Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi

telah menjadi penyakit yang mematikan bagi penduduk di Negara

maju dan Negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir

(Triyanto, E., 2014). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah

peningkatan tekanan darah sistole ≥ 140 mmHg dan tekanan darah

diastole ≥ 90 mmHg (Kemenkes RI, 2014). Hipertensi juga disebut

sebagi Sillent Killer, karena sering kali penderita hipertensi tidak

merasakan gangguan atau gejala. (Triyanto, E., 2014).

Peningkatan tekanan darah akan mempengaruhi nilai Mean

Arterial Pressure (MAP), sehingga MAP menjadi salah satu

indikator evaluasi pada penatalaksaaan hipertensi. MAP adalah

tekanan rata-rata dalam arteri sepanjang siklus jantung,

mencerminkan kekuatan rata-rata yang mendorong darah melalui

sirkulasi sistemik ke jaringan. Nilai normal MAP adalah 70-100

mmHg (Baird, M.S., & Bethel, 2011 dalam Nilasari 2018).

Word Health Organization (WHO) mencatat terdapat 1 milyar

orang di dunia menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi akan

terus meningkat tajam, diprediksi pada tahun 2025 nanti, sekitar

29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi.

(Kemenkes, 2013).

1
2

Diperkirakan penderita hipertensi usia ≥ 18 tahun di Provinsi

NTB sebanyak 358.100 orang dan mendapatkan pelayanan

sebesar 56.107 jiwa (15,7%). Penderita hipertensi yang

mendapatkan pelayanan kesehatan terendah terdapat di daerah

Kabupaten Lombok Barat sebesar 0.9%. Menurut prevalensi

hipertensi berdasarkan diagnosis dokter atau minum obat anti

hipertensi pada penduduk umur ≥ 18 tahun di provinsi NTB yang

tertinggi di Kabupaten Lombok Barat yaitu 8,15% (Riskesdas,

2018).

Data Dinas Kesehatan Lombok Barat tahun 2018 tercatat

jumlah penderita hipertensi sebanyak 25.851 orang dengan

perincian berjenis kelamin laki-laki sebanyak 122.360 orang dan

perempuan sebanyak 13.491 orang (Dinas Kesehatan Lombok

Barat 2018). Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Lingsar

tahun 2018 jumlah penderita hipertensi sebanyak 1233 orang

(11.3%) sedangkan pada tahun 2019 jumlah penderita hipertensi

meningkat menjadi 1402 orang.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara

dengan perawat puskesmas lingsar pada tanggal 14 november

2019, menyatakan bahwa penyakit hipertensi selalu masuk dalam

10 penyakit terbanyak di Puskesmas Lingsar setiap tahunnya.

Pelayanan yang telah diberikan pada penderita penyakit hipertensi

ini berupa pemberian obat-obatan anti hipertensi, pengkuran

tekanan darah dan pendidikan kesehatan tentang hipertensi.


3

Sedangkan latihan fisik yang biasa dilakukan di Puskesmas Lingsar

adalah hanya senam prolanis yang dilakukan selama satu bulan

sekali dan belum ada latihan fisik seperti Chair Based Exercise

atau lainnya yang rutin dilakukan untuk penderi tahipertensi.

Hasil penelitian dari Safariyah dkk (2018) didapatkan bahwa

senam aerobic low impact mampu menurunkan tekanan darah.

Penelitian lain menurut Rahmiyati (2019) dengan judul Pengaruh

Chair Based Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Lansia Dengan Hipertensi menunjukan bahwa ada pengaruh yang

signifikan pada tekanan darah sistole maupun diastole setelah

diberikan latihan Chair Based Exercise.

Latihan fisik seperti senam yang teratur dapat membantu

mencegah kondisi kronis seperti hipertensi. Senam dapat

meningkatkan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen

(Maryam, dkk. 2008). Semakin berat aktivitas maka kebutuhan

oksigen yang diperlukan akan meningkat juga, sehingga jantung

akan memompa lebih banyak darah untuk mentransfer oksigen

pada otot-otot yang bekerja (Brick, 2005 dalam Sari 2016).

Setelah melakukan latihan fisik, terjadi penurunan aktivitas

kardiovaskular. Baroreseptor akan merespon untuk memberikan

penurunan denyut jantung, kontraktilitas jantung dan tekanan

darah. Penurunan tekanan darah berlangsung selama 30 – 120

menit, hal ini disebabkan karena terjadi pelebaran dan relaksasi

pada pembuluh darah (Bafirman, 2007).


4

Morbiditas dan mortalitas yang terjadi pada penderita

hipertensi dapat dicegah dengan intervensi farmakologis dan

nonfarmakologis. Intervensi farmakologis yaitu dengan

menggunakan obat-obatan anti hipertensi (Corwin, 2009 dalam

Dilianti 2017). Sedangkan pengobatan nonfarmakologis yaitu

dengan menghentikan kebiasaan merokok, mengurangi konsumsi

alkohol, mengurangi asupan garam dan lemak, meningkatkan

konsumsi makanan sehat, menurunkan berat badan yang

berlebihan atau obesitas, melakukan terapi komplomenter, dan

latihan fisik (Sudoyo, 2006 dalam Damayanti 2014).

Senam aerobic low impact adalah salah satu latihan fisik

yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah, dilakukan

dengan frekuensi latihan 3-5 kali dalam satu minggu dengan durasi

20-60 menit dalam satu kali latihan. (Harber & Scoot, 2009 dalam

Rahmiyati 2019).

Chair Based Exercise (CBE) adalah senam aerobic low

impact yang dilakukan dengan cara duduk dikursi. Senam ini

banyak menggunakan otot-otot tangan, bahu, dan kaki. Gerakan

pada senam ini dapat membantu merelaksasikan otot pundak

(Panton, 2015). CBE juga dapat meningkatkan kekuatan otot,

koordinasi, mobilitas sendi, kepercayaan diri dan kebugaran.

Tahap-tahap pada senam CBE yaitu pemanasan, latihan inti, dan

pendinginan (Amacsport, 2015 dalam Rahmiyati 2019).


5

Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Chair Based

Exercise Terhadap Perubahan Mean Arterial Pressure (MAP)

Lansia Dengan Hipertensi Di Kelompok Posyandu Lansia Desa

Gontoran Wilayah Kerja Puskesmas Lingsar Tahun 2020”. Sebagai

salah satu intervensi untuk mendukung program puskesmas,

khusunya Program Prolanis dan Program Posyandu Lansia dalam

meningkatkan aktivitas fisik bagi lansia yang mengalami hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat di rumuskan

masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimanakah pengaruh Chair

Based Exercise Terhadap Perubahan Mean Arterial Pressure

(MAP) Lansia Dengan Hipertensi Di Kelompok Posyandu Lansia

Desa Gontoran Wilayah Kerja Puskesmas Lingsar Tahun 2020?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Chair Based Exercise

Terhadap Perubahan Mean Arterial Pressure (MAP) Lansia

Dengan Hipertensi Di Kelompok Posyandu Lansia Desa

Gontoran Wilayah Kerja Puskesmas Lingsar Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden lansia dengan

hipertensi di kelompok posyandu lansia Desa Gontoran.


6

b. Mengidentifikasi Mean Arterial Pressure (MAP) pada lansia

dengan hipertensi sebelum dilakukan tindakan Chair Based

Exercise.

c. Mengidentifikasi Mean Arerial Pressure (MAP) pada lansia

dengan hipertensi setelah dilakukan tindakan Chair Based

Exercise.

d. Menganalisis pengaruh Chair Based Exercise terhadap

perubahan Mean Arterial Pressure (MAP) pada lansia

dengan hipertensi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pelayanan

Dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan dalam rangka membangun mutu

pelayanan yang profesional, khususnya pelayanan kesehatan

untuk meningkatkan pengajaran latihan fisik pada penderita

hipertensi.

2. Bagi Intitusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

masukan bagi institusi pendidikan sebagai referensi dan

acuan dalam merencanakan program pembelajaran asuhan

keperawatan serta menjadi sumber bahan bacaan bagi

mahasiswa.
7

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan

pengalaman tentang Chair Based Exercised serta dapat

memberikan gambaran dan informasi bagi peneliti

selanjutnya.

4. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan wawasan pada masyarakat, terutama bagi lansia

penderita hipertensi bahwa Chair Based Exercise dapat

menjadi salah satu pengobatan non farmakologi untuk

menurunkan tekanan darah.

Anda mungkin juga menyukai