OLEH :
MURNI
NIM : PO02202160 36
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk diujikan oleh tim Penguji Poltekkes
Nama : MURNI
NIM : PO0220216036
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi
ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji Poltekkes
Nama : MURNI
NIM : PO0220216036
Poso, 7 Agustus 2019
Penguji I
Agusrianto.S.Kep, Ns. MM
NIP : 197307271997031002
Penguji II
I Made Nursana.S.Kep.Ns,M.Kes
NIP : 197106231995031002
Penguji III
Mengetahui
Ketua Program Studi
iii
POLITEKNIK KESEHATAN KESEHATAN PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN POSO
ABSTRAK
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.IntervensiKeperawatan............................................................ 39
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 9 : Dokumentasi
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat yang telah
pada asuhan keperawatanklien perilaku kekerasan di RSUD Madani palu” ini bisa
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.Proposal studi kasus ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih banyak kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis, diantaranya :
Kesehatan Palu
Keperawatan Poso Sekaligus Pembimbing 1yang selalu sabar dan tidak pernah
kasus ini.
vii
6. Kepada kedua orang tua saya. Bapak saya Firman dan Ibu saya Nur Walang
sekarang. Dan saudara kembar saya yang selalu mendukung dan memberikan
nasehat agar saya selalu sabar dan ikhlas selama penyusunan Proposal ini.
miasi, Iloh devi, Kadek ayu purnama sari, Jumriani dan Resti novianti yang
telah memberikan dukungan dan motivasi dan selalu menemani dalam senang
maupun susah, sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal studi kasus ini.
kasus ini.
dimiliki penulis maka Proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
ix
D. Tinjauan tentang relaksasi Otot Progresif ............................................................... 28
1. Definisi ............................................................................................................. 28
2. Tujuan Relaksasi Otot Progresif ...................................................................... 29
3. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif ......................................................... 29
4. Teknik terapi relaksasi otot progresif ............................................................... 29
E. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan .............................................................. 32
1. Pengkajian ......................................................................................................... 32
2. Pohon Masalah .................................................................................................. 40
3. Diagnosa Keperawatan...................................................................................... 40
4. Fokus Intervensi ................................................................................................ 41
5. Rencana Keperawatan dalam bentuk Strategi Pelaksanaan .............................. 45
DAFTAR PUSTAKA
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara
gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2011).
sekitar 268 juta orang terkena depresi, 40 juta orang terkena bipolar, 21
juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia (WHO, 2016).
Menurut WHO regional Asia Pasifik (WHO SEARO) tahun 2017, jumlah
dari jumlah populasi), terendah di Maldives (12.739 kasus atau 3,7% dari
1
2
kekerasan 2,5 kali lebih banyak dari populasi umum (Corrigan & Watson,
(Remenkes, 2018).
jiwapada tahun 2017 sebanyak 1.190 orang, sedangkan pada tahun 2018
1.012 orang, dan terjadi penurunan pada tahun 2018 dengan jumlah 850
orang. Data diruangan sawo tercatat jumlah pasien RPK pada tahun 2017
dgn jumlah 78,5 orang, sedangkan pada tahun 2018 terjadi peningkatan
3
dengan jumlah 281,8 orng. Dokter yang menangani pasien jiwa 3 orang
dan perawat sebanyak 66 orang (Rekam Medis RSUD Madani, 2017 &
2018).
(Volavka & Citrome, 2011). Dampak dari perilaku kekerasan yang muncul
diajarkan pada pasien perilaku kekerasan yaitu latihan fisik (tarik napas
dalam), latihan fisik II (pukul kasur & bantal), cara verbal, cara spiritual,
memukul bantal yang teknik ini bermanfaat untuk melatih pasien yang
dia menolak atau tidak mau melakukan sesuatu, manfaat dari tehnik
emosi tehnik ini untuk membantu pasien lebih tenang ketika marah, teknik
terakhir yaitu patuh minum obat tehnik ini bermanfaat dalam pengendalian
muncul lagi.
dapat memperkuat daya tahan tubuh, menjaga sel otak tetap muda,
Provinsi jawa tengah. hal ini dikarenakan relaksasi otot progresif dapat
napas dalam), latihan fisik II (pukul kasur & bantal), cara verbal, cara
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Madani Palu.
2. Tujuan Khusus
perilaku kekerasan
kekerasan
D. Manfaat Penelitian
kekerasan.
emosi pada klien dengan kasus perilaku kekerasan dan dapat dijadikan
perilaku kekerasan.
tahun-tahun berikutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
mental illenes adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena
tindakan (psychomotor).
dibedakan atas :
a. Faktor Biologis/Jasmaniah
1) Keturunan
8
9
2) Jasmaniah
skizofrenia.
3) Temperamen
gangguan jiwa.
yang dingin, acuh tak acuh, kaku dan keras akan menimbulkan
d. Faktor Sosio-Kultural
5) Multiple cause
lainnya.
e. Faktor Presipitasi
demensia.
1) Skizofrenia
kemunduran kemauan.
2) Demansia
infeksi.
c. Depresi
1. Pengertian
a. Ringan
mengepalkan tangan.
b. Menengah (sedang)
c. Berat
Gambar 1.1
Keterangan :
a. Asertif
b. Frustasi
c. Pasif
d. Agresif
a. Teori neurobiologi
b. Teori psikososial
a. Faktor Prediposisi
1) Faktor biologis
e) Kecacatan fisik
f) Tumor otak
g) Trauma otak
h) Penyakit menahun
2) Faktor Psikologis
4) Perilaku
5) Bioneurologis
b. Faktor Presipitasi
dapat berupa injury secara psikis atau lebih dikenal dengan adanya
terancam , mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi
kritikan dari orang lain. Sedangkan contoh dari stresor internal : merasa
1) Klien
diri.
25
2) Lingkungan
sosial.
1. Definisi
a. Gejala emosional/kongnitif
3) Merasa gelisah
5) Sulit berkonsentrasi
6) Mudah bingung
sesuatu.
b. Gejala fisik :
1) Oto-otot tegang
4) Sakit dada
5) Sakit perut
6) Kram otot
Gambar 1.2
Keterangan Gambar :
lingkungan.
dan fungsi sosial. Yang hebat dan lama, menetap pada individu
Relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak
2017).
setyoadi dan kushariyadi (2017) bahwa tujuan dari teknik ini adalah :
Menurut setyoadi dan kushariyadi (2017, hlm 108) bahwa indikasi dari
a. Persiapan
b. Prosedur
detik.
belakang.
menegang.
3). Gerakan 3 : dirujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada
(seperti dahi,mata,mulut,rahang)
rahang.
b) Punggung dilengkungkan.
kemudian rileks
udara sebanyak-banyaknya.
kemudian dilepas.
lega.
tegang
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Alasan Masuk
c. Faktor Predisposisi.
gangguan jiwa.
38
d. Pemeriksaan Fisik
e. Psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri
a. Citra tubuh
b. Identitas diri
posisinnya.
39
c. Peran diri
d. Ideal diri
e. Harga diri
orang lain.
f. Hubungan sosial
orang lain.
40
g. Spiritual
h. Status mental
i. Penampilan
pembicaraan.
k. Aktivitas motoric
l. Alam perasaan
m. Afek
o. Persepsi
depersonalisasi.
p. Proses piker
1) Makan
2) Berpakaian
3) Mandi
aroma bau.
4) BAB/BAK
BAB/BAK.
5) Istirahat
6) Penggunaan obat
tidak teratur.
malas.
43
g. Mekanisme koping
1) Adaptif
2) Maladaptif
4) Pengetahuan
keputusan.
5) Sumber Koping
2. Pohon Masalah
Resiko
mencederai
diri
sendiri,orang
lain &
Lingkungan
Perilaku kekerasan Perubahan
Persepsi
Sensori :
Halusina
si
Infektif Gangguan
konsep Isolasi Sosial
pros
es diri: harga
terapi diri rendah
Koping Berduka
kelu Disfungsional
arga Di
Tidak
efek
tif Gambar 1.3.Pohon Masalah Perilaku kekerasan
Sumber (Yosep,2017)
3. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku kekerasan
c. Isolasi Sosial
d. Halusiansi
46
4. Fokus intervensi
DX
N KEP. PERENCANAAN INTERVENSI
O
. TUJUAN KRITERIA
EVALUASI
Perilaku
1 TUM: Dalam berinteraksi klien · Beri salam /
kekerasan
. - Pasien dapat dapat menunjukan panggil nama
melanjutk tanda-tanda percaya pasien.
an pada perawat : · Sebut nama
hubungan perawat sambil
peran a. Pasien mau Salaman
sesuai membalas salam. · Jelaskan
tanggu b. Pasien mau maksud
ng jabatan hubungan
jawab. c. Pasien Interaksi
TUK: menyebutkan · Beri rasa
1. Pasie Nama nyaman dan
n d. sikap Empatis
dapat · Lakukan
Memb P kontrak singkat
ina as tapi sering
Hubun ie
gan n
saling te
percay rs
a e
n
y
u
m
e. Pasien ada kontak
Mata
f. Pasien tahu nama
Perawat
47
Pasien
menyediak
an waktu
untuk
kontrak
TUK: a. Pasien dapat · Beri
2. Pasie Mengungkapkan kesempatan
n perasaannya. untuk
dapat b. Pasien dapat Mengungkapka
mengi menyebutkan n perasaannya.
dentifi perasaan marah / · Bantu pasien
kasi jengkel untuk
penye mengungkapka
bab n marah atau
marah jengkel.
/ amuk
n perasaannya
setelah
melakukan
demonstrasi.
TUK: a. Pasien dapat · Jelaskan jenis-
9. Pasien menggunakan jenis obat yang
dapat obat-obat yang diminum pasien
mengg diminum dengan dan keluarga.
unaka kegunaannya. 1 Diskusikan
n obat b. Pasien dapat manfaat minum
denga minum obat sesuai obat.
n program 2 Jelaskan
benar pengobatan prinsip 5 benar
minum obat
3 Anjurkan
pasien minum
obat tepat
waktu
TUK: · Jelaskan peran
10. Pasien a. Lingkungan serta
dapat mengetahui lingkungan
dukun bagaimana cara terhadap
gan menyikapi pasien kondisi pasien
dari dengan perilaku · Beri penjelasan
lingku kekerasan. bagaimana cara
ngan menyikapi
untuk pasien dengan
mengo perilaku
ntrol kekerasan
marah · Diskusikan
cara -cara yang
dilakukan untuk
menyikapi
pasien dengan
perilaku
kekerasan
Pelaksanaan
No Klien Keluarga
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab Mendiskusikan masalah yang
perilaku kekerasan. dirasakan keluarga dalam merawat
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala klien.
perilaku kekerasan. Menjelaskan pengertian perilaku
Mengidentifikasi perilaku kekerasan, tanda dan gejala perilaku
3. kekerasan yang dilakukan. kekerasan, serta proses terjadinya
Mengidentifikasi akibat perilaku perilaku kekerasan.
kekerasan.
4. Menyebutkan cara mengontrol
perilaku kekerasan.
Membantu klien mempraktekan
5. latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik 1: latihan
napas dalam.
6. Menganjurkan klien memasukkan
dalam kegiatan harian.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktekkan
harian klien. cara merawat klien dengan perilaku
2. Mengajarkan klien mengontrol kekerasan. Melatih keluarga
perilaku kekerasan dengan cara melakukan cara melawan langsung
memukul-mukul bantal jika ada kepada klien perilaku kekerasan.
yang menyebabkan rasa marah.
3. Menganjurkan klien memasukkan
ke dalam kegiatan latihan.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat
harian klien. jadwal aktivitas dirumah termasuk
2. Melatih klien mengontrol perilaku minum obat (discharge planning).
kekerasan dengan cara Menjelaskan follow up klien setelah
3. sosial/verbal. pulang.
Menganjurkan klien memasukkan
ke dalam harian .
SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
2. Melatih klien mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spiritual.
3. Menganjurkan klien memasukkan
52
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah studi kasus
B. Lokasi Penelitian
D. Fokus studi
Fokus studi dalam penelitian studi kasus ini yaitu Penerapan Teknik
53
54
E. Definisi operasional
kekerasan yaitu latihan fisik (tarik napas dalam), latihan fisik II (pukul
kasur & bantal), cara verbal, cara spiritual, dan patuh minum obat.
otot-otot dalam 7 gerakan pada otot, yang dimulai dari otot wajah dan
berakhir pada otot kaki. Setiap gerakan otot dirilekskan selama kurang
F. Pengumpulan data
1. Wawancara
perawat.
2. Observasi
catatan pasien).
G. Etika penelitian
penolakan.
3. confidentiality (kerahasiaan)
4. prinsip autonomi
5. Prinsip Beneficience
6. Non Maleficience
7. Prinsip justice
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 hari pada tanggan 11-16 juni
2019 di ruangan Sawo RSUD Madani Palu, terletak di Jln. Thalua Konci
No.11 Kelurahan Mambahli mamboro Kec. Palu utara, Kota Palu Provinsi
Sulawesih Tengah. RSUD Madani ini mulai di bangun sejak tahun 1979 dan
rampasi, Sp. PA menempati areal seluas 92.010 m. Pelayanan yang ada untuk
rawat jalan dengan gangguan jiwa yaitu poli jiwa, konsultasi psikolog,
konsultasi ahli jiwa tumbuh kembang anak, rawat inap dengan beberapa
ruangan, akut (sawo), ruangan tenang untuk pasien laki-laki salak dan
B. Hasil Penelitian
di ruangan sawo Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu pada tanggal 11-
58
merumuskan intervensi keperawatan selain dengan terapi individu juga
dengan pemberian terapi kolaborasi salah satunya yaitu terapi relaksasi otot
evaluasi keperawatan.
1. Fase Orientasi
“Ibu nama saya Murni, saya mahasiswa Poltekkes Poso. Saya senang
dipanggil Murni. Saya dinas disini selama 6haridan saya yang akan
merawat ibu. Nama ibu siapa? Senang dipanggil siapa? Boleh saya
2. Fase Kerja
“Ibu sekarang dirawat disini,dan saya yang akan merawat ibu selama 1
minggu ini. Baiklah ibu kalo boleh saya tau kenapa ibu dibawah
kesini?oh jadi begitu. Apa yang bapak rasakan sekarang? Saya mengerti
apa yang ibu rasakan sek arang. Namun alangkah baiknya apa yg ibu
semua apa yang ibu rasakan kepada saya dan saya akan menjaga semua
yang ibu ceritakan. Jadi bapak tidak memendamnya sendiri dan kita bisa
105
106
3. Fase terminasi
berkenalan yaa ibu! Bagaimana perasaan ibu?Nah ibu tadi kita sudah
berkenalan, ibu masih ingat dengan saya? Ya bagus. Ibu juga sudah mau
menceritakan nama ibu? Dan apa yang ibu rasakan saat ini? ibu apa bila
ada hal yang ingin disampaikan boleh ibu ceritakan kepada saya, agar
“ibu sekitar jam 15.30 WITA saya akan datang lagi ya ibu! Untuk
Tabel 4.1
Implementasi Evaluasi
berbicara
- Pasien mau berkomunikasi
A: BHSP tercapai
P: lanjutkan SP1P
C. Pengkajian
1. Identitas Klien
Madani Palu pada tanggal 10Juni 2019dengan nomor rekam medis 04-91-
78, jenis kelamin perempuan, beragama Islam status klien belum menikah,
Thalib. Keluarga yang bertanggung jawab atas klien adalah Ny. T yang
merupakan ibu kandung dari klien yang tinggal serumah bersama klien
2. Alasan masuk
3. Faktor predisposisi
Nn. D sebelumnya kurang berhasil karena pasien tidak mau minum obat
dan tidak mau kontrol teratur. Pada tanggal 10 juni 2019 Pasien kembali
dibawah oleh keluarganya karna pasien mengamuk dirumah dan tidak mau
marah-marah, dan klien pernah dipukul oleh ayahnya hingga pasien tidak
4. Pemeriksaan fisik
50x/m, respirasi : 32x/m, suhu : 36.0˚C, bentuk kepala bulat, rambut hitam
fisiknya.
109
5. Psikososial
a. Genogram
A B Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
X Sudah
Meninggal
Klien
A Keluarga
Ibu klien
Ayah klien
Garis pernikahan
Garis keturunan
dua dari empat bersaudar, dan klien memiliki satu orang kakak dan dua
gangguan jiwa, ibu dan ayah klien telah berpisah sejak klien berusia 15
tahun. Klien tinggal serumah bersama ibu, kakak, dan kedua adiknya. Klien
belum menikah.
110
b. Konsep diri
1) Gambaran Diri
yang pasien sukai yaitu wajahnya karna klien merasa sangat cantik
2) Identitas diri
Thalib.
3) Peran diri
kawajibanya.
4) Ideal diri
mencari uang.
111
5) Harga diri
orang gila.
c. Hubungan sosial
Klien mengatakan orang yang paling dekat dan berarti dalam hidupnya
d. Spiritual
Saat klien dirawat dirumah sakit jiwa klien jarang melaksanakan ibadah
sholat 5 waktu.
6. Status mental
a. Penampilan
kulit hitam.
112
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
e. Afek
Pada saat dilakukan wawancara Afek klien labil, klien tampak sesekali
terdiam, tertawa sendiri, berteriak tidak jelas, sesekali afek klien sesuai
g. Persepsi
pendengaran.
113
h. Proses pikir
i. Isi pikir
j. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien cukup baik, klien juga mengetahui dirinya saat
k. Memori
m. Kemampuan penilaian
Klienmengalamigangguankemampuanpenilianringanyaitudapatmengam
Klien menyadari dirinya sedang sakit dan dirawat di rumah sakit agar
sembuh.
114
7. Mekanisme koping
a. Adaptif
b. Maladaptif
Klien lebih banyak menyendiri dan jarang berkomunikasi dengan orang lain
9. Pengetahuan
Klienmengatakankurangmengetahuitentangpenyakitnyatetapidiaberharapdapa
10. AspekMedik
- THP 1 mg /,hari
D. Analisa Data
Tabel 4.2
DO:
- klien terlihat kotor
- klien berbau
E. Masalah keperawatan
a. Perilaku kekerasan
F. Pohon masalah
Gangguan konsep
diri: harga diri
rendah
G. Intervensi
Tabel 4.3
Nama Pasien : Nn. D NO. RM : 049178
Perencanaan
P SP2P
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien.
2. Mengajarkan klien
mengontrol perilaku
kekerasan dengan
cara memukul-
mukul bantal jika
ada yang
menyebabkan rasa
marah.
3. Menganjurkan klien
memasukkan ke
dalam kegiatan
latihan.
119
SP3P
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien.
2. Melatih klien
mengontrol perilaku
kekerasan dengan
cara sosial/verbal.
3. Menganjurkan klien
memasukkan ke
dalam harian .
SP4P
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien.
2. Melatih klien
mengontrol perilaku
kekerasan dengan
cara spiritual.
3. Menganjurkan klien
memasukkan ke
dalam kegiatan
harian.
SP5P
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian klien.
2. Melatih klien
mengontrol pelaku
kekerasan dengan
minum obat.
3. Menganjurkan klien
memasukkan ke
dalam giatan harian.
120
F. Implementasi / evaluasi
Pelaksanaan
Nama : Nn. D
Ruangan : Sawo
Pertemuan : II
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
berteriak, klien selalu bicara sendiri, mulut klien tampak komat kamit,
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tindakan keperawatan
akibatnya.
progresif.
1. Fase Orientasi :
“Selamat pagi ibu, masih ingat dengan saya?sesuai dengan janji kita
“Bagaimana perasaan ibu saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
ibu”
menit?
2. Fase Kerja :
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena ibu minta
uang kepada orang tua ibu tapi tidak dikasi atau ada orang yang membuat
“Setelah itu apa yang ibu lakukan?.apakah dengan cara ini stress ibu
ibu adakah cara lain yang lebih baik?Maukah ibu belajar cara
adalahlah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Beginiibu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah ibu rasakan maka ibuberdiri,
lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –
lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik
dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali.
Bagus sekali, ibu sudah bisa melakukannya. Nah sekarang saya akan
otot-otot bapak. Nah sekarang ibu ikut yang saya ajarkan ya pak,...kita
yang terjadi
d) Garakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
menegang.
3). Gerakan 3 : dirujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada
dahi,mata,mulut,rahang)
maupun belakang.
b) Punggung dilengkungkan.
kemudian rileks
sebanyak-banyaknya.
dilepaskan bebas
melakukanya.
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
melakukannya”
129
3. Fase Terminasi :
”Iya tadi ibu sudah bisa memperagakan latihan-latihan yang sdh saya
(sebutkan) dan yang ibu rasakan (sebutkan) dan yang ibu lakukan
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang
lalu, apa yang ibu lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan
lupa latihan napas dalam dan juga latihan relaksasi otot progresifnya ya
ibu. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya ibu, berapa kali sehari ibu mau
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang
Selamat pagi”
1. Evaluasi Implementasi
Tabel 4.4
Ruangan : Sawo
Pertemuan : III
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
klien masih cenderung menyendiri di kamar, klien tampak gelisah,tertawa
2. Diagnosa keperawatan
3. Tindakan keperawatan
atau kasur.
1. Orientasi :
“Selamat pagi ibu, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang
lagi”
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu
marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
“sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan
2. Fase Kerja :
“Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal,
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar ibu?
Jadi kalau nanti ibu kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan
coba ibu lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali ibu
melakukannya”.
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah.
3. Fase Terminasi :
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba ibu sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari ibu. Pukul kasur
bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi
jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah
jadwalnya ya ibu, mau berapa kali sehari ibu latihan memukul kasur dan
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah
dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa ibu? Baik, jam 10 pagi
sebagian belum
tercapai
- pasien mampu
mengatasi perilaku
kekerasan dengan cara
tarik napas dalam dan
pukul bantal dan
kasur
P: Pertahankan SP2P
intervensi dilanjutkan
Anjurkan pasien untuk
memasukan alam jadwal
kegiatan sehari-hari
Ruangan : Sawo
Pertemuan : IV
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
klien masih cenderung menyendiri di kamar, klien tampak gelisah, tertawa
2. Diagnosa keperawatan
3. Tindakan keperawatan
1. Orientasi :
“Selamat pagi ibu, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimanaibu, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau
diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
sama?”
2. Fase Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal,
dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah.
1). Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk
meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba ibu praktekkan. Bagus ibu.”
2). Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin
3). Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal ibu dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena
3. Fase Terminasi :
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari
ibu mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak
yaitu dengan cara ibadah, ibusetuju? Mau di mana ibu? Di sini lagi? Baik
kegiatan sehari-hari
Ruangan : Sawo
Pertemuan :v
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
klien sudah lebih tenang, klien sudah lebih baik
2. Diagnosa keperawatan
3. Tindakan keperawatan
1. Orientasi :
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu
lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul
139
kasur bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum
kemarin?”
menit”
2. Fase Kerja :
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus. Baik, yang
“Nah, kalau ibu sedang marah coba ibu langsung duduk dan tarik napas
dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba
3 Fase Terminasi :
ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
140
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau
berapa kali ibu sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai
kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak
merasa marah”
“Setelah ini coba ibu lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat
tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya ibu, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
Ruangan : Sawo
Pertemuan : vi
C. Proses keperawatan
4. Kondisi klien
klien masih cenderung menyendiri di kamar, klien tampak gelisah, tertawa
5. Diagnosa keperawatan
6. Tindakan keperawatan
b. melatih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat,benar cara minum obat, benar
waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat
1. Orientasi :
“Selamat pagi ibu, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang
marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
tadi?”
2. Fase Kerja :
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks, dan
yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah
berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum,
144
jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah
benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar
obatnya!”
3 Fase Terminasi :
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma mana bapak
jumpa”.
P: intervensi dilanjutkan
- anjurkan pasien untuk
rutin melakukan cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara-
cara yang sudah di
ajarkan.
- Anjurkan pasien
memasukakan dalam
kegiatan sehari-hari
A. Pembahasan
1. Pengkajian
mengancam secara verbal atau fisik, pasien juga melempar atau merusak
Bahwa salah satu data Subjektif dari perilaku kekerasan yaitu menjerit
147
2. Diagnosa keperawatan
nama orang yang membuatnya kesal. Data objektif yang di peroleh dari
barang-barang.
3. Intervensi Keperawatan
bantal/kasur, secara verbal, spiritual, minum obat secara teratur. Hal ini
Hal ini sesuai dengan teori menurut (Kozier, et al., 2010) bahwa
perhatian pada perbedaan perasaan yang dialami antara saat otot rileks
dan saat otot tersebut tegang. Perubahan yang diakibatkan oleh relaksasi
2005).
4. Implementasi
(Kusmawati & hartono 2010). Hari selasa tanggal 11 juni 2019 pertemuan
klien dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat membina BHSP. Sambil
Adapun hasil yang penulis dapatkan yaitu klien mau diajarkan cara
pasien mengatakan “ Ya, saya merasa marah dan kesal jika adik saya
mengganggu saya, dan saat sya meminta sesuatu dari ibu saya”, ”pada saat
saya marah saya merasakan tangan saya mengepal, wajah saya terasa
merah, mata saya menjadi melotot”, “saya memukul adik saya yang
151
denngan cara tarik napas dalam dan juga terapi relaksasi otot progresif”.
Pada hari kamis 13 juli 2019 mengajarkan klien cara mengontrol perilaku
saya, sekarang saya ingin sendiri, “ ibu tolong sediakan makan karna
sekarang saya lapar” sabtu tanggal 15 juni 2019 mengajarkan klien cara
juni 2019 mengajarkan dan melatih klien minum obat secara teratur
dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar
cara minum obat, dan benar dosis obat). Sehingga pada saat implementasi
dengan hasil klien mengatakan “obat saya ada tiga macam, yang warna
orange namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, warna putih THP agar
pikiran rileks, warna merah jambu namanya HLP agar pikiran teratur dan
rasa marah berkurang”, “saya minum obat tiga kali sehari mulai dari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”. Oh iya nnti diperhatikan kembali
tarik napas dalam, pukul bantal/kasur, secara verbal, spiritual, minum oba.
intervensi terapi relaksasi otot progresif. Terapi relaksasi otot progresif ini
emosi.
5. Evaluasi
1). Sp 1
napas ini dilakukan secara berulang sampai perasaan kesal yang pasien
2). Sp 2
redah. Hal ini dilakukan agar pasien dapat meluapkan emosinya hanya
3). Sp 3
cara yang lebih baik. Hal ini dilakukan agar pasien bisa mengendalikan
emosinya tanpa harus berteriak atau berbicara kasar kepada orang lain.
4). Sp 4
atau marah pasien bisa kita bimbing untuk dekat kepada Allah dengan
ketenangan hati.
5). Sp 5
Sp5 yaitu mengajarkan kepada pasien minum obat secara teratur untuk
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
kepada pasien nama, warna, dan fungsi obat yang pasien minum yaitu
namanya THP agar rileks, dan yang merah jambu namanya HLP agar
pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semunya harus dminum 3 kali
sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Dengan
dengan keluarganya.
waktu 6 hari, klien terlihat lebih rileks dan lebih tenang. Pada pertama kali
data klien tampak gelisah, jalan mondar mandir, sulit tidur, dan sering
marah-marah dengan suara yang keras. Pada saat penerapan terapi relaksasi
otot progresif pada hari ke 4 klien sudah menunjukan perubahan yang lebih
baik yaitu klien terlihat lebih tenang, klien sudah tidak sulit tidur, dan sura
BAB V
A. Kesimpulan
verbal, secara spiritual, minum obat, dan pemberian terapi relaksari otot
progresif.
juli 2019 gangguan perilaku kekerasan masalah teratasi. Hal ini ditunjukan
B. Saran
1. Bagi perawat
rumah secara tepat agar klien selalu dapat beriteraksi dengan orang lain
3. Bagi institusi RS
banyak klien di RSJ yang jarang di kunjungi keluarga dalam hal tersebut,
jiwa.
115