B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan terapi aktivitas kelompok diharapkan klien mampu mengenal
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif dan mengontrol diri dari penggunaan
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
2. Tujuan Khusus
Klien mampu mengetahui tentang isolasi sosial
C. Karakteristik Klien
1. Klien yang sudah tenang dan kooperatif
2. Klien yang tidak terlalu gelisah
3. Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsung terapi aktivitas
kelompok
4. Klien halusinasi yang sudah tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil
5. Kondisi fisik dalam keadaan baik
6. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok
D. Persiapan
1. Tempat
YRM Dhira Sumantri Wintoha
LAYAR
a. Keterangan :
: Leader
: CO Leader
: Observer
: Fasilitator
: Peserta
b. Media
- Laptop
- Infocus
- Alat Demonstrasi
c. Metode
- Metode yang digunakan adalah terapi kelompok ini adalah dedukatif,
dimana dalam memberikan penjelasan teori materi yang akan disampaikan.
Sedangkan metode indukif digunakan dalam mendemonstrasikan dan
langsung dipraktekan.
- Tanya jawab
5. Jumlah Anggota
Perawat : 9 orang
Klien : 6 orang
6. Perorganisasian
Nama klien
a. Tn. Dede Nasrudin
b. Tn. Enong Medi
c. Tn. Iqfardi
d. Tn. Aryo
e. Tn. Ilham
f. Tn. Tomi
Nama perawat
Leader : Jeri Alhatami
Tugasnya :
a. Merencanakan dan mengatur jalannya terapi aktivitas kelompok
b. Membuka acara
c. Memimpin jalannya aktivitas kelompok
d. Menjelaskan tujuan terapi aktivitas kelompok
e. Memperkenalkan terapi aktivitas kelompok
f. Menjelas tata tertib terapi aktivitas kelompok
g. Dapat mengambil keputusan dengan tepat dan menyimpulkan hasil diskusi pad
terapi aktivitas kelompok
h. Menutup acara terapi aktivitas kelompok
Fasilitator :
1. Firman
2. Laila Dewi Sriwahyuni
3. Chintya Ayu Letari
4. Wawan Setiawan
5. Lusi Ambarwati
6. Feni Mahdiani
Tugasnya :
a. Membantu dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh klien sebagai
peserta terapi aktifitas kelompok
b. Mendampingi peserta diskusi
c. Memotivasi klien dalam terapi aktivitas kelompok untuk aktif
d. Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
E. Tata Tertib Kegiatan
1. Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara dimulai
2. Bagi peserta yang akan pergi ketoilet diberi kesempatan sebelum acara dimulai
3. Selama kegiatan berlangsung semua anggota tidak diperbolehkan meninggalkan
ruangan
4. Selama kegiatan berlangsung semua anggota tidak boleh menggangu anggota yang
lain
5. Setiap anggota kelompok yang akan berbicara harap mengangkat tangan dan
berbicara dan apabila diperbolehkan oleh leader
6. Setiap anggota tidak diperkenankan meninggalkan ruangan sebelum acara selesai.
F. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Mengontrak waktu pasien selama 30 menit
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Leader mengucapkan salam pada peserta Terapi aktivitas kelompok
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Perkenalan diri Leader, Co-Leader, Peserta, Fasilitator dan Observer
c. Memakai papan nama
d. Menjelaskan tujuan TAK
e. Melakukan kontrak waktu
f. Menetapkan tata tertib
g. Membaca do’a
3. Tahap kerja
a. Leader menjelaska sosialisasi yang benar
b. Leader menjelaskan tentang cara bersosialilasi yang benar
c. Leader akan memberikan pertanyaaan pada klien tentang materi yang
disampaikan
d. Permainan. Ujiberbisik, para peserta membuat dua barisan dengan posisi duduk
bersila didampingi fasilitator. Leader memberi soal 1 kalimat kepada fasilitator,
kemudian fasilitator menyampaikan dengan berbisik kepada peserta. Kalimat
disampaikan hingga peserta yang paling akhir. Kemudian peserta yang akhir
meyampaikan kalimat tersebut, apakah benar atau tidak.
e. Fasilitator membantu klien dalam kegiatan ini
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan klien dengan memberi tepuk tangan
4. Program Antisipasi
a. Bila anggota menghindari setiap pertemuan maka leader memberitahukan anggota
tersebut dan menganjurkan mereka berbicara langsung kepada anggota
b. Jika ada anggota yang membicarakan hal-hal lain dalam diskusi maka leader harus
memfokuskan pembicaraan
c. Jika ada anggota yang menggunakan kekerasan fisik maka leader menegaskan
bahwa hal tersebut tidak dikehendaki
d. Jika ada anggota dalam diskusi diam maka fasilitator harus berperan aktif
e. Jika ada anggota kelompok ingim keluar dari kegiatan terapi kelompok yang lain
f. Jika ada hal-hal diluar perencanaan, aka libatkan perawat ruangan
5. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Menyimpulkan hasil kerjaan
3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan setiap anggota kelompok melakukan apa yang telah diajarkan
2) Memasukkan kegiatan pada jadwal kegiatan harian klien
c. Penutup
Setelah kegiatan berakhir ; Leader mengajak seluruh peserta serta fasilitator untuk
berdo’a
G. Alokasi Waktu
Waktu Kegiatan Penanggung
jawab
13.30-13.35 Tahap Orientasi CO-leader
Salam terapeutik
Orientasi
Evaluasi validasi
Kontrak
a. Bayi
Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan
biologisnya. Bayi umumnya menggunakan komunikasi yang sangat sederhana
dalam menyampaikan kebutuhannya. Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi
melaluli ketergantungan pada orang lain akan mengakibatkan rasa tidak
percaya diri sendiri dan orang lain. Serta menarik diri.
b. Pra Sekolah
Anak pra sekolah mulai memperluas hubungan sosialnya di luar keluarga
khususnya ibu. Anak menggunakan kemampuan berhubungan yang telah
dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga. Dalam hal ini
anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga. Khususnya
pemberian pengakuan positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Hal ini
merupakan dasar onotomi anak yang berguna untuk mengembangkan
kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan dalam membina hubungan
dengan teman sekolah, kurang dukungan guru dan pembatasan serta dukungan
yang tidak konsisten dari orangtua mengakibatkan frustasi terhadap
kemampuanya, putus asa, dan merasa tidak mampu dan menarik diri dari
lingkungan.
c. Anak – anak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri dan mulai
mengenal lingkungan lebih luas, dimana anak mulai membina hubungan
dengan teman-temannya. Pada usia ini anak mulai mengenal bekerja sama,
kompetisi, kompromi. Konflik sering terjadi dengan orangtua karena
pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten.
d. Remaja
Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya dan
sejenis dan umumnya mempunyai sahabat karib. Kegagalan membina
hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua akan
mengakibatkan keraguan identitas, ketidakmampuan mengidentifikasi karir
dan rasa percaya diri yang kurang.
e. Dewasa muda
Pada usia ini individu mempertahakan hubungan interdependen dengan orang
tua dan teman sebaya. Individu belajar mengambil keputusan dengan
memperhatikan saran dan pendapat orang lain, seperti memilih pekerjaan,
memilih karir, melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu dalam
melanjutkan sekolah, pekerjaan, pernikahan akan mengakibatkan individu
menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain, putus asa akan karir.
f. Dewasa tengah
Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal dengan
orang tua, khususnya individu yang telah menikah. Jika ia telah menikah maka
peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa
merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan interdependen.
Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua, membina hubungan yang
baru, produktifitas dan kreativitas berkurang.
g. Dewasa lanjut
Pada masa individu akan mengalami kehilangan, baik itu kehilangan fisik,
kegiatan, pekerjaan, teman hidup, anggota keluarga. Individu yang
mempunyai perkembangan yang baik dalam menerima kehilangan yang terjadi
dalam kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan orang lain dapat
membantu dalam menghadapi kehilangan.
4. Etiologi
Beberapa faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
Sundden (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Factor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu :
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga
adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih saying,
perhatian dan kehangatan dari ibu akan memberikan rasa tidak aman yang
dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat
penting dalam masa ini agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai
objek.
b. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya
ada yang menderita skizofrenia.
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan hubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah dianut oleh satu keluarga seperti anggota
tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial. Kelainan pada struktur
otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume
otak serta perubahan struktur limbak, diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
2. Faktor Prespitasi
Stersor prespitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi :
a. Stresor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini
dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stressor Biokimia
Teori dopamine : kelebihan dopamine pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
Menurut MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
mengingkaykan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan
MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka
menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
Faktor endokrin : Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan
pada klien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami
penurunan karena dihambat.
Hubungan Sosial
a. Orang yang paling berarti bagi klien :
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat :
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain :
Isolasi sosial
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang di angkat adalah:
1. Isolasi Social
2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Risiko Gangguan Presepsi Sensori : Halusinasi
3. Rencana Keperawatan Isolasi Sosial
Nama Klien :
Diagnosa Medis :
Ruangan :
No.CM :
No Diagnosa Perencanaan
Tg
D Keperawat Kriteria Intervensi Rasional
l Tujuan
X an Evaluasi
Isolasi Klien dapat Ekspresi wajah Bina hubungan Hubunga
sosial membina bersahabat saling percaya n saling
hubungan menunjukkan rasa dengan percaya
saling senang, ada mengungkapkan merupaka
percaya. kontak mata, mau prinsip n dasar
berjabat tangan, komunikasi untuk
mau menjawab terapeutik. kelancara
salam, klien mau Sapa klien dengan n
duduk ramah baik verbal hubungan
berdampingan maupun non interaksi
dengan perawat, verbal. selanjutn
mau Perkenalkan diri ya.
mengutarakan dengan sopan.
masalah yang Tanyakan nama
dihadapi. lengkap klien dan
nama panggilan
yang disukai
klien.
Jelaskan tujuan
pertemuan.
Jujur dan
menepati janji.
Tunjukkan sifat
empati dari
menerima klien
apa adanya.
Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
kilen.
Klien dapat Klien dapat Kaji pengetahuan Diketahui
menyebutkan menyebutkan klien tentang nya
penyebab penyebab menarik perilaku menarik penyebab
menarik diri. diri yang berasal diri dan tanda – akan
dari: diri sendiri, tandanya. dapat
orang lain dan Beri kesempatan dihubung
lingkungan. kepada klien kan
untuk dengan
mengungkapkan faktor
perasaan resipitasi
penyebab menarik yang
diri atau tidak dialami
mau bergaul. klien.
Diskusikan
bersama klien
tentang perilaku
menarik diri tanda
– tanda serta
penyebab yang
muncul.
Berikan pujian
terhadap
kemampuan klien
dalam
menggunakan
perasaannya.
Klien dapat Klien dapat Kaji pengetahuan Klien
menyebutkan menyebutkan klien tentang harus
keuntungan keuntungan manfaat dan dicoba
berhubungan berhubungan keuntungan berinterak
dengan orang dengan orang berhubungan si secara
lain dan lain. dengan orang bertahap
kerugian lain. agar
tidak Beri kesempatan terbiasa
berhubungan dengan klien membina
dengan orang untuk hubungan
lain. mengungkapkan yang
perasaan tentang sehat
keuntungan dengan
berhubungan orang
dengan orang lain.
lain.
Diskusikan
bersama klien
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain.
Beri
reinforcement
positif terhadap
kemampuan
pengungkapan
perasaan tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain.
Dorong anggota
keluarga untuk
memberikan
dukungan kepada
klien untuk
berkomunikasi
dengan orang
lain.
Anjurkan anggota
keluarga secara
rutin dan
bergantian
menjenguk klien
minimal satu
minggu sekali.
Beri
reinforcement
atas hal – hal
yang telah dicapai
oleh keluarga.
Pasien Keluarga
No
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial Mendiskusikan masalah yang dirasakan
pasien. keluarga dalam merawat pasien.
2. Berdiskusi dengan klien tentang Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
keuntungan berinteraksi dengan orang isolasi sosial yang dialami klien beserta
lain. proses terjadinya.
3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian Menjelaskan cara – cara merawat klien
berinteraksi dengan orang lain. dengan isolasi sosial.
4. Mengajarkan klien cara berkenalan
dengan satu orang.
5. Menganjurkan klien memasukkan
kegiatan latihan berbincang – bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikkan cara
pasien. merawat klien dengan isolasi sosial.
2. Memberikan kesempatan kepada klien Melatih keluarga mempraktikkan cara
mempraktikkan cara berkenalan dengan merawat langsung kepada klien isolasi
satu orang. sosial.
3. Membantu klien memasukkan kegiatan
latihan berbincang – bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal
pasien. aktivitas dirumah termasuk minum obat
2. Memberikan kesempatan kepada klien (discharge planning).
mempraktikkan cara berkenalan dengan Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
dua orang atau lebih.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
No Diagnosa Rencana
Hari/Tgl Implementasi Keperawatan
DX Keperawatan Keperawatan
Sabtu, 1 Isolasi Sosial SP1P Melakukan SP1P isolasi sosial:
25 Maret Isolasi Sosial 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi
2017 sosial.
09.00 2. Berdiskusi dengan klien tentang
keuntungan bila berhubungan
dengan orang lain.
3. Berdiskusi dengan klien tentang
kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
4. Mengajarkan klien cara berkenalan.
5. Menganjurkan klien memasukkan
kegiatan latihan berkenalan
kedalam kegiatan harian.
11.00 2 Isolasi Sosial SP2P Melakukan SP2P isolasi sosial:
Isolasi Sosial 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
2. Memberikan kesempatan pada klien
mempraktikan cara berkenalan.
3. Mengajarkan klien berkenalan
dengan orang pertama (seorang
perawat).
4. Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
Minggu, 3 Isolasi Sosial SP3P Melakukan SP3P isolasi sosial:
26 Maret Isolasi Sosial 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
2017 harian klien.
08.00 2. Memberikan kesempatan pada klien
mempraktikkan cara berkenalan
dengan orang pertama.
3. Melatih klien berinteraksi secara
bertahap (berkenalan dengan orang
kedua – seorang klien).
4. Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
No Diagnosa Rencana
Hari/Tgl Evaluasi Keperawatan
DX Keperawatan Keperawatan
Sabtu, 1 Isolasi Sosial SP1P S:
25 Maret Isolasi Sosial “Wa alaikum salam”
2017 “Nama saya J pak, baik, setuju pak.”
09.00 “Saya senang aja sendiri, karena lebih
enka sendiri, keuntungannya banyak
teman dan ada teman ngobrol,
kerugiannya tidak ada teman dan sepi.”
“Bersalaman, ucapkan salam, sebutkan
nama, hobi dan asal, tanyakan
namanya, hobinya dan asalnya.”
“Masukan dijadwalnya jam 10.00 ya
pak”
O:
Klien mampu menyebutkan apa
yang dia alami.
Klien mampu menyebutkan
kerugian dan keuntungannya.
Klien menyebutkan cara
berkenalan.
Kontak mata kurang.
Afek tumpul.
Bicara lambat.
Klien dapat memasukkan latihan
berkenalan kedalam jadwal
hariannya yaitu pada pukul 10.00.
A:
SP1P tercapai.
P:
Perawat: lanjutkan SP2P isolasi sosial
pada pertemuan kedua pada hari Sabtu,
25 Maret 2017 pukul 11.00 diruang
perawatan pasien.
Klien: memotivasi klien latihan
berkenalan dengan sesuai jadwal yang
dibuat.
11.00 2 Isolasi Sosial SP2P S:
Isolasi Sosial “Wa alaikum salam.”
“Saya tadi jam 10.00 latihan
berkenalan pak.”
“Assalamualaikum, perkenalkan nama
saya J, hobi main tenis meja, asal dari
bontang, nama bapak siapa, hobi bapak
dan asal bapak dari mana?”
“Assalamualaikum, kenalkan nama
saya J, hobi saya main tenis meja, asal
saya dari bontang. Nama suster siapa,
hobinya suster apa, kalau asalnya dari
mana?”
“Masukkan jam 11.00 dan 16.00 saja
pak”
O:
Klien menyebutkan cara
berkenalan.
Klien mempraktekkan berkenalan
dengan seorang perawat.
Kontak mata kurang.
Afek tumpul.
Bicara lambat.
Klien dapat memasukkan latihan
berkenalan dengan satu orang
kedalam jadwal hariannya yaitu
pada pukul 11.00 dan 16.00.
A:
SP2P tercapai.
P:
Perawat: lanjutkan SP3P isolasi sosial
pada pertemuan ketiga pada hari
Minggu 26 Maret 2017 pukul 08.00
diruang perawatan pasien.
Klien: memotivasi klien latihan
berkenalan dengan perawat lain sesuai
jadwal yang dibuat.
Minggu, 3 Isolasi Sosial SP3P S:
26 Maret Isolasi Sosial “Wa alaikum salam.”
2017 “Saya tadi jam 11.00 dan jam 16.00
08.00 latihan berkenalan dengan perawat dan
teman saya pak.”
“Assalamualaikum, perkenalkan nama
saya J, hobi main tenis meja, asal dari
bontang, nama bapak siapa, hobi bapak
dan asal bapak dari mana?”
“Assalamualaikum, kenalkan nama
saya J, hobi saya main tenis meja, asal
saya dari bontang. Nama bapak siapa,
hobinya apa, kalau asalnya dari mana.”
“Masukkan jam 13.00 saja pak.”
O:
Klien mempraktekkan berkenalan
dengan seorang perawat dan klien
lain.
Kontak mata kurang.
Afek tumpul.
Bicara lambat.
Klien dapat memasukkan latihan
berkenalan dengan orang kedua
kedalam jadwal harian yaitu pada
pukul 13.00.
A:
SP3P tercapai.
P:
Perawat: lanjutkan SP budaya isolasi
sosial pada hari Minggu 26 Maret
2017 diruang perawatan pasien.
Klien: memotivasi klien latihan
berkenalan dengan perawat dan klien
lain sesuai jadwal yang dibuat.
C. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun
komunikasi dengan orang lain.
D. Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal adalah :
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap
melakukan kontrol ke RSJ.
2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan tim
medis lainnya guna memperlancar proses keperawatan.
3. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ karena
dapat membantu proses penyembuhan.