Anda di halaman 1dari 95

HALAMAN JUDUL

PENERAPAN KOMPRES KAYU MANIS (CINNAMOMUN BURMANI)


TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK DENGAN KASUS GOUT ARTHITIS
DI DESA PETIROBAJO KELURAHAN
KASIGUNCU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MAPANE

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III
Keperawatan Politeknik Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan
Program Studi Keperawatan Poso

DISUSUN OLEH :
DESI KRISTANTI DALA
PO 0220216005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


J U R U S A N K E P E R AWA T A N P A L U
PRODI D-III KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2019
2
3
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : pengambilan data awal

LAMPIRAN 2 : Informed Consent

LAMPIRAN 3 : Jadwal Kegiatan Harian

LAMPIRAN 4 : Pernyataan Keaslian Tulisan

LAMPIRAN 5 : Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik

LAMPIRAN 6 : SOP

LAMPIRAN 7 : Rencana Biaya

LAMPIRAN 8 : Biodata Penulis

4
DAFTAR TABEL
2.1 SOP…………………………………………………………...

2.2 Analisa Data………………………………………………….

2.3 Intervensi Keperawatan………………………………………

2.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan…………………….

5
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “ Penerapan Kompres Kayu Manis (CinnamomunBurmani)

Terhadap Penurunan Nyeri pada Asuhan Keperawatan Gerontik dengan

Kasus Gout Arthitis Di Desa Petirobajo kelurahan Kasiguncu Di Wilayah

Kerja Puskesmas Mapane ” ini bisa terselesaikan dengan baik dan tepat.

Kepada kedua orang tua saya Bapak Tan Harman Dala dan Ibu Hat

Mira yang telah membesarkan dan mendidik saya sehingga menjadi seperti

sekarang. Selalu mendukung dan memberikan nasihat agar saya selalu

sabar dan iklas selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Untuk ini penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis di antaranya :

1. Bapak Nasrul, SKM,M.Kes. Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Palu

2. Ibu Selvi Afrida Mangundap, S.KP.M.Si Ketua Jurusan Keperawatan

Politekknik Kesehatan Kementian Kesehatan Palu.

3. Bapak Abd.Malik Lawira, S.Kep.Ns.M.kep. Ketua Program Studi

keperawatan Politekknik kesehatan Kementrian Kesehatan palu Prodi

D-III Keperawatan Poso dan Selaku Pembimbing Akademik yang

telah membimbing penulis selama belajar di Poltekkes Kemenkes Palu

Prodi Poso.

6
4. Pembimbing 1 : Ibu Ni Made Ridla Nilasanti, S.Kep, M.Biomed. yang

selalu sabar dan tidak perna lelah mamberikan masukan dan

bimbingannya.

5. Pembimbing 2 : Ibu Tasnim, S.Kep,Ns.MM yang telah memberikan

saran dan masukan dalam penyelesaian penulisan Karya Tulis Ilmiah

studi ini.

6. Bapak, Ibu Dosen dan tenaga pendidikan Program Studi keperawatan

Poso yang selama ini telah banyak memberi bantuan kepada penulis.

7. Kepada sahabat-sahabat saya Desvianingsih Yomba, Yunita keleng,

dan Nurhalisa S Tanda dan pacar saya Andris Tenggehi yang telah

memberikan dukungan, motivasi dan selalu menemani dalam senang

maupun susah, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini

8. Kepada teman-teman seangkatan 2016 yang telah menyemangati dan

memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikn Karya Tulis

Ilmiah ini.

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan yang di miliki penulis maka Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh

dari kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat di harapkan penulis untuk di jadikan sebagai perbaikan

dalam penyusunan hasil penelitian.

Poso, 14 juni 2019

Penulis

7
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN POSO

Desi Kristanti Dala Penerapan Kompres Kayu Manis (Cinnamomunburnani) pada


Pasien Ny.N Terhadap Penurunan Nyeri pada Asuhan Keperawatan
Gerontik dengan Kasus Gout Arthitis Di Kelurahan kasiguncu Di
Wilayah Kerja Puskesmas Mapane. Pembimbing : (1) Ni Made
Ridla Nilasanti, S.Kep,M.Biomed, (2) Tasnim S.Kep. Ns, MM

ABSTRAK
Latar belakang : Gout Athitis merupakan penyakit metabolic yang di sebabkan
oleh kelebihan kadar senyawa urat di dalam tubuh, baik karna produksi berlebih,
eliminasi yang jarang, atau peningkatan asupan purin. Biasanya Gout terjadi pada
pria dewasa menengah, namun dapat mencapai puncak di pertengahan puncak
usia 40-an pada sebagian orang. Gout sering kali di kaitkan dengan obesitas,
hipertensi, kadar kolestrol tinggi, dan konsumsi alcohol yang berlebih. Di tahun
2017 jumlah penderita Gout Arthitis di Puskesmas Mapane sebanyak 613
penderita dan pada tahun 2018 jumlah penderita Gout Arthitis di Puskesmas
Mapane meningkat sebanyak 652 penderita. Setelah dilakukan pendataan di 10
Kelurahan Wilayah kerja Puskesmas Mapane. Jumlah tertinggi penderita Gout
Arthitis terdapat di Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir sebanyak 22
penderita.Tujuan Umum : Melakukan Asuhan Keperawatan Komprehensif
dengan Penerapan Kompres Kayu Manis terhadap Penurunan Nyeri pada Asuhan
Keperawatan Gerontik pasien Gout Arthitis di Kelurahan Kasiguncu Wilayah
Kerja Pusekesmas Mapane. Metode Penelitian : yaitu dengan menggunakan
metode pendekatan observasional deskritif desain penelitian studi kasus. Hasil :
terdapat pengaruh kompres kayu manis dalam menurunkan nyeri gout Arthitis dari
skala 6 menjadi 3 dan menurunkan kadar asam urat dari 10,3mg/dL menjadi ^,3
mg/dL. Terapi kampres kayu manis dengan 4 kali pemberian pada pagi hari
selama 1 minggu dalam waktu 15-20 menit dapat menurunkan nyeri sendi akibat
Gout Arthitis. Kesimpulan : pemberian terapi kompres kayu manis dengan 4 kali
pemberian selama 1 minggu dalam waktu 15-20 menit dapat menurunkan nyeri
sendi.

Kata Kunci : Gout Arthitis, Nyeri, Kompres Kayu manis

8
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................ii
LEMBAR TIM PENGESAHAN PENGUJI..........................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
KATA PENGANTAR.............................................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Studi Kasus.......................................................................................4
1. Tujuan umum :..........................................................................................4
2. Tujuan khusus :..........................................................................................4
D. Manfaat Studi Kasus.....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Konsep Teori Penyakit Gout Arthitis............................................................6
1. Definisi Gout Arthitis................................................................................6
2. Etiologi......................................................................................................7
3. Patofisiologis.............................................................................................8
4. Pathway...................................................................................................10
5. Manifestasi..............................................................................................12
6. Komplikasi..............................................................................................13
7. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................13
8. Penatalaksanaan.......................................................................................14
B. Konsep Teori Menua...................................................................................14
C. Konsep Teori Nyeri....................................................................................16

9
D. Kayu Manis (Cinnamomum Burmani)........................................................17
E. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik......................................................18
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................28
A. Jenis Penelitian............................................................................................28
B. Lokasi dan waktu Penelitian.......................................................................28
C. Subyek Studi Kasus....................................................................................28
D. Fokus Studi.................................................................................................28
E. Definisi Operasional...................................................................................29
1. Asuhan Keperawatan...............................................................................29
2. Kompres kayu manis...............................................................................29
3. Lansia......................................................................................................29
4. Gout Arthitis............................................................................................29
F. Pengumpulan Data......................................................................................29
G. Analisa Data................................................................................................30
H. Etika Penelitian...........................................................................................31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................34
A. Hasil Penelitian...........................................................................................34
B. Pembahasan.................................................................................................56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................64
A. Kesimpulan.................................................................................................64
B. Saran............................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................65

10
DAFTAR GAMBAR

3.1 Skala Nyeri…………………………………………………....

11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gout Arthitis atau yang sering orang awam katakan asam urat

merupakan pembentukan kristal pada persendian, akibat tingginya

kadar asam urat dalam darah. Asam urat merupakan sisa dari sel-sel

tubuh yang mati, sehigga sel-sel tubuh yang mati melepas purin. Dan

asam urat menumpuk di persendian yang membentuk garam urat

(monosodium urate). Penumpukan kristal tersebut mengakibatkan

kerusakan pada daerah persendian sehingga dapat menimbulkan nyeri.

( Siregar Munawaroh, dkk. 2018 )

Gout Arthitis merupakan penyakit yang ditandai dengan nyeri

yang terjadi berulang-ulang yang disebabkan adanya endapan kristal

monosodium urat yang terkumpul didalam sendi sebagai akibat dari

tingginya kadar asam urat di dalam darah. Kadar asam urat normal

pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl.

(Margowati Sri & Priyanto Sigit. 2017 )

Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2017),

prevalensi Gout Arthitis di dunia sebanyak 34,2%. Prevalensi Gout

arthitis di Negara Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk.

Peningkatan kejadian Gout Arthitis tidak hanya terjadi di negara maju

saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara berkembang, salah

satunya di Negara Indonesia. Prevalensi Gout Arthitis di Indonesia

1
2

semakin mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 kejadian Gout

Arthitis di Indonesia sebesar 11,4% (Riskesda, 2013). Hasil data

Rikesdas tahun 2018, mengatakan bahwa preverensi penyakit sendi

pada lansia di Sulawesi Tengah sebanyak 7,72%. Berdasarkan data

yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Poso tahun 2018

jumlah keseluruhan penderita Gout Arthritis sebanyak 2.112 penderita.

Jumlah penderita Gout Arthritis terbanyak untuk Kabupaten Poso

terdapat di Puskesmas Mapane, Kecematan Poso Pesisir. ( Dinas

Kesehatan Kabupaten Poso. 2018 ). Di tahun 2017 jumlah penderita

Gout Arthitis di Puskesmas Mapane sebanyak 613 penderita dan pada

tahun 2018 jumlah penderita Gout Arthitis di Puskesmas Mapane

meningkat sebanyak 652 penderita. Setelah dilakukan pendataan di 10

Kelurahan Wilayah kerja Puskesmas Mapane. Jumlah tertinggi

penderita Gout Arthitis terdapat di Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan

Poso Pesisir sebanyak 22 penderita. (Profil Puskesmas Mapane.2018)

Gout Arthitis banyak di derita oleh lansia berkaitan dengan

proses penuaan. Gejala utama yang di rasakan oleh penderita Gout

Arthitis adalah nyeri pada persendian yang di sebabkan oleh

penumpukan kristal. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh

manusia yang dapat merasakan bahwa tubuh seseorang mengalami

masalah. Penurunan kemampuan musculoskeletal karena nyeri sendi

dapat berdampak pada penurunan aktivitas pada lansia. Aktivitas yang


3

dimaksud antara lain makan, minum, berjalan, mandi, buang air besar,

dan buang air kecil.( Ribka Seran, dkk. 2016 )

Salah satu intervensi Keperawatan yang di gunakan untuk

mengontrol nyeri dengan menggunakan kompres kayu manis yang

dapat di lakukan seorang perawat secara mandiri dalam menurunkan

skala nyeri Gout Arthitis. Kompres kayu manis merupakan pengobatan

tradisional atau terapi alternative dan Komplementer dalam

mengurangi nyeri pada penderita Gout Arthitis. Efek Non farmakologi

yang di miliki dari kompres kayu manis di antaranya sebagai, peluruh

keringat, antirematik, penamba napsu makan, dan penghilang rasa

sakit atau diuretik. (Margowati Sri & Priyanto Sigit. 2017 )

Berdasarkan penelitian yang di lakukan Sri Margowati dan

Sigit Priyanto (2017). Kompres dengan menggunakan air hangat

mengakibatkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga akan

meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau

kekakuan, dan juga memberikan rasa yang nyaman. Penambahan kayu

manis dalam air hangat lebih mendorong terjadinya penurunan nyeri

sebab kayu manis mengandung antiinflamasi dan anti remmatik yang

berperan dalam proses penyembuhan peradangan sendi. Intervensi

kompres kayu manis sangat berpengaruh terhadap penurunan skala

nyeri pada pederita Gout Arthitis. Hal ini dapat membuktikan bahwa

kayu manis merupakan pengobatan non farmakologi pilihan terhadap


4

penyakit Gout Arthritis, dan pengobatan menggunakan kayu manis

tidak memiliki efek samping. (Margowati Sri & Priyanto Sigit. 2017 )

Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti tertarik untuk

melihat “Penerapan Kompres Kayu Manis (Cinnamomum Burmani)

terhadap Penurunan Nyeri pada Asuhan Keperawatan Gerontik pada

Pasien dengan kasus Gout Arthritis di Kelurahan Kasiguncu di

Wilayah kerja Puskesmas Mapane.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut maka penulis

dapat merumuskan masalah : “Bagaimana penerapan kompres kayu

manis terhadap penurunan nyeri pada Asuhan Keperawatan Gerontik

pada pasien Gout Arthitis di Kelurahan Kasiguncu Wilayah Kerja

Puskesmas Mapane“?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan umum :

Melakukan Asuhan Keperawatan Komprehensif dengan

Penerapan Kompres Kayu Manis terhadap Penurunan Nyeri pada

Asuhan Keperawatan Gerontik pasien Gout Arthitis di Kelurahan

Kasiguncu Wilayah Kerja Pusekesmas Mapane.

2. Tujuan khusus :

1. Dapat melakukan pengkajian pada pasien Gout Arthitis.


5

2. Dapat merumuskan diagnose keperawatan pada pasien Gout

Arthitis.
3. Dapat melakukan perencanaan keperawatan pada pasien Gout

Arthitis.
4. Dapat melakukan tindakan/implementasi kompres kayu manis

pada pasien Gout Arthitis.


5. Dapat melakukan evaluasi pelaksanaan Kompres Kayu Manis

pada pasien Gout Arthitis.

6. Dapat melakukan Dokumentasi Keperawatan pada pasien

Gout Arthitis

D. Manfaat Studi Kasus

1. Puskesmas Mapane

Dengan adanya karya Tulis Ilmiah ini, kiranya dapat memberikan

masukan pada pihak Puskesmas terutama Perawat Puskesmas

Mapane dalam rangka melaksanakan dan menerapkan teknik

kompres kayu manis pada asuhan Keperawatan Gerontik dengan

kasus Gout Arthitis.

2. Institusi Pendidikan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terhadap bidang

keperawatan dalam penurunan nyeri pada pasien Arthitis Gout

melalui kompres hangat kayu manis. Dan kiranya dapat menjadi

sumber informasi di masa yang akan datang.


6

3. Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam menerapkan kompres hangat kayu

manis terhadap penurunan nyeri pada pasien Arthitis Gout


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit Gout Arthitis

1. Definisi Gout Arthitis

Gout Arthitis merupakan penyakit metabolic yang di

sebabkan oleh kelebihan kadar senyawa urat di dalam tubuh, baik

karna produksi berlebih, eliminasi yang jarang, atau peningkatan

asupan purin. Biasanya Gout terjadi pada pria dewasa menengah,

namun dapat mencapai puncak di pertengahan puncak usia 40-an

pada sebagian orang. Gout sering kali di kaitkan dengan obesitas,

hipertensi, kadar kolestrol tinggi, dan konsumsi alcohol yang

berlebih. Hanya 3-6% kasus Gout terjadi pada wanita, keadaan ini

sebagian besar berkaitan dengan status menopause, kecuali pada

wanita dengan riwayat keluarga yang kuat. (Chang

Esther,Dkk.2009 )

Gout terjadi sebagai respon terhadap produksi berlebihan

atau ekskresi asam urat yang kurang, menyebabkan tingginya kadar

asam urat dalam darah ( hiperurisemia ) dan pada cairan tubuh

lainnya, termaksut cairan synovial. Gout biasanya datang secara

tiba-tiba. biasanya di malam hari, dan sering kali melibatkan sendi

matetarsofalangeal pertama ( jari kaki besar ). Seiring dengan

kemajuan penyakit, urat menumpuk di berbagai jaringan ikat lain.

Penumpukan dalam cairan synovial menyebabkan inflamasi akut

6
7

sendi ( arthritis gout ). Kadar asam urat normal pada pria berkisar

3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl.

Artritis gout berasal dari deposit kristal asam urat seperti

jarum di sendi, menyebabkan inflamasi dengan nyeri yang berat

pada sendi yang terkena. Salah satu penyakit inflamasi sendi yang

paling sering ditemukan, ditandai dengan penumpukan kristal

monosodium urat di dalam ataupun di sekitar persendian.

(Margowati Sri & Priyanto Sigit, 2017)

2. Etiologi

Gangguan metabolic dengan meningkatnya kosentrasi asan

urat ini di timbulkan dari penimbunan kristal di sendi oleh

monosodium urat ( MSU, gout ) dan kalsium pirofosfat dihidrat

( CPPD, pseudogout ) dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi

degenerasi tulang rawan sendi.

Klasifikasi gout terbagi 2 yaitu :

a. Gout primer : di pengaruhi oleh faktor genetik, terdapat

produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak di

ketahui penyebabnya.

b. Gout sekunder

1) Pembentukan asam urat yang berlebihan.


8

a) Kelainan mieloproliferatif ( polisitemia, leukemia,

myeloma retikularis )

b) Sindrom Lech-Nyhan yaitu suatu kelainan akibat

defisiensi hipoxantin guanine fosforibosil tranferase

yang terjadi pada anak-anak dan pada sebagian orang

dewasa.

c) Gangguan penyimpanan glikogen

d) Pada pengobatan animia pernisiosa oleh karena

maturasi sel megaloblastik menstimulasi pengeluaran

asam urat.

2) Sekresi asam urat yang berkurang misalnya ;

a) Kegagalan ginjal kronik

b) Pemakaian obat salisilat, tiazid, beberapa macam

diuretic dan sulfonamide

c) Keadaan-keadaan alkoholik, asidosis laktik,

hiperparatiroidisme dan pada miksedema.

Faktor predisposisi terjadinya penyakit gout yaitu, umur, jenis

kelamin lebih sering terjadi pada pria, iklim, herediter, dan

keadaan-keadaan yang menyebabkan timbulnya hiperurikemia.

(Nurarif Huda Amin, & Kusuma Hardhi. 2015)


9

3. Patofisiologis

Penyakit Gout Arthitis merupakan gangguan metabolisme

asam urat yang memuncak dengan terjadinya endapan garam

monosodium urat dalam sendi dan akhirnya dalam jaringan

subkutan. Biasanya Gout Arthitis di tandai dengan inflamasi sendi

yang sangat nyeri dan endapan urat di sekitar sendi, sering di sertai

dengan kadar asam urat yang sangat tinggi di dalam darah.

Senyawa urat berasal dari purin dalam makanan dan hasil daur

ulang penguraian atau perbaikan jaringan.

Pada hiperurisemia, peningkatan pada kadar urat ada dalam

cairan ekstraselular lain, termaksut cairan synovial, dan juga pada

plasma. Akan tetapi cairan synovial merupakan pelarut yang buruk

untuk urat dari pada plasma. Kristal monosodium urat dapat

terbentuk dalam cairan synovial atau dalam membran synovial,

kartilago, atau jaringan ikat sendi lainnya. Kristal cenderung

terbentuk pada jaringan perifer tubuh, sementara itu suhu yang

lebih rendah mengurangi kelarutan asam urat. Kristal juga

terbentuk di jaringan ikat dan ginjal. Kristal ini menstimulus dan

melanjutkan proses inflamasi, selama neutrophil berespon dengan

ingesti kristal. Neutrophil melepaskan fagolisosom, menyebabkan

kerusakan jaringan yang menyebabkan terjadinya inflamasi terus


10

menerus dan pada akhirnya proses inflamasi merusak kartilago

sendi dan tulang yang menyertai. (Lemone Priscilla, Dkk. 2015)

4. Pathway
Penyakit Gout Arthits :

Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan sel Asam urat dalam serum

Metabolisme purin
Asam urat dlm sel keluar Tdk di sekresi melalui
urin

Penyakit ginjal
Asam uarat dalam Kemampuan sekresi asam (glomerulonetritis dan
serum meningkat urat terganggu/menurun gagal ginjal)
( hiperurisemia )

Hipersaturasi asam Peningkatan asam


Konsumsi alcohol
urat dlm plasma dan laktat sebagai produk
garam urat di cairan sampingan
tubuh metabolisme

Terbentuk kristal Di bungkus oleh


monosodium urat berbagai protein Merangsang ( leukosit
(MSU) (termaksud IgG) PMN)

Terjadi fagositosis kristal


oleh leukosit
Di ginjal Di jaringan lunak dan
persendian
11

Penumpukan dan Terbentuk


pengendapan Penumpukan dan fagolisosom
MSU pengendapan MSU

Merusak selaput protein


Pembentukan topus
Pembentukan kristal
batu ginjal asam
urat
Respon inflamasi Terjadi ikatan hydrogen
Proteinuria,hipertensi meningkat antara permukaan kristal
ringan,urin dgn memberan lisosom
asam,pekat

Resiko Membran lisosom robek,


ketidakseimbangan terjadi pelepasan enzym
volume cairan dan oksida radikal ke
sitoplasma (synovial)

hipetermia Pembesaran dan


penonjolan sendi Peningkatan kerusakan
sendi

Nyeri akut Deformitas sendi

Kontraktur sendi Kekakuan sendi

Kerusakan Fibrosis atau Hambatan mobilisasi


intergritas akilosis tulang fisik
jaringan

Sumber : Nurarif Huda Amin, & Kusuma Hardhi. 2015


12

5. Manifestasi

Manifestasi gout biasanya terjadi dalam empat tahap :

1. Hiperurisemia Asimtomatik

Tahap pertama dengan kadar serum pada rentang 9 hingga 10

mg/dL. Sebagian besar orang yang mengalami hiperurisemia

tidak berlanjut ke tahap lanjut penyakit.

2. Arthritis gout akut

Tahap kedua, serangan akut ( flare ) biasanya mengenai sendi

tunggal, terjadi tidak terduga, sering kali di mulai pada malam

hari. Hal tersebut dapat di picu oleh trauma, ingesti alcohol,

kelebihan diet, atau steror pembedahan, sendi yang terkena

menjadi merah, hangat, bengkak, dan secara khas nyeri dan

nyeri tekan.
13

Sekitar 50% serangan awal arthritis gout akut terjadi pada sendi

metatarsophalangeal pada jari besar. Tempat lain untuk

serangan akut, antara punggung kaki, pergelangan kaki, tumit,

lutut, pergelangan tangan, jari dan sendi.

3. Interkritis

Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat

berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan

orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang

dari 1 tahun jika tidak di obati.

4. Gout tingkat lanjut

Terjadi ketika hiperurisemia tidak di tangani. Bendungan

urat melebar dan penumpukan kristal monosodium urat ( tofi )

terjadi pada kartilago, memberan synovial, tendon, dan jaringan

lunak. (Lemone Priscilla, Dkk. 2015)

6. Komplikasi

Penyakit Ginjal dapat terjadi pada pasien Gout Arthitis yang

tidak di tangani. Kristal urat menumpuk di jaringan interstisial

ginjal. Kristal asam urat juga terbentuk dalam tubula pengumpulan

pelvis, ginjal, dan ureter, dan membentuk batu. Batu dapat

memiliki ukuran yang beragam dari butiran pasir sampai struktur


14

manif yang mengisi ruang ginjal. Batu asam urat dapat berpotensi

mengobtruksi aliran urin dan menyebakan gagal ginjal akut.

(Lemone Priscilla, Dkk. 2015)

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Kadar asam urat serum meningkat

b. Laju sedimentasi eritrosit ( LSE ) meningkat

c. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat

d. Analisa cairan synovial dari sendi terinflamasi atau tofi

menunjukan kristal urat monosodium yang membuat diagnose.

e. Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang

dan perubahan sendi

8. Penatalaksanaan

Penangan gout biasanya di bagi menjadi penanganan

serangan akut dan penanganan hiperurisemia pada pasien arthritis

kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini :

a. Mengatasi serangan akut

b. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan

kristal urat pada jaringan, terutama persendian

c. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik


15

Terapi Non-Farmakologi

Terapi Non-Farmakologi merupakan strategi esensial dalam

penanganan Gout Arthitis. Intervensi seperti istrahat yang cukup,

penggunaan kompres kompres hangat, modifikasi diet, mengurangi

asupan alcohol dan menurunkan berat badan pada pasien yang

kelebihan berat badan terbukti efektif. (Nurarif Huda Amin, &

Kusuma Hardhi. 2015)

B. Konsep Teori Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu yang terjadi dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,

tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi di mulai sejak

permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan perubahan yang

alamiah, yang berarti seorang telah melalui tiga tahap kehidupannya

yaitu anak, dewasa, dan tua.

Menua didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan,

meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan

lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan

fisiologis yang terkait dengan usia. Salah satunya yaitu Otot

mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan

metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan

dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan

hormon esterogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain.


16

Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikroarsitektur

berubah dan seiring patah baik akibat benturan ringan maupun spontan.

World Health Organization ( WHO ) dan Undang-Undang No.3

tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2

menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua, menua

bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-

angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan

menurunnya daya tahan tubuh menghadapi ransangan dari dalam

maupun dari luar tubuh berakhir dengan kematian.

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang sudah memasuki

usia 65 tahun. Batasan Lansia menurut World Health Organization (

WHO ) meliputi usia pertengahan (middle age) antara 45-59 tahun,

usia lanjut (Elderly) antara 60-74 tahun dan usia lanjut tua (Old) antara

75-90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

(Nugroho, H Wahjudi B.Sc., SKM. 2008)

C. Konsep Teori Nyeri

Nyeri merupakan fenomena yang kompleks. Nyeri merupakan

mekanisme pertahanan tubuh manusia yang dapat mengindikasikan

bahwa tubuh seorang mengalami masalah. Nyeri dapat berasal dari

fisik atau psikologis. Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri

(Internasional Assosiation For The Studi Of Pain), mendefinisikan

nyeri sebagai suatu sensorik subjektif dan pengalaman emosional yang


17

tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual

dan potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana

terjadi kerusakan.

Alat ukur nyeri dapat digunakan untuk menilai skala nyeri

dengan indikasi pasien dapat berkomunikasi diantaranya Numerical

Rating Scale (NRS). NRS dianggap sederhana dan mudah dipahami.

Skala penilaian NRS (Numerical Ranting Scale) digunakan sebagai

pengganti alat pendiskripsinya. Intensitas nyeri pada skala 0 tidak

terjadi nyeri, intensitas nyeri ringan pada skala 1 sampai 3 secara

objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, intensitas nyeri

sedang pada skala 4 sampai 6 secara objektif klien mendesis dapat

menunjukan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya dan dapat

mengikuti perinta dengan baik, intensitas nyeri berat pada skala 7

sampai 9 secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masi berespon terhadap tindakan, dapat menunjukan

liokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat di atasi

dengan posisi napas panjang atau distraksi, dan 10 sangat berat pasien

sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

Nyeri sendi pada penderita Artitis Gout terjadi karena adanya

endapan kristal monosodium urat yang terkumpul di dalam sendi

sebagai akibat dari tingginya kadar Artitis Gout didalam darah.

(Margowati Sri & Priyanto Sigit. 2017 )


18

Gambar 3.1 Skala Nyeri

D. Kayu Manis (Cinnamomum Burmani)

Kayu manis (Cinnamomum Burmani) merupakan rempah-

rempah dalam bentuk kulit kayu yang biasa dimanfaatkan masyarakat

sebagai penambah rasa dalam masakan. Dalam kesehatan kayu manis

merupakan salah satu obat pereda sakit pada penyakit rematik yang

sering dialami oleh lansia. Kulit kayu manis mengandung bermacam-

macam bahan yaitu minyak atsiri (1-4%) yang berisi sinamaldehid (60-

80%), eugenol (sampai 10%) dan trans asam sinnamat (5-10%,

senyawa fenol (4-10%), tannin, katechin, proanthocyanidin,

monoterpen, dan sesquiterpen (pinene), kalsium monoterpen oksalat,

gum getah, resin, pati, gula, dan coumarin dan Kayu manis juga

mempunyai kandungan kimia yang sangat berperan sebagai anti

rematik dan antiiflamasi. Selain itu kayu manis yang mengandung anti

rematik, stomakik, sariawan, sakit pinggang, batuk, hipertensi dan

analgetik, serta nyeri lambung.

Kayu manis telah di gunakan sebagai alternatif pengobatan non

farmakologi dan komplementer terhadap penyakit Gout Arthitis pada


19

lansia. Konsumsi makanan yang mengandung kayu manis mampu

menurunkan kadar asam urat.

Metode nonfarmakologi untuk mengendalikan nyeri salah

satunya dengan terapi modalitas fisik. Kompres kayu manis

merupakan terapi modalitas fisik dalam bentuk stimulasi kutaneus.

Stimulasi ini dapat meredakan nyeri sementara secara efektif. Teknik

stimulasi ini mendistraksi penderita dan memfokuskan perhatian pada

stimulus taktil, jauh dari sensasi yang menyakitkan sehingga

mengurangi persepsi nyeri yang dirasakan oleh penderita.

(Margowati Sri & Priyanto Sigit. 2017 )

E. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik

1. Pengumpulan data

a. Data Biografi Pasien

Nama, TTL, gol darah, status perkawinan, pendidikan terakhir,

agama, alamat, No tlfn, jenis kemalamin, orang yang paling

dekat di hubungi, hubungan dengan lansia, alamat dan jenis

kelamin orang/keluarga tersebut

b. Riwayat keluarga

1) Pasangan : hidup/mati, kesehatan, umur, pekerjaan, alamat,

kematian, sebab kematian, tahun kematian


20

2) Anak : hidup/mati, nama, alamat,kematian, tahun

meninggal, penyebab kematian.

c. Riwayat pekerjaan

Ststus pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, sumber-

sumber pendapatan, dan kecukupan terhadap kebutuhan, alamat

pekerjaan, jarak tempat kerja dari rumah, alat tranportasi.

d. Riwayat lingkungan hidup

Tipe tempat tinggal/panti, jumlah kamar, jumlah orang yang

tiggal di rumah/panti, derajat privasi, tetangga terdekat,

alamat/tlfn, kondisi panti.

e. Riwayat rekreasi

Hobby/minat, keanggotaan organisasi, liburan perjalanan,

kegiatan di panti atau di rumah.

f. Sumber/system pendukung yang di gunakan

Dokter/perawat/bidan/fisioterapi, dll, RS, klinik, yankes lain,

jarak dari rumah/panti, yankes di rumah/panti, makanan yang di

antar, perawatan sehari-hari oleh keluarga.

g. Kebiasaan ritual

Agama, istrahat tidur, kebiasaan ibadah, kepercayaan.


21

h. Status kesehatan saat ini

Status kesehatah selama 1 tahun dan 5 tahun yang lalu, keluhan

kesehatan utama ( PQRST ), pengetahuan dan pemahaman dan

pelaksanaan masalah kesehatan dan diagnosa medis.

1) Obat-obatan

Nama dan dosis obat, waktu dan cara penggunaan, dokter

yang memberi, tgl resep dan masalah karna obat-obatan

2) Status imunisasi

Tgl imunisasi terbaru, difteri, influenza, dll

3) Alergi (obat, makanan, kontak substansi, faktor lingkungan)

4) Penyakit yang di derita

5) Nutrisi

6) Diet 24 jam, riwayat peningkatan, dan penurunan BB,

masalah dalam pemenuhan nutrisi, kebiasaan.

i. Status kesehatan masa lalu

Penyakit masa anak-anak, penyakit serius atau kronik, trauma,

perawatan di rumah sakit ( alasan, tgl, tempat, durasi, dokter,

perawat ), operasi ( jenis, tgl, tempat, alasan, dokter, hasil,

perawat ), riwayat ibstetric.


22

j. Tinjauan system

1) Keadaan umum

Kelelahan, penurunan BB setahun lalu, perubahan napsu

makan, demam, keringat malam, kesulitan tidur, sering

pilek dan infeksi, penilaian diri seluruh status kesehatan,

kemampuan melek, ADL, tingkat kesadaran, TTV

2) Integument

Lesi/luka, pruritus, perubahan pigmentasi, perubahan tektur,

perubahan nevi, sering memar, perubahan rambut,

perubahan kuku, katimumul pada jari kaki, dan kallus, pola

penyembuhan lesi dan memar, elastisitas/turgor.

3) Kepala

Sakit kepala, trauma pada masa lalu, pusing, gatal kulit

kepala, lesi/luka.

4) Mata

Perubahan penglihatan, pemakaian kaca mata/lensa kontak,

nyeri, bengkak sekitar mata, riwayat infeksi, tanggal

pemeriksaan paling akhir.

5) Telinga
23

Perubahan pendengaran, riwayat infeksi, tanggal

pemeriksaan paling akhir.

6) Hidung dan sinus

7) Mulut dan tenggorokan

Sakit tenggorakan, lesi/ulkus, kesulitan menelan,

pendarahan gusi, riwayat infeksi, tanggal pemeriksaan

paling akhir.

8) Leher

Kakakuan, nyeri tekan, benjolan/massa, keterbatasan gerak,

pembesaran kelenjar tiroid

9) Payudarah

Benjolan/massa, nyeri tekan, bengkak, keluar cairan dari

putting susu, perubahan dari putting susu, pola pemeriksaan

payudara, tanggal pemeriksaan terakhir.

10) Kardivaskular

Nyeri/ketidaknyamanan dada, sesak napas, dispnus pada

aktivitas, edema.

11) Pernapasan
24

Batuk, sesak napas, asma/alergi pernapasan, frekuensi,

auskulatsi, palpasi, perkusi, wheezing.

12) Gastroinstestinal

Tidak dapat mencerna, nyeri uluhati, pembesaran hepar,

mual/munta, perubahan napsu makan, benjolan/massa.

13) Reproduksi pria/wanita

14) Perkemihan

Nyeri saat berkemih, batu, infeksi, oliguria, polyuria

15) Muskulokeletal

Nyeri persendian, kekakuan, pembekakan sendi,

deformitas, spasme, kram, kelelahan otot, masalah cara

berjalan, nyeri punggung, nyeri punggung, protesa, pola

kebiasaan latihan, dampak pada penampilan ADL.

16) System syaraf pusat

Sakit kepala, kejang, sinkope/serangan jatuh, cidera kepala,

masalah memori.

17) System endokrin

Intoleransi pana atau dingin, pigmentasi kulit/tekstur,

perubahan rambut.
25

18) System imun

Kerentanan dan seringnya terkena penyakit, imunisasi

19) System pengecapan

Berkurangnya rasa asin dan panas

20) System penciuman

21) Psikososial

Cemas, depresi, insomnia, menangis, takut, gugup, masalah

dalam mengambil keputusan, kesulitan berkosentari, stress

saat ini.

2. Pengakjian status fugsional, kognitif, afektif, dan social

a. Pengkajian status fungsional

Pengkajian pada aktifitas kehidupan sehari-hari dapat di ukur

dengan menggunakan INDEKS KATZ

b. Pengkajian kognitif dan afektif

Menggunakan Short Portable mental Status Questionnaire

( SPMSQ), Mini Mental State Exam (MMSE), Invenaris


26

Depresi Beck dan Skala Depresi Geriatrik Yesavage untuk

mendektesi adanya dan tingkat kerusakan intelektual

c. Pengkajian status social

Status social lansia dapat di ukur dengan menggunakan

APGAR keluarga

3. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cidera biologis ( inflamasi

sendi )

b. Hambatan mobilisasi fisik b/d nyeri

c. Defisiensi Pengetahuan b/d keterbatasan kognitif

d. Risiko jatuh : faktor resiko ( fisiologis )

1) Arthritis

2) Penurunan kekuatan ekstermitas bawah

3) Masalah pada kaki

4) Gangguan pada sikap tubuh

5) Gangguan keseimbangan

6) Hambatan mobilitas fisik


27

7) Adanya penyakit akut

8) Gangguan tidur

4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Keperawatan
1 Nyeri b/d agen-agen Setelah di lakukan Manajemen nyeri :
cidera fisik perawatan selama 1 minggu 1. Lakukan pengkajian
( inflamasi sendi ) di harapkan masalah nyeri nyeri komprehensif yang
akut dapat teratasi dengan meliputi lokasi,
kriteria hasil : karekteristik, durasi,
1. Menyatakan rasa frekuensi, kualitas,
nyaman setelah intensitas, atau beratnya
nyeri berkurang nyeri dan faktor
2. Melaporkan nyeri pencetus.
berkurang dengan 2. Gunakan komunikasi
menggunakan terapeutik agar klien
menajemen nyeri dapat mengekspresikan
3. Mampu mengontrol nyeri
nyeri (tahu penyebab 3. Ajarkan penggunaan
nyeri) teknik kompres kayu
manis
4. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
5. Lakukan pemeriksaan
kadar asam urat.
6. Kurangi atau eliminasi
faktor-faktor yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
( misalnya, ketakutan,
kelelahan, keadaan
monoton, dan kurang
pengetahuan )
7. Dukung istrahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
8. Evaluasi keefektifan dan
28

tindakan mengontrol
nyeri.
2 Hambatan mobilisasi Setelah di lakukan Terapi latihan : mobilitas sendi
fisik b/d perawatan selama 1 minggu 1. Tentukan batasan
muskuloskeletal di harapkan masalah pergerakan sendi dan
hambatan mobilisasi fisik afeknya terhadap fungsi
dapat teratasi dengan kriteri sendi
hasil : 2. Monitor lokasi dan
1. Klien meningkat kecenderungan adanya
dalam aktivitas fisik nyeri dan
2. Mengerti tujuan dari ketidaknyamanan selama
peningkatan pergerakan/aktivitas
mobilitas 3. Pakaikan baju yang tidak
menghambat pergerakan
pasien
4. Lakukan latihan ROM
aktif atau ROM dengan
bantuan, sesuai dengan
indikasi
5. Istruksikan
pasien/keluarga cara
melakukan latihan ROM
pasif ROM dengan
bantuan atau ROM aktif.
3 Defisiensi Pengetahuan Setelah di lakukan tindakan Pengajaran proses penyakit :
b/d keterbatasan keperawatan selama 4 kali 1. Kaji tingkat pengetahuan
kognitif kunjungan di harapkan pasien terkait dengan
masalah defisensi proses penyakit yang
pengetahuan dapat teratasi spesifik
dengan kriteria hasil : 2. Jelaskan tanda dan gejala
1. Pasien dan keluarga yang umum dari
mampu menjelaskan penyakit, sesuai
kembali apa yang di kebutuhan
jelaskan perawat 3. Identifikasi perubahan
2. Pasien dan keluarga kondisi fisik pasien
mampu memahami 4. Diskusikan perubahan
kondisi perawat dan gaya hidup yang
diet yang di mungkin di perlukan
sarankan. untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan/atau
mengontrol proses
penyakt
5. Jelaskan alasan di balik
manajemen/terapi/penan
ganan yang di
29

rekomendasikan
6. Intruksikan pasien
mengenai tindakan untuk
mencegah/meminimalka
n efek samping
penanganan dari
penyakit, sesuai
kebutuhan..
4 Risiko jatuh Setelah di lakukan Pencegahan jatuh :
Faktor risiko : fisiologis perawatan selama 1 minggu 1. Identifikasi perilaku dan
1. Arthritis di harapkan masalah risiko faktor yang
2. Penurunan jatuh dapat teratasi dengan mempengaruhi resiko
kekuatan kriteria hasil : jatuh
ekstermitas 1. Klien tidak terjatuh 2. Monitor kemampuan
bawah 2. Klien dapat untuk berpindah dari
3. Masalah pada beraktivitas seperti tempat tidur ke kursi dan
kaki biasa. sebaliknya
4. Gangguan pada 3. Monitor gaya berjalan
sikap tubuh ( terutama kecepatan ),
5. Gangguan keseimbangan dan
keseimbangan tingkat kelelahan dengan
6. Hambatan ambulasi
moblitas fisik 4. Dukung pasien untuk
7. Adanya menggunakan tongkat
penyakit akut atau walker dengan tepat.
8. Gangguan tidur 5. Sarankan menggunakan
alas kaki yang aman
6. Ajarkan anggota
keluarga mengenai faktor
risiko yang berkontribusi
tehadap danya kejadian
jatuh dan bagaimana
keluarga bisa
menurunkan resiko ini
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah studi kasus yaitu untuk

mendapatkan gambaran Penerapan Kompres Kayu Manis terhadap

Penurunan Nyeri pada Asuhan Keperawatan Gerontik pada pasien kasus

Gout Arthitis.

B. Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan bulan april 2019, bertempat di Desa

Petirobajo di Kelurahan Kasiguncu Wilayah kerja Puskesmas Mapane,

Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, selama 6 hari.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek penelitian pasien Gout Arthritis yang mengalami Nyeri dan

bersedia menjadi pasien atau responden.

D. Fokus Studi

Focus studi dalam kasus ini yaitu untuk menggambarkan Penerapan

Kompres Kayu Manis terhadap Penurunan Nyeri pada Asuhan

Keperawatan Gerontik pada pasien dengan kasus Gout Arthritis di

Kelurahan Kasiguncu Wilayah kerja Puskesmas Mapane, Kecamatan Poso

Pesisir, Kabupaten Poso.

28
29

E. Definisi Operasional

1. Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan adalah Studi kasus penerapan prosedur

keperawatan dimuali dari proses pengkajian, merumuskan diagnosa,

menyusun perencanaan keperawatan, melakukan implementasi dan

mengevaluasi hasil implementasi atau tindakan yang di berikan yaitu

penerapan kompres kayu manis.

2. Kompres kayu manis

Kompres kayu manis di gunakan untuk mengurangi nyeri pada

penderita Gout Arthitis. Kayu manis di gunakan sebanyak 2 sendok,

dan air hangat secukupnya. Waktu yang di gunakan untuk melakukan

kompres kayu manis ini 15-20 menit dan di lakukan selama 1 minggu

untuk mendapatkan hasil yang efektif.

3. Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

4. Gout Arthitis

Gout Arthitis merupakan asam urat yang di sebabkan oleh tingginya

kadar asam urat dalam darah.

F. Pengumpulan Data

Menjelaskan metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :


30

1. Wawancara : hasil anamnesis tentang identitas pasien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang dan dahulu ,keluarga, wawancara bisa

dengan pasien, keluarga, perawat

G. Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak dilakukan pengumpulan data sampai semua

data terkumpul. Analisa di lakukan dengan cara mengemukakan fakta dan

membandingkan dengan teori. Teknik yang digunakan adalah dengan

menarasikan jawaban-jawaban dari hasil pengumpulan data ( wawancara

observasi ) yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan

penelitian. Urutan dalam analisa data :

1. Pengumpulan data :

Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, studi

dokumen di tuliskan dalam bentuk catatan lapangan selanjutnya disalin

untuk transkrip

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori :

Data yang sudah di buat transkrip di buat koding oleh peneliti sesuai

dengan topic penelitian. Data obyektif di analisa berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostic dan di bandingkan dengan nilai normal

3. Penyajian data

Penyajian data di lakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan di sertai

narasi. Kerahasiaan responden tetap harus diperhatikan


31

4. Kesimpulan

Data yang di sajiakn selanjutnya dibahas dan di bandingkan dengan

hasil-hasil penelitian sebelumnya data dan teori-teori yang

mendukung. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan metode

induktif. Pembahasan dilakukan sesuai dengan tahapan asuhan

keperawatan pengkajian, diagnose, perencanan, tindakan dan evaluasi.

H. Etika Penelitian

1. Prinsip autonomi

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu

mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang

dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus

menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan

individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak

memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa

keadaanya baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan

2. Prinsip benefisiens dan nonmalefisien

Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.

Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,

penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh

diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan

kebaikan menjadi konflik dengan otonomi sedangkan non malafiesien


32

adalah Prinsip yang berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien

tidak menimbulkan bahaya / cedera secara fisik dan psikologik

3. Perinsip justices

Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika

perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik

dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan

kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada

klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan

perawat, maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam

faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.


33

Tabel 2.1 SOP

SOP KOMPRES KAYU MANIS


1 Pengertian Kompres kayu manis merupakan metode
yang di gunakan untuk mengurangi nyeri
dengan menggunakan bubuk kayu manis
dengan air hangat secukupnya, yang dapat
menimbulkan hangat pada bagian yang di
beri kompres.
2 Tujuan a. Memperlancar siskulasi darah
b. Mengurangi rasa sakit
c. Memberi rasa hangat, nyaman, dan
tenag pada pasien
3 Indikasi Pasien dengan riwayat Gout Arthitis
dengan nyeri
4 Persiapan alat a. Bubuk kayu mnais
b. Air hangat 3-4 sdm
c. Baskom kecil dan sendok
5 Pre interaksi a. Persiapan perawat, cuci tangan,
persiapan alat.
b. Persiapan lingkungan: jaga privasi
pasien
6 Fase orientasi a. Beri salam dan perkenalkan diri
b. Validasi : bagaimana perasaannya hari
ini ?
c. Jelaskan tujuan, prosedur tindakan dan
lama waktu yang di gunakan untuk
melakukan tindakan
d. Memberi kesempatan pasien untuk
bertanya
7 Tahap kerja a. Atur posisi nyaman pasien ( duduk )
b. Campurkan bubuk kayu manis 2
sendok dan campurkan dengan air
hangat 3-4 sdm
34

c. Kompreskan kayu manis pada bagian


yang nyeri selama 15-20 menit.
d. Atur kembali posisi pasien yang
nyaman
e. Bereskan alat dan cuci tangan
8 Tahap terminasi a. Evaluasi perasaan pasien
b. Simpulkan hasil kegiatan
c. Lakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya dan Dokumentasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Studi kasus telah di lakukan di Desa Petirobajo Kelurahan

Kasiguncu mulai tanggal 08 april sampai 12 april 2019, dengan fokus studi

penerapan kompres kayu manis pada Ny,N terhadap penurunan nyeri,

melalui observasi dan wawancara.

1. Identitas Klien

a. Ibu ( klien )

Ny. N lahir di Bone pada tanggal 05 juli 1949, (70 tahun), jenis

kelamin perempuan, pendidikan terakhir SD, beragama islam,

status janda (cerai mati), tinggi badan 160 cm, berat badan 64 kg,

penampilan kurang rapi, dan beralamat di desa petirobajo

Kelurahan Kasiguncu.

b. Orang yang dekat di hubungi

Ny.H, umur 34 tahun,jenis kelamin perempuan, status menikah,

ipar dari Ny.N, dan beralamat di Desa Petirobajo Kelurahan

Kasiguncu

34
35
35

2. Riwayat Keluarga

Genogram :
A B

C D

Keterangan :
A : orang tua dari ibu klien C : saudarah dari ibu klien
B : orang tua dari ayah klien D : saudarah dari ayah klien

: laki-laki : perempuan

: klien : meninggal
: garis pernikahan : tinggal serumah
: garis keturunan

3. Keluhan utama
Nyeri lutut dan pergelangan kaki sebelah kanan
4. Riwayat Keluhan utama
Pada tanggal 2 april 2019 Ny.N mengikuti posyandu lansia di desa

petirobajo kelurahan kasiguncu, Ny.N mengatakan nyeri timbul pada

saat mengkonsumsi makanan seperti kacang-kacangan, sayur yang

bersantan dan duduk dengan kaki terlipat terlalu lama. Nyeri yang

dirasakan klien pada daerah lutut dan pergelangan kaki seperti

tertusuk-tusuk, Ketika nyeri muncul klien memegangi area yang sakit,

sedikit bengkak di bagian pergelangan kaki berwarna kemerahan dan

wajah tampak meringis. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada


36

daerah lutut dan pergelangan kaki, tidak menyebar, skala nyeri 6, nyeri

di rasakan selama 10 menit, dengan hasil pemeriksaan kadar asam urat

10,3 mg/dL, klien mengatakan susah untuk berjalan, klien mengatakan

sudah 1 tahun mengeluh nyeri lutut, sebelumnya klien sudah perna

memeriksa asam urat, dan klien sering mengonsumsi makanan-

makanan yang menyebabkan nyeri lutut tersebut kambuh.


5. Pemahaman dan Penatalaksanaan Kesehatan
Ny, N merasa kalau dirinya sakit, tapi sakitnya tidak terlalu berat.
a. Obat-obatan : allopurinol 100 gr, calcium lactat 500 gr, piroxicam
20 g, amlodipine 5 mg.
b. Alergi : Ny. N tidak ada riwayat alergi

c. Penyakit yang di derita :

Klien mengatakan penyakit yang ia derita adalah asam urat sejak 1

tahun yang lalu

d. Riwayat Penyakit Dahulu :


Klien mengatakan bahwa ia menderita penyakit hipertensi, klien

mengatakan hanya minum obat amlodipine 5 mg dengan dosis 3x1

yang di berikan saat pergi keposyandu dan klien belum perna di

rawat di rumah sakit sebelumnya


e. Aktivitas Hidup Sehari-hari :
1) Nutrisi :
Ny. N makan 3x/hari, dengan menu nasi, sayur, dan ikan

dengan porsi sedang. Jumlah minum klien sehari kurang lebih 6

gelas/hari, air mineral dan teh. Tiga hari sebelum penyakit

kambuh klien mengomsumsi kacang-kacangan dan sayur yang

bersantan. Umumnya kebiasaan makan kacang-kacangan sering

klien lakukan sehingga keluarga melarang untuk di komsumsi,

akibat penyakit asam urat yang klien derita


37

2) Eliminasi :
Ny.N mengatakan masih lancar BAK frekuensi 4-5x/hari, air

kencing berbau amoniak, berwarna jernih kekuning-kuningan

dan Ny.N mengatakan BAB 1x/hari, berbau khas tinja,

berwarna kuning, kosentrasinya lunak.

3) Aktivitas istrahat dan tidur :

Ny.N mengatakan tidur siang kurang lebih 2 jam, tidur malam

kurang lebih 6 jam

4) Personal hygiene :
Ny. N mengatakan mandi 2x/hari, dan rajin menggosok gigi 2

x/hari
5) Psikologis :
Ny,N masih mampu beradaptasi dengan tempat tinggal sekitar

rumahnya, sering berkumpul dengan sanak saudara dan

berinteraksi dengan tentangga baik


6) Indeks KAZT
Indeks KAZT merupakan penilaian dalam aktivitas sehari-hari.

Dalam indeks KAZT Ny.N memliki kemnadirian dalam hal

makan, berpindah, ke kamar kecil, berpakaina dan mandi.

Artinya adalah aktivitas sehari-hari Ny.N masih di lakukan

secara mandiri.
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, GCS E:4, M:6, V:5,

Tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 80x/mnt, respirasi 20x/mnt, suhu

36,3oC. Pemeriksaan fisik di lakukan secara Head to toe dari bentuk

kepala brachiocepalus, tidak terdapat trauma pada Kepala, tidak

terdapat luka dan lesi pada kepala, tidak terdapat benjolan, tidak ada
38

nyeri tekan. Mata simetris kiri dan kanan, tidak terdapat strabismus,

penglihatan baik, pandangan tidak kabur, dan tidak ada nyeri tekan.

Telinga simetris kiri dan kanan, tidak terdapat serumen, pendengan

baik, tidak terdapat nyeri tekan. Hidung simetris kiri dan kanan, tidak

terdapat secret, masih mampu membedakan bau, tidak terdapat nyeri

tekan. Leher tidak terdapat kekakuan, tidak terdapat benjolan/massa,

tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada nyeri tekan. Dada

sismetris kiri dan kanan tidak terlihat penggunaan otot bantu

pernapasan, bentuk dada normal chest, pada perkusi paru suara napas

sonor, dan pada auskultasi suara napas vesikuler, tidak terdapat nyeri

tekan. Abdomen tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan, bising usus

10x/mnt, perkusi terdengar tympani, kulit perut nampak keriput dan

tidak terdapat nyeri tekan. Ekstremitas atas dan bawah ke dua kaki dan

tangan Ny. N tampak sejajar, kemampuan mengubah posisi baik,

pergerakan kedua tangan baik, pergerakan kaki sebelah kanan

mengalami keterbatasan gerak terasa nyeri dan kesemutan akibat

melipat kaki terlalu lama, perubahan dalam cara berjalan yaitu dengan

langka kecil, dan klien susah berjalan. Genetalia BAK 2x/hari, BAB

1x/hari, system pensyarafan tidak ada cidera kepala, tidak ada

peningkatan TIK, dan tidak ada riwayat kejang. System pengecapan :

Baik ( masih mampu membedakan rasa ). System penciuman : Baik

( masih mampu membedakan bau ).

7. Status kognitif/Afektif dan Sosial


39

a. Short Portable Mental Status Questionnaire ( SPMSQ )


Berdasarkan penilaian Short Portable Mental Status

Questionnaire ( SPMSQ ) dari 11 pertanyaan Ny.N menjawabnya

dengan kesalahan 3 jadi Ny. N termaksut dalam fungsi gangguan

ringan, karena Ny.N menjawab pertanyaan benar dengan jumlah 8 ,

dan menjawab pertanyaan yang salah dengan jumlah 3.


b. Invertasi Depresi Beck
Berdasarkan penilaian Invertasi Depresi Beck, Ny. N

menderita depresi ringan. Hal ini di karenakan hasil score

berdasarkan invertasi depresi beck, Ny.N mendapat nilai 7, karena

dari 11 pertanyaan Ny.n memberi jawaban Ya berjumlah 7 dan

pertanyaan jawaban tidak berjumlah 4.


c. APGAR Keluarga

Berdasarkan penilaian pada APGAR keluarga Ny. N

termaksud dalam fungsi social baik. Di mana nilai APGAR

keluarga Ny. N berjumlah 10.

8. Data Penunjang
a. Laboratorium : Asam Urat

No Hari/tgl pemeriksaan Hasil


1 Senin, 8 – 04 – 19 10,3 mg/dL
2 Rabu, 10 -04 – 19 8,8 mg/dL
3 Jumat, 12 – 04 – 19 6.3 mg/dL

b. Radiologi : tidak di lakukan


c. EKG : tidak di lakukan
d. USG : tidak di lakukan
e. CT-Scan : tidak di lakukan
f. Obat-obatan : allopurinol 100 gr, calcium lactat 500 gr,
piroxicam 20 mg, amlodipine 5 mg.
9. Klasifikasi Data
Ds :
40

a. Ny.N mengatakan nyeri timbul pada saat mengkonsumsi

makanan seperti kacang-kacangan, sayur yang bersantan, dan

duduk dengan kaki terlipat terlalu lama


b. Ny.N mengatakan nyeri yang dirasakan pada daerah lutut dan

pergelangan kaki, tidak menyebar.


c. Ny.N mengatakan susah untuk berjalan
d. Ny.N mengatakan sudah 1 tahun mengeluh nyeri di bagian lutut
e. Ny.N mengatakan 3 hari sebelum penyakit kambuh ia

mengomsumsi kacang-kacangan dan sayur yang bersantan.


f. Keluarga klien mengatakan, klien sering makan kacang-

kacangan, sehingga keluarga melarang untuk di komsumsi,

akibat penyakit asam urat yang klien derita.


g. Nyeri di rasakan seperti tertusuk-tusuk

Do :
a. Kesadaran composmentis
b. Tekanan darah 140/80 mmHg
c. Nadi 80x/mnt
d. Respirasi 20x/mnt
e. Suhu 36,3oC
f. Skala nyeri 6
g. Kadar asam urat 10,3 mg/dL
h. perubahan dalam cara berjalan yaitu dengan langka kecil
i. Terdapat nyeri tekan pada lutut, dan pergelangan kaki
j. Muka nampak meringis
k. kesulitan dalam membolak-balik posisi tubuh
l. ketidakstabilan postur tubuh saat melakukan rutinitas yaitu

pekerjaan rumah tangga


m. Klien terlihat bingung dan menggelengkan kepala saat ditanya

diet yang baik untuk asam urat, serta di tanya klien tidak bisa

menjawab
n. Klien bertanya mengenai pencegahan agar nyeri asam urat tidak

kembali lagi
41

10. Analisa Data


Tabel 2.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS :
1. Ny.N mengatakan nyeri timbul Nyeri akut
pada saat mengkonsumsi Agen-agen penyebab
makanan seperti kacang- cidera biologis
kacangan, sayur yang bersantan, ( inflamasi sendi )
dan duduk dengan kaki terlipat
terlalu lama.
2. Ny.N mengatakan nyeri yang
dirasakan pada daerah lutut dan
pergelangan kaki, tidak menyebar.
3. Nyeri di rasakan seperti tertusuk-
tusuk
DO :
o TD : 140/80 mmHg
o Nadi : 80x/mnt
o R : 20x/mnt
o S : 36,3oC
o Skala nyeri 6
o Terdapat nyeri tekan pada lutut
dan pergelangan kaki sebelah
kanan
o Muka nampak meringis
o Kadar asam urat 10,3 mg/dL
2 DS : Nyeri Hambatan
1. Ny.N mengatakan susah untuk mobilitas fisik
berjalan
2. Ny.N mengatakan nyeri yang
dirasakan pada daerah lutut dan
pergelangan kaki, tidak menyebar.

DO :
o Kesadaran composmentis
o perubahan dalam cara berjalan
yaitu dengan langka kecil
o kesulitan dalam membolak-balik
42

posisi tubuh
o ketidakstabilan postur tubuh saat
melakukan rutinitas yaitu
pekerjaan rumah tangga

3 DS : Keterbatasan Defisiensi
1. Ny.N mengatakan sudah 1 tahun kognitif pengetahuan
mengeluh nyeri lutut
2. Ny.N mengatakan sering
mengonsumsi kacang-kacangan
dan sayur yang bersantan

DO :
o Klien terlihat bingung dan
menggelengkan kepala saat
ditanya diet yang baik untuk asam
urat, serta di tanya klien tidak bisa
menjawab
o Klien bertanya mengenai
pencegahan agar nyeri asam urat
tidak kembali lagi
o Kadar asam urat 10,3 mg/dL
4 Faktor resiko : fisiologis - Resiko jatuh
1. Arthritis
2. Penurunan kekuatan ekstermitas
bawah
3. Masalah pada kaki
4. Gangguan pada sikap tubuh
5. Gangguan keseimbangan
6. Hambatan mobilitas fisik
7. Adanya penyakit akut
8. Gangguan tidur

11. Diagnos Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.N, yang pertama

adalah nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cidera

biologis ( inflamasi sendi ), Di tandai dengan : Data subjektif : Ny.N

mengatakan nyeri timbul pada saat mengkonsumsi makanan seperti


43

kacang-kacangan, sayur yang bersantan dan duduk dengan kaki terlipat

terlalu lama, Ny.N mengatakan nyeri yang dirasakan pada daerah lutut

dan pergelangan kaki, tidak menyebar, Ny.N mengatakan susah untuk

berjalan, Ny.N mengatakan tidak tahu soal penyakit yang di deritanya,

Nyeri di rasakan seperti tertusuk-tusuk, dan Data Objektifnya : TD :

140/80 mmHg, N : 80 x/mnt, R : 20x/mnt, S : 36,3 oC, skala nyeri 6,

terdapat nyeri pada bagian lutut dan pergelangan kaki sebelah kiri,

Muka nampak meringis, Kadar asam urat 10,3 mg/dL.


Diagnosa yang kedua adalah Hambatan Mobilisasi Fisik

berhubungan dengan Nyeri yang di tandai dengan : Data Subjektif :

Ny.N mengatakan susah untuk berjalan, Ny.N mengatakan nyeri yang

di rasakan pada daerah lutut dan pergelangan kaki, tidak menyebar,

dan Data Objektifnya : Kesadaran composmentis, perubahan dalam

cara berjalan yaitu dengan langka kecil, kesulitan dalam membolak-

balik posisi tubuh, ketidakstabilan postur tubuh saat melakukan

rutinitas yaitu pekerjaan rumah tangga.


Diagnosa yang ketiga adalah Defisiensi Pengetahuan

berhubungan dengan Keterbatasan Kognitif yang di tandai dengan

Data Subjektif : Ny.N mengatakan sudah 1 tahun mengeluh nyeri lutut,

Ny.N mengatakan sering mengonsumsi kacang-kacangan dan sayur

yang bersantan dan Data Objektif : Klien terlihat bingung dan

menggelengkan kepala saat ditanya diet yang baik untuk asam urat,

serta di tanya klien tidak bisa menjawab, Klien bertanya mengenai


44

pencegahan agar nyeri asam urat tidak kembali lagi, Kadar asam urat

10,3 mg/dL

Diagnosa keperatan yang keempat adalah risiko jatuh dengan

faktor risiko : Arthritis, Penurunan kekuatan ekstermitas bawah,

Masalah pada kaki, Gangguan pada sikap tubuh, Gangguan

keseimbangan, Hambatan mobilitas fisik, Adanya penyakit akut,

Gangguan tidur

12. Intervensi Keperawatan


Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnose Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut b/d agen-agen Setelah di lakukan Manajemen nyeri :
penyebab cidera biologis tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri
( inflamasi sendi ) selama 4 kali kunjungan di komprehensif yang
DS : harapkan tingkat nyeri meliputi lokasi,
1. Ny.N mengatakan menurun dari skala 6 ke karekteristik, durasi,
nyeri timbul pada saat skala 3, dengan kriteria frekuensi, kualitas,
mengkonsumsi hasil : intensitas, atau beratnya
makanan seperti 1. Klien melaporkan nyeri dan faktor pencetus.
kacang-kacangan, nyeri dan 2. Gunakan komunikasi
sayur yang bersantan pengaruhnya dalam terapeutik agar klien dapat
dan duduk dengan tubuh mengekspresikan nyeri
45

kaki terlipat terlalu 2. Klien mampu 3. Ajarkan penggunaan


lama. mengenal skala, teknik kompres kayu
2. Ny.N mengatakan intensitas, manis
nyeri yang dirasakan frekuensi, dan 4. Ajarkan prinsip-prinsip
pada daerah lutut dan lamanya periode manajemen nyeri
pergelangan kaki, nyeri. 5. Lakukan pemeriksaan
tidak menyebar. 3. Klien mengatakan kadar asam urat.
3. Nyeri di rasakan rasa nyaman 6. Kurangi atau eliminasi
seperti tertusuk-tusuk setelah nyeri faktor-faktor yang dapat
berkurang mencetuskan atau
DO : 4. Tanda-tada vital meningkatkan nyeri
o TD : 140/80 mmHg dalam batas normal ( misalnya, ketakutan,
o Nadi : 80x/mnt 5. Ekspresi wajah kelelahan, keadaan
o R : 20x/mnt tenang monoton, dan kurang
o S : 36,3oC pengetahuan )
o Skala nyeri 6 7. Dukung istrahat/tidur
o Terdapat nyeri tekan yang adekuat untuk
membantu penurunan
pada lutut dan
nyeri
pergelangan kaki
8. Evaluasi keefektifan dan
sebelah kanan
tindakan mengontrol
o Muka nampak
nyeri.
meringis
o Kadar asam urat 10,3
mg/Dl

2 Hambatan mobilisasi fisik b/d Setelah di lakukan Terapi latihan : mobilitas sendi
nyeri tindakan keperawatan 1. Tentukan batasan
DS : selama 4 kali kunjungan di pergerakan sendi dan
1. Ny.N mengatakan harapkan masalah afeknya terhadap fungsi
susah untuk berjalan hambatan mobilisasi fisik sendi
2. Ny.N mengatakan dapat teratasi dengan 2. Monitor lokasi dan
nyeri yang dirasakan kriteria hasil : kecenderungan adanya
pada daerah lutut dan 1. Klien meningkat nyeri dan
pergelangan kaki, dalam aktivitas ketidaknyamanan selama
tidak menyebar. fisik pergerakan/aktivitas
DO : 2. Mengerti tujuan 3. Pakaikan baju yang tidak
o Kesadaran dari peningkatan menghambat pergerakan
composmentis mobilitas pasien
o perubahan dalam cara 4. Jelaskan pada pasien dan
berjalan yaitu dengan keluarga manfaat dan
langka kecil tujuan melakukan latihan
o kesulitan dalam sendi.
membolak-balik posisi 5. Lakukan latihan ROM
tubuh aktif atau ROM dengan
o ketidakstabilan postur bantuan, sesuai dengan
46

tubuh saat melakukan indikasi


rutinitas yaitu 6. Bantu untuk melakukan
pekerjaan rumah pergerakan sendi yang
tangga ritmis dan teratur sesuai
kadar nyeri yang bisa di
toleransi, ketahanan dan
pergerakan sendi.
7. Istruksikan
pasien/keluarga cara
melakukan latihan ROM
pasif ROM dengan
bantuan atau ROM aktif.
3 Defisiensi penegtahuan b/d Setelah di lakukan Pengajaran proses penyakit:
keterbatasan kognitif tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat pengetahuan
DS : selama 4 kali kunjungan di pasien terkait dengan
1. Ny.N mengatakan harapkan masalah proses penyakit yang
sudah 1 tahun defisiensi pengetahuan spesifik
mengeluh nyeri lutut dapat teratasi dengan 2. Jelaskan tanda dan gejala
2. Ny.N mengatakan kriteria hasil : yang umum dari penyakit,
sering mengonsumsi 1. pasien dan keluarga sesuai kebutuhan
kacang-kacangan dan mampu menjelaskan 3. Identifikasi perubahan
sayur yang bersantan kembali apa yang di kondisi fisik pasien
jelaskan perawat 4. Diskusikan perubahan
DO : 2. pasien dan keluarga gaya hidup yang mungkin
o Klien terlihat bingung mampu memahami di perlukan untuk
dan menggelengkan kondisi penyakit, mencegah komplikasi di
kepala saat ditanya dan diet yang masa yang akan datang
diet yang baik untuk sarankan dan/atau mengontrol
asam urat, serta di proses penyakt
tanya klien tidak bisa 5. Jelaskan alasan di balik
menjawab manajemen/terapi/penang
o Klien bertanya anan yang di
mengenai pencegahan rekomendasikan
agar nyeri asam urat 6. Intruksikan pasien
tidak kembali lagi mengenai tindakan untuk
o Kadar asam urat 10,3 mencegah/meminimalkan
mg/dL efek samping penanganan
dari penyakit, sesuai
kebutuhan..
4 Risiko jatuh Setelah di lakukan Pencegahan jatuh :
Faktor risiko : fisiologis perawatan selama 4 kali 1. Identifikasi perilaku dan
1. Arthritis pertemuan di harapkan faktor yang
2. Penurunan kekuatan masalah risiko jatuh dapat mempengaruhi resiko
ekstermitas bawah teratasi dengan kriteria jatuh
3. Masalah pada kaki hasil : 2. Monitor kemampuan
4. Gangguan pada sikap 1. Klien tidak terjatuh untuk berpindah dari
47

tubuh tempat tidur ke kursi dan


5. Gangguan 2. Klien dapat sebaliknya
keseimbangan beraktivitas seperti 3. Monitor gaya berjalan
6. Hambatan mobilitas biasa. ( terutama kecepatan ),
fisik keseimbangan dan tingkat
7. Adanya penyakit akut kelelahan dengan
8. Gangguan tidur ambulasi
4. Dukung pasien untuk
menggunakan tongkat
atau walker dengan tepat.
5. Sarankan menggunakan
alas kaki yang aman
6. Ajarkan anggota keluarga
mengenai faktor risiko
yang berkontribusi
tehadap danya kejadian
jatuh dan bagaimana
keluarga bisa menurunkan
resiko ini

13. Implementasi dan Evaluasi


Tabel 2.4 implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Waktu/tang No. Implementasi Evaluasi TT
gal Diagnosa
Senin, 08- 1. 1. Mengkaji secara komprehensif S: klien mengatakan nyeri
04-2019 tentang nyeri, meliputi : lokasi, di rasakan di bagian lutut
karakteristik, durasi, frekuensi, dan pergelangan kaki
Jam 10.00 kualitas, intensitas/bertanya nyeri sebelah kanan, seperti
Wita dan faktor-faktor pencetus tertusuk-tusuk, di rasakan
2. Menggunakan komunikasi selama 10 menit, tidak
terapeutik agar klien dapat menyebar
mengekspresikan nyeri O:
3. Melakukan pemeriksaan kadar TD : 140/80 mmHg,
asam urat N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
Kadar asam urat 10,3 mg/dL
skala nyeri 6, terdapat nyeri
48

tekan pada lutut dan


pergelangan kaki sebelah
kanan
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Jam 10.20 2. 1. Memonitoring lokasi dan S:
kecenderungan adanya nyeri dan  klien mengatakan nyeri
ketidaknyamanan selama dirasakan di bagian lutut
pergerakan/aktivitas dan pergelangan kaki
2. Menganjurkan pasien  klien mengatakan susah
menggunakan baju yang tidak untuk berjalan
menghambat pergerakan pasien O:
TD : 140/80 mmHg,
N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
Klien nampak lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Jam 10.35 3. 1. Mengkaji ringkat S:
pengetahuan pasien terkait  klien memahani dengan
dengan proses penyakit yang penjelasan perawat
spesifik tentang penyakitnya
2. Menjelaskan tanda dan gejala O:
yang umum dari penyakit, TD : 140/80 mmHg,
sesuai kebutuhan N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
Klien nampak lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

Jam 11.00 4. 1. Mengidentifikasi perilaku S : klien mengatakan susah


dan faktor yang untuk berjalan dan
mempengaruhi resiko jatuh kesemutan saat berdiri
O:
TD : 140/80 mmHg,
N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
Klien nampak lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Selasa, 09- 1. 1. Melakukan teknik non- S: klien mengatakan masih
04-2019 farmakologi untuk merasakan nyeri di bagian
mengurangi nyeri yaitu lutut
49

Jam 09:00 dengan teknik kompres kayu O:


wita manis selama kurang lebih TD: 140/80 mmHg,
15-20 menit dengan dua N: 80x/mnt,
sendok bubuk kayu manis R: 20x/mnt,
dan air hangat secukupnya S : 36,3oC,
sampai berbentuk pasta. skala nyeri 4
2. Mengajarkan prinsip-prinsip A: masalah belum teratasi
manajemen nyeri yaitu teknik P: lanjutkan intervensi
relaksasi napas dalam
Jam 09.30 2. 1. Menjelaskan pada pasien dan S:
keluarga manfaat dan tujuan  klien mengatakan nyeri
melakukan latihan sendi. di lutut sudah berkurang
Jam 09:45 2. Mengajarkan latihan ROM  klien mengatakan sudah
aktif atau ROM dengan bisa berjalan walaupun
bantuan, sesuai dengan masih lambat.
indikasi kurang lebih 5 menit O:
sebanyak 3 kali, dengan TD : 140/80 mmHg,
metode flexsion dan N: 80x/mnt,
ekstension, dan dorsal R: 20x/mnt,
flexsion dan plantar flexsion S : 36,3oC,
3. Membantu untuk melakukan Klien nampak lemah
pergerakan sendi yang ritmis A : masalah belum teratasi
dan teratur sesuai kadar nyeri P : lanjutkan intervensi
yang bisa di toleransi,
ketahanan dan pergerakan
sendi.

Jam 10.05 3. 1. Mengidentifikasi perubahan S: klien mengatakan sedikit


kondisi fisik pasien bengkak di bagian
pergelangan kaki sebelah
kanan dengan warna
kemerahan

O:
TD : 140/80 mmHg,
N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
Klien nampak lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Jam 10.15 4. 1. Memonitoring kemampuan S : klien mengatakan susah
untuk berpindah dari tempat untuk berjalan dan
tidur ke kursi dan sebaliknya kesemutan saat berdiri
O:
TD : 140/80 mmHg,
50

N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
Klien nampak lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Rabu, 10- 1. 1. Melakukan teknik non- S: klien megatakan nyeri
04-2019 farmakologi untuk pada bagian lututnya
mengurangi nyeri yaitu berkurang
Jam 09:00 dengan teknik kompres kayu O:
Wita manis selama kurang lebih TD: 140/80 mmHg, N:
15-20 menit dengan dua 80x/mnt,
sendok bubuk kayu manis R: 20x/mnt,
dan air hangat secukupnya S : 36,3oC,
sampai berbentuk pasta. Kadar asam uarat 8,8 mg/dL
2. Mengajarkan prinsip-prinsip skala nyeri 3
manajemen nyeri yaitu teknik A: masalah belum teratasi
relaksasi napas dalam P: lanjutkan intervensi
3. Melakukan pemeriksaan
kadar asam urat
Jam 09.30 2. 1. Mengajarkan latihan ROM S:
aktif atau ROM dengan  klien mengatakan nyeri
bantuan, sesuai dengan di lutut sudah berkurang
indikasi. kurang lebih 5 menit  klien mengatakan sudah
sebanyak 3 kali, dengan bisa berjalan walaupun
metode flexsion dan masih lambat.
ekstension, dan dorsal O:
flexsion dan plantar flexsion TD : 140/80 mmHg,
N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
Klien nampak lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Jam 10.00 3. 1. Diskusikan perubahan gaya S : klien mengatakan
hidup yang mungkin di memahami penjelasan
perlukan untuk mencegah mengenai perubahan gaya
komplikasi di masa yang hidup untuk mencegah
akan datang dan/atau komplikasi
mengontrol proses penyakt O:
TD : 140/80 mmHg,
N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
Klien nampak lemah
A : masalah belum teratasi
51

P : lanjutkan intervensi
Jam 10.20 4. 1. Monitor gaya berjalan S : klien mengatakan sudah
( terutama kecepatan ), bisa berjalan walaupun masi
keseimbangan dan tingkat lambat
kelelahan dengan ambulasi O:
TD : 140/80 mmHg,
N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
Klien nampak lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Kamis,11- 1. 1. Melakukan teknik non- S: klien megatakan nyeri
04-2019 farmakologi untuk pada bagian lututnya
mengurangi nyeri yaitu berkurang
Jam 09:00 dengan kompres kayu manis O:
Wita selama kurang lebih 15-20 TD: 140/80 mmHg, N:
menit dengan dua sendok 80x/mnt,
bubuk kayu manis dan air R: 20x/mnt,
hangat secukupnya sampai S : 36,3oC,
berbentuk pasta. skala nyeri 3
2. Mengajarkan prinsip-prinsip A: masalah belum teratasi
manajemen nyeri yaitu teknik P: lanjutkan intervensi
relaksasi napas dalam
Jam 09.30 2. 1. Mengajarkan latihan ROM S : klien mengatakan tidak
aktif atau ROM dengan
susah lagi untuk berjalan
bantuan, sesuai dengan
O:
indikasi. kurang lebih 5 menit
TD : 140/80 mmHg,
sebanyak 3 kali, dengan N: 80x/mnt,
metode flexsion dan
R: 20x/mnt,
ekstension, dan S : 36,3oC,
dorsal
flexsion dan plantar flexsion
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Jam 10.00 3. 1. Menjelaskan alasan di balik S : klien mengatakan paham
manajemen/terapi/penangana dengan penjelasan
n yang di rekomendasikan mengenai terapi dan
penanganan proses penyakit
O:
TD : 140/80 mmHg,
N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Jam 10.20 4. 1. Dukung pasien untuk S : klien mengatakan tidak
menggunakan tongkat atau susah lagi untuk berdiri
52

walker dengan tepat. O:


2. Sarankan menggunakan alas TD : 140/80 mmHg,
kaki yang aman N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
Klien nampak lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Jumat, 12- 1. 1. Melakukan teknik non- S: klien megatakan nyeri
04-2019 farmakologi untuk pada bagian lututnya
mengurangi nyeri yaitu berkurang
Jam 09:00 dengan teknik kompres kayu O:
Wita manis selama kurang lebih TD: 140/80 mmHg, N:
15-20 menit dengan dua 80x/mnt,
sendok bubuk kayu manis R: 20x/mnt,
dan air hangat secukupnya S : 36,3oC,
sampai berbentuk pasta. Kadar asam urat 6,3 mg/dL
2. Mengajarkan prinsip-prinsip skala nyeri 3
manajemen nyeri yaitu teknik A: masalah teratasi
relaksasi napas dalam P: pertahankan intervensi
3. Melakukan pemeriksaan
kadar asam urat
4. Mengevaluasi keefektifan
dan tindakan mengontrol
nyeri.
Jam 09.40 2. 1. Mengajarkan latihan ROM S : klien mengatakan tidak
aktif atau ROM dengan susah lagi untuk berjalan
bantuan, sesuai dengan O :
indikasi kurang lebih 5 menit TD : 140/80 mmHg,
sebanyak 3 kali, dengan N: 80x/mnt,
metode flexsion dan R: 20x/mnt,
ekstension, dan dorsal S : 36,3oC,
flexsion dan plantar flexsion A : masalah teratasi
Jam 10.05 2. Menistruksikan P : pertahankan intervensi
pasien/keluarga cara
melakukan latihan ROM
pasif ROM dengan bantuan
atau ROM aktif
Jam 10.30 3. 1. Menintuksikan pasien S : klien mengatakan paham
mengenai tindakan untuk dengan informasi ynag telah
mencegah/meminimalkan di jelaskan
efek samping penanganan O :
dari penyakit, sesuai TD : 140/80 mmHg,
kebutuhan.. N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
53

A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
Jam 10.40 4. 1. Mengajarkan anggota S : klien dan anggota
keluarga mengenai faktor keluarga paham dengan
risiko yang berkontribusi penjelasan perawat
tehadap adanya kejadian O:
jatuh dan bagaimana keluarga TD : 140/80 mmHg,
bisa menurunkan resiko ini N: 80x/mnt,
R: 20x/mnt,
S : 36,3oC,
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

B. Pembahasan

Keluhan utama yang di rasakan oleh Ny.N yaitu Ny.N mengatakan

nyeri timbul pada saat mengkonsumsi makanan seperti kacang-kacangan,

sayur yang bersantan, dan duduk dengan kaki terlipat terlalu lama. Ny.N

mengatakan nyeri yang dirasakan pada daerah lutut dan pergelangan kaki,

tidak menyebar. Nyeri di rasakan seperti tertusuk-tusuk, nyeri di rasakan

hilang timbul, skala nyeri 6, nyeri di rasakan selama 10 menit, kadar asam

urat 10,3 mg/dL. Riwayat penyakit dahulu yang di derita oleh klien adalah

hipertensi, dan klien belum perna di rawat di RS.


Pemeriksaan fisik yang di dapatkan pada klien Ny.N yaitu keadaan

umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi

80x/mnt, Respirasi 20x/mnt, Suhu 36,3oC, skala nyeri 6, terdapat nyeri

tekan pada lutut dan pergelangan kaki sebalah kanan, pada bagian
54

ekstermitas atas dan bawah ke dua kaki dan tangan Ny.N sejajar, namun

ada edema pada kaki sebelah kanan, kemampuan mengubah posisi baik,

pergerakan ke dua tangan baik, pergerakan kaki sebelah kanan mengalami

keterbatasan gerak terasa nyeri dan kesemutan akibat melipat kaki terlalu

lama.
Menurut Judith Wilkonson (2016), diagnose yang sering muncul

pada klien yang menderita gout arthritis adalah nyeri akut, hambatan

mobilisasi fisik, defisiensi pengetahuan dan risiko jatuh. Dan berdasarkan

hasil pengkajian yang di lakukan penulis, di dapatkan masalah

keperawatan prioritas yaitu nyeri akut di tandai dengan data subjektif Ny.N

mengatakan nyeri timbul setelah makan makan kacang-kacangan, sayur

yang bersantan, dan duduk melipat kaki terlalu lama, Ny.N mengatakan

nyeri yang dirasakan pada daerah lutut dan pergelangan kaki, tidak

menyebar. Nyeri di rasakan seperti tertusuk-tusuk dan data objektif yang

di peroleh yaitu tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi 80x/mnt, respirasi

20x/mnt, Suhu 36,3oC, skala nyeri 6 terdapat nyeri tekan pada bagian lutut

dan pergelangan kaki sebelah kanan, dengan hasil pemeriksaan kadar asam

urat pertama 10,3 mg/dL, yang kedua 8,8 mg/dL, dan yang ketiga 6,3

mg/dL. Berdasarkan diagnosa yang di dapatkan pada Ny.N sejalan dengan

teori yang ada, namun penulis hanya berfokus pada satu diagnosa prioritas

yang di terapkan pada pasien yaitu nyeri akut. Nyeri sendi pada pasien

Gout Arthitis terjadi karena adanya endapan kristal monosodiumurat yang

terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di

dalam darah. Bila kristal urat tertimbun pada jaringan diluar sendi akan
55

membentuk tofi atau tofu yaitu benjolan bening di bawah kulit yang berisi

kristal urat yang menyebabkan timbulnya nyeri.


Hasil intervensi yang di lakukan di desa petirobajo kelurahan

kasiguncu pada klien Ny.N setelah di lakukan pemberian terapi kompres

kayu manis selama 1 minggu dengan 4 kali pemberian terapi kompres

kayu manis menunjukan perubahan yang signifikan, klien Ny.N

mengatakan sebelum di berikan kompres kayu manis klien merasakan

nyeri dengan skala nyeri 6, tetapi setelah pemberian 4 kali terapi kompres

kayu manis klien merasakan nyerinya sudah berkurang dan klien bisa

berjalan dengan normal, selain itu pemeriksaan kadar asam urat dari Ny.N

yang pertama nya 10,3 gr/dL selama 4 kali pemberian terapi kompres kayu

manis sudah berangsur-angsur turun menjadi 6,3 gr/dL. Sebelumnya Ny.N

jarang atau bahkan belum perna melakukan terapi pengobatan nyeri sendi

Gout Arthritis dengan pengobatan kompres kayu manis, Ny.N hanya

mengandalkan obat-obatan medis seperti allopurinol. Setelah Ny.N di

berikan kompres kayu manis intensitas nyeri Ny.N menjadi menurun karna

efek kompres kayu manis dapat merelaksasikan otot, menghambar

terjadinya inflamasi, memberi perasaan nyaman, merangsang pengeluaran

endhorpins dan antirematik.


Berdasarkan data penelitian yang di peroleh, kompres kayu manis

sangat berpengaruh dalam mengurangi intensitas nyeri pada penyakit Gout

Arthitis, di mana Ny.N mengalami penurunan intensitas nyeri dan

penurunan Asam Urat setelah di lakukan penerapan kompres kayu manis

selama 4 kali pemberian dengan waktu 15-20 menit.


56

Kompres kayu manis ini merupakan pengobatan tradisional atau

terapi komplementer untuk mengurangi nyeri Gout Arthritis. Kompres

kayu manis mengandung bermacam-macam bahan yaitu minyak atsiri (1-

4%) yang berisi sinamaldehid (60-80%), eugenol (sampai 10%) dan trans

asam sinnamat (5-10%, senyawa fenol (4-10%), tannin, katechin,

proanthocyanidin, monoterpen, dan sesquiterpen (pinene), kalsium

monoterpen oksalat, gum getah, resin, pati, gula, dan coumarin dan Kayu

manis juga mempunyai kandungan kimia yang sangat berperan sebagai

anti rematik dan antiiflamasi.


Kompres dengan menggunakan air hangat mengakibatkan

terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga akan meningkatkan

relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan, dan

juga memberikan rasa yang nyaman. Penambahan kayu manis dalam air

hangat lebih mendorong terjadinya penurunan nyeri sebab kayu manis

mengandung antiinflamasi dan anti remmatik yang berperan dalam proses

penyembuhan peradangan sendi. Intervensi kompres kayu manis sangat

berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri pada pederita Gout Arthitis.


Hal ini di dukung oleh penelitian Sri dan Sigit (2017), melihat

pengaruh kompres kayu manis terhadap penurunan skala nyeri pada

penderita Gout Arthitits terutama pada lansia di wilayah kerja Puskemas

Ngluwar. Sri dan Sigit mengambil penderita yang berusia 60 tahun, yang

berjenis kelamin perempuan. Hal ini dikerenakan perempuan telah

mengalami menopause. Perempuan yang mengalami menopause hormone

ektrogennya menurun, sehingga tidak dapat mengontrol pembungan asam


57

urat. Penderita yang mengalami Gout Arthitis dengan kriteria nyeri ringan

( skala 3 ). Pemberian intervensi di lakukan sebanyak dua kali dengan hari

yang berbeda dengan maksud agar intervensi menjadi faktor utama dalam

penurunan nyeri sendi dan meminimalisir faktor-faktor lain yang bisa

perpengaruh. Terdapat penurunan skala nyeri pada penderita Gout Arthitis

secara signifikan, artinya bahwa intervensi menggunakan kompres kayu

manis lebih memberi efek terhadap penurunan nyeri Gout atrhitis. Dengan

demikian, berarti kompres kayu manis (Cinnamomum Burmannii)

berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri Gout Atrhitis pada lanjut usia.
Jadi dapat di tarik kesimpulan bahwa pemberian terapi kompres

kayu manis dengan 4 kali pemberian pada pagi hari selama 1 minggu

dalam waktu kurang lebih 15-20 menit dapat menurunkan nyeri lutut yang

di rasakan Ny.N dan penurunan kadar Asam urat, karna kayu manis

mengandung antiinflamasi dan anti rematik yang berperan dalam proses

penyembuhan peradangan sendi.


Diagnosa kedua yaitu Hambatan Mobilisasi Fisik yang di tandai

dengan data subjektif Ny.N mengatakan susah untuk berjalan, Ny.N

mengatakan nyeri yang di rasakan pada daerah lutut dan pergelangan kaki,

tidak menyebar, dan data objektifnya : Kesadaran composmentis,

perubahan dalam cara berjalan yaitu dengan langka kecil, kesulitan dalam

membolak-balik posisi tubuh, ketidakstabilan postur tubuh saat melakukan

rutinitas yaitu pekerjaan rumah tangga. Pada penderita Gout Atrhitis

mengalami gangguan pergerakan yang disebut juga dengan gangguan

mobilisasi. Gangguan mobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang


58

tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu

pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang,

cedera otak berat diserati fraktur pada ekstremitas dan sebaginya.


Berdasarkan diagnosa Hambatan Mobilisasi fisik, peneliti

memberikan intervensi ROM untuk mengurangi kekakuan pada sendi. .

Setelah di lakukan ROM sebanyak 4 kali dalam 1 minggu, masalah

hambatan mobilasasi fisik teratasi. Ny.N mengatakan tidak susah lagi

untuk berjalan dan nyeri yang di rasakan sudah berkurang. Penelitian yang

telah dilakukan ini sejalan dengan Penelitian Hermina,dkk (2016), dalam

pemberian asuhan keperawatan pada penderita Asam Urat yang menjadi

masalah keperawatan adalah hambatan mobilitas fisik dapat diselesaikan

dengan melatih gerak aktif dan pasif pada ektermitas yang sakit sehingga

dapat mengurangi kekakuan pada sendi. Latihan ROM mempengaruhi

tingkat kenyamanan lansia dan memperlihatkan perubahan pada respon

perasaan dan nyeri, sehingga dapat di simpulkan bahwa latihan ROM

menjadi salah satu bentuk distraksi atau pengalihan dari kondisi

ketidaknyamanan lansia.
Diagnosa yang ketiga yaitu Defisiensi Pengetahuan yang di tandai

dengan data subjektif : Ny.N mengatakan sudah 1 tahun mengeluh nyeri

lutut, Ny.N mengatakan sering mengonsumsi kacang-kacangan dan sayur

yang bersantan dan data objektif : Klien terlihat bingung dan

menggelengkan kepala saat ditanya diet yang baik untuk asam urat, serta

di tanya klien tidak bisa menjawab, Klien bertanya mengenai pencegahan

agar nyeri asam urat tidak kembali lagi, Kadar asam urat 10,3 mg/dL. Pada
59

penderita Gout Arthitis sebagian besar tidak mengetahui makanan yang

menyebabkan kadar asam urat menjadi tinggi, oleh karena itu penderita

perlu untuk mengetahui salah satu cara mengatasi penyakit Gout Arthitis ,

selain melalui pemberian obat, juga dengan cara pengaturan makanan yang

dapat mengurangi asam urat dalam darah. Pengaturan makanan pada

penderita Gout Arthitis merupakan suatu kesatuan dengan kegiatan

perawatan medis dan pengobatan. Bagi seorang penderita Gout Arthitis,

baik kronis maupun akut, diet yang diberikan merupakan salah satu

kegiatan upaya penyembuhan penyakit.


Berdasarkan diagnosa defisiensi pengetahuan, peneliti memberikan

intervensi berupa Edukasi pada Ny.N dengan mengkaji tingkat

pengetahuan Ny.N tentang penyakit yang di derita dan perubahan gaya

hidup yang mungkin di perlukan untuk mencegah komplikasi di masa

yang akan datang atau mengontrol proses penyakit, salah satunya yaitu

penjelasan mengenai proses penyakit dan edukasi mengenai makanan yang

boleh untuk di konsumsi dan makan yang tidak boleh di konsumsi untuk

p3nderita Gout Arthitis. Dan setelah melakukan Edukasi selama 1 minggu

masalah defisiensi pengetahuan teratasi. Ny. N mengatakan sudah paham

dengan informasi yang telah di jelaskan.


Hal ini di dukung oleh penelitian Nurhayati (2018), menyimpulkan

bahwa ada hubungan yang cukup signifikan antara pola makan dengan

penyakit Gout Arthitis di Desa Limran Kelurahan Pantoloan Boya

Kecamatan Tawaeli. Semakin sering seseorang mengonsumsi makan yang


60

mengandung tinggi purin semakin tinggi pula kadar asam urat dalam darah

yang dapat berakibat terhadap penyakit Gout Arthitis.


Diagnosa yang keempat yaitu resiko jatuh dengan faktor risiko :

Arthritis, Penurunan kekuatan ekstermitas bawah, Masalah pada kaki,

Gangguan pada sikap tubuh, Gangguan keseimbangan, Hambatan

mobilitas fisik, Adanya penyakit akut, Gangguan tidur. Pada penderita

Gout Arthitis juga sering terjadi resiko jatuh yang di akibat dari nyeri yang

di rasakan sehingga untuk melakukan aktivitas sangat terbatas,

Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak

mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf

motorik dan sensorik pada area tubuhnya.


Diagnosa resiko jatuh, peneliti memberikan intervensi yaitu

mengajarkan anggota keluarga mengenai faktor resiko yang berkontribusi

terhadap adanya kejadian jatuh dan bagaiman keluarga bisa menurunkan

resiko ini serta memonitor kemampuan untuk berpindah dan gaya berjalan.

Setelah dilakukan selama 1 minggu masalah resiko jatuh teratasi dengan

hasil resiko jatuh tidak terjadi.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Pemberian kompres kayu manis dengan 4 kali pemberian selama 1

minggu dapat menurunkan nyeri sendi yang di rasakan klien Ny.N. Skala

nyeri sebelum di berikan kompres kayu manis pada klien Ny.N yaitu

dengan skala nyeri 6, setelah di berikan kompres kayu manis menjadi

skala nyeri 3, dan dengan melakukan Edukasi mengenai makan yang baik

pada penderita Gout Atrhitis selama 1 minggu. Setelah dilakukan

pemeriksaan kadar asam urat sudah berangsur-angsur turun yang

sebelumnya 10,3 mg/dL menjadi 6,3 mg/dL.

B. Saran

1. Klien di harapkan dapat memahami informasi tentang terapi untuk

penderita nyeri sendi Gout Atrhitis sehingga dapat mengurangi nyeri

yang di alami dengan penerapan non-farmakologi ( kompres Kayu

Manis ) sehingga klien tidak hanya menggantungkan pada obat-obatan

farmakologi dalam menurunkan skala nyeri sendi

2. Di harapkan bagi tenaga kesehatan untuk lebih mengaktifkan kader

kesehatan dalam penerapan terapi non-farmakologi seperti

menggunakan kompres kayu manis


3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan materi penelitian ini

sebagai data dasar dalam penelitian dengan masalah nyeri sendi Gout

Atrhitis dengan menggunakan terapi non-farmakologi penerapan

kompres kayu manis sehingga hasil penelitian dapat lebih berkembang.

64
DAFTAR PUSTAKA
XChang Esther, Dkk. (2009). Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan.
Jakarta : EGC

Herlina, dkk (2016). Latihan Range of Motion Berpengaruh terhadap Mobilitas


Fisik pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso
Yogyakarta Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. Yogyakarta :
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI

Laporan Dinkes (2018). Profil Kesehatan Kabupaten poso. di peroleh tanggal 30


januari 2019.

Laporan Rikesda (2018). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Badan


Penelitian dan Pengembangan Ksehatan: jakarta. di peroleh tanggal 31
januari 2019

Laporan Puskesmas Mapane (2018). Profil Puskesmas Mapane. di peroleh tanggal


01 februari 2019

Lemone Priscilla, Dkk. (2015). Buku ajar Kererawatan Medikal Bedah Edisi 5.
Jakarta : EGC

Margowati Sri & Priyanto Sigit. (2017). PENGARUH PENGGUNAAN


KOMPRES KAYU MANIS (Cinnamomum Burmani) TERHADAP
PENURUNAN NYERI PENDERITA ARTHITIS GOUT. UAD, Yogyakarta

Nugroho, H Wahjudi B.Sc., SKM. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik


Edisi 3. Jakarta: EGC

65
66
66

Nurarif Huda Amin, S.Kep. Ns & Kusuma Hardhi, S.Kep Ns. (2015). Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa dan Nanda Nic-Noc jilid 2.
Jogjakarta: Mediaction

Nurhayati, (2018). HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TERJADINYA


PENYAKIT GOUT (ASAM URAT) DI DESA LIMRAN KELURAHAN
PANTOLOAN BOYA KECAMATAN TAWELI Jurnal KESMAS, Vol. 7 No. 6,

Ribka Seran, Dkk. (2016). HUBUNGAN ANTARA NYERI GOUT ARTHRITIS


DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DI PUSKESMAS TOWUNTU TIMUR
KECAMATAN PASAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. ejournal
Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1

Siregar Munawaroh, Dkk. (2018). PENGARUH PENGGUNAAN KOMPRES


KAYU MANIS (Cinnamomum Burmani)TERHADAP PENURUNAN NYERI
PENDERITA ARTHITIS GOUT. JOM FKp, Vol. 5 No. 2

Kholifah Nur Siti, SKM, M.Kep, Sp.Kom. (2016). Keperawatan Gerontik.


Jakarta Selatan: EGC

Wilkinson Judith M, (2016). Diagnosis keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC

World Health Organization (WHO). (2017). WHO methods and data sources
global burden of diasese estimates 2000-2015.
67
68
69
70

Lampiran 3

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
judul
2 Penyusunan
proposal
3 konsultasi
4 Perbaikan
5 Persetujuan
6 Ujian proposal

7 Perbaikan
8 Perizinan
penelitian
9 Penelitian

10 Pengelolaan
data
11 Konsultasi
hasil
12 Ujian KTI

13 perbaikan

14 Penyetoran
KTI
71

Lampiran 4
PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN
1. Saya adalah Desi Kristanti Dala, Mahasiswa Dari Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan
Keperawatan Prodi DIII Keperawatan Poso yang sedang melakukan penelitian tugas
akhir, dengan ini meminta bapak/ibu untuk berpatisipasi dengan sukarela dalam
penelitian yang berjudul “ Penerapan Kompres Kayu Manis Terhadap Penurunan Nyeri
pada Asuhan Keperawatan Gerontik pada Pasien dengan Kasus Gout Arthitis ”.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan Penerapan Kompres Kayu Manis
Terhadap Penurunan Nyeri pada Asuhan Keperawatan Gerontik pada Pasien dengan
Kasus Gout Arthitis
3. Manfaat bagi bapak/ibu klien adalah akan memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih
memuaskan khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan serta meningkatkan pengetahuan
terutama mengennai penyakit yang diderita.
4. Tindakan yang akan dilakukan adalah prosedur tindakan Kompres Kayu Manis Untuk
Menurunkan Nyeri pada penderita Gout Arthitis. Tindakan tersebut dilakukan selama 15-
20 menit.
5. Partisipasi bapak/ibu bersifat sukarela dan tidak ada paksaan.
6. Semua data yang telah diberkan selama penelitian disimpan dan dijaga kerahasiaannya.
Peneliti akan merahasiakan data bapak/ibu dengan cara memberi inisial sebagai
pengganti nama klien yang berarti identitas bapak/ibu hanya diketahui oleh peneliti.
Untuk informasi lebih lanjut bapak/ibu dapat menghubungi peneliti di nomor
082344621426

Poso,7 Februari 2019

Desi Kristanti Dala


72
73
74
75
76
77
78
79

Lampiran 6

SOAP KOMPRES KAYU MANIS


1 Pengertian Kompres kayu manis merupakan metode
yang di gunakan untuk mengurangi nyeri
dengan menggunakan bubuk kayu manis
dengan air hangat secukupnya, yang dapat
menimbulkan hangat pada bagian yang di
beri kompres.
2 Tujuan d. Memperlancar siskulasi darah
e. Mengurangi rasa sakit
f. Memberi rasa hangat, nyaman, dan
tenag pada pasien
3 Indikasi Pasien dengan riwayat Gout Arthitis
dengan nyeri
4 Persiapan alat d. Bubuk kayu mnais
e. Air hangat secukupnya
f. Baskom kecil
5 Pre interaksi c. Persiapan perawat, cuci tangan,
persiapan alat.
d. Persiapan lingkungan: jaga privasi
pasien
6 Fase orientasi e. Beri salam dan perkenalkan diri
f. Validasi : bagaimana perasaannya hari
ini ?
g. Jelaskan tujuan, prosedur tindakan dan
lama waktu yang di gunakan untuk
melakukan tindakan
h. Memberi kesempatan pasien untuk
bertanya
7 Tahap kerja f. Atur posisi nyaman pasien ( duduk )
g. Campurkan bubuk kayu manis 2
sendok dan campurkan dengan air
hangat secukupnya
h. Kompreskan kayu manis pada bagian
yang nyeri selama 15-20 menit,
kompres tiap 5 kali
i. Atur kembali posisi pasien yang
nyaman
j. Bereskan alat dan cuci tangan
8 Tahap terminasi d. Evaluasi perasaan pasien
e. Simpulkan hasil kegiatan
f. Lakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
g. Dokumentasikan
80

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Desi Kristanti Dala

Nim : PO0220216005

Jurusan / Prodi : Keperawatan / DIII Keperawatan Poso

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini benar – benar karya saya

sendiri bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui

sebagai hasil tulisan saya sendiri.

Apabila kemudian hari terbukti dapat dibuktikan KTI hasil jiplakan, maka saya menerima

sanksi atas perbuatan tersebut.

Poso, 11 Mei 2019

Yang membuat pernyataan

Desi Kristanti Dala


81

BIODATA PENULIS

A. IDENTITAS PENULIS

NAMA : Desi Kristanti Dala

NIM : PO 0220216005

Tempat/tanggal lahir : Silanca, 11 Desember 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen protestan

Alamat : Desa Labuadago, Kec.Lage, Kab. Poso

B. PENDIDIKAN

1. Tamat Sekolah Dasar Negeri 2 Silanca tahun 2010

2. Tamat Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Lage tahun 2013

3. Tamat Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan Palindondaya Sulewana tahun 2016

4. Terdaftar sebagai mahasiswa pendidikan kesehatan palu program studi DIII keperawatan

poso.

Anda mungkin juga menyukai