive Patients. Conclusion: based on the literature review conducted
from the five journals, the authors were able to develop a Yoga Gymnastics
SOP with a total of 15 SOP steps.

vi
DAFTAR

KARYA TULIS ILMIAH.....................................................................................ii


SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME........................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
Abstrak..................................................................................................................vii
Abstract...............................................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DATA TABEL.......................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR SKEMA..............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................6
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI...............................................................................8
A. Tinjauan Pustaka.......................................................................................8
1. Keperawatan medikal bedah.................................................................8
a. Pengertian.........................................................................................8
b. Unsur Keperawatan Medikal Bedah.................................................9
c. Konsep Keperawatan Medikal Bedah............................................10
2. Hipertensi............................................................................................13
a. Pengertian.......................................................................................13
b. Klasifikasi Hipertensi.....................................................................14
c. Etiologi...........................................................................................15
d. Faktor Resiko Hipertensi................................................................15
e. Patofisiologi....................................................................................18

i
DAFTAR
f. Tanda gejala....................................................................................20
g. Komplikasi.....................................................................................21
h. Pemeriksaan diagnostik..................................................................21
i. Penatalaksanaan...............................................................................23
3. Tekanan darah.....................................................................................26
a. Pengertian.......................................................................................26
b. Pengukuran Tekanan Darah...........................................................26
c. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah.....................................27
4. Senam Yoga........................................................................................43
a. Pengertian.......................................................................................30
b.Manfaat senam yoga........................................................................30
c. Faktor yang mempengaruhi senam yoga........................................31
d. Prinsip senam yoga.........................................................................31
e. Indikasi dan Kontraindikasi............................................................32
f. Standar Prosedur Operasional Senam Yoga...................................33
B. Kerangka konsep.....................................................................................38
BAB III METODOLOGI....................................................................................39
A. Metodologi..............................................................................................39
B. Plan, Do, Study, Act (PDSA)..................................................................40
1. Plan.....................................................................................................40
2. Do........................................................................................................41
3. Study....................................................................................................41
4. Act.......................................................................................................42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................43
A. Hasil........................................................................................................43
B. Pembahasan.............................................................................................53
BAB V KESIMPULANDANSARAN.................................................................56
A. KESIMPULAN.......................................................................................56
B. SARAN...................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................58

x
DATA

Tabel 2.1 Kelompok Hipertensi.............................................................................14

Tabel 2.2 Klasifikasi Krisis : Uregensi dan Darurat..............................................14

Tabel 2.3 Tekanan Darah Normal..........................................................................27

Tabel 4.1 Hasil Penelusuran Literatur Riview.......................................................44

Tabel 4.2 Pengembangan SOP Senam Yoga.........................................................51

x
DAFTAR

Gambar 2.1 Alat Ukur Tekanan Darah..................................................................26

Gambar 2.2 Gerakan Pertama Pernapasan Oase....................................................33

Gambar 2.3 Gerakan Kedua Bidalasan (Cat Stretch)............................................34

Gambar 2.4 Gerakan Ketiga Janu Sirsana.............................................................34

Gambar 2.5 Gerakan Keempat Lying Twist..........................................................35

Gambar 2.6 Gerakan Kelima Nadi Shodan............................................................36

x
DAFTAR

Skema 2.1 Kerangka Konseptual...........................................................................38

xi
DAFTAR

Lampiran 1 . Surat Plagiarism

Lampiran 2. Jadwal Rencana Kegiatan

Lampiran 3. Lembar Observasi Tekanan Darah

Lampiran 4. Lembar Opponent

Lampiran 5. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 6. Lembar Konsultasi

xi
DAFTAR

TD = Tekanan Darah

SOP = Standar Operasional Prosedur

WHO = World Health Organization

KEMENKES RI = Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

PDSA = Plan, Do, Study, Art

CT SCAN = Computerized Tomography Scan

IVP = Intra Venous Pyelography

BUN = Blood Urea Nitogen

TPR = Total Peripheral Resistance

EKG = Elektro Kardio Gram

LBP = Low Back Pain

MMHG = Milimeter Merkuri Hydrargyrum

x
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali pemeriksaan

pengukuran tekanan darah dalam jangka waktu lima menit dengan

keadaan relaks. Menurut World Health Organization (WHO, 2019) batas

normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90

mmHg tekanan diastolik, dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan

darahnya >140/90 mmHg dan hipertensi sering disebut sebagai “silent

killer” (pembunuh siluman), karena seringkali penderita hipertensi

bertahun-tahun tanpa merasakan keluhan dan gejala yang khas sehingga

banyak penderita yang tidak menyadari menderita hipertensi, (Ningsih,

2017). Tidak jarang penderita hipertensi ditemukan secara tidak sengaja

pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain

(Nur Laili, 2019).

Tanpa disadari penyakit hipertensi dapat menimbulkan kerusakan

organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan

organ-organ terget yang umum ditemui adalah jantung (penyakit jantung

koroner, distritmia dan gagal jantung), otak (Stroke, encephalopathy),

ginjal (nefrosklerosis, insufisiensi), arteri perifer dan retinopati dan

hipertensi meningkatkan resiko serangan stroke empat kali lebih besar

1
2

serta dua kali lebih besar terkena penyakit gagal jantung dari pada yang

mempunyai tekanan darah normal (Lemone & Burke, 2014).

Prevalensi hipertensi telah meningkat beberapa dekade terakhir dan

telah menjadi masalah karena kesadaran pengobatan dan tingkat kontrol

hipertensi yang masih sangat rendah sehingga banyak menimbulkan

komplikasi (Li Y, Yang L. et al, 2017). Badan Kesehatan Dunia Prevalensi

hipertensi telah meningkat beberapa dekade terakhir dan telah menjadi

masalah karena kesadaran pengobatan dan tingkat kontrol hipertensi yang

masih sangat rendah sehingga banyak menimbulkan komplikasi (Li Y,

Yang L. et al, 2017).

WHO, 2018 menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan terus

meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah, tahun 2025

diperkirakan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi, negara

berkembang sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%. Dikawasan

Asia Tenggara penderita hipertensi mencapai 36% dari penduduk Asia, di

Indonesia mencapai 32% dari total jumlah penduduk. Kementrian

Kesehatan RI (2018) mengestimasikan jumlah kasus hipertensi di

Indonesia sebesar 63.309.620 orang, dengan angka kematian akibat

hipertensi sebesar 427.218 orang, dan hipertensi banyak terjadi pada

kelompok usia 55-64 tahun (55,2%). Prevelensi angka hipertensi di Jakarta

pada penduduk berusia 18 tahun menempati posisi ke lima tertinggi di

Indonesia data tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan

data Riskesdas 2013, menempati posisi kesebelas.


3

Hipertensi dapat diatasi dengan cara mengkonsumsi obat-obatan

penurun tekanan darah, terapi komplementer pengaturan pola makan,

olahraga, mengurangi stress, menghindari alcohol, dan melakukan senam

yoga. Senam yoga merupakan suatu aktifitas penggabungan atau

memfokuskan tubuh dan fikiran serta jiwa yang memadukan teknik

relaksasi dan pernapasan serta meditasi. Senam yoga sangat dianjurkan

bagi orang-orang yang sedang mengalami tekanan darah tingi dikarenakan

dapat merelaksasi dan dapat melancarkan peredaran darah keseluruh

bagian tubuh sehingga dapat membuat tekanan darah menjadi normal

(Dinata, 2015).

Senam yoga juga dapat dijadikan sebagai upaya penurunan tekanan

darah, hal ini karena dalam senam yoga terkandung unsur penenangan diri

yang dapat menstabilkan tekanan darah. Senam yoga sangat baik untuk

penderita hipertensi dikarenakan saat melakukan senam yoga terjadi

peningkatan pengeluaran hormon endofrin yang berfungsi untuk

merileksasikan pembuluh darah yang tegang dan menyempit sehinga

pembuluh darah mampu mengalirkan darah secara optimal keseluruh

tubuh hal ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah.(Windo, 2015).

Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri

o1eh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung (Perry & Poteer,

2015), tekanan darah darah yang tinggi membuat sistem sirkulasi dan

organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi

tegang (Nur Laili, 2019). Tekanan darah manusia secara alami berfluktuasi
4

sepanjang hari, tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan

darah tersebut persisten, untuk mengetahui tekanan darah dapat diketahui

tekanan darah dapat diketahui dengan melakukan pengukuran tekanan

darah menggunakan sphygmomanometer.

Tekanan darah dapat diturunkan dengan melakukan senam yoga

seperti penelitian yang dilakukan Hudiyawati dkk., (2018) didapatkan

penurunan tekanan darah antara sebelum dan sesudah dilakukan terapi

senam yoga pada penderia hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian (Putra

dan Asep, 2018) mengatakan bahwa ada perubahan yang signifikan antara

pemberian senam yoga dalam penurunan tekanan darah. Begitu pula

penelitian menyatakan ada selisih dimana tekanan darah sebelum secara

keseluruhan dan pada tekanan darah setelah diberikan atau dalam

pemberian tindakan terapi senam yoga dengan hasil mean pre test 94,20

serta hasil post test 91,60 (Pujiastuti, dkk. 2019).

Studi pendahuluan yang penulis lakukan saat praktek di rumah

sakit pasien yang dirawat dengan hipertensi untuk menurunkan tekanan

darahnya diberikan obat hipertensi, dilakukan tehnik relaksasi bi1a ada

keluhan nyeri, begitu pu1a saat praktek dilapangan pasien hipertensi

untuk menurunkan tekanan darahnya selain diberikan obat hipertensi

diberikan obat - obat tradisional seperti jus timun, air rebusan daun salam

atau belimbing. Di rumah sakit juga belum ada Standar Operasional

Prosedur (SOP) terkait senam yoga, tetapi dari beberapa jurnal


5

menyatakan senam yoga dapat menurunkan tekanan darah meskipun

dengan SOP yang tidak sama.

Berdasarkan uraian diatas tingginya angka kejadian hipertensi,

komplikasi yang dapat terjadi, serta dari jurnal yang penulis baca

menyatakan bahwa tekanna darah dapat diturunkan dengan senam yoga,

sehingga penulis tertarik untuk melakukan pengembangan SOP senam

yoga dalam upaya menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Hipertensi merupakan Ketika tekanan darah sistolik diatas 140

mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg pada dua kali pemeriksaan tekanan

darah dalam janggi waktu 5 menit dengan keadaan relaks. Hipertensi

sering disebut “silent killer” atau pembunuh siluman, dikarenakan sering

kali penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa merasakan keluhan dan

gejala yang khas sehingga banyak penderita yang tidak menyadari

menderita hipertensi.

Salah satu terapi non farmakologi untuk menurunkan tekanan

darah adalah senam yoga. Beragam jurnal yang terkait dengan penurunan

tekanan darah dengan senam yoga meskipun dengan beragam SOP dapat

menurunkan tekanan darah. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

mengetahui “ Apakah pengembangan Standar Operasional Prosedur

(SOP) Yoga dapat menurunkan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi “


6

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penulisan ini tersusunnya pengembangkan

SOP senam Yoga terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

Hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi jurnal – jurnal terkait pengembangan SOP

tekanan darah setelah dilakukan senam yoga terhadap penurunan

tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi.

b) Menganalisis SOP Pemberian Terapi senam yoga terhadap

penurunan tekanan darah terhadap pasien hipertensi.

c) Mengetahui gambaran SOP senam yoga terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan

manfaat baik secara ilmu, aplikatif, penulis, dan metodologi.

1. Bagi Penulis

Penyusunan pengembangan SOP ini penulis mendapatkan

pengalaman mengembangkan SOP senam Yoga terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi


7

2. Bagi Masyarakat

Hasil penulisan ini diharapkan masyarakat dapat menambah

pengetahuan dan dapat menerapkan SOP senam Yoga bagi pesien

hipertensi

3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Keperawatan

a) Sebagai acuan dan panduan dalam mengembangkan SOP

senam Yoga terhadap penurunan tekanan darah pada pesien

hipertensi.

b) Sebagai salah satu informasi bagi pelaksanaan penelitian pada

masa yang akan datang dalam rangka peningkatan ilmu

pengetahuan dan teknologi keperawatan tentang

mengembankan SOP senam yoga terhadap penurunan tekanan

darah pada pesien hipertensi.

c) Sebagai gambaran manfaat senam yoga terhadap penurunan

tekanan darah pada pesien hipertensi.

4. Bagi Pasien

Diharapkan dari penulisan karya tulis ilmiah ini pasien

dapat mengetahui dan mengaplikasikan panduan Standar

Operasional Prosedur (SOP) senam yoga untuk menurunkan

tekanan darah pada pesien hipertensi.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Keperawatan medikal bedah

a. Pengertian

Keperawatan merupakan bentuk pelayanan professional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan Kesehatan,

berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

komprehensif ditunjukan pada individu, keluarga dan

masyarakat baik itu sakit maupun sehat yang mencakup seluruh

proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa

bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik,

mental. Keterbatasan pengetahuan, masalah psikososial, dan

ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara

mandiri akibat gangguan patofisiologi (Nanda, 2015).

Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan

professional yang di dasarkan ilmu dan Teknik keperawatan

medikal bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual

yang komprehensif ditnjukan pada orang dewasa dengan atau

tanpa cenderung mengalami gangguan fisiologi dengan atau

tanpa gangguan struktur akibat trauma (Kardiyudiani & Susanti,

2019).

8
9

b. Unsur Keperawatan Medikal Bedah

1) Pelayanan Profesional

Seorang perawat dalam memberikan pelayanan kepada

pasien selalu memandang pasien secara holistic atau

menyeluruh baik bio-psiko-sosial-spiritual-kultural. Dalam

setiap tindakan perawat dituntut untuk memberikan asuhan

keperawatan secara professional sesuai dengan standarisasi

profesi keperawatan. Pelayanan ini diberikan oleh seorang

perawat yang berkompetensi dan telah menyelesaikan

Pendidikan profesi keperawatan pada jenjang yang lebih

tinggi (Anggraini, Dini, 2015)

2) Berdasarkan Ilmu Pengetahuan

Perawat dalam melaksanakan tugasnya seudah melalui

jenjang Pendidikan Formal yang sudah ditetapkan oleh

Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus berubah dari waktu ke

waktu (dinamis), sehingga dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien berdasarkan perkembangan ilmu

pengetahuan terbaru.

3) Menggunakan scientific Metode

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui tahap-

tahap dalam proses keperawatan berdasarkan pendekatan

ilmial. Dengan menggunakan asuhan keperawatan yang ada

(NANDA, NIC, NOC).


1

4) Berlandaskan Etika Keperawatan

Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat

menerapkan asas etika keperawatan yang ada, meliputi asas

Autonomy (menghargai hak pasien / kebebasan pasien),

Beneficience (menguntungkan bagi pasien), Veracity

(kejujuran), Justice (keadilan).

c. Konsep Keperawatan Medikal Bedah

Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional

yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah

berbentuk pelayanan bio – psiko – sosio - spiritual yang

komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yang

cenderung mengalami gangguan fisiologi dengan atau tanpa

gangguan struktur akibat trauma.

d. Peran Keperawatan Medikal Bedah

Peran merupakan perilaku yang diharapkan muncul dari diri

seseorang yang sesuai dengan kedudukan dirinya dalam suatu

sistem. Peran tersebut dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial

(dari profesi/luar profesi). Seorang perawat akan memiliki peran

yang sama dengan aktor pelayanan kesehatan lainnya, meskipun

tetap memiliki kesamaan. peran perawat medikal bedah yaitu:

1) Peran sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan (Care Giver).

Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan

dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan dasar


1

manusia yang dibutuhkan oleh pasien melalui pelayanan

keperawatan dengan tepat. Selanjutnya, pelayanan tersebut

dapat dievaluasi sejauh mana tingkat perkembangannya.

peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan ialah :

a) Membantu pasien secara fisik dan psikologik dengan

tetap menjaga martabat pasien.

b) Tindakan keperawatan dapat melibatkan asuhan secara

penuh, sebagian, atau suportif-edukatif.

c) Bertujuan menandirikan pasien seoptimal mungkin.

d) Mencakup aspek fisik, psikologik, sosial-kultural dan

spiritual (Kardiyudiani, & Susanti, 2019).

2) Peran sebagai Advokat (Client Advocate)

Perawat berperan melindungi hak klien sebagai manu-

sia dan hak hukum, seperti hak atas pelayanan sebaik-

baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya dan lain-

lain. Perawat juga berperan dalam berbagai informasi dari

pemberi pelayanan atau informasi ain terutama dalam

pengambilan keputusan (Khairani, & Suharto, 2018).

3) Peran sebagai Edukator

Peran ini dapat dilakukan kepada klien, keluarga, tim

kesehatan lain, baik secara spontan (saat interaksi) maupun

formal (disiapkan). Tugas perawat adalah membantu klien

mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan


1

kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang

spesifik (Insana, dkk, 2020).

4) Peran sebagai Kolaborator

Peran perawat ini dilakukan karena perawat bekerja

melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis,

ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi

pelayanan keperawatan yang diperlukan dengan berdiskusi

atau bertukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan

keperawatan selanjutnya (Iskandar, 2018).

5) Peran sebagai peneliti

Keperawatan sebagai sebuah profesi dan cabang ilmu

pengetahuan selalu dituntut untuk mengembangkan diri

dalam rangka menjawab berbagai tantangan dan persoalan.

Riset keperawatan akan mengubah dasar pengetahuan ilmiah

keperawatan dan meningkatkan praktik keperawatan bagi

pasien (Kardiyudiani & Susanti, 2019).

6) Peran Coordinator

Peran perawat sebagai coordinator, perawat

mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lain,

misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur

kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Selain itu

perawat juga mengatur waktu kerja dan sumber yang tersedia

di tempat kerjanya. Koordinator dalam pelayanan


1

keperawatan, adalah semua tim kesehatan (Sulistiyarani &

Bagus, 2018).

7) Change Anget (Pembawa perubahan)

Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam

cara berfikir, bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan

keterampilan klien/ keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini

mencakup perencanaan kerjasama, perubahan yang sistematis

dalam berhubungan dengan klien dan cara memberikan

perawatan kepada klien (Iskandar, 2018).

2. Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi merupakan keadaan dimana berlangsung

meningkatnya tekanan darah yang berkepanjangan atau secara

terus - menerus dengan tekanan sistoliknya dari 140 mmHg serta

diastoliknya lebih besar dari 90 mmHg. (Beny, 2016).

Hipertensi juga dinyatakan sebagai penyakit darah tinggi dimana

peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena

jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto,

2014), selain itu Hipertensi juga merupakan faktor utama

terjadinya gangguan kardiovaskular. (Andriaansz dkk, 2016).


1

b. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Tabel 1.1 Kelompok Hipertensi

NoHasil PengukuranKeterangan
1) Tekanan sistolik <120 mmHg Optimal
dan diastolik < 80 mmHg
2) Tekanan sistolik 120-129 Normal
mmHg dan diastolik 80-84
mmHg High Normal
3) Tekanan sistolik 130-139
mmHg dan diastolik 85-89 Grade 1(Ringan)
mmHg
4) Tekanan sistolik 140-159
Grade 2 (Sedang)
mmHg dan diastolik 90-99
mmHg
Grade 2 (Berat)
5) Tekanan sistolik 160-179
mmHg dan diastolik 100-109
Grade 2 (Sangat
mmHg
Berat)
6) Tekanan sistolik 160-179
mmHg dan diastolik 100-109
mmHg
7) Tekanan sistolik >210
mmHg dan diastolik >210
mmHg

Sumber. (Nurarif, 2015)

Tabel 2.2 Klasifikasi Krisis : Uregensi dan Darurat

Kategori TD TD Sistolik TD Diastolik

Hipertensi >180 mmHg Dan /atau  120mmHg


Urgensi
Hipertensi
 180mmHg+ Dan/atau  120mHg+
Darurat
Kerusakan Organ Kerusaakan
1
O r gan
Sumber: American Heart Association (2018)
1

c. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:

1) Hipertensi Primer

Hipertensi primer atau hipertensi esensial ini merupakan

jenis hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Ini

merupakan jenis hipertensi yang paling banyak yaitu 90-

95% dari insidensi hipertensi secara keseluruhan. (Nurarif,

2015).

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi yang disebabkan karena penggunaaan estrogen,

penyakit ginjal, sindrom chusing dan hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan (Nurarif, 2015).

d. Faktor Resiko Hipertensi

Faktor risiko terjadinya hipertensi dibagi menjadi yaitu:

1) Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu:

a) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan

wanita. Wanita diketahui mempunyai tekanan darah

lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30

tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita

ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita

hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan


1

dengan perubahan hormon pada wanita setelah

menopause (Triyanto, 2014).

b) Umur/Usia

Pertambahan usia dapat menjadi pengaruh

terjadinya peningkatan tekanan darah karena elastisitas

pembuluh darah yang menurun sehingga pembuluh

darah perlahan - lahan menyempit dan menghambat

aliran darah sistemik ke setiap organ tubuh, sehingga

lansia sangat beresiko tinggi menderita penyakit

hipertensi (Windo, 2015). Perubahan tekanan darah

pada seseorang secara stabil akan berubah di usia 20 -

40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat

secara cepat. Sehingga, semakin bertambah usia

seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi

seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah

lebih tinggi dibandingkan diusia muda (Triyanto,

2014).

c) Keturunan (genetik)

Genetik Faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita

hipertensi. Individu dengan orang tua yang hipertensi

mempunyai risiko 20 % lebih besar untuk menderita

hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai


1

keluarga dengan riwayat hipertensi, akan tetapi banyak

faktor lain yang lebih penting yang dapat

mempengharuinya. Hal ini bisa terjadi karena mutasi

atau polymorphism (Johnson, 2015).

2) Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol

a) Obesitas

Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung

kurangnya melakukan aktivitas sehingga asupan kalori

mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi

peningkatan berat badan atau obesitas dan akan

memperburuk kondisi (Anggara, 2013).

b) Konsumsi garam berlebihan

WHO merekomendasikan konsumsi garam yang

dapat mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar

sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari

100 mmol yaitu sekitar 2,4 14 gram sodium atau 6

gram

c) Stres

Stres merupakan suatu keadaan ketegangan fisik

dan mental/kondisi yang dapat dialami oleh seseorang

yag dapat mempengaruhi emosi, proses berfikir dan

dapat menyebabkan ketegangan. Widyartha (2016)

begitu pula secara statistik menunjukkan bahwa stress


1

berpengaruh terhadap kejadian hipertensi

(Artiyaningrum, 2015).

d) Pola hidup

Pola hidup yang buruk atau pun pola hidup yang

tidak sehat Seperti merokok, meminum-minuman

alkohol, mengonsumsi makanan yang berlemak atau

kadar kolesterol tinggi dan makanan yang mengandung

garam tinggi, faktor usia dan genetik atau keturunan,

hingga berat badan, stress, kurang berolahraga

merupakan faktor yang memicu terjadinya peningkatan

tekanan darah (Susilo, 2018).

e. Patofisiologi

Tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung,

volume curah jantung dan Total Peripheral Resistance (TPR).

Sehingga peningkatan salah satu dari ketiga variable dapat

menyebabkan hipertensi. Hipertensi primer terjadi melalui

berbagai factor dan mekanisme, seperti factor genetik,

lingkungan, mekanisme neural, renal, hormonal dan vascular

(Mohani, 2014). Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan

relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada

medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar

dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan


2

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf

pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap

rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan

jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan

dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.

Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Kortek adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan

aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus


2

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua

faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi diantaranya

perubahan - perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta

dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)

mengakibatkan penurunan curang jantung dan

peningkatantahanan perifer. Pada usia lanjut perlu diperhatikan

kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan

arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff

sphygmomanometer.

f. Tanda gejala

Menurut Kementrian Kesehatan RI , 2018 gejala-gejala

yang biasanya muncul pada penderita hipertensi, yaitu :

1) Sakit kepala

2) Tengkuk berasa berat

3) Vertigo

4) Jantung berdebar-debar

5) Mudah Lelah

6) Penglihatan kabur

7) Telinga berdenging (tinnitus)


2

8) Mimisan

g. Komplikasi

Hipertensi dalam jangka waktu lama akan merusak

endothel arteri dan mempercepat atherosclerosis. Komplikasi

dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung,

mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi

merupakan faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskuler

yaitu stroke, transient ischemic attack, penyakit arteri koroner

yaitu infark miokard angina, penyakit gagal ginjal, dementia,

dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor

risiko kardiovaskuler yang lain, maka akan meningkatkan

mortalitas dan mordibitas akibat gangguan kardiovaskulernya

tersebut. Menurut studi Framigham, pasien dengan hipertensi

mempunyai peningkatan risiko yang bermakna untuk penyakit

koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung

(Ernawati, 2020).

h. Pemeriksaan diagnostik

1) Hemoglobin/hematocrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume

cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor

resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.


2

2) Blood Urea Nitogen (BUN)

Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa

Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan

katekolamin (meningkatkan hipertensi)

3) Kalium serum

Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron

utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretik.

4) Kalsium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan

hipertensi.

5) Kolesterol dan trigliserid serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus

untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek

kardiovaskuler)

6) Pemeriksaan tiroid

Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan

hipertensi.

7) Kadar aldosteron urin/serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)


2

8) Urinalisa

Terdapatnya darah, protein, glukosa mengisyaratkan

disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.

9) Asam urat

Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko

hipertensi

10) Steroid urin

Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalism

11) Intra Venous Pyelography (IVP)

Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti

penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter

12) Foto dada (Rontgent Thorax)

Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub,

perbesaran jantung

13) Computerized Tomography Scan (CT Scan)

Untuk mengkaji tumor serebral,

ensefalopati

14) Elektro Kardio Gram (EKG)

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,

gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah

salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

i. Penatalaksanaan

Penanganan hipetensi secara garis besar menurut

Lewis et al, (2014), dibagi menjadi 2 jenis yaitu yaitu


2

nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi nonfarmakologis

merupakan terapi tanpa menggunakan obat dalam proses

terapinya, sedangkan terapi farmakologis menggunakan obat

obatan.

1) Penatalaksanaan Farmakologis

a) Diuretik (Hidroklorotiazid)

Fungsi : mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume

cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya

pompa jantung menjadi lebih ringan.

b) Penghambat simpatetik (metildopa, propanolol dan

atenolol)

Fungsi : menghambat aktivitas saraf simpatis.

c) Betabloker (metoprolol, propanolol, dan atenol

Fungsi : menurunkan daya pompa jantung.Tidak

dianjurkan pada pasien gangguan pernapasan dan

pasien DM karna dapat menutupi gejala hipoglikemia.

d) Vasodilator (prasosin, hidralasin)

Fungsi : be kerja langsung pada pembuluh darah

dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.

e) ACE inhibitor (captopril)

Fungsi : menghambat pembentukan zat Angiotensin II.

Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala dan

lemas.
2

f) Penghambat Reseptor Angiotensin II (valsartan)

Fungsi : menghalangi penempelan zat Angiotensin II

pada reseptor sehingga memperingan daya pompa

jantung.

g) Antagonis kalsium (diltiasem dan verapamin)

Fungsi : menghambat kontraksi jantung (menurunkan

kontraktilitas jantung).

2) Non farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis antaranya:

a) Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi berat

badan. pembatasan asupan natrium, diet rendah lemak,

pembatasan alkohol, pembatasan kafein, menghentikan

kebiasaan merokok.

b) Melakukan terapi bekam, pemberian terapi music suara

alam, terapi Healing Touch.

c) Pemberian juice campuran tomat dan mentimun,

pemberian madu, pemberian air rebusan daun salam.

d) Relaksasi Slow Deep Breating, Relaksasi genggam jari

dan nafas dalam, teknik relaksasi menggenggam jari

dan napas dalam dan senam yoga.


2

3. Tekanan darah

a. Pengertian

Tekanan darah adalah kekuatan lateral pada dinding arteri oleh

darah yang didorong dengan tekanan dari jantung (Perry &

Potter 2015). Tekanan darah merupakan tekanan dari darah

yang dipompa oleh jantung terhadap dinding arteri. Tekanan

darah seseorang meliputi tekanan darah sistolik dan tekanan

darah diastolik. Tekanan darah sistolik merupakan tekanan

darah waktu jantung menguncup. Tekanan darah diastolik

adalah tekanan darah saat jantung istirahat. Selain untuk

diagnosis dan klasifikasi, tekanan darah diastolik memang

lebih penting daripada sistolik. (Black, Hawk 2014).

b. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran Tekanan Darah umumnya diukur dengan

menggunakan alat yang disebut sphygmanometer.

Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, pengukur

tekanan, dan sebuah manset dari karet. Alat ini mengukur

tekanan darah dalam unit yang disebut millimeter air raksa

(mmHg) (Purwitasari, 2011).

Gambar 2.1 Alat Ukur Tekanan Darah


Sumber : Mathew, Nick. (2018)
2

c. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah

Tekanan darah tidak konstan dan dipengaruhi oleh banyak

faktor, Tekanan darah berubah dari satu denyut jantung ke

denyut lainnya.

1) Usia

Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang

kehidupan. Tekanan darah dewasa cenderung meningkat

seiring dengan pertambahan usia. Lansia tekanan

sistoliknya meningkatnya sehubungan dengan penurunan

elastisitas pembuluh darah. (Black & Hawrk, 2014).

Tabel 2.3 Tekanan Darah Normal

NO Usia Tekanan darah (mmHg)

1 Bayi baru lahir 40 (rerata)


(3000 gr)
2 1 bulan 85/54
3 1 tahun 95/656
4 6 tahun 110/65
5 10-13 tahun 110/65
6 14-17 tahun 120/75
7 Dewasa tengah 120//80
8 Lansia 140/90
Sumber : (Perry & Potter, 2015)

2) Stres

Stres atau ansietas, takut, nyeri dan stres emosi

mengakibatkan stimulasi simpatik yang meningkatkan

frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskuler


2

perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan

darah. Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non

spesifik mengharuskan seseorang individu untuk

berespon atau melakukan tindakan (Perry & Potter,

2015).

3) Jenis kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari

tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan,

setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan

tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause,

wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih

tinggi daripada pria usia tersebut

4) Aktivitas dan berat badan

Olahraga dapat menurunkan tekanan darah untuk

beberapa jam sesudahnya. Para lansia mengalami

penurunan tekanan darah sebanyak 5 - 10 mmHg 1 jam

setelah makan. Peningkatan kebutuhan oksigen saat

beraktivitas akan meningkatkan tekanan darah. Olahraga

yang tidak cukup dapat menyebabkan peningkatan berat

badan dan obesitas yang merupakan faktor terjadinya

hipertensi.
3

5) Ras

Frekuensi hipertensi (tekanan darah tinggi) pada orang

Afrika, lebih tinggi daripada orang Eropa Amerika.

Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi juga

lebih banyak pada orang Afrika Amerika.

Kecenderungan populasi ini terhadap hipertensi diyakini

berhubungan dengan genetik dan lingkungan.

6) Medikasi

Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi tekanan darah. Bagi klien yang

menerima medikasi antihipertensi akan turun tekanan

darah. Selain itu Golongan medikasi lain ada juga yang

mempengaruhi tekanan darah seperti analgetik narkotik

yang dapat menurunkan tekanan darah.

7) Variasi harian

Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari.

Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali,

secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan

sore dan puncaknya pada senja hari atau malam. Tidak

ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.

8) Merokok

Merokok dapat menyebabkan vasokontriksi. Saat

seseorang merokok, tekanan darah meningkat, dan akan


3

kembali ke nilai dasar dalam 15 menit setelah berhenti

merokok.

4. Senam yoga

a. Pengertian

Yoga merupakan suatu mekanisme penyatuan dari tubuh

dan jiwa, yang mengkombinasikan antara teknik bernapas,

relaksasi dan meditasi serta laatihan peregangan (Pangaribuan

& Berawi, 2016). Senam Yoga digunakan sebagai terapi

tambahan yang efektif untuk pencegahan hipertensi karena

dapat merubah gaya hidup menjadi positif (Shah, 2016).

Senam Yoga juga merupakan kombinasi dari latihan fisik

terstruktur, teknik pernapasan, dan meditasi, dan terbukti

secara positif mempengaruhi fungsi otonom jantung (Field,

2016). Senam yoga dianjurkan pada pasien hipertensi karena

yoga memiliki replek relaksasi yang dapat meniingkatkan

sirkulasi darah yang lancar yang mengidikasikan kerja jantung

yang baik (Susmawati R, 2018).

b. Manfaat senam yoga

Manfaat senam yoga secara umum secara umum menurut

Wirawanda (2017) :

1) Meningkatkan kekuatan tubuh

2) Meningkatkan kelenturan dan keseimbangan tubuh.

3) Ketenangan batin. dan mengurangi rasa nyeri.


3

4) Melatih pernapasan dan melancarkan sirkulasi darah

5) Serta meningkatkan konsentrasi dan kecerdasannya.

c. Faktor yang mempengaruhi senam yoga

Faktor yang mempengaruhi senam yoga adan 2 yaitu

kesiapan fisik dan kesiapan psikologis. Kesiapan fisik adalah

suatu kondisi dan kesanggupan tubuh dalam memberikan

penampilan dan pengaturan sistem gerak dalam mengatasi dan

menyelesaikan pekerjaan fisik, sedangkan kesiapan psikis

adalah suatu kondisi kesanggupan tubuh dalam memberikan

penampilan dan pengaturan sistem gerak dalam mengatasi dan

menyelesaikan pekerjaan fisik (Eli, 2011).

d. Prinsip senam yoga

Salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan pada pasien

Hipertensi adalah senam yoga, senam yoga ini menggunakan

prinsip pengendalian pernafasan dalam setiap gerakan yoga.

Pengendalian pernafasan ini akan membuat suplai oksigen ke

otak meningkat sehingga dapat mengurangi peningkatan

hormone endorphin yang akan memicu pengeluaran

neurotransmitter berupa dopamine, epinefrin, dan serotonin

yang berfungsi untuk membantu pengaturan mood, mengontrol

kecemasan dan mengurangi stress


3

e. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi dan kontraindikasi yoga menurut Chrisnina et al,

(2014) sebagai berikut:

1) Indikasi

Senam yoga dapat dilakukan pada:

a) Low back pain (LBP)

b) Cemas

c) Stres

d) Nyeri haid

e) Hipertensi/Tekanan darah tinggi

f) Gangguan kualitas tidur

2) Kontraindikasi

Senam yoga ini tidak boleh dilakukan pada :

a) Sakit dada persisten

b) Gejala syok kardiogenik

c) Suhu di atas 38 derajat celcius

d) Gagal jantung yang belum stabil

e) Kehamilan dengan penyakit jantung

f) Riwayat persalinan kurang 2 bulan

g) Plasenta previa

h) Kecederaan pada lutut, bahu dan leher.


3

f. Standar Prosedur Operasional Senam Yoga

1) Gerakan pertama pernapasan Oase:

Gambar 2.2 Gerakan Pertama Pernapasan

Oase Sumber : (Kurniadi & Nurrahmani,

2015)

a) Berdiri seimbang

b) Tangan diturunkan kemudian jari jari di jalin secara

longgar didepan badan.

c) Hirup napas sambil mengangkat kedua tangan

hingga ke depan mulut lalu buang napas dengan

mengembalikan telapak tangan ke atas.

d) Angkat lengan ke atas sampai terasa pereganggan.

e) Ambil napas lagi lalu turunkan tangan ke depan

mulut, balikkn tangan dan buang nafas. Lakukan

gerakan 6 – 12 kali
3

2) Gerakan kedua bidalasan (cat stretch):

Gambar 2.3 Gerakan Kedua Bidalasan (Cat Stretch)

Sumber : (Kurniadi & Nurrahmani, 2015)

a) Buang napas.

b) Tarik otot perut (tak usah kuat-kuat) sambil

melengkungkan punggung ke atas.

c) Rasakan peregangan sepanjang tulang belakang,

leher dan pundak.

d) Napas lambat seiring gerakan, dilakukan sampai 2-3

set, masing-masing terdiri dari 8 kali.

e) Selingi istirahat di antara setiap set, yaitu duduk

nyaman, boleh bersila atau menyelonjorkan kaki.

3) Gerakan ke tiga janu sirsana :

Gambar 2.4 Gerakan Ketiga Janu Sirsana


Sumber : (Kurniadi & Nurrahmani, 2015)
3

a) Buang napas, bungkuk badan ke depan dan tangan

menjangkau kaki kanan.

b) Ketika membungkuk, perut dibiarkan relaks, otot

jangan ditarik masuk.

c) Masing-masing sisi 4 kali. Pada hitungan ke-4,

tetaplah pada pose membungkuk selama kira-kira 3

tarikan dan hembusan napas dan rasakan perut yang

mengembang sesuai napas.

4) Gerakan ke empat Lying Twist:

Gambar 2.5 Gerakan Keempat Lying

Twist Sumber (Sukarno, 2017)

a) Caranya dengan berbaring.

b) Tekuk lutut kanan di atas perut.

c) Kemudian bawa ke lantai sebelah kiri badan.

d) Diam dan nikmatilah pose ini sesukanya.

e) Gerakan ini dilakukan selama 1-2 menit.


3

f) Biarkan napas berlangsung wajar, rasakan dada

kanan menjadi lega dan lapang.

g) Lalu kerjakan pada sisi lainnya.

5) Gerakan ke lima Nadi Shodan :

Gambar 2.6 Gerakan Kelima Nadi Shodan


Sumber : (Sukarno, 2017)

a) Langkah-langkahnya duduk sila di lantai atau bisa

juga duduk di kursi yang mantap, dengan telapak kaki

menapak lantai.

b) Tutup lubang hidung kanan dengan ibu jari tangan

kanan, dan bernapas melalui lubang hidung sebelah

kiri.

c) Lalu tutup hidung kiri dengan jari telunjuk, buka

lubang hidung sebelah kanan, dan keluarkan napas.

d) Begitu seterusnya secara bergantian. Mata terpejam.

Bernapaslah secara lambat, lembut, rata dan tak

bersuara.
3

e) Diamlah sejenak antara napas masuk dan keluar,

begitu juga antara napas keluar dan masuk. Kerjakan

hal ini 5 putaran.


3

B. Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar

dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variabel.

Skema 2.1 Kerangka Konseptual

Etiologi: Hipertensi Faktor risiko


terjadi
1. Skunder
Hipertensi
2. Primer
1. Jenis klamin
Tekanan Darah Tinggi 2. Usia
Alat untuk
3. Keturunan/genetik
mengukur
4. Lingkungan
Tekanan Darah:
5. Obesitas
Spigmanomet Penatalaksanaan Hipertensi
6. Konsumsi
er 1. Farmakotrapi
2. Non Farmakoterapi garam
a. Modifikasi gaya hidup
b. Terapi becam
c. Relaksasi
Genggam jari
Terapi music
Slow deep breating
Senam Yoga

Studi literature terkait SOP senam Yoga terhadap


terhadap
Pengembangan Standar Operasional
penurunan tekanan darah pada Prosedur
pasien (SOP) senam
Hipertensi.
Yoga terhadap
Sumber terhadap penurunan
: (Nursalam, tekanan darah 2018).
2017 ; Notoatmodjo, pada pasien
Hipertensi.
BAB III
METODOLOGI

A. Metodologi

Metodologi merupakan cara mengetahui sesuatu untuk menemukan,

mengembangkan atau menguji kebenaran secara sistemik, logis dan empiris

menggunakan metode ilmiah (Surahman, Rachmat, & Supardi, 2016)

Metodologi yang digunakan dalam pengembangan SOP senam yoga untuk

menurunkan tekanan daraj tinggi pada pasien hipertensi ini adalah literature

review. Literature review adalah sebuah metodologi penelitian yang

bertujuan untuk mengumpulkan dan mengambil intisari dari penelitian

sebelumnya serta menganalisis beberapa overview para ahli yang tertulis

dalam teks. (Nurislaminingsih R, Rachmawati S, Winoto Y, 2020).

Literature review merupakan pengumpulan data dan informasi

dengan cara menggali sumber-sumber baik dari buku, karya tulis, dan

lain sebagainya (Uus Rusmawan, 2019). Literature review yang akan

penulis gunakan ini untuk mengidentifikasi langkah – langkah yang tepat

dalam menangani masalah penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi

dengan implementasi senam yoga. Sebagai bahan untuk penulis mereviewer

pengembangan SOP dar jurnal – jurnal terkait penulis menggunakan kata

kunci : senam yoga, tekanan darah, hipertensi.

39
4

B. Plan, Do, Study, Act (PDSA)

Metode yang penulis gunakan dalam pengembangan SOP ini penulis

menggunakan pendekatan Plan-Do-Study-Act (PDSA) . Metode PDSA

adalah cara untuk menguji perubahan yang diterapkan dalam rangka

memastikan berjalannya peningkatan mutu yang berkesinambungan. Empat

langkah dalam PDSA berfungsi untuk memandu proses berpikir dalam

memecah masalah menjadi beberapa langkah teknis dan kemudian

mengevaluasi hasilnya, meningkatkannya, dan mengujinya kembali.

Dokumen PDSA digunakan pula sebagai bukti tindak lanjut dan perbaikan

dalam pengembangan SOP intervensi senam yoga dalam upaya menurunkan

tekanan darah pada pasien hipertensi.

1. Plan

Plan merupakan tahap untuk menetapkan target atau sasaran yang

ingin dicapai dalam peningkatan proses ataupun permasalahan yang ingin

dipecahkan, kemudian menentukan metode yang akan digunakan untuk

mencapai target atau sasaran yang telah ditetapkan tersebut (Yunitasari,

E, 2019). Dengan tahapan:

a. Mengumpulkan jurnal-jurnal terkait pengembangan SOP senam yoga

terhadap penurunan sesak napas pada pasien hipertensi.

b. Mengidentifikasi jurnal-jurnal terkait Pengembangan Standar

Operasional Prosedur (SOP) Senam Yoga Terhadap Penurunan

Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi.


4

c. Menganalisis Standar Oprasional Prosedur Senam Yoga Terhadap

Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi

d. Menentukan pengembangan SOP pada pasien hipertensi yaitu dengan

menggunakan intervensi terapi senam yoga.

2. Do

Do merupakan tahap ke dua atau tahap penerapan untuk

melaksanakan semua perencanaan di tahap plan sampai menjalankan

prosesnya, memperoleh hasilnya serta melakukan pengumpulan data (data

collection) yang kemudian digunakan untuk tahap study dan Act.

(Yunitasari Elly, 2019). Di tahap ini penulis mengembangkan SOP senam

yoga terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

3. Study

Study adalah analisis yang mempelajari dan mengevaluasi data

sebelum dan setelah perubahan serta merefleksikan apa yang terjadi

(Maryati, Y & Siswati, 2017).

a. Penulis melakukan study literatur sebanyak lima jurnal terkait senam

yoga pada pasien hipertensi

1) Penulis mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah

pada SOP yang penulis kembangkan.

2) Penulis menganalisis hasil pencarian literature review terkait

senam yoga pada Pasien hipertensi


4

3) Penulis menetapkan langkah-langkah yang tepat saat melakukan

senam yoga sehingga menjadi SOP.

4. Act

Act merupakan tahap untuk mengambil tindakan yang seperlunya

terhadap hasil-hasil dari tahap study (Yunitasari Elly, 2019).

Pengembangan SOP ini akan menghasilkan SOP senam yoga, yang baru

yang akan dilaksanakan dan dievaluasi kembali terhadap penurunan

tekanan darah agar hasil yang didapatkan menjadi lebih tepat.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Penelusuran Literatur Riview

Berdasarkan penelusuran Literatur Riview dari SOP senam Yoga

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi dari 5

jurnal yang telah penulis review penulis peroleh yang pertama dari

Dinar Mesarihati Gea & Erme Ariska Nainggolan (2017), yang kedua

Erieska Safitri Hendarti & Ardiyanti Hidayah (2018), yang ketiga Rr.

Sri Endang Pujiastut, Sawab, Safitri Zummy Afiyati (2019), yang ke

empat Nehemia Bangkit Pangestu, Maria Dyah Kurniasari , Antonius

Tri Wibowo, (2019) dan yang ke liima penulis mereview dari

jurnalnya Iva puspaneli Setiyaningrum, dan Arif Hendra Kusuma,

(2020).

Setelah mengumpulkan kelima jurnal tersebut penulis

mengidentivikasi jurnal jurnal tersebut berkaitan dengan SOP nya.

Langkah selanjutnya penulis menganalisa SOP, menentukan rencana

pengembangan dengan menggunakan PDSA, dan terakhir penulis

akan penyusunan pengembangan SOP intervensi Senam Yoga

Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi, hasil

penelusuran literatur tersebut penulis sajikan pada tabel dibawah ini.

43
4

Tabel 4.1 Hasil Penelusuran Literatur Riview


No Judul Penulis Metode Intervensi Hasil

1 Pengaruh Dinar Jenis 1. Memberikan salam Berdasarkan dari


senam yoga Mesarihati penelitian teraputek dan sapa hasil penelitian yang
terhadap Gea & Erme yaitu one klien dilakukan tekanan
penurunan Ariska group pretest 2. Mempersiapkan darah lansia sebelum
tekanan darah Nainggolan, posttest alat dilakukan senam
pada lansia di 2017 3. Menjelaskan tujuan yoga dari 20
Panti Jompo dan prosedur responden yang
Yayasan Guna pelaksanaan memiliki tekanan
Budi Bakti 4. Menjaga privasi darah normal dengan
Medan. klien total 0 orang
5. Instruksikan pasien responden (0%),
agar tenang dan tekanan darah
mengendorkan prehipertensi dengan
otot-otot tubuh dari total 2 orang
ujung kaki sampai responden (10%),
dengan otot wajah tekanan darah
dan rasakan rileks hipertensi stage I
6. Instruksikan pasien dengan total 8 orang
untuk atur posisi responden (40%), dan
7. Instruksikan pasien yang memiliki
agar menarik nafas tekanan darah
dalam tahan sampai hipertensi stage II
3 detik lalu dengan total jumlah
hembuskan lewat 10 orang (50%).
mulut
8. Evaluasi perasaan
pasien
9. Akhiri dengan
salam
2 Pengaruh Erieska Desain 1. Memberikan Hasil penelitian
Senam Yoga Safitri penelitian informed consent setelah dilakukan
Terhadap Hendarti & menggunakan 2. Menjelaskan isi senam yoga dari 50
Perubahan Ardiyanti cross dari informed responden 42
Tekanan Darah Hidayah sectional consent responden (84 %),
pada Lansia (2018) dengan 3. Mempersiapkan mengalami
yang rancangan sphygmomanomete penurunan tekanan
Mengalami pra r, stetoskop darah, 8 responden
Hipertensi eksperimen 4. Mengukur tekanan (16 %) yang tekanan
one group pre darah pasien darahnya tetap dan
test post test sebelum dilakukan tidak mengalami
design senam yoga perubahan.
5. Duduklah seperti
posisi duduk
padmasana.
6. Keluarkan lidah
sedikit dari bibir,
kemudian tekuklah
lidah sedikit dari
bibir.
7. Kemudian tekuklah
lidah seperti satu
4

NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

pipa dan tarik


napas melaluiu
mulut secara pelan
pelan selama
mungkin.
8. Pertahankan napas
selama mungkin
tanpa dipaksa,
kemudian
keluarkan napas
melalui hidung
secara pelan - pelan
hingga napas
dalam perut habis.
9. Latihan pernapasan
lambat seperti ini
dapat dilatih secara
berulang - ulang
pada pagi hari
selama 15 menit
hingga 30 menit
10. Dokumentasikan
kegiatan
3 Pengaruh Rr. Sri Penelitian ini 1. Melakukan salam Hasil Penelitian
Terapi Yoga Endang menggunakan terapeutik menunjukan terjadi
Terhadap Pujiastuti, quasi 2. Mempersiapkan penurunan baik
Penurunan Sawab ,Safitri experiment kelompok kontrol
alat
Tekanan Darah ZummyAfiya dengan maupun intervensi:
pada Penderita ti (2019) pendekatan 3. Menjaga privasi
Hipertensi pre-post test pasien 1. Tekanan darah
control group 4. Memberikan systole kelompok
design lembar observasi kontrol pre test
pre -test rata rata 148,87
5. Menjelaskan tujuan dan post test rata
rata 145,87
kegiatan yang akan
sedangkan
dilakukan kelompok
6. Melakukan senam intervensi rata
yoga sebanyak 3 rata nilai systole
kali dalam pre test 147,73
seminggu dan nilai post
intervensi rata rata
7. Meminta pasien
139,20
untuk mengikuti 2. Tekanan darah
Gerakan senam Diastole
yoga yang di kelompok kontrol
contohkan oleh pre itervensi rata
perawat rata 94,20 dan
8. Evaluasi dan catat post rata rata
91,60 sedangkan
hasil Tindakan
kelompok
9. Ditutup dengan intervensi rata
salam rata nilai diastole
4

NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

94,27 dan nilai


post intervensi
rata rata 86,67

4 Efektifitas Nehemia Jenis 1. Memberikan Hasil penelitian


Yoga Ketawa Bangkit Penelitian salam terapeutik menunjukkan,
terhadap Pangestu , kuantitatif dan sapa klien satukan telapak
Penurunan Maria Dyah eksperimen 2. Mempersiapkan
Tekanan Darah Kurniasari , dengan
alat
pada Lansia Antonius Tri rancangan
dengan Wibowo penelitian 3. Menjelaskan
Hipertensi (2019) pretest- tujuan prosedur
Derajat II di posttest with pelaksanaan
Panti Wredha control 4. Menjaga privasi
Salib Putih group. klien
Salatiga Sampel
5. Gerakan pertama,
penelitian
menggunakan satukan telapak
purposive kaki pertama dari
sampling depan angkat lalu
Uji beda pindakan
Wilxocon, kesamping.
hasil yang 6. Tegakkan
didapat dari
badannya lalu
kelompok
perlakuan pre angkat tangan
post systole bagian kiri atas
dan diastole dan tangan kanan
di tumpukan
kelantai
disamping kanan.
7. Gerakan kedua,
satukan kaki dan
satukan lutut
kemudian lutut
menyentuh lantai
bokong naikkan
ke atas dan kedua
telapak tangan
menyentuh lantai.
8. Gerakan ketiga,
satukan telapak
kaki lalu
letakkan kedua
telapak tangan ke
matras lalu Tarik
kedua tangan
kedepan secara
perlahan
9. Gerakan keempat,
4
terjadinya penurunan tekanan
darah baik systole maupun
diastole setelah diberikan terapi
yoga:
1. Mean Tekanan darah Systole
pre test 156 dan nilai Mean
systole post test 130.
2. Mean Tekanan darah
Diastole pre test 93 dan nilai
Mean Diastole post test 84
4

NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

kaki dengan
sejajar lalu tangan
kanan dan tangan
kiri memegang
lutut untuk
menekan sampai
dengan lalu badan
dan kepala turun
kebawah secara
perlahan sampai
menyentuh kaki
10.
Dokumentasikan
dan catat hasil

5 Pengaruh yoga Iva puspaneli Jenis 1. Memberikan buang


terhadap setiyaningru penelitian ini salam terapeutik nafas dengan
penurunan m, arif termasuk 2. Mempersiapkan
tekanan darah hendra dalam alat
lansia hipertensi kusuma, penelitian
di panti wreda (2020) pre- 3. Menjelaskan
experimental, tujuan dan
dengan prosedur
pendekatan pelaksanaan
crossectional 4. Memberikan
dengan lembar observasi
design one-
pre-test dan
group
pretest- post-test
posttest 5. Menjaga privasi
klien
6. Meminta klien
untuk mengikuti
Gerakan yang
dicontohkan
7. Gerakan
pertama, berdiri
seimbang tangan
diturunkan
kemudian jari
jari di jalin
secara longgar
didepan badan,
hirup napas
sambil
mengangkat
kedua tangan
hingga ke depan
mulut lalu
Menunjukan bahwa
4
Mean tekanan darah pada
penderita hipertensi pre test
systole 138,27 dan Mean Post
pemberian senam Yoga 137,72.
Sedangkan Mean Diastole pre
test 80,10 sedangkan pada post
test 80,27
5

NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

mengembalikan
telapak tangan
ke atas, lalu
angkat lengan ke
atas sampai
terasa
pereganggan.
Ambil nafas
lagi lalu
turunkan tangan
ke depan mulut,
balikkn tangan
dan buang
nafas.
Lakukan gerakan
6 – 12 kali.
8. Gerakan kedua,
Buang napas,
tarik otot perut
(tak usah kuat-
kuat) sambil
melengkungkan
punggung ke
atas. Rasakan
peregangan
sepanjang tulang
belakang, leher
dan pundak.
Napas lambat
seiring gerakan.
Dapat dilakukan
sampai 2-3 set,
masing-masing
terdiri dari 8
kali. Selingi
istirahat di
antara setiap set,
yaitu duduk
nyaman, boleh
bersila atau
menyelonjorkan
kaki.
9. Gerakan ke
tiga, Buang
napas, bungkuk
badan ke depan
5
dan tangan
5

NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

menjangkau kaki
kanan. Ketika
membungkuk,
perut dibiarkan
relaks, otot
jangan ditarik
masuk. Masing-
masing sisi 4
kali. Pada
hitungan ke-4,
tetaplah pada
pose
membungkuk
selama kira-kira
3 tarikan dan
hembusan napas
dan rasakan
perut yang
mengembang
sesuai napas.
10. Gerakan ke
empat, caranya
dengan
berbaring. Tekuk
lutut kanan di
atas perut.
Kemudian bawa
ke lantai sebelah
kiri badan. Diam
dan nikmatilah
pose ini
sesukanya.
Gerakan ini
dapat dilakukan
selama 1-2
menit. Biarkan
napas
berlangsung
wajar, rasakan
dada kanan
menjadi lega dan
lapang. Lalu
kerjakan pada
sisi lainnya.
11. Gerakan ke
lima, duduk sila
5
di
5

NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

lantai atau bisa


juga duduk di
kursi yang
mantap, dengan
telapak kaki
menapak lantai.
Tutup lubang
hidung kanan
dengan ibu jari
tangan kanan,
dan bernapas
melalui lubang
hidung sebelah
kiri. Lalu tutup
hidung kiri
dengan jari
telunjuk, buka
lubang hidung
sebelah kanan,
dan keluarkan
napas. Begitu
seterusnya
secara
bergantian. Mata
terpejam.
Bernapaslah
secara lambat,
lembut, rata dan
tak bersuara.
Diamlah sejenak
antara napas
masuk dan
keluar, begitu
juga antara
napas keluar dan
masuk. Kerjakan
hal ini 5 putaran.
12. Mengevaluasi
klien
13. Mendokumentas
ikan kegiatan
yang sudah
dilakukan
5

2. Pengembangan SOP Senam Yoga

Setelah penulis melakukan Literature Riview terhadap SOP senam

Yoga maka di peroleh hasil pengembangan SOP sebagai berikut :

Tabel 4.2 Pengembangan SOP Senam Yoga


No SOP Rasional

1. Salam terapeutik Salam terapeutik yang dilakukan merupakan


komunikasi interpersonal yang bertujuan
untuk membangun hubungan kerjasama
yang ditandai dengan tukar menukar
perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman
ketika membina hubungan yang terapeutik
dan adanya saling pengertian antarperawat
dan bayi dan untuk membina hubungan
saling percaya (Kementerian Kesehatan RI,
2016).
2. Menyiapkan sphygmomanometer, stetoskop Untuk memudahkan saat tindakan (Ananto,
2017).
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur Informasi mengenai rencana tindakan yang
pelaksanaan akan dilakukan serta memberikan
keuntungan dan kerugian (Adiliani Dewi,
dkk 2015; Septi Sari Rininta, Wahyuni dan
Hermawati 2019; Nurainah Fajriati Sagita
Asri dan Masmun Zuryati 2018; Ayu
Agustiyani 2018)
4. Menyiapkan lembar observasi per dan post Sebagai alat mengevaluasi atau menilai baik
Tindakan dan buruknya suatu kegiatan (Agya, 2014).
5. Menjaga privasi pasien Agar menjaga kerahasiaan klien,
memberikan ketenangan dan kenyamanan
klien (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2019)
6. Atur posisi yang usahakan Posisi sangat mempengaruhi tekanan darah,
sphygmomanometer sejajar jantung dimana semakin tinggi posisi kepala dari
jantung maka akan semakin tinggi tekanan
darah Anjaswarni, 2016 & Elon, 2017,
Perry & Potter 2015
7. Melakukan pengukuran tekanan darah Tekanan darah yang lebih dari 160/100
sebelum Tindakan tidak dilakukan Teknik relaksasi otot
progresif (Ananto, 2017)
8. Gerakan pertama, berdiri seimbang tangan Melancarkan sirkulasi darah sehingga dapat
diturunkan kemudian jari jari di jalin secara mengurangi stress (setiyaningrum dan
longgar didepan badan, hirup napas sambil kusuma, 2020) Gerakan yang dilakukan
mengangkat kedua tangan hingga ke depan untuk menegangkan otot-otot tangan
mulut lalu buang nafas dengan (Nuwa, Kustanto & Utami, 2018)
mengembalikan telapak tangan ke atas, lalu
angkat lengan ke atas sampai terasa
pereganggan. Ambil nafas lagi lalu turunkan
tangan ke depan mulut, balikkn tangan dan
buang nafas. Lakukan gerakan 6 – 12 kali.
9. Gerakan kedua, Buang napas, tarik otot perut Untuk membuat otot-otot yang tegang
5

No SOP Rasional

(tak usah kuat-kuat) sambil melengkungkan menjadi rileks sehingga merelaksasikan


punggung ke atas. Rasakan peregangan ketegangan otot (setiyaningrum dan
sepanjang tulang belakang, leher dan pundak. kusuma, 2020)
Napas lambat seiring gerakan. Dapat
dilakukan sampai 2-3 set, masing-masing
terdiri dari 8 kali. Selingi istirahat di antara
setiap set, yaitu duduk nyaman, boleh bersila
atau menyelonjorkan kaki
10. Gerakan ketiga, Buang napas, bungkuk badan Meningkatkan kelenturan pinggul dan
ke depan dan tangan menjangkau kaki kanan. punggung (setiyaningrum dan kusuma,
Ketika membungkuk, perut dibiarkan relaks, 2020)
otot jangan ditarik masuk. Masing-masing
sisi 4 kali. Pada hitungan ke-4, tetaplah pada
pose membungkuk selama kira-kira 3 tarikan
dan hembusan napas dan rasakan perut yang
mengembang sesuai napas.
11. Gerakan keempat, caranya dengan berbaring. Gerakan ini memberikan manfaat langsung
Tekuk lutut kanan di atas perut. Kemudian pada bagian pinggul, pinggang, dan bokong.
bawa ke lantai sebelah kiri badan. Diam dan Selain itu, otot-otot kaki pun ikut terlatih
nikmatilah pose ini sesukanya. Gerakan ini (setiyaningrum dan kusuma, 2020)
dapat dilakukan selama 1-2 menit. Biarkan
napas berlangsung wajar, rasakan dada kanan
menjadi lega dan lapang. Lalu kerjakan pada
sisi lainnya.
12. Gerakan kelima, duduk sila di lantai atau bisa Melancarkan aliran darah dan melepas
juga duduk di kursi yang mantap, dengan hormon endorfin yang membuat pasien
telapak kaki menapak lantai. Tutup lubang merasa bahagia. (setiyaningrum dan
hidung kanan dengan ibu jari tangan kanan, kusuma, 2020)
dan bernapas melalui lubang hidung sebelah
kiri. Lalu tutup hidung kiri dengan jari
telunjuk, buka lubang hidung sebelah kanan,
dan keluarkan napas. Begitu seterusnya
secara bergantian. Mata terpejam.
Bernapaslah secara lambat, lembut, rata dan
tak bersuara. Diamlah sejenak antara napas
masuk dan keluar, begitu juga antara napas
keluar dan masuk. Kerjakan hal ini 5 putaran
13. Merapikan alat-alat senam Keadaan lingkungan yang rapi dan bersih
sangat berpengaruh terhadap psikologi klien
(Carman, 2014).
14. Kontrak waktu uang akan datang. Menjaga komunikasi terapeutik dan sopan
saat meninggalkan klien dan keluarga
(Nursalam, 2011; Halida & Wirawati, 2017;
& Rakihmawati & Yusmiatienengsih,
2018).
15. Mendokumentasikan kegiatan Laporan yang otentik dari semua kegiatan
yang berhubungan dengan penglolaan data
klien dapat dipergunakan untuk
mengungkap suatu fakta actual dan dapat di
pertanggung jawabkan (Gunawan, 2020;
Kyle & Carman 2014; & Nofianti, 2020.)
5

B. Pembahasan

Senam yoga adalah suatu aktifitas penggabungan atau

memfokuskan tubuh, dan pikiran serta jiwa yang memadukan teknik

relaksasi, dan pernapasan serta meditasi, senam yoga sangat dianjurkan

bagi orang- orang yang sedang mengalami tekanan darah tinggi terutama

pada lansia dikarenakan bisa merelaksasi hingga dapat melancarkan

ataupun memudahkan peredaran darah ke seluruh bagian tubuh dengan

lancar sehingga dapat menghasilkan tekanan darah yang normal (Dinata,

2015).

Hasil pengembangan SOP pemberian senam yoga ini didapatkan

hasil sebagai berikut yang telah didukung oleh jurnal terkait. Intervensi

yang telah dikembangkan penulis yaitu, tahap menyampaikan salam,

perilaku caring perawat dapat meningkatkan perubahan positif dalam

aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Fase ini adalah fase awal

interaksi antara perawat dengan pasien yang bertujuan untuk

merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase atau tahap selanjutnya.

Komunikasi terapeutik mampu meningkatkan tingkat kepuasan klien

(Anjaswarni, 2016; Kusumo, 2017; Pieter, 2017).

Setelah melakukan komunikasi terapeutik intervensi inti dari

senam yoga yaitu, berdiri seimbang tangan diturunkan kemudian jari jari

di jalin secara longgar didepan badan untuk melancarkan sirkulasi darah

sehingga dapat mengurangi stress. Tahap selanjutnya adalah Buang napas,

tarik otot perut (tak usah kuat-kuat) sambil melengkungkan punggung ke


5

atas untuk membuat otot-otot yang tegang menjadi rileks sehingga

merelaksasikan ketegangan otot. Setelah itu bungkuk badan ke depan dan

tangan menjangkau kaki kanan. Ketika membungkuk, perut dibiarkan

relaks, otot jangan ditarik masuk. Masing-masing sisi 4 kali untuk

meningkatkan kelenturan pinggul dan punggung. Selanjutnya adalah

caranya dengan berbaring. Tekuk lutut kanan di atas perut. Kemudian

bawa ke lantai sebelah kiri badan untuk memberikan manfaat langsung

pada bagian pinggul, pinggang, dan bokong. Selain itu, otot-otot kaki pun

ikut terlatih. Setelah itu duduk sila di lantai atau bisa juga duduk di kursi

yang mantap, dengan telapak kaki menapak lantai untuk melancarkan

aliran darah dan melepas hormon endorfin yang membuat pasien merasa

Bahagia (Setiyaningrum dan kusuma, 2020).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Murthy (2011) berpendapat

bahwa yoga mampu menurunkan tekanan darah karena yoga mengandung

unsur relaksasi yang mampu menurunkan tekanan sistole sebesar

4.7mmHg dan tekanan diastole sebesar 3,3 mmHg. Penelitian ini tekanan

darah rata-rata turun dari 139,6 menjadi 129,6 pada kasus tekanan darah

sistole sementara turun dari 91,2 menjadi 86,1 untuk tekanan darah

diastole. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yoga efektif dalam

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi ringan sampai sedang

bahkan tanpa mengkonsumsi obat .

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Herawati (2018)

berpendapat bahwa setelah dilakukannya senam yoga dari 50 responden


5

yang mengalami perubahan yaitu: Penurunan tekanan darah adalah

sejumlah 42 responden (84,0%), sedangkan tidak ada yang mengalami

kenaikan dan selebihnya terdapat 8 responden (16,0%) yang tekanan

darahnya tetap dan tidak mengalami perubahan.

Asep (2018) mengatakan bahwa adanya dampak yang secara

signifikan antara pemberian senam yoga dalam perubahan atau untuk

menurunkan pada tekanan darah tinggi yang di alami lansia yang

menderita hipertensi dengan memperoleh nilai hasil p value = 0,009

dimana lebih kecil dari p= 0,05, maka bisa ditarik kesimpulam ada

perubahan tekanan darah lansia setelah dilakukan senam yoga.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pembahasan SOP senam yoga untuk menurunkan

tekanan darah pada pasien hipertensi antara lain :

1. Teridentifikasi jurnal – jurnal terkait pengembangan SOP setelah

dilakukan senam yoga terhadap penurunan tekanan darah tinggi

pada penderita hipertensi

2. Teranalisis SOP pemberian Terapi senam yoga terhadap penurunan

tekanan darah terhadap pasien hipertensi

3. Mengetahui gambaran SOP senam yoga terhadap penurunan

tekanan darah terhadap pasien hipertensi

4. Tersusunnya 15 langkah pengembangan SOP Senam Yoga

terhadap penurunan tekanan darah papa pasien hipertensi.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Penyusunan pengembangan SOP ini penulis mendapatkan

pengalaman mengembangkan SOP senam Yoga terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penulisan ini diharapkan masyarakat dapat menambah

pengetahuan dan dapat menerapkan SOP senam Yoga bagi pesien

hipertensi

5
57

3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

a. Sebagai acuan dan panduan dalam mengembangkan SOP

senam Yoga terhadap penurunan tekanan darah pada pesien

hipertensi.

b. Sebagai salah satu informasi bagi pelaksanaan penelitian pada

masa yang akan datang dalam rangka peningkatan ilmu

pengetahuan dan teknologi keperawatan tentang

mengembankan SOP senam yoga terhadap penurunan tekanan

darah tinggi pada pesien hipertensi.

c. Sebagai gambaran manfaat senam yoga terhadap penurunan

tekanan darah pada pesien hipertensi.

4. Bagi Pasien

Sebagai pengetahuan dan pengaplikaisan panduan standar

operasional prosedur (SOP) senam yoga untuk menurunkan tekanan

darah pada pasien hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

A. Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Edisi 3. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
American Heart Association (AHA). (2018). Guidelines for the Early
Management of Patients With Acute Ischemic Stroke: A Guideline for
Healthcare Professionals From the American Heart Association/American
Stroke Association.
Ananto, D, P. (2017). Pengaruh Massage Teknik Effleurage Terhadap Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi di Desa Kalirejo Kabupaten Purworejo.
Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Fakto r -Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat
Tahun 2012. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH.
Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5 (1) : 20-25.
Anjaswarni, T. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Komunikasi
Dalam Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Artiyaningrum, B. (2015). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Tidak Terkendali pada Penderita yang Melakukan
Pemeriksaan Rutin di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun
2014 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang.
Berawi, K. N., & Pasya, A. V. (2016). Pengaruh Pemberian Jus Belimbing Manis
Manis (Averrhoe Carambola Linn) Untuk Menurunkan Tekanan Darah.
Majority.
Black, J & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
Untuk Hasil Yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Salemba Emban Patria.
Chrisnina., Wahyu, E., Dewa, A & Akhmat, Rr. (2014). Yoga Sebagai Terapi
Komplementer. Progam Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Dinata. (2015). Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Melalui Senam Yoga.
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 11, (No. 2) Edisi Juli.
Dinata. (2015). Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Melalui Senam Yoga.
https://journal.uny.ac.id. Diakses 11/05/2018.
Eli, R. (2011). Pengaruh Senam Hamil Yoga Selama Kehamian Terhadap
Kesiapan Fsisik dan Psikologis Dalam Menghadapi Persamaaan Pada Ibu
Hamil TM III. Tesis PHD, FIK UI, Depok.

5
5

Elliot Tom, Whorthington, O, Gill. (2013). Mikrobiologi Kedokteran & Infeksi.


Jakarta: EGC.
Elon, Y. (2017). Tekanan Darah Berdasarkan Posisi Flat On Bed, Semifowler dan
Fowler pada Variasi Kelompok Usia. Jurnal Skolastik Keperawatan, 3(2),
124-131.
Ernawati, Selly Septi Fandinata & Iin. (2020). Manajemen Terapi Pada Penyakit
Degeneratif. edited by N. R. H. Kota Baru Driyorejo: Graniti.
Field, Tiffany. (2016). Yoga Research Review. Complementary Therapies in
Clinical Practice 145e161 .
Gea., Nainggolan., & Kaban. (2017). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia. Jurnal Ilmiah Pannmed (Pharmacyst,
Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dental Hygiene) ,
Vol. 15 No.2.
Hendarti & Hidayah. (2018). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi di Kabupaten
Sidoarjo, HM, 14 - 24. Diakses dari
http://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/index.php/H M/article/view/163.
Hendarti & Hidayah. (2018). Penerapan Terapi Senam Yoga Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Kabupaten
Sidoarjo. Hal 176 - 182. Diakses dari
http://prosiding.unimus.ac.id/index.php/semnas/art icle/download/119/104.
Hendarti & Hidayah. (2018). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi di Kabupaten
Sidoarjo. Jurnal Vol 10 No. 2.
Herawati. (2018). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan darah
Pada Lansia Di Kelurahan Kampung Jawa Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Paku Kta Solok Tahun 2017. Journal.umsb.ac.id. Diakses.
Johnson, R. J., Bakris, G. L. & Rodriguez-Iturbe, B. (2015). Primary
Hypertension Dalam Comprehensive Clinical Nephrology, 5 th edn, eds
R.J. Johnson, J. Feehally, J. Flooge, . Canada: Elsevier.
Kardiyudiani, N. K., & Susanti, B. A. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 1.
Yogyakarta: PT Pustaka Baru.
Kemenkes. (2018). JNC VII : Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Hipertensi: The Silent Killer. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
6

Khairani, M. (2017). Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.


Kyle, T., & Carman, S. (2014). Buku Praktik Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
EGC.
Lewis, Dirksen, Heitkemper & Bucher. (2014). Medical Surgical Nursing.
Assessment And Mangement Of Clinical Problems ( 9th Edition). St.
Louis: Mosby.
Lin, G.-H., Chang, W.-C., Chen, K.-J., Tsai, C.-C., Hu, S.-Y., Chen, L.-L. (2016).
Effectiveness Of Acupressure On The Taichong Acupoint In Lowering
Blood Pressure In Patients With Hypertension : A Randomized Clinical
Tria . Based Complement. Alternat, Med. 2016, 1 - 9
https://doi.org/10.1155/2016/1549658.
Mohani, C.I. (2014). Hipertensi Primer, Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
eds. S. Setiati, I. Alwi, A. W. Sudoyo, M. Simadibrata K, B. Setiyohadi, A.
F. Syam . Jakarta: Interna Publishing.
Nanda. (2015). iagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
Editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Ningsih, D. L. R. (2017). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pekerja Sektor Informal Di Pasar Beringharjo Kota
Yogyakarta. Naskah Publikasi, 1 – 20.,
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.brainres.2009.04.039.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Nur Laili, V. P. (2019). Hubungan Modifikasi Gaya Hidup Dengan Kualitas
Hidup Pasien Hipertensi di UPTD PKM Adan Adan Gurah Kediri. Jurnal
Ilmu Kesehatan, Hal 66 - 76.
Nurislaminingsih R, Rachmawati S, & Winoto Y. (2020). Pustakawan Referensi
Sebagai Knowledge Worker : Departemen Komunikasi dan Informasi .
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, ANUVA Volume 4
(2): 169-182, 2020 : http://ejournal.undip.ac.id.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
(P. P. Lestari, Ed.) (4th ed. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, S. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman, Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Media.
Pangestu., Kurniasari., & Wibowo. (2019). Efektifitas Yoga Ketawa terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi Derajat II di
6

Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Jurnal Kesehatan, Volume VIII,


Nomor 3, November 2017, hlm 396-403.
Pujiastuti, dkk. (2019). Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi. PKSDK, Hal 36 - 47.Diakses dari
https://journal.ppnijateng.org/index.p hp/jpi/article/view/181.
Pujiastuti., Sawab & Afiyati. (2019). Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Perawat Indonesia,
Volume 3 No 1, Hal - 36 - 37.
Purwitasari. (2011). Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah Pada Tenaga
Kerja Bagian Ground Handling Bandar Udara Sultan Hasanuddin
Makassar Tahun 2012 Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Putra & Asep. (2018). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Rumah Bahagia Provinsi
KEPRI, UB, 1-10. Diakses dari
http://ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/Kepera watan/article/view/121.
Rakihmawati, & Yusmiatinengsih. (2018). Upaya Meningkatkan Perkembangan
Moral Anak Usia Dini Melalui Mendongeng Di TK Dharmawanita. .
Jurnal Ilmiah, Visi P2TK PAUD NI Vol 7 (1), 18-41.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes Mellitus
di Indonesia 2018. Hasil Utama Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes
Melitus Di Indonesia 2018, 8.
Setiyaningrum & Kusuma. (2020). Pengaruh Yoga Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Lansia Hipertensi di Panti Wreda Dewanata Slarang Cilacap. Jurnal
kesehatan Al-Irsyad , Volume 14, Nomor 1.
Surahman, Mochamad R, & Sudibyo, S. (2016). Metodologi Penelitian. Jakarta
Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Susmawati, R. (2018). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Dusun Kwarasan Nogotirto
Gamping Sleman Yogyakarta. Naskah Publikasi PSIK FIKUniversitas
Aisyiyah Yogyakarta.
Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderitan Hipertensi
Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Uus Rusmawan. (2019). Teknik Penulisan Tugas Akhir dan Skripsi Pemograman.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
WHO. (2018). Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap
Diet Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. Jurnal
6

Kesehatan, Vol 11 no 1 tahun 2018. P-ISSN : 2086-2555; E-ISSN : 2622-


7363.
Widyartha IMJ, Putra IWGAE, Ani LS. (2016). Riwayat Keluarga, Stres,
Aktivitas Fisik Ringan, Obesitas dan Konsumsi Makanan Asin Berlebihan
Sebagai Faktor Risiko Hipertensi. Public Heal Prev Med Arch, 4 (2):186–
94.
Windo. (2015). Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Melalui Senam Yoga.
JOP, Diakses dari https://journal.uny.ac.id/index.php/jorpres/article
/view/5730.
Wirawanda, Y. (2013). Kedahsyatan Terapi Yoga. Jakarta Timur: Padi.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

LAMPIRAN
LAMPIRAN 2

JADWAL RENCANA KEGIATAN

Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober

Pengajuan Judul
Penyusunan
Proposal
Pengumpulan
Proposal
Ujian Proposal
Revisi Uji
Proposal
Uji Plagiarsme
Penyusunan Hasil
Penelitian
Ujian Hasil
Penelitian
LAMPIRAN
LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH

No. Nama Hari/Tanggal Tekanan Darah Tekanan Darah


Sebelum Sesudah
1

9
LAMPIRAN
LEMBAR OPPONENT

Nama : Dwi Anggraini


NIRM : 18064

NAMA TTD KDP


NO HARI/ MHS JUDUL
TGL SIDANG
Analisis Intervensi Pemberian Jus
Belimbing Manis (Averrhoe
1. Jumat, Carambolalinn) Terhadap
7 Mei Syifa Rifda Penurunan Tekanan Darah Pada
2021 Penderita Hipertensi Di RW 016
Kelurahan Penjaringan Jakarta
Utara
Putri Analisis Intrevensi Fungsi Keluarga
2. Sabtu, Ananda Dalam Penerapam Asuhan
8 Mei Salsabilla Keperawatan Pada Pasien Stroke Di
2021 RW 06 Kelurahan Meruya Utara
3. Kamis, Annisa Analisis Intervensi Latihan Pukul
17 Juni Arnindita Bantal Pada Pasien Resiko Perilaku
2021 Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa
Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
4. Rabu, Anggi Analisi Praktek Keperawatan
1 Sep Safriyanti Pengaruh Milieu Therapy Metode
2021 Bermain Ular Tangga Untuk
Mengurangi Tingkat Kesepian
(Loneliness) Pada Lansia Di
Wilayah Kelurahan Puskesmas
Duri Kepa Kecamatan Kebon Jeruk
Jakarta Barat
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas
Nama : Dwi Anggraini
Tanggal Lahir : Sukajadi, 29 September 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Perum Bumi Citra Sukajadi, No.47, RT/RW
003/03 Kab. Lampung Utara, Abung Selatan,
Lampung
Alamat Email :
dwianggraini539@gmail.com No. Hp
08984958625
Golongan Darah :B
Kewarganegaraan : Indonesia

B. Riwayat Pendidikan
Tahun 2006 sampai 2012 : SDN 6 KELAPA TUJUH
Tahun 2012 sampai 2015 : SMPN 10 KOTABUMI
Tahun 2015 sampai 2018 : SMAN 1 ABUNG SELATAN
Tahun 2018 sampai 2021 : AKADEMI KEPERAWATAN PELNI
JAKARTA
LAMPIRAN
AKADEMI KEPERAWATAN PELNI
JAKARTA SK KEMENKES RI No. 33 / D / O /
2011
Jln. AIPDA KS Tubun No. 92-94 JAKARTA BARAT
Telp. (021) 5485709. Ex. 1313-1314, Fax 5485709 (021)
E-mail : akper.pelni@gmail.com Website : http://www.akper-rspelni.ac.id

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Dwi Anggraini

NIRM 18064

Judul Penelitian : Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Pasien Hipertensi

Pembimbing : Isnayati, Ns.,M.Kep

No Tanggal Materi Konsultasi Paraf

1. 15 Oktober 2020 Konsultasi judul proposal, Saran


untuk mengganti judul karena
kurangnya materi
2. 11 Maret 2021 Konsultasi Kembali judul terbaru,
saran lanjut BAB 1
3. 22 April 2021 Konsul mengenai jurnal BAB 1

4. 8 Mei 2021 Konsultasi mengenai BAB 1 yaitu


latar belakang, rumusan masalah,
manfaat penelitian dan
penulisannya
5. 19 Mei 2021 Konsultasi kembali perbaikan BAB
1 bagian latar belakang, rumusan
masalah, manfaat penelitian dan
penulisannya
6. 22 Mei 2021 Konsultasi BAB 2 mengenai urutan
penulisan materi
7. 9 Juni 2021 Konsultasi mengenai isi materi
BAB 2
8. 13 Juni 2021 Konsultasi perbaikan BAB 2,
penambahan materi dan sumber
9. 26 Juni 2021 Konsultasi kelanjutan dari
perbaikan materi BAB 2
10. 29 Juni 2021 Konsultasi mengenai sumber materi
yang ada di BAB 2, saran
ditambahkan gambar alat
tensimeter
11. 2 Juli 2021 Konsultasi mengenai penambahan
gambar, saran ditambahkan
kembali gambar gerakan senam
yoga
12. 6 Juli 2021 Konsultasi mengenai penambahan
gambar dan sumber di BAB 2
13. 13 Juli 2021 Konsultasi penyusunan isi BAB 3
dan daftar Pustaka
14. 14 juli 2021 Penambahan hasil penelitian

15. 15 Juli 2021 Konsultasi isi materi BAB 3, saran


penambahan SOP senam yoga
16. 19 Juli 2021 Konsultasi perbaikan isi BAB 3,
PDSA
17. 22 Juli 2021 Konsultasi perbaikan Daftar isi,
saran halaman judul (i) dan
pendahuluan (1)
18. 26 Juli 2021 Konsultasi PPT ujian proposal,
Saran ACC sidang proposal 27 Juli
2021
19. 7 September 2021 Konsultasi lanjut BAB 4 & 5

20. 28September2021 Konsultasi kelanjutan penambahan


materi BAB 4 & 5
21. 6 Oktober 2021 Konsultasi hasil akhir BAB 4 & 5,
Saran ACC Ujian Hasil tanggal 7
Oktober 2021
LAMPIRAN 7

Jurnal SOP Senam Yoga & Pengembangan SOP Senam Yoga

No Judul Penulis Metode Intervensi Hasil

1 Pengaruh Dinar Jenis 1. Memberikan salam Berdasarkan dari


senam yoga Mesarihati penelitian teraputek dan sapa hasil penelitian yang
terhadap Gea & Erme yaitu one klien dilakukan tekanan
penurunan Ariska group pretest 2. Mempersiapkan alat darah lansia sebelum
tekanan darah Nainggolan, posttest 3. Menjelaskan tujuan dilakukan senam
pada lansia di 2017 dan prosedur yoga dari 20
Panti Jompo pelaksanaan responden yang
Yayasan Guna 4. Menjaga privasi memiliki tekanan
Budi Bakti klien darah normal dengan
Medan. 5. Instruksikan pasien total 0 orang
agar tenang dan responden (0%),
mengendorkan tekanan darah
otot-otot tubuh dari prehipertensi dengan
ujung kaki sampai total 2 orang
dengan otot wajah responden (10%),
dan rasakan rileks tekanan darah
6. Instruksikan pasien hipertensi stage I
untuk atur posisi dengan total 8 orang
7. Instruksikan pasien responden (40%), dan
agar menarik nafas yang memiliki
dalam tahan sampai tekanan darah
3 detik lalu hipertensi stage II
hembuskan lewat dengan total jumlah
mulut 10 orang (50%).
8. Evaluasi perasaan
pasien
9. Akhiri dengan
salam
NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

2 Pengaruh Erieska Desain 1. Memberikan Hasil penelitian


Senam Yoga Safitri penelitian informed consent setelah dilakukan
Terhadap Hendarti & menggunakan 2. Menjelaskan isi senam yoga dari 50
Perubahan Ardiyanti cross dari informed responden 42
Tekanan Darah Hidayah sectional consent responden (84 %),
pada Lansia (2018) dengan 3. Mempersiapkan mengalami
yang rancangan sphygmomanomet penurunan tekanan
Mengalami pra er, stetoskop darah, 8 responden
Hipertensi eksperimen 4. Mengukur (16 %) yang tekanan
one group tekanan darah darahnya tetap dan
pre test post pasien sebelum tidak mengalami
test design dilakukan senam perubahan.
yoga
5. Duduklah seperti
posisi duduk
padmasana.
6. Keluarkan lidah
sedikit dari bibir,
kemudian
tekuklah lidah
sedikit dari bibir.
7. Kemudian
tekuklah lidah
seperti satu pipa
dan tarik napas
melaluiu mulut
secara pelan
pelan selama
mungkin.
8. Pertahankan napas
selama mungkin
tanpa dipaksa,
kemudian
keluarkan napas
melalui hidung
secara pelan -
pelan hingga
napas dalam perut
habis.
9. Latihan
pernapasan lambat
seperti ini dapat
dilatih secara
berulang - ulang
pada pagi hari
selama 15 menit
hingga 30 menit
10.Dokumentasikan
kegiatan
No Judul Penulis Metode Intervensi Hasil

3 Pengaruh Rr. Sri Penelitian ini 1. Melakukan salam Hasil Penelitian


Terapi Yoga Endang menggunakan terapeutik menunjukan terjadi
Terhadap Pujiastuti, quasi 2. Mempersiapkan penurunan baik
Penurunan Sawab ,Safitri experiment alat kelompok kontrol
Tekanan Darah ZummyAfiya dengan maupun intervensi:
3. Menjaga privasi
pada Penderita ti (2019) pendekatan
Hipertensi pre-post test pasien 1. Tekanan darah
control group 4. Memberikan systole kelompok
design lembar observasi kontrol pre test
pre –test rata rata 148,87
5. Menjelaskan dan post test rata
rata 145,87
tujuan kegiatan
sedangkan
yang akan kelompok
dilakukan intervensi rata
6. Melakukan senam rata nilai systole
yoga sebanyak 3 pre test 147,73
kali dalam dan nilai post
seminggu intervensi rata rata
139,20
7. Meminta pasien
3. Tekanan darah
untuk mengikuti Diastole
Gerakan senam kelompok kontrol
yoga yang di pre itervensi rata
contohkan oleh rata 94,20 dan
perawat post rata rata
8. Evaluasi dan catat 91,60 sedangkan
kelompok
hasil Tindakan
intervensi rata
9. Ditutup dengan rata nilai diastole
salam 94,27 dan nilai
post intervensi
rata rata 86,67
NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

4 Efektifitas Nehemia Jenis 1. Memberikan tangan


Yoga Ketawa Bangkit Penelitian salam terapeutik kanan dan tangan
terhadap Pangestu , kuantitatif dan sapa klien
Penurunan Maria Dyah eksperimen
2. Mempersiapkan
Tekanan Darah Kurniasari , dengan
pada Lansia Antonius Tri rancangan alat
dengan Wibowo penelitian 3. Menjelaskan
Hipertensi (2019) pretest- tujuan prosedur
Derajat II di posttest with pelaksanaan
Panti Wredha control 4. Menjaga privasi
Salib Putih group. klien
Salatiga Sampel
5. Gerakan pertama,
penelitian
menggunakan satukan telapak
purposive kaki pertama dari
sampling depan angkat lalu
Uji beda pindakan
Wilxocon, kesamping.
hasil yang 6. Tegakkan
didapat dari
badannya lalu
kelompok
perlakuan pre angkat tangan
post systole bagian kiri atas
dan diastole dan tangan kanan
di tumpukan
kelantai
disamping kanan.
7. Gerakan kedua,
satukan kaki dan
satukan lutut
kemudian lutut
menyentuh lantai
bokong naikkan
ke atas dan kedua
telapak tangan
menyentuh lantai.
8. Gerakan ketiga,
satukan telapak
kaki lalu
letakkan kedua
telapak tangan ke
matras lalu Tarik
kedua tangan
kedepan secara
perlahan
9. Gerakan keempat,
satukan telapak
kaki dengan
sejajar lalu
Hasil penelitian
menunjukkan, terjadinya
penurunan tekanan darah
baik systole maupun
diastole setelah diberikan
terapi yoga:
3. Mean Tekanan darah
Systole pre test 156 dan
nilai Mean systole post
test 130.
4. Mean Tekanan darah
Diastole pre test 93 dan
nilai Mean Diastole post
test 84
NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

kiri memegang
lutut untuk
menekan sampai
dengan lalu badan
dan kepala turun
kebawah secara
perlahan sampai
menyentuh kaki
10.Dokumentasikan
dan catat hasil
NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

5 Pengaruh yoga Iva puspaneli Jenis 1. Memberikan buang nafas.


terhadap setiyaningru penelitian ini salam terapeutik
penurunan m, arif hendra termasuk 2. Mempersiapkan
tekanan darah kusuma, dalam
alat
lansia hipertensi (2020) penelitian
di panti wreda pre- 3. Menjelaskan
experimental, tujuan dan
dengan prosedur
pendekatan pelaksanaan
crossectional 4. Memberikan
dengan lembar observasi
design one-
pre-test dan
group
pretest- post-test
posttest 5. Menjaga privasi
klien
6. Meminta klien
untuk mengikuti
Gerakan yang
dicontohkan
7. Gerakan
pertama, berdiri
seimbang tangan
diturunkan
kemudian jari
jari di jalin
secara longgar
didepan badan,
hirup napas
sambil
mengangkat
kedua tangan
hingga ke depan
mulut lalu
buang nafas
dengan
mengembalikan
telapak tangan
ke atas, lalu
angkat lengan ke
atas sampai
terasa
pereganggan.
Ambil nafas lagi
lalu turunkan
tangan ke depan
mulut, balikkn
tangan dan
Menunjukan bahwa
Mean tekanan darah pada
penderita hipertensi pre test
systole 138,27 dan Mean
Post pemberian senam
Yoga 137,72.
Sedangkan Mean Diastole
pre test 80,10 sedangkan
pada post test 80,27
NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

Lakukan gerakan
6 – 12 kali.
8. Gerakan kedua,
Buang napas,
tarik otot perut
(tak usah kuat-
kuat) sambil
melengkungkan
punggung ke
atas. Rasakan
peregangan
sepanjang tulang
belakang, leher
dan pundak.
Napas lambat
seiring gerakan.
Dapat dilakukan
sampai 2-3 set,
masing-masing
terdiri dari 8
kali. Selingi
istirahat di
antara setiap set,
yaitu duduk
nyaman, boleh
bersila atau
menyelonjorkan
kaki.
9. Gerakan ke tiga,
Buang napas,
bungkuk badan
ke depan dan
tangan
menjangkau kaki
kanan. Ketika
membungkuk,
perut dibiarkan
relaks, otot
jangan ditarik
masuk. Masing-
masing sisi 4
kali. Pada
hitungan ke-4,
tetaplah pada
pose
membungkuk
NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

selama kira-kira
3 tarikan dan
hembusan napas
dan rasakan
perut yang
mengembang
sesuai napas.
10. Gerakan ke
empat, caranya
dengan
berbaring. Tekuk
lutut kanan di
atas perut.
Kemudian bawa
ke lantai sebelah
kiri badan. Diam
dan nikmatilah
pose ini
sesukanya.
Gerakan ini
dapat dilakukan
selama 1-2
menit. Biarkan
napas
berlangsung
wajar, rasakan
dada kanan
menjadi lega dan
lapang. Lalu
kerjakan pada
sisi lainnya.
11. Gerakan ke lima,
duduk sila di
lantai atau bisa
juga duduk di
kursi yang
mantap, dengan
telapak kaki
menapak lantai.
Tutup lubang
hidung kanan
dengan ibu jari
tangan kanan,
dan bernapas
melalui lubang
hidung sebelah
NoJudulPenulisMetodeIntervensiHasil

kiri. Lalu tutup


hidung kiri
dengan jari
telunjuk, buka
lubang hidung
sebelah kanan,
dan keluarkan
napas. Begitu
seterusnya
secara
bergantian. Mata
terpejam.
Bernapaslah
secara lambat,
lembut, rata dan
tak bersuara.
Diamlah sejenak
antara napas
masuk dan
keluar, begitu
juga antara
napas keluar dan
masuk. Kerjakan
hal ini 5 putaran.
12. Mengevaluasi
klien
13. Mendokumentas
ikan kegiatan
yang sudah
dilakukan
Pengembangan SOP Senam Yoga
No SOP Rasional

1. Salam terapeutik Salam terapeutik yang dilakukan merupakan


komunikasi interpersonal yang bertujuan
untuk membangun hubungan kerjasama
yang ditandai dengan tukar menukar
perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman
ketika membina hubungan yang terapeutik
dan adanya saling pengertian antarperawat
dan bayi dan untuk membina hubungan
saling percaya (Kementerian Kesehatan RI,
2016).
2. Menyiapkan sphygmomanometer, stetoskop Untuk memudahkan saat tindakan (Ananto,
2017).
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur Informasi mengenai rencana tindakan yang
pelaksanaan akan dilakukan serta memberikan
keuntungan dan kerugian (Adiliani Dewi,
dkk 2015; Septi Sari Rininta, Wahyuni dan
Hermawati 2019; Nurainah Fajriati Sagita
Asri dan Masmun Zuryati 2018; Ayu
Agustiyani 2018)
4. Menyiapkan lembar observasi per dan post Sebagai alat mengevaluasi atau menilai baik
Tindakan dan buruknya suatu kegiatan (Agya, 2014).
5. Menjaga privasi pasien Agar menjaga kerahasiaan klien,
memberikan ketenangan dan kenyamanan
klien (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2019)
6. Atur posisi yang usahakan Posisi sangat mempengaruhi tekanan darah,
sphygmomanometer sejajar jantung dimana semakin tinggi posisi kepala dari
jantung maka akan semakin tinggi tekanan
darah Anjaswarni, 2016 & Elon, 2017,
Perry & Potter 2015
7. Melakukan pengukuran tekanan darah Tekanan darah yang lebih dari 160/100
sebelum Tindakan tidak dilakukan Teknik relaksasi otot
progresif (Ananto, 2017)
8. Gerakan pertama, berdiri seimbang tangan Melancarkan sirkulasi darah sehingga dapat
diturunkan kemudian jari jari di jalin secara mengurangi stress (setiyaningrum dan
longgar didepan badan, hirup napas sambil kusuma, 2020) Gerakan yang dilakukan
mengangkat kedua tangan hingga ke depan untuk menegangkan otot-otot tangan
mulut lalu buang nafas dengan (Nuwa, Kustanto & Utami, 2018)
mengembalikan telapak tangan ke atas, lalu
angkat lengan ke atas sampai terasa
pereganggan. Ambil nafas lagi lalu turunkan
tangan ke depan mulut, balikkn tangan dan
buang nafas. Lakukan gerakan 6 – 12 kali.
9. Gerakan kedua, Buang napas, tarik otot perut Untuk membuat otot-otot yang tegang
(tak usah kuat-kuat) sambil melengkungkan menjadi rileks sehingga merelaksasikan
punggung ke atas. Rasakan peregangan ketegangan otot (setiyaningrum dan
sepanjang tulang belakang, leher dan pundak. kusuma, 2020)
Napas lambat seiring gerakan. Dapat
dilakukan sampai 2-3 set, masing-masing
terdiri dari 8 kali. Selingi istirahat di antara
setiap set, yaitu duduk nyaman, boleh bersila
No SOP Rasional

atau menyelonjorkan kaki


10. Gerakan ketiga, Buang napas, bungkuk badan Meningkatkan kelenturan pinggul dan
ke depan dan tangan menjangkau kaki kanan. punggung (setiyaningrum dan kusuma,
Ketika membungkuk, perut dibiarkan relaks, 2020)
otot jangan ditarik masuk. Masing-masing
sisi 4 kali. Pada hitungan ke-4, tetaplah pada
pose membungkuk selama kira-kira 3 tarikan
dan hembusan napas dan rasakan perut yang
mengembang sesuai napas.
11. Gerakan keempat, caranya dengan berbaring. Gerakan ini memberikan manfaat langsung
Tekuk lutut kanan di atas perut. Kemudian pada bagian pinggul, pinggang, dan bokong.
bawa ke lantai sebelah kiri badan. Diam dan Selain itu, otot-otot kaki pun ikut terlatih
nikmatilah pose ini sesukanya. Gerakan ini (setiyaningrum dan kusuma, 2020)
dapat dilakukan selama 1-2 menit. Biarkan
napas berlangsung wajar, rasakan dada kanan
menjadi lega dan lapang. Lalu kerjakan pada
sisi lainnya.
12. Gerakan kelima, duduk sila di lantai atau bisa Melancarkan aliran darah dan melepas
juga duduk di kursi yang mantap, dengan hormon endorfin yang membuat pasien
telapak kaki menapak lantai. Tutup lubang merasa bahagia. (setiyaningrum dan
hidung kanan dengan ibu jari tangan kanan, kusuma, 2020)
dan bernapas melalui lubang hidung sebelah
kiri. Lalu tutup hidung kiri dengan jari
telunjuk, buka lubang hidung sebelah kanan,
dan keluarkan napas. Begitu seterusnya
secara bergantian. Mata terpejam.
Bernapaslah secara lambat, lembut, rata dan
tak bersuara. Diamlah sejenak antara napas
masuk dan keluar, begitu juga antara napas
keluar dan masuk. Kerjakan hal ini 5 putaran
13. Merapikan alat-alat senam Keadaan lingkungan yang rapi dan bersih
sangat berpengaruh terhadap psikologi klien
(Carman, 2014).
14. Kontrak waktu uang akan datang. Menjaga komunikasi terapeutik dan sopan
saat meninggalkan klien dan keluarga
(Nursalam, 2011; Halida & Wirawati, 2017;
& Rakihmawati & Yusmiatienengsih,
2018).
15. Mendokumentasikan kegiatan Laporan yang otentik dari semua kegiatan
yang berhubungan dengan penglolaan data
klien dapat dipergunakan untuk
mengungkap suatu fakta actual dan dapat di
pertanggung jawabkan (Gunawan, 2020;
Kyle & Carman 2014; & Nofianti, 2020.)

Anda mungkin juga menyukai