Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PENELITIAN PENERAPAN SENAM HIPERTENSI

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH BAGI PARA LANSIA


PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH BENGLAP JAYA/ 1-1 JL.
TONGKOL DALAM NO.02 RT007/RW001

Dosen Pengampun : Leo Rulino

Di susun oleh:

Syahilla Aprilia

02026027

AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA

D-III KEPERAWATAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Tugas
metodologi penelitian saya yang berjudul “Proposal Rencana Penelitian
Penerapan Senam Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Bagi Para
Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Benglap Jaya/ 1-1 Jl. Tongkol Dalam
No.02 Rt007/Rw001”.

Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kategori
sempurna. Tidak lupa dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan
saran dan kritik dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, keterbatasan
waktu dan kemampuan saya, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa
saya harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pihak
lainnya yang berkepentingan pada umumnya.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
seseorang individu mengalami peningkatan abnormal tekanan darah
sistolik, sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90mmHg
(Pambudi, 2020). Tekanan darah yang tinggi dapat mengakibatkan
pembuluh darah otak pecah dan menyempit sehingga apabila pembuluh
darah otak pecah, maka timbulah perdarahan di otak dan apabila pembuluh
darah otak menyempit, maka aliran darah keotak akan terganggu dan sel
otak akan mengalami kematian (Ditte, Nelli, dan Aprilia, 2021).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2018 Di
dunia Prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk
dunia. Pada Wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi tertinggi
sebesar 27% sedangkan Wilayah di Asia tenggara berada diposisi ke-3
tertinggi dengan prevalensi kejadian hipertensi sebesar 25%. sedangkan di
Wilayah Amerika memiliki prevalensi hipertensi sebesar terendah 18%.
Di Indonesia hipertensi merupakan penyakit yang prevalensinya masih
tinggi. Menurut data dari Kemenkes (2019), prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 34,11% dari populasi. Persentase tersebut membuat
Indonesia masuk ke peringkat 5 dengan kasus hipertensi terbanyak di
dunia Selain itu Hipertensi di Indonesia banyak terjadi pada umur 35-44
tahun (6,3%), umur 45-54 tahun (11,9%), umur 55-64 tahun (17,2%).
Pada DKI Jakarta pravalensi hipertensi Berdasarkan data Riskesdas pada
tahun 2013 dan 2018, hipertensi di Provinsi DKI Jakarta meningkat dari
25% menjadi 34,1%. Menurut data dari riskesdas hipertensi di DKI Jakarta
berdasarkan kelompok umur pada lansia yaitu umur 45-54 mencapai
46,3%, 55-64 tahun mencapai 57,6%, umur 65-74 tahun mencapai 62,8%,
umur 75 tahun ke atas mencapai 63,4% (Riskesdas, 2018).
Penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup.
Contoh penatalaksaan modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan
olahraga seperti senam hipertensi. Senam hipertensi merupakan salah satu
olahraga yang bermanfaat untuk menambah pasokan oksigen dan
meningkatkan aliran darah kedalam otot dan rangka yang aktif khususnya
pada otot jantung (Totok & Rosyid, 2017). Di karenakan banyak
perubahan yang di alami lansia seperti perubahan molekul sel dan
perubahan kemampuan fungsi organ. Maka dari itu, senam hipertensi pada
lansia dilakukan ringan dan mudah sehingga tidak memberatkan jika
diterapkan pada lansia. Olahraga senam lansia mampu membantu tubuh
agar tetap sehat, bugar dan segar serta membuat lansia lebih mandiri,
mencegah obesitas, mengurangi kecemasan dan depresi, dan memperoleh
kepercayaan diri yang lebih tinggi. Olahraga juga dikatakan dapat
menurunkan risiko penyakit diabetes melitus, hipertensi dan penyakit
jantung (Agung, 2022).
Berdasarkan survei awal yang di lakukan oleh peneliti pa da bulan
oktober 2022 di RT 007/RW 001 Asrama Benglap Jaya/1-1, di peroleh
data dalam penelitian tersebut yaitu masyarakat RT 007/RW 001 Asrama
Benglap Jaya/1-1 yang menderita hipertensi sebanyak 12 lansia dari 150
jiwa.
Dari hasil studi pendahuluan yang ditulis tersebut menunjukkan bahwa
partisipan mengalami peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, peneliti
tertarik akan meneliti pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada
lanjut usia dengan hipertensi di RT 007/RW 001 Asrama Benglap Jaya/1-
1.
B. Rumusan Masalah
Hipertensi merupakan keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
abnormal pada tekanan darah. secara global pravalensi hipertensi sebesar
22%, di Indonesia mencapai 34,11%, dan pada DKI Jakarta sebanyak
34,1%. Senam hipertensi adalah Berdasarkan survei awal yang di lakukan
oleh peneliti pa da bulan oktober 2022 di RT 007/RW 001 Asrama
Benglap Jaya/1-1, di peroleh data dalam penelitian tersebut yaitu
masyarakat RT 007/RW 001 Asrama Benglap Jaya/1-1 yang menderita
hipertensi sebanyak 12 lansia dari 150 jiwa.olahraga yang mampu
menurunkan tekanan darah bagi para penderita Hipertensi. Berdasarkan
latar belakang rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
yaitu “bagaimana penerapan senam hipertensi terhadap penurunan tekanan
darah bagi para lansia penderita hipertensi di benglap jaya/ 1-1 jl. Tongkol
dalam No.02 RT007/RW001?.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana penerapan senam hipertensi terhadap
penurunan tekanan darah bagi para lansia penderita hipertensi di
wilayah di benglap jaya/ 1-1 jl. Tongkol dalam No.02 RT007/RW001.
2. Tujuan khusus
a. Untuk Mengetahui gambaran karakteristik partisipan bagi para
lansia penderita hipertensi di wilayah di benglap jaya/ 1-1 jl.
Tongkol dalam No.02 RT007/RW001
b. Untuk mengetahui karakteristik tekanan darah para partisipan
sebelum di lakukannya kegiatan senam di wilayah di benglap jaya/
1-1 jl. Tongkol dalam No.02 RT007/RW001
c. Untuk mengetahui karakteristik tekanan darah para partisipan
setelah di lakukannya kegiatan senam di wilayah di benglap jaya/
1-1 jl. Tongkol dalam No.02 RT007/RW001
d. Untuk mengetahui perbandingan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi sebelum dan sesudah dilakukannya kegiatan
senam di wilayah di benglap jaya/ 1-1 jl. Tongkol dalam No.02
RT007/RW001
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Hasil penulis ini dapat digunakan untuk menambah wawasan penulis
serta menganalisis dan mengetahui pengaruh penerapan senam
hipertensi terhadap tekanan darah bagi para penderita hipertensi.
2. Bagi ilmu keperawatan
Hasil Penelitian ini bisa menjadi gambaran atau pandangan bagi
perkembangan ilmu keperawatan dan diharapkan mampu menjadi
referensi untuk kualitas pembelajaran mengenai pengaruh senam
hipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
3. Bagi responden
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini mampu memberikan informasi
lebih bagi penderita hipertensi tentang senam hipertensi yang dapat
menurunkan tekanan darah bagi penderita
4. Bagi masyarakat
Agar masyarakat bisa mengetahui dan mengimplementasikan senam
hipertensi sebagai upaya menurunkan tekanan darah.
E. Sistematika Penulisan
1. Bagian awal karya tulis ilmiah
Bagian awal memuat halaman sampul depan atau cover halaman kata
pengantar, halaman daftar isi.
2. Bagian utama karya tulis ilmiah
Bab i pendahuluan, bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan karya
tulis ilmiah. Bab ii tinjauan pustaka, bab ini terdiri dari landasan teori
yang berisi tentang pembahasan konsep senam hipertensi, konsep
tekanan darah, konsep lansia, dan konsep asuhan keperawatan, bab iii
metode penelitian. Bab iv penutup berisi kesimpulan. Setelah itu, Daftar
Pustaka
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan kelainan pada jantung yang dapat
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah arteri yang
mengakibatkan tekanan darah mengalami peningkatan. Hipertensi
adalah keadaan dimana arteri mengalami peningkatan pada tekanan
darah sistolik maupun diastolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik 90mmHg yang mengakibatkan gangguan pada pembuluh
darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
menjadi tersendat sampai pada jaringan-jaringan tubuh yang
memerlukannya (Hastuti, 2020).
2. Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah atau blood pressure adalah tekanan pada dinding
arteri yang menimbulkan tenaga pada darah untuk melewati setiap
daerah dari dinding pembuluh darah. Tekanan arteri terdiri dari
tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan
maksimum arteri yang megalirkan darah pada saat ventrikel jantung
berkontraksi besarnya sekitar 100- 140 mmHg.
Tekanan diastolik yaitu tekanan pada dinding arteri pada saat jantung
relaksasi besarnya sekitar 60-90 mmHg (Aspiani, 2014). Tekanan
darah arteri biasanya berubah dan berirama sejalan dengan denyut
jantung yang sudah mencapai maksimum saat ventrikel kiri
mengeluarkan darah ke dalam aorta atau disebut dengan sistole dan
kembali turun selama diastole yang mencapai minimal sebelum denyut
jantung berikutnya (Hastuti, 2020).
3. Klasifikasi
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018)
klasifikasi pada tekanan darah yaitu:
a. Prahipertensi
Tekanan darah sistolik 120–139 mmHg atau tekanan darah
diastolik 80–89 mmHg tergolong prahipertensi.

b. Hipertensi tingkat 1
Tekanan darah sistolik 140–159 mmHg atau tekanan darah
diastolik 90–99 mmHg. menjadi lebih tinggi.
c. Hipertensi tingkat 2
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik >
dari 100 mmHg.
d. Hipertensi krisis
Tekanan darah yang melebihi 180/120 mmHg.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi (2) yaitu:

a. Tidak ada gejala


Hal ini dihubungkan hanya dengan peningkatan tekanan darah,
berarti hipertensi arterial tidak diketahi penyebabnya.
b. Gejala
Jika seseorang mengalami hipertensi dengan gejala biasanya
mengalami: keluhan sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan,
sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epistaksis, dan kesadaran
menurun.
5. Etiologi
hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, yaitu :
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Essensial
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang paling banyak
mencapai sekitar 90% dari kejadian hipertensi .Pada hipertensi ini
belum diketahui penyebabnya (idiopatik). Tetapi hipertensi primer
seering dihubungkan dengan faktor gaya hidup yang kurang sehat.
(Yanita, 2017).
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Essensial
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit lain, seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, atau
penggunaan obat tertentu (Yanita, 2017)
6. Faktor risiko
Faktor risiko hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 (Kemenkes RI
2019) :
a. Faktor risiko
Faktor risiko penyakit hipertensi di bagi menjadi 2 yaitu yang tidak
dapat diubah dan dapat di ubah.
1) Tidak dapat di ubah
a) Umur
Semakin bertambahnya umur seseorang potensi risiko
terjadinya hipertensi semakin besar. Pada lansia sering di
temukan tekanan darah meningkat hanya pada sistolik. Hal
ini disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh
darah aorta lansia
b) Jenis Kelamin
Dalam hal ini pria mempunyai risiko lebih besar mengalami
penigkatan tekanan darah dikarenakan gaya hidup yang di
alami pria cenderung dapat meningkatkan tekanan darah.
Namun ketika wanita memasuki masa menopause kejadian
hipertensi pada wanita dapat meningkat. Maka dari itu wanita
usia 65 tahun mempunya risiko terkena hipertensi.
c) Genetik (keturunan)
Pada faktor genetik ini berkaitan dengan metabolisme
pengaturan garam dan renin membrane sel. Tentunya juga
hal ini tidak lepas dari faktor lingkungan.

2) Faktor risiko yang dapat di ubah


a) Kegemukan
Obesitas bukanlah faktor penyebab hipertensi. Namun
risiko runtuk menderita hipertensi pada obesitas jauh lebih
besar. Hal ini disebabkan karena berat badan berlebihan
harus bekerja lebih keras untuk membakar kalori yang
dikonsumsi
b) Merokok
Kandungan kafein pada rokok merupakan salah satu zat
yang dikatakan dapat meningkatkan tekanan darah. Cara
kerja kandungan kafein dalam tubuh dapat memicu
tekanan darah meningkat (Bistara D.N., & Kartini Y.,
2018).
c) Kurangnya Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh saat seseorang
melakukan aktivitas fisik akan meningkatkan pengeluaran
tenaga serta energi sehingga dapat memicu tekanan darah
(Kemenkes, 2019).
d) Konsumsi Garam Berlebih
Garam dapat menyebabkan penumpukan cairan di dalam
tubuh karena menarik cairan di dalam sel agar tidak
dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan
tekanan darah.
e) Dislipidemia
Kelainan metabolisme lipid atau lemak ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol
LDL dana tau penurunan kadar kolesterol HDL dalam
darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam
terjadinya aterosklerosis, yang kemudian mengakibatkan
peningkatan tahanan perifer pembuluh darah sehingga
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
f) Konsumsi Alkohol Berlebih
Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara
tekanan darah dan asupan alcohol. Dikatakan bahwa efek
terhadap tekanan darah baru mulai nampak apabila
mengonsumsi alcohol seitar 2-3 gelas setiap harinya.
g) Psikososial dan Stress
Stress dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormone adrenalin dan memacu jantung untuk berdenyut
lebih cepat dan kuat, sehingga tekanan darah dapat
meningkat.
7. Komplikasi
Jika tidak terkontrol, Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi seperti:
a. Penyakit Jantung
b. Stroke
c. Penyakit Ginjal
d. Retinopati (kerusakan retina)
e. Penyakit pembuluh darah tepi
f. Gangguan saraf
8. Penatalaksaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan
obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi
gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak
lebih dari 1 /4 - ½ sendok the (6 gram/hari), menurunkan berat badan,
menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman berakohol.
Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa
senam, jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan
frekuensi 3-5 X per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8
jam) dan mengendalikan stress.
Untuk pemulihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi. Dengan
mengetahui gejala dan faktor risiko diharapkan para penderita bisa
merepakna penatalaksaan hipertensi dalam pencegahan hiperten
(Kemenkes RI, 2014).
9. Pengukuran tekanan darah
sfignomanometer atau tensimeter aneroid merupakan alat untuk
mendeteksi berapa nilai tekanan darah pada seseorang .
sfignomanometer memiliki sebuah bagian yang dinamakan menset
yang ketika dilakukan pengukuran tekanan darah akan dipasangkan
mengelilingi lengan dan akan dipompa sampai arteri brakhialis
disumbat yang dapat dideteksi dengan mendengarkan melalui
stetoskop yang ditempelkan diatas arteri tepat di bawah menset.
Tekanan dalam menset diukur dengan kolom air raksa dengan cara
menaikkan dengan memompa karet sampai suara nadi tak terdengar
lagi, kemudian tekanan diturunkan perlahan. Pada saat denyut nadi
mulai terdengar lagi baca tekanan pada batas air raksa pada
sfignomanometer, inilah yang disebut dengan sistolik. Selanjutya
secara perlahan dan bertahap menset dikempeskan kemudian suara
denyut nadi akan terdengar jelas sampai akhirnya 16 menghilang. Saat
denyut melemah lihat pada bagian manometer. Tekanan inilah yang
disebut dengan tekanan diastolik (Hastuti, 2020).
B. Konsep senam hipertensi
1. Pengertian senam hipertensi
Senam hipertensi merupakan salah satu olahraga yang bermanfaat
untuk menambah pasokan oksigen dan meningkatkan aliran darah
kedalam otot dan rangka yang aktif khususnya pada otot jantung.
Sehingga senam ini dapat menurunkan tekanan darah (Totok &
Rosyid, 2017).
2. Mekanisme senam hipertensi
Senam hipertensi merupakan olahraga yang bermanfaat untuk
menambah pasokan oksigen dan meningkatkan aliran darah kedalam
otot dan rangka yang aktif khususnya pada otot jantung (Totok &
Rosyid, 2017). Jika seseorang melakukan gerakan-gerakan senam atau
berolahraga akan menimbulkan terjadinya proses pembentukan energi
dikarenakan adanya peningkatan kebutuhan oksigen dalam sel
sehingga terjadi peningkatan pada denyut jantung. Mekanisme
penurunan tekanan darah setelah berolah raga sangat bermanfaat bagi
penderita hipertensi karena olahraga dapat merilekskan pembuluh
darah. Sehingga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan darah
akan turun (Mahardani, 2010)
3. Manfaat senam hipertensi
Senam ini bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan paru-paru dan
jantung serta membakar lemak yang berlebihan ditubuh karena
aktifitas gerak yang di lakukan dapat menguatkan dan membentuk otot
4. Strategi pelaksanaan senam hipertensi
Terdapat 2 tahapan pelaksanaan senam hipertensi yaitu sebagai berikut
:
a. Persiapan
1) Persiapan Perawat
Menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk kegiatan senam seperti:
lagu yang akan di gunakan, speaker/pengeras suara, kertas
dokumentasi, dan pengukur tekanan darah.

2) Persiapan partisipan
a) Memberitahukan peserta senam mengenai tindakan dan tujuan
yang akan dilakukan.
b) memposisikan barisan para partisipan.
3) Persiapan lingkungan
Mempersiapkan tempat yang nyaman dan luas untuk melakukan
keagiatan senam hipertensi.
b. Pelaksanaan
1) Gerakan Pemanasan
a) Lakukan latihan nafas dalam dengan menghirup udara dari
hidung dan dikeluarkan melalui mulut sebanyak 2x8 hitungan.
b) Tekuk kepala kesamping, lalu tahan dengan tangan pada sisi
yang sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8- 10,
lalu lakukan dengan sisi lain.
(c) Tautkan jari-jari kedua tangan dan lurus keatas kepala
dengan posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-
10 hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung.

3) Gerakan Inti
Berikut gerakan senam hipertensi menurut Balai kesehatan
olahraga masyarakat bandung (2019):

(a) Lakukan jalan di tempat searah dengan lambaian tangan


mengepal. Lakukan secara perlahan tanpa hentakan kaki
sebanyak 2x8 hitungan.

(b) lebarkan kaki selebar bahu dan lakukan gerakan buka kedua
tangan lalu tutup lagi ulangi gerakan semampunya sembari atur
pernafasan. Sebanyak 2x8 kali
(c) Adu sisi pertengahan antara jari jempol dan telunjuk
sebanyak 2x8 kali

(d) Adu sisi tangan dengan posisi telapak tangan di atas


sebanyak 2x8 kali

(e) Selanjutnya adu sela sela jari tangan sebanyak 2x8 kali.
(f) letatakkan sisi tangan ke daerah antara lengan atas sebanyak
2x8 kali

(g) Jongkok dan berdiri sebanyak 2x8 kali hitungan

(h) Menepuk perut sebanyak 2x8 kali

(i) Kaki jinjit sebanyak 2x8 kali


(3) Gerakan Pendinginan
Lakukan nafas dalam dengan menghirup udara dari hidung dan
dikeluarkan melalui mulut dan peregangan sebanyak 2x8
hitungan.
C. Konsep lansia
1. Pengertian.
Menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari.
Proses penuaan terjadi secara alamiah maka banyak perubahan yang
di alami lansia seperti perubahan molekul sel dan perubahan
kemampuan fungsi organ. Sehingga hal ini dapat menimbulkan
masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis.pada lansia
(Mustika, 2019).
2. Klasifikasi
Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.
3. Perubahan fisiologis
Perubahan fisik
Dimana banyak sistem tubuh kita yang mengalami perubahan
pada saat umur kita beratmbah seperti:
1) Sistem pendengaran;
Pada saat usia 60 tahun keatas banyak seseorang mengalami
gangguan pada pendengaran di karenakan perubahan
kemampuan fungsi organ pada telinga yang menyebabkan
kemapuan pendegaran lansia menurun.
2) Sistem Intergumen:
Pada lansia perubahan pada kulit mengalami atropi, kendur,
tidak elastis kering dan berkerut.
3) Sistem kardiovaskuler
Pada hal ini terjadi perubahan organ jantung pada lansia
diantaranya katup jantung yang menjadi tebal dan kaku,
menurunnya kemampuan untuk memompa darah sehingga
menyebabkan kontraksi dan volumenya menurun, menurunnya
elastisitas pembuluh darah, meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer yang membuat tekanan darah naik.
4. Perubahan Kognitif
Banyak lansia mengalami perubahan kognitif, tidak hanya lansia
biasanya anak- anak muda juga pernah mengalaminya seperti:
Memory (Daya ingat, Ingatan) .
5. Perubahan Psikososial
Sebagian orang yang akan mengalami hal ini dikarenakan berbagai
masalah hidup ataupun yang kali ini dikarenakan umur seperti:
1) Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal.
2) Gangguan cemas
Gangguan cemas tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa
muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian
mendadak dari suatu obat.
3) Gangguan tidur
Gangguan ini juga dikenal sebagai penyebab morbilitas yang
signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada
lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan
atensi dan memori, mood depresi, sering terjatuh, penggunaan
hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup.
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan suatu awal dari komponen dari
proses keperawatan untuk mengumpulkan permasalahan dari klien
meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang
klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan
berkesinambungan (Mutaqqin dan Sari, 2020).
a. Data biografi, meliputi nama, jenis kelamin, alamat, umur,
pekerjaan, status, agama, riwayat pendidikan, pekerjaan, diagnose
medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : pada pasien hipertensi ditemukan keluhan
utama adanya pusing yang hebat, bangun tidur dengan sakit kepala
di daerah oksipital serta penglihatan kabur.
2) Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit sekarang
ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari
keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:
a) P = Paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan
bertambah/berkurannya keluhan utama. Pada kasus
hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan
dirasakan semakin berat bila melakukan aktivitas yang
berat.
b) Q = Quality/Quantity; tingkat keluhan utama.
c) R = Region; yaitu lokasi keluhan utama. Pada kasus
hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di
seluruh bagian kepala
d) S = Savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah
sampai mengganggu aktivitas atau tidak, seperti bergantung
pada derajat beratnya.
e) T = Timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama
berlangsungnya.
3) Riwayat kesehatan dahulu
4) Riwayat kesehatan keluarga
c. Pengkajian status fisiologis
1) Respirasi
a) Gejala : pasien hipertensi dapat mengalami dispnea yang
berkaitan dengan aktivitas/kerja, dan batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum akibat adanya riwayat merokok.
b) Tanda : penggunaan otot bantu pernapasan, bunyi nafas
abnormal dan sianosis.
2) Sirkulasi
a) Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, kelemahan penyakit
jantung koroner/katup, penyakit serebrovaskuler, episode
palpitasi.
b) Tanda: Peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi meningkat
distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer), pengisian kapiler kembali lambat.
3) Nutrisi dan cairan
Pasien hipertensi biasanya memiliki kebiasaan mengonsumsi
makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, tinggi
kalori, tinggi kafein seperti kopi, serta konsumsi obat deuretik.
4) Aktivitas dan istirahat
Pasien hipertensi memiliki gangguan pada pola tidurnya akibat
kebutuhan rasa nyaman yang tidak terpenuhi. Nyeri kepala yang
sering dirasakan dapat mengganggu kualitas tidur pasien. Pasien
lansia dengan hipertensi perlu dikaji tingkat kemandirian dalam
melakukan aktivitas dengan menggunakan instrument indeks
katz. Indekz Katz merupakan instrument pengkajian yang
berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal
perawatan diri dan mobilitas serta menilai kemampuan
fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan menggunakan indikator seperti mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, kontinen, makan.
5) Neurosensori : lakukan pengecekan status mental serta ada
tidaknya gangguan penglihatan
6) Reproduksi dan seksualitas : pada pasien lansia terjadi
penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan
hipertensi
d. Pengkajian status psikologis
Data masalah nyeri akut pada pasien hipertensi termasuk ke dalam
kategori psikologis dan subkategori nyeri dan kenyamanan,
perawat harus mengkaji data gejala dan tanda mayor dan minor
SDKI (2017) meliputi :
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : mengeluh nyeri
b) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat,
sulit tidur.
2) Gejala dan tanda minor
c) Subjektif : - 26
d) Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah,
nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, diaforesis.

e. Pengkajian kognitif dan mental


1) Short Porteble Mental Status Questionaire ( SPMSQ ) SPMSQ
merupakan instrumen pengkajian sederhana yang di gunakan
untuk menilai fungsi intelektual mental dari lansia. Yang terdiri
dari 10 pertanyaan (tanggal berapa hari ini, hari apa sekarang,
apa nama tempat ini) yang berkaitan dengan intelektual lansia
diisi dengan cara memberikan jawaban yang diucapkan oleh
lansia dan memberikan setiap pertanyaan nilai 1. Jika kesalahan
0-2 berarti fungsi intelektual lansia utuh, kesalahan 3-4 berarti
lansia mengalami kerusakan intelektual ringan, kesalahan 5-7
berarti lansia mengalami kerusakan intelektual sedang,
kesalahan 8-10 lansia mengalami kerusakan intelektual berat
(Padila, 2013).
2) Mini - Mental State Exam ( MMSE )
Mini mental stase exam (MMSE) adalah tes skrining yang
digunakan untuk penilaian fungsi kognitif dan mendeteksi
adanya gangguan kognitif pada seseorang/individu,
mengevaluasi perjalanan suatu penyakit yang berhubungan
dengan proses penurunan kognitif dan memonitor respon
terhadap pengobatan (Padila, 2013).
3) Geratric Depression Scale (GDS)
Pengukuran tingkat depresi pada lansia menggunakan skala
depresi geriatrik/Geratric Depression Scale (GDS) nilai satu
poin untuk setiap respon yang cocok dengan jawaban ya atau
tidak dan respon yang tidak sesuai diberi nilai nol. Poin-poin
tersebut dijumlahkan untuk mengetahui skor total, sehingga
jumlah skor 27 total 15 dan skor minimal 0. Kemudian dengan
mengetahui skor total ditentukan tingkat depresi dengan
kriteria : Skor 5-9 : kemungkinan depresi, Skor 10 atau lebih :
depresi (Padila, 2013).
g. Pemeriksaan fisik
pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan: kesadaran, tanda-
tanda vital (terutama pada pemeriksaan tekanan darah),
pemeriksaan head to toe.
h. Pemeriksaan diagnostik
Lakukan pengukuran tekanan darah berulang dalam waktu 3 bulan
ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat untuk memastikan hasil
pengukuran tekanan darah diatas normal (hipertensi).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis
negatif dan diagnosis positif. Diagnosis negatif menunjukkan bahwa
klien dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga
penegakan diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi
keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan pencegahan.
Diagnosis ini terdiri atas diagnosis aktual dan diagnosis risiko.
Diagnosis positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan
dapat mencapai kondisi yang lebih sehat ata optimal. Diagnosis ini
disebut juga diagnosis prmosi kesehatan (SDKI, 2017).
3. Intervensi
Perencanaan keperawatan terdiri dari penyusunan luaran yang
diinginkan serta menentukan intervensi yang akan dilakukan. Luaran
keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat diobservasi dan
diukur meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi pasien, keluarga atau
komunitas sebagai respons terhadap intervensi keperawatan. Terdapat
dua jenis luaran keperawatan yaitu luaran positif danluaran negatif.
Luaran positif menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi yang sehat
sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan
pemberian intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan
atau memperbaiki. Sedangkan luaran negatif menunjukkan kondisi,
perilaku atau persepsi yang tidak sehat, sehingga penetapan luaran
keperawatan ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan
yang bertujuan untuk menurunkan (SLKI, 2018).
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap klien yang didasarkan pada rencana keperawatan
yang telah disusun untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan.
5. Evaluasi
Tahap terakhir dari asuhan keperawatan yang bertujuan untuk menilai
keefektifan keseluruhan proses asuhan keperawatan. Asuhan
keperawatan dikatakan berhasil jika kriteria hasil yang telah ditentukan
tercapai. (TIM POKJA SLKI DPP PPNI, 2018) pada tahap ini
dibutuhan data subjektif yaitu data yang berisi ungkapan, keluhan dari
klien kemudian data objektif yang diperoleh dari pengukuran maupun
penilaian perawat sesuai dengan kondisi yang tampak kemudian
penilaian asesmen dan terahir perencanaan atau plenning, untuk mudah
diingat biasanya menggunakan singkatan SOAP ( subjek objektif
analisis dan planning )
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini akan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus
merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif. Subyek yang digunakan dalam studi kasus yaitu
pasien hipertensi terdiri dari 2 pasien. Instrumen yang digunakan dalam
karya tulis ilmiah ini yaitu tensimeter digital, lembar observasi dan SOP
senam hipertensi. Penulis mengajarkan senam hipertensi pada penderita
hipertensi selama 3 hari berturut-turut di wilayah Asrama benglap jaya/ 1-
1 jl. Tongkol dalam No.02 RT007/RW001
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Di peroleh populasi data dalam penelitian ini yaitu masyarakat wilayah
Asrama benglap jaya/ 1-1 jl. Tongkol dalam No.02 RT007/RW001
yang menderita hipertensi sebanyak 10 lansia dari 45 lansia. Populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Safari,2015)
2. Sampel
Untuk penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik purposive
sampling dengan mengambil 2 orang lansia penderita hipertensi untuk
partisipan kegiatan senam hipertensi di wilayah Asrama benglap jaya/
1-1 jl. Tongkol dalam No.02 RT007/RW001. Purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel di mana peneliti mengandalkan
penilaiannya sendiri ketika memilih anggota populasi untuk
berpartisipasi dalam penelitian.
C. Tempat dan waktu
1. Tempat
Berdasarkan survei awal yang di lakukan oleh peneliti pada bulan
oktober 2022 penelitian ini akan di lakukan di wilayah benglap jaya/ 1-
1 jl. Tongkol dalam No.02 RT007/RW001.
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan maret 2023 di wilayah
Asrama benglap jaya/ 1-1 jl. Tongkol dalam No.02 RT007/RW001.
D. Prosedur pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini di lakukan setelah
mendapat izin di wilayah. Setelah itu, peneliti akan memberikan terapi
senam hipertensi kepada lansia penderita hipertensi lalu membandingkan
tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan senam hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. Metode ini dilakukan
pada 2 partisipan lansia penederita hipertensi dan menjelaskan manfaat
pemberian senam terapi hipertensi ini untuk menurunkan tekanan darah
pada lansia serta prosedur penelitian. Selanjutnya, responden yang
bersedia akan diminta melakukan senam selama 30 menit/3 hari
E. Teknik pengelolaan data
Teknik Pengolaan data penelitian ini sebagai berikut:
a) Mengelompokan data berdasarkan hasil pengkajian observasi dan
pemeriksaan fisik
b) Menyusun dan mengumpulkan data untuk menentukan data. Data di
bagi menjadi.
c) Membuat rumusan diagnosa keperawatan
d) Memilih dan menentukan rencana keperawatan yang sesuai dengan
kriteria hasil yang sudah ditentukan.
e) Melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan disertai
dengan respon klien.
f) Melaksanakan evaluasi keperawatan untu menentukan hasil dari
pengelolaan asuhan keperawatan yag sudah dilakukan pada dua klien
hipertensi dengan senam hipertensi.
F. Instrument pengumpulan data
Dalam penelitian ini intrumen pengumpulan data ini menggunakan lembar
observasi. Instrumen observasi digunakan dalam penelitian kualitatif
sebagai pelengkap dari teknik wawancara yang telah dilakukan. Observasi
dalam penelitian kualitatis digunakan untuk melihat dan mengamati secara
langsung objek penelitian, sehingga peneliti mampu mencatat dan
menghimpun data yang diperlukan untuk mengungkap penelitian yang
dilakukan. Berikut lembar observasi yang akan peneliti pakai:
LEMBAR OBSERVASI

TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI

A. Data Karakteristik Partisipan


Nama :
Alamat :
Umur :
Jenis Kelamin :
Riwayat obat-obatan :
Riwayat penyakit :
B. Status fisiologis
Pola makan :
Pola Aktivitas dan istirahat :
Kondisi fisik :

TD sebelum kegiatan senam TD sesudah keagiatan senam

Tanggal Tekanan Tanggal Tekanan Darah


No.
Pemeriksaan darah Pemeriksaan
G. Analisa data
Analisa data yang digunakan dengan teknik pengumpulan data kualitatif
yang berupa wawancara dan studi dokumen penyajian data kualitatif
dalam bentuk tabel narasi dan disertai dengan ringkasan ungkapan verbal
dari subyek-subyek.
Untuk studi kasus ini, penulis menguraikanbeberapa aspek pada subyek
yang diamati dan membandingkan referensi atau hasil dari penelitian
terdahulu. Hasil studi kasus ini di sajikan dalm bentuk tabel dan narasi.
Tahap-tahapnya yaitu:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada
subyek dan proses pengumpulan data tergantung dari desain
penelitiaan . Langkah-langkah pengumpulan data tergantung dari
desain dan tehnik instrumen yang digunakan. Proses pengumpulan
data studi kasus ini terdapat tiga tahapan yaitu : data dikumpulkan
dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen), data yang
dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan, implementasi, dan evaluasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data yang disajikan penulisan secara deskriptif yaitu
memaparkan dan menggambarkan hasil dari pengkajian sampai
evaluasi yang dilakukan pada dua klien hipertensi dengan senam
hipertensi, dimana data yang disajikan berupa data subjektif dan
objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian kepada klien dan
pemeriksaan Fisik.
3. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis denga
perilaku kesehatan. Data yang dikumpulkan terkait dengan data
pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

H. Etika penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan
usulan atau proposal peneliti untuk mendapatkan rekomendasi dari
institusi. Setelah mendapat rekomendasi, selanjutnya mengajukan izin
pada pihak-pihak berwenang dengan proses peneliti, yaitu di wilayah
benglap jaya/ 1-1 jl. Tongkol dalam No.02 RT007/RW001 atau pihak
yang berwenang yang terkait dengan tempat penelitian dengan
menekankan pada aspek etika sebagai berikut
1. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed
consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya
akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
2. Tanpa nama (anonymity)
Memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencamtumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset. Peneliti menjaga semua informasi yang diberikan oleh
responden dan tidak menggunakan informasi tersebut untuk
kepentingan pribadi dan di luar kepentingan keilmuan.
4. beneficence (manfaat)
Peneliti menjelaskan bahwa penelitian ini mempunyai manfaat
untuk menolong partisipan hal yang dilakukan oleh peneliti
menerapkan bentuk untuk meningkatkan kesehatan dan
kesembuhan partisipan.
5. Non melefience (tidak membahayakan)
Peneliti menjelaskan bahwa yang dilakukan peneliti ini tidak
membahayakan untuk partisipan dan menjamin bahwa tindakan
yang dilakukan di dalam merugi tempatnya depan tidak melukai/
membuat cedera partisipan.
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikian proposal penelitian yang di buat oleh penulis ini untuk
melakukan penelitian mengenai penerapan senam hipertensi terhadap
penurunan tekanan darah bagi para lansia penderita hipertensi di wilayah
benglap jaya/ 1-1 jl. tongkol dalam no.02 rt007/rw001. Semoga proposal
penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan bagi
pembaca serta dapat menambah wawasan mengenai senam hipertensi
untuk lansia penderita hipertensi.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan agar proposal ini bisa menjadi lebih baik lagi di
penelitian selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Daftar Pustaka
1. Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta:
Trans Info Media.
2. Kemenkes RI, 2019, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2018. “Klasifikasi
Hipertensi”.http://p2ptm.kemkes.go.i/. 12 Mei 2018.
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic/klasifikasi-hipertensi.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2018. “Apa saja faktor risiko
Hipertensi?”. http://p2ptm.kemkes.go.id/ . 21 Januari 2019.
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-
dan-pembuluh-darah/faktor-risiko-hipertensi.
5. Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
6. Pambudi, Didit Reo.”Penerepan Senam Hipertensi bagi para Penderita
Hipertensi.”Karya Tulis Ilmiah, Repository Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, 2020.
7. Suntara, Roza, Rahmah.” Hubungan Hipertensi Dengan Kejadian Stroke
Pada Lansia Di Wilayah Kerjapuskesmas Sekupang Kelurahan Tanjung
Riau Kota Batam”. Jurnal Inovasi Penelitian 01, no.10 (2021):2178.
8. World Health Organization (WHO). 2021. “Hypertension”.
https://www.who.int/. 25 Agustus 2021. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/hypertension.
9. World Health Organization. Ageing and Life Course. WHO. 2013: [1 p.]
10. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. “Laporan Provinsi DKI Jakarta
Riskesdas 2018”. DKI Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (LPB), 2018.
11. Hernawan, T., Rosyid, F. (2017). Pengaruh Senam Hipertensi Lansia
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti
Wreda Darma Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta. Jurnal Kesehatan 10,
no.01 (2017): 1979-7621.
12. Yanita. (2017). Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta : Bumi Medika.
13. Mustika, I. W. (2019). B uku Pedoman Model Asuhan Keperawatan
Lansia Bali Elderly Care (BEC). Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
14. Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal :
Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
15. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI.
16. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia \
17. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai