Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

DENGAN GANGGUAN JIWA ISOLASI SOSIAL


DI YRM DHIRA SUMANTRI WINTOHA

Disusun oleh : kelompok 6


Anggota :

 Feni Mahdiani  Chintya Ayu Lestari


 Jeri Alhatami  Wawan Setiawan
 Dian Kurniasih  Lusi Ambarwati
 Firman  Via Kursita Hanifha
 Laila Dewi S.

AKADEMI KEPRAWATAN PEMERINTAH


KABUPATEN SERANG

TAHUN AKADEMIK 2016-2017


Jl. Letnan Jidun No.2 Kab.Serang 42115 Telp. (0254) 203205
A. Topik Kegiatan
Pokok bahasan : gangguan jiwa
Sub pokok bahasan : isolasi sosial

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan terapi aktivitas kelompok diharapkan klien mampu mengenal
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif dan mengontrol diri dari penggunaan
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
2. Tujuan Khusus
Klien mampu mengetahui tentang isolasi sosial

C. Karakteristik Klien
1. Klien yang sudah tenang dan kooperatif
2. Klien yang tidak terlalu gelisah
3. Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsung terapi aktivitas
kelompok
4. Klien halusinasi yang sudah tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil
5. Kondisi fisik dalam keadaan baik
6. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok

D. Persiapan
1. Tempat
YRM Dhira Sumantri Wintoha

2. Hari dan Tanggal


Jumat, 14 Juli 2017
3. Waktu
Pukul 13.30-13.50
4. Denah dan Setting Tempat

LAYAR

a. Keterangan :
: Leader

: CO Leader

: Observer

: Fasilitator

: Peserta
b. Media
- Laptop
- Infocus
- Alat Demonstrasi

c. Metode
- Metode yang digunakan adalah terapi kelompok ini adalah dedukatif,
dimana dalam memberikan penjelasan teori materi yang akan disampaikan.
Sedangkan metode indukif digunakan dalam mendemonstrasikan dan
langsung dipraktekan.
- Tanya jawab

5. Jumlah Anggota
Perawat : 9 orang
Klien : 6 orang

6. Perorganisasian
Nama klien
a. Tn. Dede Nasrudin
b. Tn. Enong Medi
c. Tn. Iqfardi
d. Tn. Aryo
e. Tn. Ilham
f. Tn. Tomi

Nama perawat
Leader : Jeri Alhatami
Tugasnya :
a. Merencanakan dan mengatur jalannya terapi aktivitas kelompok
b. Membuka acara
c. Memimpin jalannya aktivitas kelompok
d. Menjelaskan tujuan terapi aktivitas kelompok
e. Memperkenalkan terapi aktivitas kelompok
f. Menjelas tata tertib terapi aktivitas kelompok
g. Dapat mengambil keputusan dengan tepat dan menyimpulkan hasil diskusi pad
terapi aktivitas kelompok
h. Menutup acara terapi aktivitas kelompok

Co-Leader : Dian Kurniasih


Tugasnya:
a. Mendampingi leader
b. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking
c. Mengarahkan kembali posisi sesudah tidak mengalami blocking

Observer : Via Kursita Hanifha


Tugasnya :
a. Mengobservasi jalannya terapi kelompok dari awal sampai akhir sebagai acuan
dalam evaluasi
b. Mencatat dan mengamati
- Jumlah anggota yang hadir
- Siapa yang terlambat
- Daftar hadir
- Siapa yang member idea tau pendapat
- Topik diskusi
- Mengidentifikasi isu penting dalam kelompok
- Mengidentifiksai strategi teoritis yang digunakan leader
- Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang
- Mengobservasi perilaku klien, baik verbal maupun non-verbal selama terapi
aktivitas kelompok

Fasilitator :
1. Firman
2. Laila Dewi Sriwahyuni
3. Chintya Ayu Letari
4. Wawan Setiawan
5. Lusi Ambarwati
6. Feni Mahdiani
Tugasnya :
a. Membantu dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh klien sebagai
peserta terapi aktifitas kelompok
b. Mendampingi peserta diskusi
c. Memotivasi klien dalam terapi aktivitas kelompok untuk aktif
d. Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
E. Tata Tertib Kegiatan
1. Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara dimulai
2. Bagi peserta yang akan pergi ketoilet diberi kesempatan sebelum acara dimulai
3. Selama kegiatan berlangsung semua anggota tidak diperbolehkan meninggalkan
ruangan
4. Selama kegiatan berlangsung semua anggota tidak boleh menggangu anggota yang
lain
5. Setiap anggota kelompok yang akan berbicara harap mengangkat tangan dan
berbicara dan apabila diperbolehkan oleh leader
6. Setiap anggota tidak diperkenankan meninggalkan ruangan sebelum acara selesai.

F. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Mengontrak waktu pasien selama 30 menit
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Leader mengucapkan salam pada peserta Terapi aktivitas kelompok
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Perkenalan diri Leader, Co-Leader, Peserta, Fasilitator dan Observer
c. Memakai papan nama
d. Menjelaskan tujuan TAK
e. Melakukan kontrak waktu
f. Menetapkan tata tertib
g. Membaca do’a
3. Tahap kerja
a. Leader menjelaska sosialisasi yang benar
b. Leader menjelaskan tentang cara bersosialilasi yang benar
c. Leader akan memberikan pertanyaaan pada klien tentang materi yang
disampaikan
d. Permainan. Ujiberbisik, para peserta membuat dua barisan dengan posisi duduk
bersila didampingi fasilitator. Leader memberi soal 1 kalimat kepada fasilitator,
kemudian fasilitator menyampaikan dengan berbisik kepada peserta. Kalimat
disampaikan hingga peserta yang paling akhir. Kemudian peserta yang akhir
meyampaikan kalimat tersebut, apakah benar atau tidak.
e. Fasilitator membantu klien dalam kegiatan ini
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan klien dengan memberi tepuk tangan

4. Program Antisipasi
a. Bila anggota menghindari setiap pertemuan maka leader memberitahukan anggota
tersebut dan menganjurkan mereka berbicara langsung kepada anggota
b. Jika ada anggota yang membicarakan hal-hal lain dalam diskusi maka leader harus
memfokuskan pembicaraan
c. Jika ada anggota yang menggunakan kekerasan fisik maka leader menegaskan
bahwa hal tersebut tidak dikehendaki
d. Jika ada anggota dalam diskusi diam maka fasilitator harus berperan aktif
e. Jika ada anggota kelompok ingim keluar dari kegiatan terapi kelompok yang lain
f. Jika ada hal-hal diluar perencanaan, aka libatkan perawat ruangan

5. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Menyimpulkan hasil kerjaan
3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan setiap anggota kelompok melakukan apa yang telah diajarkan
2) Memasukkan kegiatan pada jadwal kegiatan harian klien
c. Penutup
Setelah kegiatan berakhir ; Leader mengajak seluruh peserta serta fasilitator untuk
berdo’a

G. Alokasi Waktu
Waktu Kegiatan Penanggung
jawab
13.30-13.35 Tahap Orientasi CO-leader
Salam terapeutik
Orientasi
Evaluasi validasi
Kontrak

13.35-13.45 Tahap Kerja Leader


Mendiskusikan pengertian isolasi sosial
Mendiskusikan etiologi isolasi sosial
Mendiskusikan tanda dan gejala isolasi sosial
Mendiskusikan akibat isolasi sosial
Menayangkan video
Memberikan reinforcement pada peran serta
klien
Terminasi
Evaluasi
Tindak lanjut
13.45-13.50 Kontrak yang akan dating Leader, CO-
leader
LAMPIRAN MATERI

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya
(Damaiyanti, 2008).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan
saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau
mengancam (Nanda-1, 2012).

2. Rentang Respon Hubungan Sosial


Menurut Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk
mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan
interpersonal yang positif. Inividu juga harus membina saling tergantung yang
merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu
hubungan.

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan

3. Perkembangan Hubungan Sosial


Menurut Stuart dan Sundden (1998) dikembangkan oleh Mustika Sari (2002).
Untuk mengembangkan hubungan sosial positif, setiap tugas perkembangan
sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses sehingga kemampuan
membina hubungan sosial dapat menghasilkan kepuasan bagi individu.

a. Bayi
Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan
biologisnya. Bayi umumnya menggunakan komunikasi yang sangat sederhana
dalam menyampaikan kebutuhannya. Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi
melaluli ketergantungan pada orang lain akan mengakibatkan rasa tidak
percaya diri sendiri dan orang lain. Serta menarik diri.
b. Pra Sekolah
Anak pra sekolah mulai memperluas hubungan sosialnya di luar keluarga
khususnya ibu. Anak menggunakan kemampuan berhubungan yang telah
dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga. Dalam hal ini
anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga. Khususnya
pemberian pengakuan positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Hal ini
merupakan dasar onotomi anak yang berguna untuk mengembangkan
kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan dalam membina hubungan
dengan teman sekolah, kurang dukungan guru dan pembatasan serta dukungan
yang tidak konsisten dari orangtua mengakibatkan frustasi terhadap
kemampuanya, putus asa, dan merasa tidak mampu dan menarik diri dari
lingkungan.
c. Anak – anak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri dan mulai
mengenal lingkungan lebih luas, dimana anak mulai membina hubungan
dengan teman-temannya. Pada usia ini anak mulai mengenal bekerja sama,
kompetisi, kompromi. Konflik sering terjadi dengan orangtua karena
pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten.
d. Remaja
Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya dan
sejenis dan umumnya mempunyai sahabat karib. Kegagalan membina
hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua akan
mengakibatkan keraguan identitas, ketidakmampuan mengidentifikasi karir
dan rasa percaya diri yang kurang.
e. Dewasa muda
Pada usia ini individu mempertahakan hubungan interdependen dengan orang
tua dan teman sebaya. Individu belajar mengambil keputusan dengan
memperhatikan saran dan pendapat orang lain, seperti memilih pekerjaan,
memilih karir, melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu dalam
melanjutkan sekolah, pekerjaan, pernikahan akan mengakibatkan individu
menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain, putus asa akan karir.
f. Dewasa tengah
Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal dengan
orang tua, khususnya individu yang telah menikah. Jika ia telah menikah maka
peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa
merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan interdependen.
Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua, membina hubungan yang
baru, produktifitas dan kreativitas berkurang.
g. Dewasa lanjut
Pada masa individu akan mengalami kehilangan, baik itu kehilangan fisik,
kegiatan, pekerjaan, teman hidup, anggota keluarga. Individu yang
mempunyai perkembangan yang baik dalam menerima kehilangan yang terjadi
dalam kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan orang lain dapat
membantu dalam menghadapi kehilangan.

4. Etiologi
Beberapa faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
Sundden (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Factor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu :
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga
adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih saying,
perhatian dan kehangatan dari ibu akan memberikan rasa tidak aman yang
dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat
penting dalam masa ini agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai
objek.
b. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya
ada yang menderita skizofrenia.
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan hubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah dianut oleh satu keluarga seperti anggota
tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial. Kelainan pada struktur
otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume
otak serta perubahan struktur limbak, diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
2. Faktor Prespitasi
Stersor prespitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi :
a. Stresor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini
dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stressor Biokimia
 Teori dopamine : kelebihan dopamine pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
 Menurut MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
mengingkaykan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan
MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka
menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
 Faktor endokrin : Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan
pada klien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami
penurunan karena dihambat.

5. Tanda dan Gejala


Menurut Mustika Sari (2002) tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial, yaitu :
a. Kurang spontan
b. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)
d. Afek tumpul
e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
f. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap
dengan klien lain atau perawat
g. Mengisolasi (menyediri)
h. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain
i. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
j. Retensi urine dan feses
k. Harga diri rendah
l. Menolak hubungan dengan orang lain.

6. Batasan Karakteristik Isolasi Sosial


Menurut Nanda-1 (2012) dibagi menjadi objektif dan subjektif :
1. Objektif
a. Tidak ada dukungan orang yang diangga penting
b. Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan
c. Afek tumpul
d. Tidak ada kontak mata
e. Dipenuhi dengan pikiran sendiri
f. Tidak komunikatif
g. Menarik diri.
2. Subjektif
a. Minat yang tidak dengan perkembangan
b. Mengalami perasaan berbeda dengan orang lain
c. Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain
d. Tidak percaya diri saat berhadapan dengan publik
e. Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat.

7. Akibat Isolasi Sosial


1. Gangguan sensori persepsi : halusinasi.
2. Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal).
3. Defisit perawatan diri.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
1. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan
klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
2. Usia dan No.RM.
3. Menulis sumber data yang didapat.
b. Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien / keluarga:
1. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit saat ini?
2. Apa yang sudah dilakukan keluarga mengenai masalah ini?
3. Bagaimana hasilnya?
c. Faktor Predisposisi
Faktor – faktor terjadinya gangguan hubungan social, adalah :
1. Faktor Perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dilalui individu dengan suskses agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan social. Tugas perkembangan pada masing – masing tahap
tumbuh kembang ini memiliki karakteristik tersendiri. Apabila tugas ini
tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai
masalah respon social maladaptive.
System keluarga yang tergangggu dapat menunjang perkembangan respon
social maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang
mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan
dirinya dan orang tua. Norma keluarga yang tidak mendukung hubungan
keluarga dengan pihan lain di keluarga lain.
2. Faktor Biologis
Genetic merupakan salah satu factor pendukung gangguan jiwa.
Berdasarkan hasil penelitian, pada penderita skizofrenia 8% kelainan pada
struktur otak, seperti atrofi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak serta perubahan struktur limbic diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
3. Faktor Social Budaya
Isolasi social merupakan factor dalam gangguan berhubungan. Ini akibst
dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia ,
orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karaen
mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dan
kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan factor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
4. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung untuk
terjdinya gangguan dalam berhubungan social.
Dalam teori ini termasuk masalah komunikasi yang tidak jelas yaitu suatu
keadaan dimana seseorang anggota keluarga menerima pesan yang
bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
d. Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
stress seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.stresor presipitasi
dapat dikelompokan dalam kategori :
1. Stressor social budaya
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa factor antara fsktor lain dan factor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya dirawat di rumah sakit.
2. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas
kecemasan yang eksterim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
masalah gangguan berhubunga (isolasi sosial).
e. Perilaku
Adapun perilaku yang bias muncul pada isolasi social berupa : kurang
spontan, apatis (kurang acuh terhadap lingkungan ), ekspresi wajah kurang
berseri (ekspresi sedih), afek tupul. Tidak merawat dan memperhatikan
kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak
bercakap – cakap dengan klien lain dan perawat, mengisolasi diri
(menyendiri). Klien tampak memishkan dirii dan orang lain, tidak atau kurang
sadara terhadap lingkungan sekitar. Pemasukan makan dan minum terganggu,
retensi urine dan feses, aktivitas menurun, kurang energy (tenaga), harga diri
rendah, posisi janin saat tidur, menolak berhubungan dengan orang lain. Klien
memutuskan percakapan atau pergi jika di ajak bercakap – cakap.
f. Sumber Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan respon social maladaptif termasuk :
keterlibatan dalam berhubungan yang luas di dalam keluarga atau teman,
menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti
kesenian, music atau tulisan.
g. Mekanisme Defensif
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang
sering digunakan pada isolasi social adalah regresi, represi dan isolasi.
1. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat
diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku.
Format / data focus pengkajian pada klien dengan isolasi social

(Keliant dan Akemat, 2009)

Hubungan Sosial
a. Orang yang paling berarti bagi klien :
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat :
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain :

Masalah keperawatan: isolasi social

h. Masalah Keperawatan Pohon Masalah


1. Risiko gangguan presepsi sensori: Halusinasi
2. Isolasi social
3. Harga diri rendah kronik
i. Pohon Masalah

Risiko gangguan presepsi


sensori : halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri rendah kronik

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang di angkat adalah:
1. Isolasi Social
2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Risiko Gangguan Presepsi Sensori : Halusinasi
3. Rencana Keperawatan Isolasi Sosial
Nama Klien :
Diagnosa Medis :
Ruangan :
No.CM :
No Diagnosa Perencanaan
Tg
D Keperawat Kriteria Intervensi Rasional
l Tujuan
X an Evaluasi
Isolasi Klien dapat Ekspresi wajah Bina hubungan Hubunga
sosial membina bersahabat saling percaya n saling
hubungan menunjukkan rasa dengan percaya
saling senang, ada mengungkapkan merupaka
percaya. kontak mata, mau prinsip n dasar
berjabat tangan, komunikasi untuk
mau menjawab terapeutik. kelancara
salam, klien mau Sapa klien dengan n
duduk ramah baik verbal hubungan
berdampingan maupun non interaksi
dengan perawat, verbal. selanjutn
mau Perkenalkan diri ya.
mengutarakan dengan sopan.
masalah yang Tanyakan nama
dihadapi. lengkap klien dan
nama panggilan
yang disukai
klien.
Jelaskan tujuan
pertemuan.
Jujur dan
menepati janji.
Tunjukkan sifat
empati dari
menerima klien
apa adanya.
Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
kilen.
Klien dapat Klien dapat Kaji pengetahuan Diketahui
menyebutkan menyebutkan klien tentang nya
penyebab penyebab menarik perilaku menarik penyebab
menarik diri. diri yang berasal diri dan tanda – akan
dari: diri sendiri, tandanya. dapat
orang lain dan Beri kesempatan dihubung
lingkungan. kepada klien kan
untuk dengan
mengungkapkan faktor
perasaan resipitasi
penyebab menarik yang
diri atau tidak dialami
mau bergaul. klien.
Diskusikan
bersama klien
tentang perilaku
menarik diri tanda
– tanda serta
penyebab yang
muncul.
Berikan pujian
terhadap
kemampuan klien
dalam
menggunakan
perasaannya.
Klien dapat Klien dapat Kaji pengetahuan Klien
menyebutkan menyebutkan klien tentang harus
keuntungan keuntungan manfaat dan dicoba
berhubungan berhubungan keuntungan berinterak
dengan orang dengan orang berhubungan si secara
lain dan lain. dengan orang bertahap
kerugian lain. agar
tidak Beri kesempatan terbiasa
berhubungan dengan klien membina
dengan orang untuk hubungan
lain. mengungkapkan yang
perasaan tentang sehat
keuntungan dengan
berhubungan orang
dengan orang lain.
lain.
Diskusikan
bersama klien
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain.
Beri
reinforcement
positif terhadap
kemampuan
pengungkapan
perasaan tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain.

Klien dapat Kaji pengetahuan Mengeval


menyebutkan klien tentang uasi
kerugian tidak manfaat dan manfaat
berhubungan kerugian tidak yang
dengan orang berhubungan dirasakan
lain. dengan orang klien
lain. sehingga
Beri kesempatan timbul
kepada klien motivasi
untuk untuk
mengungkapkan berinterak
perasaan tentang si.
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
Diskusikan
bersama klien
tentang kerugian
tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
Beri
reinforcement
positif terhadap
kemampuan
pengungkapan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
Klien dapat Klien dapat Kaji kemampuan
melaksanaka mendemonstrasik klien membina
n hubungan an hubungan hubungan dengan
sosial secara sosial secara orang lain.
bertahap. bertahap, antara: Dorong dan bantu
K–P klien untuk
K–P–K berhubungan
K – P – Kel dengan orang lain
K – P – Klp melalui tahap:
K–P
K – P – P lain
K – P – P lain – K
lain
K–P -
Kel/Klp/Masy.
Beri
reinforcement
terhadap
keberhasilan yang
telah dicapai.
Bantu klien untuk
mengevaluasi
manfaat
berhubungan.
Diskusikan
jadwal harian
yang dapat
dilakukan
bersama klien
dalam mengisi
waktu.
Motivasi klien
untuk mengikuti
kegiatan ruangan.
Beri
reinforcement
atas kegiatan
klien dalam
ruangan.
Klien dapat Klien dapat Dorong klien
mengungkap mengungkapkan untuk
kan perasaannya mengungkapkan
perasaannya setelah perasaannya bila
setelah berhubungan berhubungan
berhubungan dengan orang dengan orang
dengan orang lain: diri sendiri lain.
lain. dan orang lain. Diskusikan
dengan klien
tentang perasaan
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain.
Beri
reinforcement
positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan
klien manfaat
berhubungan
dengan orang
lain.
Klien dapat Keluarga dapat: Bisa berhubungan Keterlibat
memberdaya Menjelaskan saling percaya an
kan sistem perasaannya. dengan keluarga: keluarga
pendukung Menjelaskan cara Salam, sangat
atau keluarga merawat klien perkenalkan diri. menduku
mampu menarik diri. Sampaikan ng
mengembang Mendemonstrasik tujuan. terhadap
kan an cara perawatan Buat kontrak. proses
kemampuan klien menarik Eksplorasi perubaha
klien untuk diri. perasaan n perilaku
berhubungan Berpartisipasi keluarga. klien.
dengan orang dalam perawatan
lain. klien menarik Diskusikan
diri. dengan anggota
keluarga tentang:
Perilaku menarik
diri.
Penyebab
perilaku menarik
diri.
Akibat yang akan
terjadi jika
perilaku menarik
diri tidak
ditanggapi.
Cara keluarga
menghadapi klien
menarik diri.

Dorong anggota
keluarga untuk
memberikan
dukungan kepada
klien untuk
berkomunikasi
dengan orang
lain.

Anjurkan anggota
keluarga secara
rutin dan
bergantian
menjenguk klien
minimal satu
minggu sekali.

Beri
reinforcement
atas hal – hal
yang telah dicapai
oleh keluarga.

4. Rencana Keperawatan Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan

Pasien Keluarga
No
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial Mendiskusikan masalah yang dirasakan
pasien. keluarga dalam merawat pasien.
2. Berdiskusi dengan klien tentang Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
keuntungan berinteraksi dengan orang isolasi sosial yang dialami klien beserta
lain. proses terjadinya.
3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian Menjelaskan cara – cara merawat klien
berinteraksi dengan orang lain. dengan isolasi sosial.
4. Mengajarkan klien cara berkenalan
dengan satu orang.
5. Menganjurkan klien memasukkan
kegiatan latihan berbincang – bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikkan cara
pasien. merawat klien dengan isolasi sosial.
2. Memberikan kesempatan kepada klien Melatih keluarga mempraktikkan cara
mempraktikkan cara berkenalan dengan merawat langsung kepada klien isolasi
satu orang. sosial.
3. Membantu klien memasukkan kegiatan
latihan berbincang – bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal
pasien. aktivitas dirumah termasuk minum obat
2. Memberikan kesempatan kepada klien (discharge planning).
mempraktikkan cara berkenalan dengan Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
dua orang atau lebih.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.

5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama Klien :
Diagnosa Medis :
Ruangan :
No.CM :

No Diagnosa Rencana
Hari/Tgl Implementasi Keperawatan
DX Keperawatan Keperawatan
Sabtu, 1 Isolasi Sosial SP1P Melakukan SP1P isolasi sosial:
25 Maret Isolasi Sosial 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi
2017 sosial.
09.00 2. Berdiskusi dengan klien tentang
keuntungan bila berhubungan
dengan orang lain.
3. Berdiskusi dengan klien tentang
kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
4. Mengajarkan klien cara berkenalan.
5. Menganjurkan klien memasukkan
kegiatan latihan berkenalan
kedalam kegiatan harian.
11.00 2 Isolasi Sosial SP2P Melakukan SP2P isolasi sosial:
Isolasi Sosial 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
2. Memberikan kesempatan pada klien
mempraktikan cara berkenalan.
3. Mengajarkan klien berkenalan
dengan orang pertama (seorang
perawat).
4. Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian.
Minggu, 3 Isolasi Sosial SP3P Melakukan SP3P isolasi sosial:
26 Maret Isolasi Sosial 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
2017 harian klien.
08.00 2. Memberikan kesempatan pada klien
mempraktikkan cara berkenalan
dengan orang pertama.
3. Melatih klien berinteraksi secara
bertahap (berkenalan dengan orang
kedua – seorang klien).
4. Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian.

No Diagnosa Rencana
Hari/Tgl Evaluasi Keperawatan
DX Keperawatan Keperawatan
Sabtu, 1 Isolasi Sosial SP1P S:
25 Maret Isolasi Sosial “Wa alaikum salam”
2017 “Nama saya J pak, baik, setuju pak.”
09.00 “Saya senang aja sendiri, karena lebih
enka sendiri, keuntungannya banyak
teman dan ada teman ngobrol,
kerugiannya tidak ada teman dan sepi.”
“Bersalaman, ucapkan salam, sebutkan
nama, hobi dan asal, tanyakan
namanya, hobinya dan asalnya.”
“Masukan dijadwalnya jam 10.00 ya
pak”
O:
 Klien mampu menyebutkan apa
yang dia alami.
 Klien mampu menyebutkan
kerugian dan keuntungannya.
 Klien menyebutkan cara
berkenalan.
 Kontak mata kurang.
 Afek tumpul.
 Bicara lambat.
 Klien dapat memasukkan latihan
berkenalan kedalam jadwal
hariannya yaitu pada pukul 10.00.
A:
SP1P tercapai.
P:
Perawat: lanjutkan SP2P isolasi sosial
pada pertemuan kedua pada hari Sabtu,
25 Maret 2017 pukul 11.00 diruang
perawatan pasien.
Klien: memotivasi klien latihan
berkenalan dengan sesuai jadwal yang
dibuat.
11.00 2 Isolasi Sosial SP2P S:
Isolasi Sosial “Wa alaikum salam.”
“Saya tadi jam 10.00 latihan
berkenalan pak.”
“Assalamualaikum, perkenalkan nama
saya J, hobi main tenis meja, asal dari
bontang, nama bapak siapa, hobi bapak
dan asal bapak dari mana?”
“Assalamualaikum, kenalkan nama
saya J, hobi saya main tenis meja, asal
saya dari bontang. Nama suster siapa,
hobinya suster apa, kalau asalnya dari
mana?”
“Masukkan jam 11.00 dan 16.00 saja
pak”
O:
 Klien menyebutkan cara
berkenalan.
 Klien mempraktekkan berkenalan
dengan seorang perawat.
 Kontak mata kurang.
 Afek tumpul.
 Bicara lambat.
 Klien dapat memasukkan latihan
berkenalan dengan satu orang
kedalam jadwal hariannya yaitu
pada pukul 11.00 dan 16.00.
A:
SP2P tercapai.
P:
Perawat: lanjutkan SP3P isolasi sosial
pada pertemuan ketiga pada hari
Minggu 26 Maret 2017 pukul 08.00
diruang perawatan pasien.
Klien: memotivasi klien latihan
berkenalan dengan perawat lain sesuai
jadwal yang dibuat.
Minggu, 3 Isolasi Sosial SP3P S:
26 Maret Isolasi Sosial “Wa alaikum salam.”
2017 “Saya tadi jam 11.00 dan jam 16.00
08.00 latihan berkenalan dengan perawat dan
teman saya pak.”
“Assalamualaikum, perkenalkan nama
saya J, hobi main tenis meja, asal dari
bontang, nama bapak siapa, hobi bapak
dan asal bapak dari mana?”
“Assalamualaikum, kenalkan nama
saya J, hobi saya main tenis meja, asal
saya dari bontang. Nama bapak siapa,
hobinya apa, kalau asalnya dari mana.”
“Masukkan jam 13.00 saja pak.”
O:
 Klien mempraktekkan berkenalan
dengan seorang perawat dan klien
lain.
 Kontak mata kurang.
 Afek tumpul.
 Bicara lambat.
 Klien dapat memasukkan latihan
berkenalan dengan orang kedua
kedalam jadwal harian yaitu pada
pukul 13.00.
A:
SP3P tercapai.
P:
Perawat: lanjutkan SP budaya isolasi
sosial pada hari Minggu 26 Maret
2017 diruang perawatan pasien.
Klien: memotivasi klien latihan
berkenalan dengan perawat dan klien
lain sesuai jadwal yang dibuat.
C. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun
komunikasi dengan orang lain.

D. Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal adalah :
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap
melakukan kontrol ke RSJ.
2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan tim
medis lainnya guna memperlancar proses keperawatan.
3. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ karena
dapat membantu proses penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai