Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyebab paling umum terjadinya kardiovaskular dan


merupakan masalah utama di negara maju maupun berkembang.
Kardiovaskular juga menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap
tahunnya. Berdasarkan data WHO, menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di
dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat (Kemenkes
RI, 2018).

Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya,


diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi.
Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi
dan komplikasi. Di Indonesia, berdasarkan hasil riskesdes 2018 menunjukkan
prevelansi hipertensi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk > 18 tahun
menurut provinsi mengalami kenaikan dibanding dengan Riskesdes 2013,
prevelensi tertinggi di Sulawesi Utara sebesar 13,5%. (Riskesdas, 2018)
Sementara itu, Provinsi Lampung berdasarkan diagnosis dokter prevalensi
hipertensi pada penduduk > 18 tahun sebesar 8,2% (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data yang di peroleh Kota Bandar Lampung sendiri mengalami
peningkatan dari 24.071 orang di tahun 2017 menjadi 29.923 orang di tahun
2018 baik penderita baru maupun penderita lama (Dinkes kota Bandar
Lampung, 2018).

Hipertensi pada umumnya disebabkan oleh gaya hidup modern kesibukan dan
kerja keras serta tujuan yang berat mengakibatkan timbulnya stress dan
perasaan tertekan membuat tekanan darah menjadi naik, orang yang sibuk
juga tidak sempat untuk berolahraga akibatnya lemak ke aliran darah
tertimbun dapat menghambat, masyarakat juga pada umumnya menyukai
2

makanan yang asin dan gurih makanan-makanan cepat saji yang mengandung
lemak jenuh dan garam juga berpeluang besar membuat orang-orang terkena
hipertensi. Kelebihan berat badan juga atau kegemukan juga bisa penjadi
salah satu pemicu berbagai penyakit termasuk hipertensi (wulandari, 2011).

Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya hingga
menimbulkan komplikasi, komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai
organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal.
Kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya
adalah kematian pada penderita akibat komplikasi yang dimilikinya.

Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar dan


merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur koping
stress, mengatur pola aktivitas, menghindari alkohol dan rokok.
Penatalaksanaan hipertensi dengan obat saat ini memang telah mengalami
kemajuan, tetapi terdapat banyak laporan yang menyampaikan bahwa
penderita yang datang ke Rumah Sakit akan datang lagi dengan keluhan
tekanan darahnya tidak mengalami penurunan bermakna meskipun sudah
diobati (Dalimartha, 2008).

American Heart Association (AHA) merekomendasikan dalam menangani


hipertensi ringan adalah melakukan kegitan latihan aerobik seperti berjalan
cepat, berlari, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan yang dilakukan
dengan frekuensi 3-4 kali perminggu selama rata-rata 30 menit dengan
intensitas sedang sampai maksimalbermanfaat untuk menjaga kebugaran
(Bell,Twiggs dan Olin, 2015).

Brisk Walking Exercise merupakan latihan aerobik yang sangat mudah


dilakukan dengan berjalan dalam beberapa puluh menit sangat bermanfaat
untuk mengendorkan ketegangan saraf, mengembalikan fungsi hormonal dan
menyelaraskan kembali neotransmiter yang bertugas untuk mengatur tekanan
darah (Lingga, 2012). Berdasarkan penelitian dari CH Mei (2017)
3

menyatakan bahwa terdapat pengaruh brisk walking execise terhadap


perubahan tekanan darah pada kelompok resiko hipertensi. Hasil ini sejalan
dengan penelitian dari Sukarmin (2014) dimana disimpulkan bahwa rata-rata
tekanan darah sistolik dan diastolik kelompok kontrol dan kelompok
intervensi sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan adanya perbedaan.
Selisih rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan.

Kelebihannya adalah latihan ini cukup efektif untuk meningkatkan kapasitas


maksimal denyut jantung, merangsang kontraksi otot, pemecahan glikogen
dan peningkatan oksigen jaringan. Latihan ini juga dapat mengurangi
pembentukan plak melalui peningkatan penggunaan lemakdan peningkatan
penggunaan glukosa (Kowalski, 2010). Brisk walkingexercise/ jalan cepat
berdampak pada penurunan risiko mortalitas dan morbiditas pasien hipertensi
melalui mekanisme pembakaran kalori, mempertahankan berat badan,
membantu tubuh rileks dan peningkatan senyawa beta endorphin yang dapat
menurunkan stres serta tingkat keamanan penerapan brisk walking exercise
pada semua tingkat umur penderitahipertensi (Kowalski, 2010).

Selain brisk walking exercise olahraga lain, seperti senam anti hipertensi
mampu mendorong jantung bekerja secara optimal, dimana olahraga mampu
meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh, dimana
akibatnya dapat meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan
volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung sehingga
menyebabkan tekanan darah arteri meningkat, setelah tekanan darah arteri
meningkat akan terlebih dahulu, dampak dari fase ini mampu menurunkan
aktivitas pernafasan dan otot rangka yang menyebabkan aktivitas saraf
simpatis menurun, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung
menurun, volume sekuncup menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena
menurunan ini mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan
resistensi perifer total, sehingga terjadinya penurunan tekanan darah
(Sherwood, 2010).
4

Senam anti hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya bertujuan
untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan
rangka yang aktif khususnya terhadap otot jantung. Mahardani (2010)
mengatakan dengan senam atau berolah raga kebutuhan oksigen dalam sel
akan meningkat untuk proses pembentukan energi, sehingga terjadi
peningkatan denyut jantung, sehingga curah jantung dan isi sekuncup
bertambah. Dengan demikian tekanan darah akan meningkat. Setelah
berisitirahat pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang, dan aliran darah
akan turun sementara waktu, sekitar 30-120 menit kemudian akan kembali
pada tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan olahraga secara rutin dan
terus menerus, maka penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama
dan pembuluh darah akan lebih elastis. Mekanisnme penurunan tekanan darah
setelah berolah raga adalah karena olahraga dapat merilekskan pembuluh-
pembuluh darah. Sehingga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan darah
akan turun.

Penelitian dari Anwari (2018) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh senam


hipertensi terhadap tekanan darah lansia di Desa Kemuningsari Jember. Hasil
ini sesuai dengan penelitian dari GD Tulak (2016) yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah lansia
penderita hipertensi.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2 April 2019 di


puskesmas rajabasa indah peneliti melakukan wawancara terhadap lima orang
pasien hipertensi, hasil studi pendahuluan di dapatkan bahwa dari lima orang
pasien hipertensi, dua orang mengalami obesitas, satu orang memilki riwayat
merokok, dan dari lima pasien tidak ada yang mempunyai kebiasaan olahraga
yang baik. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut dan melakukan penelitian tentang “Perbandingan
Brisk Walking Exercise dan senam hipertensi dalam menstabilklan tekanan
darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota
Bandar Lampung tahun 2019”.
5

1.2 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang di atas maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah:
1.2.1 Di dunia sekitar 1,13 miliyar orang menderita hipertensi, yang
artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi.
1.2.2 Di Indonesia prevelensi tekanan darah tinggi naik dari 25,8%
menjadi 34,1% dengan prevelensi tertinggi di Yogyakarta.
1.2.3 Berdasarkan data dari dinas kesehatan provinsi lampung, hipertensi
masuk kedalam 10 penyakit tidak menular tertinggi yang mencapai
225.081 pada tahun 2018 lalu.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada penelitian ini
adalah, Apakah Ada Perbedaan antara Brisk Walking Exercise dan senam
hipertensi dalam menstabilklan tekanan darah pada pasien hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung?.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan Brisk Walking Exercise dan senam
hipertensi dalam menstabilklan tekanan darah pada pasien hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung tahun
2019”.

1.4.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui karakterisitik responden hipertensi
berdasarkan jenis kelamin, umur dan pekerjaan
b. Untuk mengetahui rata-rata tekanan darah sebelum dilakukan
brisk walking exercise dan senam hipertensi pada pasien
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota
Bandar Lampung
6

c. Untuk mengetahui rata-rata tekanan darah setelah dilakukan brisk


walking exercise dan senam hipertensi pada pasien hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung
d. Untuk menganalisis perbandingan brisk walking exercise dan
senam hipertensi dalam menstabiklan tekanan darahpada pasien
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kota
Bandar Lampung

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Universitas Mitra Lampung
Sebagai bahan referensi untuk menambah informasi khususnya
bagi mahasiswa Universitas Mitra Lampung tentang pengaruh brisk
walking exercise dan senam hipertensi dalam menstabiklan tekanan
darah.
b. Bagi Peneliti
Memenuhi tugas akhir skripsi mengaplikasikan ilmu pengetahuan
yang telah dipelajari selama menjalani pendidikan di Universitas
Mitra Lampung dan menambah wawasan, pengetahuan dan
keterampilan peneliti.

1.5.2 Manfaat Aplikatif


a. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi
responden untuk menstabilkan tekanan darah dengan melakukan
aktivitas fisik yang direkomendasikan oleh WHO seperti senam
hipertensi dan brisk walking exercise.
b. Bagi Puskesmas Rajabasa Indah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau masukan
sebagai kegiatan operasional dan dapat dilaksanakan secara rutin
segabai kegiatan pendamping selain pemberian terapi farmakologi
7

atau mengembangkan dengan faktor-faktor yang lebih luas yang


mempengaruhi tekanan darah.

1.6 Ruang Lingkup


Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah tetapi karena berbagai
keterbatasan yang ada khususunya dari segi pengetahuan, kemampuan,
waktu, biaya dan tenaga, maka ruang lingkup penelitian dibatasi pada brisk
walking exercise dan senam hipertensi terhadap penderita hipertensi,
penderita yang di teliti adalah penderita hipertensi yang sudah rutin
mengkonsumsi obat dan akan di laksanakan selama 1 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Rajabasa Indah Kota Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai