TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Ratna Dewi pudi
astuti,2015). Stroke iskemik dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral,
biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak
terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umum nya baik (arif muttaqin,2012).
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa stroke iskemik adalah
gangguan yang terdapat pada pembuluh darah atau adanya sumbatan di pembuhluh
2.1.2. Etiologi
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah
stroke iskemik.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
2.1.3. Patofisiologi
(iskemik) adalah berkurang nya suplai darah ke area tertentu di otak. Lukanya infark
bergantung pada faktor – faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang suplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan
lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskuler) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterokslerosis sering sebagai faktor
penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau
terjadi turbulensi.
Trobus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran
darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang di suplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada area infark itu sendiri. Edema dapat
berkurang dalam beberapa jam atau kadang – kadang sesudah beberapa hari. Dengan
biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah
serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi
septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh
darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan
luas terjadi destruksi masa otak peningkatan tekanan intrakranial dan lebih berat dalam
menyebabkan herniasi otak pada valk serebri atau lewat varamen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisver otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan batang otak. Perembesan darah ke
ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus,
dan pons.
Jika sirkulasi serebral terlambat, dapat berkembang anoksia serbral. Perubahan yang
disebabakan oleh anoksia serebral dapat reversible untuk waktu empat sampai enam
menit. Perunahan ereversible jika anoksia lebih dari sepuluh menit. Anoksia serebral
dapat terjadi karena gangguan yang berfariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan peringkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
serta gangguan drainase otak. Elemen – elemen vasoaktif darah yang keluar dan kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfungsi, menyebabkan saraf di area yang terkena
Untuk stroke non hemoragik (Iskemik), gejala utamanya adalah timbulnya defisit
istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun, kecuali bila emblus
and Relatled health PramMem 10th Revision, stroke hemoragik di bagi atas
a. Perdarahan subaraknoid(PSA)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut
meningeal. Edema papil dapat terjadi apabila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala
karena hipertema. Serangan sering kali siang hari, saat aktivitas, atau emosi/marah. Sifat
nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan.
Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh
(gangguan hemisensorik)
memahami ucapan)
2.1.5 Komplikasi
gangguan komunikasi, drfisit motoric, dan gangguan eliminasi. Hal ini dapat sementara
atau permanen, bergantung pada derajat iskemia dan nekrosis dan juga waktu terapi.
Sebagai akibat
defisit neurologis, pasien yang mengalami stroke komplikasi yang melibatkan banyak
sistem tubuh berbeda. Disabilitas akibat stroke seringkali menyebabkan perubahan serius
a) Pengkajian
Pengkajian terpokus lebih lanjut di jelaskan bersama intervensi keperawatan. Jika pasien
adalah seorang wanita,ia berisiko stroke yang berbeda dari pada pria dan harus
kebutuhan individual).
1. Trauma baru
Riwayat danya trauma baru, meliputi kepala, wajah, atau tulang belakang harus
intracranial (TIK) akibat perdarahan edema dengan trauma otak. Curigai edema medulla
spinalis atau transeksi medulla parsial atau komplet dengan trauma spinalis.
2. Riwayat neurologic
Tentukan apakah ada riwayat hemoragi atau stroke iskemik, serangan iskemik transien
(TIA), kejang, sinkop, tumor atau massa yang mengenai otak atau medulla spinalis.
Pasien dengan gangguan ini mempunyai risiko lebih tinggi terhadap edema serebral,
3. Perilaku
Perubahan perilaku, mengantuk, hilang ingatan atau konfusi dapat menunjukkan adanya
peningkatan TIK.
4. Sakit kepala
Sakit kepala adalah gejala yang sering dikaitkan dengan peningkatan TIK, yang
Kebas, penurunan sensasi, kelemahan, atau paralisis di satu atau lebih ekstremitas sering
terjadi pada pasien yang mengalami stroke atau serangan iskemik transien.
6. Muntah
Muntah dapat terjadi karena peningkatan TIK yang diakibatkan oleh massa, hemoragi
7. Kemampuan bicara
Curigai stroke, serangan iskemik transien, atau massa intracranial bila pasien
8. Cara jalan
Cara jalan tidak stabil dan geraka tidak terkorordinasi dapat terlihat pada pasien yang
9. Infekasi
Curigai meningitis atau abses otak pada pasien yang mengalami riwayat infeksi baru-
10. Medikasi
dan pemulihan setelah cedera kepala, Gasglow Coma Scale saat ini digunakan untuk
berhubungan dengan evaluasi tingkat kesadaran dengan menguji dan memberi skor pada
3 hal : respons mata, respos motoric, dan respon verbal. Setiap respons menerima poin
secara penuh terhadap orang, tempat dan waktu, dan dapatmengikuti perintah sederhana.
Pada klien koma, skor totalnya berjumlah 7 atau kurang. Skor 3 adalah kemungkinan
skor yang terendah, mengindikasikan, yang dalam dan prognosis yang buruk. Banyak
fasilitas yang mencantumkan Glaslow Coma Scale pada catatan neurologis untuk
A(Airway) : Kaji kepatenan jalan nafas, observasi adanya lidah jatuh, adanya benda
asing pada jalan nafas (bekas muntah, darah, secret yang tertahan), adanya edema pada
mulut.
B(Breathing) : Kaji keefektifan pola nafas, dan bunyi nafas tambahan, penggunaan otot
C(Circulation) : Kaji nadi, tekanan darah di khawatirkan tinggi, CRT, suhu akral,
D(Disability) : Berisi kesadaran dengan GCS atau AVPU, ukuran dan reaksi pupil
E(Exposure) : Berisi pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau kelainan pada
Pemeriksaan umum
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis.
Pemeriksaan fisik sebaiknya di lakukan secara persistem (B1 – B6) dengan fokus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan di hubungkan dengan
Keadaan umum
yaitu sulit di mengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada tanda – tanda vital : tekanan
B1 (Breathing)
Pda inspeksi di dapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak nafas,
Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan
produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering di dapatkan pada klien
ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
B2(Blood)
Yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan
B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbgai defisit neurologis, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfungsinya tidak adekuat, dan aliran darah
kolateral (sekunder dan aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
paling sensitif untuk disfungsi sistem persyarafan. Beberapa sistem digunakan untuk
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat
latergi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian
GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk
Status Mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah,
dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental klien
mengalami perubahan.
Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien
mengalamibrain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang
Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang memengaruhi fungsi dari
serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian posterior dari girus
temporalis superior.
Lobus frontal
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan jika kerusakan telah terjadi
pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi
mungkin rusak.
Hemisfer. Stroke hemisfer kanan didapatkan hemiparese sebelah kiri tubuh, penilaian
buruk dan mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh
a. Pemeriksaan nervus kranial umumnya terdapat gangguan nervus kranialis VII dan XII
central.
b. Pemeriksaan motoric hampir selalu terjadi kelumpuhan, kelemahan pada salah satu
sisi tubuh.
d. Pemeriksaan pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari reflex fisiologis akan muncul kembali didahului dengan reflex
patologis.
4. Sistem musculoskeletal
a. Inspeksi : bentuk tubuh, keadaan umum (lemah/tremor) bentuk ekstremitas atas dan
b. Palpasi : uji kekuatan otot, adakah tonus otot, berapakah nilai kekuatan otot dimulai
2.3.1. Pengkajian
untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan sebelumnya,
serta untuk menentukan pola respons klien saat ini dan waktu sebelumnya. Pengkajian
a. Mengumpulksn dan verifikasi data dari smber primer (klien) dan sumber sekunder
2010)
1. Identitas pasien
b. Usia : Stroke mengenai semua usia, termasuk anak-anak. Namun sebagian besar kasus
dijumpai pada orang-orang yang berusia 45-80 tahun. Makin tua umur resiko
marietal.
f. Pendidikan : stroke mengenai semua kalangan. Namun sebagian besar, sebagian stroke
lebih banyak mengenai orang yang berpendidikan rendah dibandingkan dengan orang
g. Pekerjaan : penyakit stroke tidak mengenal pekerjaan apapun. Namun stroke lebih
2. Keluhan utama
Keluhan utama pasien atau kronologis yang dirasakan pasien, sehingga menjadi alasan
1. Provokatip- paliatif
Apa penyebab yang dirasakan pasien sehingga bisa timbul yang dikeluhkan pasien dan
Bagaimana keluhan yang dirasakan, sejauh mana keluhan yang dirasakan. Adanya
3. Regional- radian
Dimana gejala itu terasa apakah menyebar, ekstremitas atas sampai bawah
4. Severity
Seberapa berat keluhan yang dirasakan, biasanya terasa berat saat digerakan atau saat di
angkat
Kapan gejala timbul, seberapa sering, berapa frekuensi nya . timbul secara
PQRST disertai factor yang memperberat dan mengurangi masalah, keluhan lain yang
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
Data Penunjang
a. CT SCAN
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
b. MRI
biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
c. USG Doppler
d. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
Pemeriksaan Laboratorium
Lumbal pungsi : Pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warma likuor masih normal
Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur – angsur
turun kembali.
Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri. (alif
muttaqin.2012)
Program terapy
a. Melakukan referfusi:
Yaitu mengembalikan aliran darah otak secara adekuat sehingga perfusi meningkat.
- R-tPA : berfungsi menghansuran thrombus. diberikan dalam 3 jam setelah onset dosis
atleplase 0,9 mg/kgBB intravena (10% bolus, 90% sisanya secara infus dalam 60 menit).
dan mencegah terbentuknya thrombus atau gumpalan darah, yang dapat menyumbat
lumen pembuluh darah. Obat ini terutama dapat digunakan pada stroke iskemik misalnya
TIA. Contoh obat sebagai berikut : Asam asetil sasilat atau aspirin (dosis 2x 80200 mg
(dosis 1x 75 mg sehari), Pentoksifilin ( dosis per infus 200 mg dalam 500 cc cairan infus
kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat
kesadaran.
kelemahan untuk ADL, seperti makan, mandi, mengatur suhu air, melipat atau memakai
pakaian.(arif muttaqin,2015)
dan komunitas.
Batasan karakteristik :
Kelemahan makan, mandi, mengatur suhu air, melipat atau memakai pakaian.
Diagnosa keperawatan Tujuan noc Nicde
b.d kelemahan
neuromuskular,
menurunnya kekuatan
dan kesadaran.
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil diharapkan (Gordon, 1994, dalam potter & perry, 1997). Implementasi keperawatan
yang dilakukan meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi perawat, (Afrian, 2015)
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada psien dengan stroke non hemoragik meliputi evaluasi/ catat
(Afrian, 2015). Untuk penentuan masalah teratasi, masalah tertasi sebagian atau masalah
belum teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan
S : Subjektif ( informasi berupa ungkapan yang di dapat dari klien setelah tindakan
dilakukan).
kriteria hasil, kemudian di ambil kesimpulan bahwa masalah teratasi sebagian atau