Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN
HIPERTENSI

Sri Yayat Hayatinnupus

1020032068

Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Faletehan Serang

Tahun 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Pengaruh
Terapi Relakasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi” tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Ani Haryani, M. Kep selaku dosen
pembimbing mata kuliah EBP yang telah membimbing, mengarahkan serta
memotivasi sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan
bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah membagi


pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan literature review ini.

Peulis menyadari bahwa makalah yang dibuat jauh dari kata sempurna karena
adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua
kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.

Tangerang, Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Hipertensi 5


1. Definisi Hipertensi 5
2. Etiologi & Faktor Resiko 5
3. Tanda dan Gejala 7
4. Patofisiologi 8
5. Penatalaksanaan 9
B. Konsep Relaksasi Otot Progresif 10
1. Pengertian Relaksasi Otot Progresif 10
2. Manfaat Relaksasi Otot Progresif 10
3. Prosedur Relaksasi Otot Progresif 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tekanan darah adalah denyutan yang memompa darah ke seluruh tubuh.
Tekanan yang diberikan pada saat jantung sedang berkontraksi disebut
systole, sedangkan tekanan yang diberikan pada saat jantung beristirahat
disebut diastole. Tekanan darah diukur dalam satuan millimeter air raksa
(mmHg) dengan rentang nilai normal 120 mmHg (systole) dan 80 mmHg
(diastole) (Haldar, 2013).

Hipertensi adalah penyakit tidak menular dan salah satu penyebab utama
kematian. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi dimana
terjadi peningkatan tekanan darah pada systole ˃140 mmHg dan tekanan
darah diastole ˃90 mmhg (Kemenkes.RI, 2014).

Menurut World Health Organization (2019) hipertensi adalah penyebab


utama kematian dini diseluruh dunia, diperkirakan 1,13 miliar orang
diseluruh dunia menderita hipertensi. Pada wilayah Afrika memiliki
prevelensi tertinggi sekitar 27% sedangkan pada wilayah Amerika sekitar
18%. Tinjauan saat ini menunjukan bahwa jumlah penderita hipertensi
pada orang dewasa meningkat dari tahun 1975 sebanyak 594 juta menjadi
1,13 miliar ditahun 2015, peningkatan terjadi di sebagian besar penderita
yang berdominan tinggal di Negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Prevelansi hipertensi Secara nasional menunjukkan bahwa prevalensi


penduduk dengan tekanan darah tinggi sebesar 34, 11%. Prevalensi
tekanan darah tinggi terjadi pada perempuan (36, 85%) lebih tinggi
daripada laki-laki (31,34%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi

1
(34, 43%) dibandingkan dengan perdesaan (33, 72%). Prevalensi akan
semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia (Riskesdas, 2018).

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung lama atau dalam jangka


panjang dapat memicu kelainan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner), dan otak (stroke). Jika penderita hipertensi
tidak terdeteksi secara dini serta tidak menjalani pengobatan hipertensi,
maka tekanan darah tidak akan terkontrol dan jumlahnya akan terus
meningkat (Kemenkes.RI, 2014).

Penanganan pada pasien hipertensi dapat dilakukan dengan cara


farmakologi dan non farmakologi. Pada farmakologi dilakukan dengan
menggunakan obat anti hipertensi seperti catropil 25 mg dan amlodiphine
10 mg. sedangkan cara non farmakologi yaitu dengan relaksasi. Salah
satunya adalah progressive muscle relaxation atau relaksasi otot progresif
(Apriliani, 2019).

Relaksasi otot progresif adalah suatu relaksasi yang berfokus pada


ketegangan dan relaksasi pada otot, seperti otot wajah, leher, punggung,
ektremitas atas dan bawah. Gerakan pada relaksasi otot ptogresif ini dapat
menurunkan ketegangan otot sehingga berdampak pada vasodilatasi
pembuluh darah. Terciptanya keadaan yang rileks menyebabkan
penurunan kadar epinefrin sehingga frekuensi denyut jantung menurun
maka tekanan darah akan mengalami penurunan yang signifikan (Fitrianti
& Putri, 2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Damanik & Ziralou (2018)


Pada bulan april sampai juni diruang rawat inap rumah sakit Imelda
Medan, dengan jumlah sampel 23 orang. Hasil penelitian didapat rata-rata
tekanan darah systole setelah dilakukan terapi relaksasi menurun menjadi
156,57 mmHg dan tekanan darah diastole 94,17 mmHg. Hal ini dibuktikan

2
dengan nilai p value 0,00 ( p value <¿ 0,05) yang berarti terjadi perubahan
yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadli (2018)
dengan jumlah responden 40 yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok A berjenis kelamin laki-laki dan Kelompok B berjenis kelamin
perempuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi relaksasi otot
progresif pada penelitian ini berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi
pada tekanan darah penderita hipertensi.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik membahas lebih detail


konsep teori dan penelitian mengenai pengaruh relaksasi otot ptogresif
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

B. Rumusan Masalah
Tingginya penderita hipertensi baik secara global maupun nasional
membutuhkan penanganan cepat untuk mengatasi hipertensi, yaitu dengan
cara meminum obat anti hipertensi. Selain itu, terdapat pula cara untuk
menurunkan tekanan darah secara non farmakologis dengan cara
melakukan relaksasi otot progresif. dari hasil beberapa penelitian
menunjukan bahwa relaksasi otot progresif ini dapat menurunkan tekanan
darah secara signifikan.

Berdasarkan dari latar belakang diatas, penulis membuat rumusan masalah


yaitu “ Bagaimana intervensi keperawatan berupa relaksasi otot progresif
terbukti dapat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi?”

3
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Penulisan
Melakukan review dan menganalisis jurnal pengaruh teknik
relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi.
2. Tujuan Khusus Penulisan
a. Mengetahui pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi
b. Mengetahui kendala apa saja yang dihadapi saat melakukan
intervensi relaksasi otot progresif pada pasien hipertensi.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Hipertensi


1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah adalah denyutan yang memompa darah ke seluruh
tubuh. Tekanan yang diberikan pada saat jantung sedang berkontraksi
disebut systole, sedangkan tekanan yang diberikan pada saat jantung
beristirahat disebut diastole. Tekanan darah diukur dalam satuan
millimeter air raksa (mmHg) dengan rentang nilai normal 120 mmHg
(systole) dan 80 mmHg (diastole) (Haldar, 2013).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah meningkatnya tekanan


darah systole ˃140 mmHg dan tekanan darah diastole ˃90 mmHg
dimana pengukuran dua kali dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan tenang/istirahat atau pada pemeriksaan berulang
(Kemenkes.RI, 2014).

Hipertensi atau penyakit tidak menular merupakan salah satu penyakit


yang dapat menyebabkan kematian premature didunia. Hipertensi
menjadi sebuah acaman bagi kesehatan masyarakat karena dapat
menimbulkan komplikasi penyakit lainnya, seperti penyakit jantung
koroner, stroke dan gagal ginjal (Kemenkes.RI, 2019).

2. Etiologi dan Faktor Resiko


a. Etiologi
Tekanan darah tinggi tidak memiliki penyebab yang spesifik.
Tekanan darah tinggi terjadi karena adanya peningkatan curah

5
jantung atau peningkatan tekanan perifer. Namun sering ditemukan
bahwa penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1) Hipertensi esesnsial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui
namun terdapat faktor pemicu timbulnya hipertensi esensial
termasuk genetik, stress, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan dan gaya hidup.

2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
kelainan pembuluh darah ginjal, hipertiroid dan lain-lain.

b. Faktor Resiko
1) Faktor resiko yang bisa dirubah
a) Usia
Usia dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi. Karena
semakin bertambahnya usia seseorang maka, peluang terkena
hipertensi menjadi lebih besar. Pada usia lanjut, hipertensi
ditemukan meningkat hanya pada tekanan darah sistolik.
Kenaikan tekanan darah sistolik disebabkan oleh perubahan
yang terjadi pada struktur pembuluh darah besar.

b) Lingkungan (Stress)
Stress dapat meningkatkan tekanan darah, karena kelenjar
ginjal akan melepaskan hormone adrenalin sehingga dapat
mengakibatkan jantung berdenyut lebih cepat dan kuat. Jika
stress berlangsung lama, maka akan timbul kelainan organis
atau perubahan patologis pada tubuh.

6
c) Obesitas
Obesitas atau kegemukan bukanlah penyebab terjadinya
hipertensi. Namun, prevelensi hipertensi pada obesitas jauh
lebih besar karena peluang orang yang menderita obesitas 5
kali lebih tinggi dibanding orang yang berbadan normal.

d) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin bisa menstimulus divestasi
ketekolamin. Katekolamin yg mengalami peningkatan bisa
menyebabkan terjadinya vasokontriksi yg bisa mempertinggi
tekanan darah.

2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah


a) Genetik
Faktor keturunan dapat meningkatkan resiko seseorang
terkena hipertensi. Menurut david son bahwa jika kedua
orang tua menderita hipertensi, maka sekitar 45% potensi
akan turun ke anak-anaknya dan jika salah satu orangtuanya
menderita hipertensi maka kemungkinan terjadi sekitar 30%
akan turun ke anaknya.

b) Ras
Orang berkulit hitam lebih beresiko terkena hipertensi
primer, karena kadar renin plasma yang rendah dapat
mengurangi kemampuan ginjal untuk mengeksresikan kadar
natrium berlebih.

3. Tanda dan Gejala


Pasien dengan hipertensi sering mengalami tanda dan gejala seperti,
peningkatan pada systole ˃140 mmHg dan diatsole ˃90 mmHg, sakit
kepala, rasa berat pada tengkuk, sulit tidur, mata berkunang-kunang,

7
lemah disertai lelah, mual muntah, sesak nafas dan kesadaran
menurun.

4. Patofisiologi
Tekanan darah meningkat disebabkan karena cairan dalam sirkulasi
tubuh meningkat, hal ini dapat terjadi jika ditemukan adanya kelainan
pada fungsi ginjal yang tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air di dalam tubuh sehingga volume darah di dalam tubuh meningkat
dan tekanan darah pun meningkat, kondisi yang lebih buruk dapat
terjadi pada lansia, karena adanya penyempitan pembuluh darah yang
disebabkan arterioklerosis. Aterosklerosis adalah penumpukan plak
pada dinding arteri yang menyebabkan pembuluh darah menyempit.
faktor-faktor tersebut terjadi karena perubahan pada fungsi ginjal dan
sistem saraf otonom (bagian dari system saraf yang mengatur berbagai
fungsi tubuh secara otomatis).

Ginjal dapat mengatur tekanan darah melalui beberapa cara, yaitu jika
tekanan darah meningkat maka ginjal akan menambah pengeluaran
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah
kembali normal. Ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut chymosin, dimana enzim ini
memicu pembentukan secretion angiotonin, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron.

Sistem saraf simpatis adalah bagian dari sistem saraf otonom, dimana
untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama
respon fight – or – flight (reaksi tubuh terhadap ancaman dari luar).
Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung serta
mempersempit sebagian besar arteria, tetapi akan memperlebar
arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan
pasokan darah lebih banyak). Melepaskan hormon epinefrin

8
(adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung
dan pembuluh darah (Bachrudin, 2016).

5. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes.RI, (2013). penatalaksanaan pada hipertensi dibagi
menjadi dua yaitu farmakologis dan non farmakologis. Pada
pengobatan farmakologis menggunakan obat anti hipertensi seperti :
a. Diuretik
Obat ini bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (melalui
perkemihan) sehingga volume cairan tubuh berkurang, hal ini
mengakibatkan menurunnya tekanan darah dan beban jantung
berkurang.

b. Penyekat beta (b-blocker)


Obat golongan ini akan mengurangi beban kerja pada jantung dan
pembuluh darah, sehingga jantung berdenyut lebih lambat dan
kekuatannya menjadi lemah.

Sedangkan pada pengobatan non farmakologis yaitu dengan cara :


Menurunkan berat badan, Membatasi konsumsi garam,
Mengurangi atau menghentikan konsumsi alkohol, Berhenti
merokok, Melakukan olahraga secara teratur, pola makan sehat dan
Relaksasi. salah satunya adalah relaksasi otot progresif.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Fadli, 2018) tentang pengaruh


relaksasi otot progresif terhadap perubahan tekanan darah pada
pasien hipertensi dengan jumlah responden sebanyak 45
responden. Hasil penelitian menunjukkan didapat nilai p value
0,001 (p<0,005) yang berarti terdapat perubahan signifikan pada
tekanan darah setelah diberi relaksasi otot progresif.

9
B. Konsep Relaksasi Otot Progresif
1. Pengertian
Relaksasi otot progresif adalah suatu tindakan untuk mendapatkan
relaksasi pada otot dengan cara memberikan ketegangan dan
menghentikan ketegangan dengan memusatkan perhatian pada
bagaimana otot tersebut menjadi rileks. Relaksasi ini melibatkan
kontraksi otot, dimana relaksasi ini berfokus pada ketegangan dan
relaksasi yang terjadi di otot. Keadaaan yang rileks pada saat terapi
dilakukan secara langsung akan mengabaikan ketegangan pada otot.
Keadaan rileks dapat mempengaruhi saraf parasimpatis memproduksi
hormon epinefrin dan kortisol, sehingga terjadi penurunan pada curah
jantung (Fadli, 2018).

Hal ini sejalan dengan penelitian (Indrawati & Nurmaya, 2018)


menunjukan bahwa terapi relaksasi otot progresif berdampak
signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi
esensial dan primer. Hasil penelitian menunjukan penurunan tekanan
darah ini tidak hanya terjadi pada pasien hipertensi esensial dan
primer, tetapi juga pada pasien hipertensi sekunder.

2. Manfaat Relaksasi Otot Progresif


Teknik relaksasi otot progresif memiliki manfaat yang baik bagi
penderita hipertensi. Karena pemberian terapi relaksasi secara teratur
dapat mempengaruhi penurunan tekanan darah serta mengontrol
tekanan darah pada pasien hipertensi (Indrawati & Nurmaya, 2018).

Menurut (Apriliani, 2019) penggunaan terapi relaksasi otot progresif


dapat menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri pada leher, sakit
kepala, sakit punggung, frekuensi jantung, mengatasi insomnia,

10
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic serta dapat
mengurangi stress pada lansia dengan meningkatkan kontrol diri.

3. Prosedur Relaksasi Otot Progresif


Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Apriliani.,2019) terdapat 14
gerakan yang dilakukan pada setiap responden, yaitu :

a. Gerakan 1 :
1) Genggam tangan kiri sambil membuat kepalan
2) Buat kepalan semakin kuat dan rasakan sensasi ketegangan
yang terjadi
3) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan dan lakukan
gerakan sebanyak dua kali sehingga klien dapat membedakan
antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.

b. Gerakan 2 :
Tekuk kebelakang dua lengan tangan sehingga otot ditangan
bagian belakang dengan lengan bawah menegang, hadapan jari
tangan ke langit-langit.

c. Gerakan 3 :
1) Genggam kedua tangan menjadi kepalan
2) Bawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot lengan atas
bagian depan akan menjadi tegang.

d. Gerakan 4 :
1) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seperti akan menyentuh
kedua telinga
2) Fokus kan perhatian gerakan pada perbedaan ketegangan yang
terjadi di bahu, punggung atas dan leher.

11
e. Gerakan 5 dan 6 :
Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
otot terasa dan kulit menjadi keriput

f. Gerakan 7 :
Katupkan rahang diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi
ketegangan disekitar otot rahang.

g. Gerakan 8 :
Majukan bibir sekuat-kuatnya sehingga dirasakan ketegangan di
sekitar mulut

h. Gerakan 9 :
1) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang bahu
kemudian otot leher bagian depan
2) Lalu letakkan kepala sehingga dapat beristirahat

i. Gerakan 10 :
1) Gerakan kepala ke muka
2) letakkan dagu diatas dada, agar dapat merasakan ketegangan
didaerah leher bagian muka.

j. Gerakan 11:
1) Angkat tubuh dari sandaran kursi
2) Punggung di lengkungkan
3) Busungkan dada dan tahan tegangan, kemudian rileks

k. Gerakan 12 :
1) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya

12
2) Tahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas

l. Gerakan 13 :
1) Tarik dengan kuat perut kedalam
2) Tahan sampai menjadi kencang dan keras. lalu lepaskan
3) Ulang kembali gerakan awal untuk perut ini.

m. Gerakan 14 :
1) kedua telapak kaki diluruskan sehingga otot paha terasa tegang
2) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
3) Ulang setiap gerakan masing-masing

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Damanik & Alfonsus (2018) tentang
pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi dengan jumlah responden 23 orang, menunjukan
hasil nilai p value 0,000 (p<value) yang berarti terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan tekanan darah setelah diberikan relaksasi
otot progresif.

Penelitian yang dilakukan Ida & Yanti (2019) juga menunjukan adanya
penurunan tekanan darah setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif
dibuktikan dengan hasil nilai p value 0,000 (p<0,005) yang berarti terjadi
perubahan signifikan pada tekanan darah.

13
14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak
menular yang dapat menyebabkan kematian premature di dunia. secara
nasional sekitar 34,11 % masyarakat menderita hipertensi. Hal ini terjadi
karena adanya peningkatan systole ˃140 mmHg dan diatole ˃90 mmHg.
Penyebabhipertensi tidak diketahui secara spesifik, namun secara umum
penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi esensial dan
sekunder. Selain peyebab, hipertensi dapat dipicu dengan usia, jenis
kelamin, genetic, obesitas, dan stress. Hipertensi dapat diobati dengan dua
cara yaitu farmakologi dengan menggunakan obat antihipertensi dan non
farmakologi salah satunya adalah relaksasi otot progresif.

Relaksasi otot progresif adalah tindakan yang dilakukan dengan cara


memberikan ketegangan dan relaksasi yang terjadi pada otot. Pemberian
terapi relaksasi ini dapat menurunkan tekanan darah. hasil penelitian dari
beberapa jurnal pun membuktikan bahwa terapi relaksasi otot progresif
berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah.

Intervensi ini dapat menjadi salah satu terapi relaksasi yang bisa
menurunkan tekanan darah. Terapi ini juga berdampak positif terhadap
asuhan keperawatan pada nyeri. Karena prosedur yang mudah bisa
dilakukan secara mandiri oleh perawat maupun klien serta tidak
menimbulkan efek samping. Namun, penerapan terapi relaksasi otot
progresif ini membutuhkan pengetahuan yang dalam agar bisa
mengaplikasikan kepada pasien sehingga dapat mengurangi terjadinya
cedera.

15
DAFTAR PUSTAKA

Apriliani., J. (2019). Penerapan Terapi Progressive Muscle Relaxation ( PMR )


Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Desa
Wangunrejo KecamatanMargorejo Kabupaten Pati Penerapan Terapi
Progresive Muscle Relaxation ... Jurnal Profesi Keperawatan Akademi K.
Profesi Keperawatan Akademi Keperawatan Krida Husada Kudus, 6(2),
145–162.

Damanik, H., & Ziraluo, A. A. W. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot


Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di
Rsu Imelda. Jurnal Keperawatan Priority, 1(2), 96–104.
http://garuda.ristekdikti.go.id/documents/detail/1069285

Fadli. (2018). Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap perubahan tekanan darah
pada pasien hipertensi. Jurnal Keperawatan, 12, 249–253.

Haldar, R. N. (2013). Global Brief on Hypertension: Silent Killer, Global Public


Health Crisis. Indian Journal of Physical Medicine and Rehabilitation, 24(1),
2–2. https://doi.org/10.5005/ijopmr-24-1-2

Huda, A. & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Nanda NIC NOC dalam Berbagai Kasus. MediAction :
Yogyakarta.

Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.


https://doi.org/10.1177/109019817400200403

Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Si Pembunuh Senyap. Kementrian Kesehatan


RI, 1–5.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodati
n-hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf

WHO. (2019). Hypertension. World Health Organization.


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension

16
LAMPIRAN

Bab I Latar Belakang

Plagiat 0% Unik 100%

Bab II Tinjauan Pustaka

Plagiat 7 % Unik 93%

Konsep Relaksasi otot progresif

Plagiat 0% Unik 100%

16

Anda mungkin juga menyukai