Anda di halaman 1dari 42

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Lansia

a. Pengertian
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang.
Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang
dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Hal ini
normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia
merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua
dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir.
Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan
sosial secara bertahap (Ma’rifatul, 2011).

Penduduk di atas usia 15 tahun dan dibawah 65 tahun makin


membengkak karena pertumbuhan penduduk anak-anak
peninggalan masa lalu. Begitu juga penduduk diatas usia 60
tahun, atau di atas usia 65 tahun. Penduduk usia ini dikenal
sebagi penduduk lanjut usia yang tumbuh denngan kecepatan
paling tinggi (Suryono, 2007).

Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keats


baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan
bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari
nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk
menghidupi dirinya (Tamber, 2009).
10

Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedi darmojo dan Dr.
Hadi Martono (2010) mengatakan bahwa Menua adalah proses
menghilangnya secara perlahan aktifitas jaringan untuk
9
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

b. Batasan Lansia
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam
Ma’rifatul (2011), tentang kesejahteraan lansia pada bab 1 pasal
1 ayat 2, yang dimaksud lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas. WHO (1999) dalam Ma’rifatul
(2011) menggolongkan lansia berdasarkan usia
kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu :

1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59 tahun,


2) Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun.
c. Perubahan –perubahan yang terjadi pada lansia menurut
Nugroho (2000), yaitu :
1. Perubahan fisiologis
a. Sel : jumlah bekurang ukuran membesar, cairan tubuh
menurun dan cairan intraseluler menurun.
b. System persarafan : saraf pancaindera mengecil,
sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam
merespons dan waktu bereaksi khususnya yang
berhubungan dengan stress.
c. System pendengaran : gangguan pendengaran kareana
memberan timpani menajdi atrofi . tulang-tulang
pendengaran mengalami kekakuan.
11

d. System peneglihatan : respon terhadap sinar menurun,


adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun
dan katarak.
e. System kardiovaskular : katup jantung menebal dan kaku
kemampuan memompa darah menurun, elastisitas
pembuluh darah menurun, serta meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan
darah meningkat.
f. System pengaturan suhu : hipotalamus dianggap
sebagai suatu termostar yaitu menetapkan suhu tertentu,
kemunduran terjadi berbagai factor yang sering ditemui
anatara lain temperature tubuh menurun secara fisiologik
akibat metabolism menurun, keterbatasan reflek mengigil
dan tidak dapt memproduksi panas.
g. System respirasi : otot-oto pernafasan kehilagan
kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas, dari
silia, paru-paru kehilangan elastisitas.
h. System gastrointestinal : esophagus melebar, asam
lambung menurun, dan peritaltik munurn. Ukuran
lambung mengecil serta fungsi oragn aksesori menurun,
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone
dan enzim pencernaan.
i. System genitorunaria : ginjal mengecil, aliran darah
keginjal menurun, penyaringan diglomelurus menurun
dan ungsi tubulus menurun.
j. System kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut
menipis . Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut
memutih, kelenjar keringan menurun.
12

k. System muskulo skeletal : cairan tulang menurun


sehingga mudah rapuh, bungkuk, persendian membesar
dan menjadi kaku, tremor.

2. Perubahan mental
Di dalam perubahan mental usia lanjut, perubahan dapat
berupa sikap yang semakin egosentris, mudahan curiga,
bertambah pelit atau tamak akan sesuatu. Faktor yang
mempengaruhi perubahan mental antara lain perubahan
fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan
lingkungan (Nugroho, 2000).
3. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial meliputi pansiun yang merupakan
produktivitas dan identitas yang dikaitakan dengan pernan
dalam pekerjaanm merasakan atau sadar akan kematian,
peruahan dalam cara hidup, ekonomi akibat dari
pemberentian jabatan dan penyakit kronis.
2. Konsep Istirahat Tidur

a. Pengertian Tidur
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun (Mubarak,
2008).
Tidur merupakan suatu proses yang aktif yang memiliki
variasi siklus normal dalam kesadaran mengenai keadaan
sekitar. Berbeda dengan keadaan terjaga, orang yang sedang
tidur tidak secara sadar waspada akan dunia luar, tetapi
memiliki pengalaman kesadaran dalam batin, misalnya mimpi.
Selain itu, dapat juga berasal dari rangsangan eksternal, seperti
bunyi alarm. Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran
13

yang terjadi berulang-ulang selama periode tertentu (Potter &


Perry, 2005).
b. Siklus Tidur
Menurut Guyton (2007) dikatakan bahwa di dalam kita tidur
ternyata terdapat dua tahap yang harus dilalui yaitu: tidur
gerakan mata cepat disebut Rapid Eye Movement Sleep
(REMS) dan tidur gerakan mata lambat Disebut Non Rapid Eye
Movement Sleep (NREMS). NREMS mempunyai 4 tahap yaitu:
tahap tidur pertama sesuai dengan keadaan dimana seseorang
baru saja terlena, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata
menutupi mata, kedua bola mata bergerak bolak – balik ke
kedua sisi, Elektroensefalogram (EEG) memperlihatkan
penurunan voltase dengan adanya gelombang – gelombang
alfa yang makin menurun. Tahap tidur kedua, kedua bola mata
berhenti bergerak, tetapi tonus otot masih terpelihara, frekuensi
nafas dan jantung menurun dengan jelas. Dalam tahap ketiga
EEG memperlihatkan perubahan gelombang dasar tang
berfrekuensi 3 – 6 siklus per detik menjadi 1 – 2 siklus per detik
yang sekali – sekali terseling oleh timbulnya sleep splindes dan
menjadi sulit dibangunkan. Pada tahap tidur keempat EEG
memperlihatkan hanya irama gelombang lambat yang
berfrekuensi 1– 2 siklus per detik tanpa munculnya sleep
spindles. Keadaan fisik pada tahap tidur ketiga dan keempat
ialah lemah lunglai, karena tonus otot lenyap secara
menyeluruh. Sedangkan dalam REMS terdapat adanya tonus
otot meninggi kembali terutama otot – otot rahang bawah, bola
mata mulai bergerak – gerak kembali dengan kecepatan lebih
tinggi, maka tahap tidur REMS bisa disebut juga dengan
Paradoxical Sleep karena sifat tidurnya nyenyak sekali tetapi
sifat fisiknya dapat dicerminkan pada gerakan kedua bola mata
sangat aktif.
14

c. Proses Tidur
Tidur normal dibagi menjadi dalam 2 tahap yakni:
1) Non Rapid Eye Movement(NERM)
2) Rapid Eye Movement (REM)
Kedua status ini berbeda berdasarkan kumpulan-kumpulan
parameter fisiologis. NERM ditandai oleh denyut jantung
dan frekuensi pernafasan yang stabil dan lambat serta
tekanan darah yang rendah. NERM adalah tahap tidur yang
tenang. REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan
tiba-tiba, peningkatan aktivitas saraf otonom dan mimpi.
Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas dari tekanan darah,
denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai
dengan penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot
inovolunter. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi
dalam tubuh yang lumpuh atau tidur paradoks (Pusparini,
dkk, 2014).
Tidur REM tidak berdiri sendiri, selalu disuperimposisikan
pada tidur gelombang lambat. Pada tidur yang normal,
masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-rata timbul
setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100
menit setelah seseorang tidur. Tidur REM menghasilkan
pola EEG yang menyerupai tidur NERM tingkat I dengan
gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat
rendah, frekuensi jantung, nafas tidak teratur (ciri dalam
keadaan mimpi), terjadi gerakan otot yang tidak teratur
(pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang cepat
atau “rapid eye movement”), dan lebih sulit dibandingkan
daripada tidur gelombang lambat (Pusparini, dkk, 2014).
Tidur NERM secara umum meliputi 80% dari seluruh
waktu tidur, sedangkan tidur REM lebih kurang 20%.
Menurut Hobson dan Mc. Carley tidur NERM dan REM
15

merupakan siklus yang berlangsung selama periode tidur.


tidur NERM disebabkan menurunnya aktivitas neuron
monoaminergik yang aktif pada waktu bangun dan menekan
aktivitas neuron kolinergik. Tidur REM disebabkan inaktivitas
neuron monoaminergik sehingga memicu aktivitas neuron
kolinergik (Purwanto, 2008).
Selama tidur malam yang berlangsung rata – rata 7 jam,
kedua macam tidur yaitu REMS dan NREMS bergantian
selama 4 – 6 kali. Apabila seseorang kurang cukup
menjalani tidur jenis REMS maka esok harinya akan
menunjukkan kecenderungan untuk hiperaktif , kurang dapat
mengendalikan diri dan emosinya, nafsu makan bertambah.
Sedangkan jika NREMS yang kurang cukup, maka esok
harinya keadaan fisik menjadi kurang gesit. Secara
farmakologi dapat dinyatakan bahwa REMS dan NREMS
mempunyai kaitan dengan metabolisme amine terutama 5
hydroxy - tryptamine (Serotin) dan norepinephrine. NREMS
dibina oleh mekanisme seratoninergik dan REMS dipelihara
oleh mekanisme adrenergik. Dari adanya peran tidur maka
manusia dapat mengembangkan aktivitasnya sesuai dengan
kualitas tidur yang dialaminya serta dengan siklus tidur-
bangun ini manusia akan dapat memelihara kesegarannya,
kebutuhan dan metabolisme seluruh tubuhnya (Pusparini,
dkk, 2014).
d. Fungsi dan Tujuan Tidur
Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui akan
tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan menjaga
keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi
stres pada paru, kardiovaskuler, endokrin dan lain-lain. Energi
yang disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan dapat
diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting (Hidayat
16

2016).
e. Kebutuhan tidur pada lansia
Kebutuhan tidur pada setiap orang berbeda, usia lanjut
membutuhkan waktu tidur 6-7 jam per hari (Hidayat, 2008).
Walaupun mereka menghabiskan lebih banyak waktu ditempat
tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada malam
hari, memiliki waktu tidur kurang total, mengambil lebih lama
tidur dan mengambil tidur siang lebih banyak (Kryger et al)
dalam Hidayat 2016).
Kecenderungan tidur siang meningkat secara progresif
dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang
dipakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun
pada malam hari. Di bandingkan dengan jumlah waktu yang
menghabiskan ditempat tidur munurun sejam atau lebih (Perry
& Potter, 2005).
Pada usia lanjut menunjukkan berkurangnya jumah
gelombang tidur lambat, sejak dimulai tidur secara progresif
menurun dan menarik melalui stadium I ke stadium IV, selama
70-100 menit yang di ikuti oleh letupan REM. Periode REM
berlangsung kira-kira 15 menit dan merupakan 20% dari waktu
tidur total. Umurnya tidur REM merupakan 20-25% dari jumlah
tidur, stadium II sekitar 50% dan stadium III dan IV bervariasi.
Jumlah jam tidur total yang normal brkisar 5-9 jam pada 90%
orang dewasa. Pada usia lanjut efisiensi tidur berkurang,
dengan waktu yang lebih lama ditempat tidur namun lebih
singkat dalam keadaan tidur. Menurut Darmojo (2009), sering
bertambahnya usia, tredapat penurunan periode tidur. Seorang
usaia lanjut membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur
(berbaring lama di tempat tidur sebelum tidur) dan mempunyai
lebih sedikit waktu tidur nyenyaknya.
17

f. Gangguan tidur
Menurut International Classification of Sleep disorders,
gangguan tidur terbagi atas:
1. Dissomnia
Dissomnia adalah sutau keadaan dimana seseorang
mengalami kesukaran untuk tidur, mengalami gangguang
selama tidur, bangun terlalu dini atau kombinasi diantaranya.
Dissomnia dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:
a) Gangguan tidur spesifik
Gangguan tidur spesifik, meliputi narkolepsi, gangguan
gerakan anggota gerak badan secara periodik/ mioklonus
noktural, sindroma kaki gelisah, gangguan bernafas saat
tidur dan pasca trauma kepala
b) Gangguan tidur sirkadian
Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur)
yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan
bangun pada waktu yang dikehendaki, walupun jumlah
tidurmya tetap. Gangguan ini sangat berhubungan
dengan irama tidur sirkadian normal. Faktor-faktor yang
berperan dalam pengaturan sirkadian antara lain
temperatur badan, plasma darah, urine, fungsi ginjal dan
psikis. Dalam keadaan normal fungsi irama sirkadian
mengatur siklus biologi irama tidur-bangun, dimana
seperitga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk
bangun/ aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat
mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami
pergeseran. Menurut beberapa penenlitian, terjadi
pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur
reguler dengan waktu tidur yang ireguler. Perubahan
secara organik yang dapat menyebabkan gangguan
irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama
18

sirkadian dapat dikategorikan dua bagian: sementara dan


menetap.
c) Lesi susunan saraf pusat
lesi batang otak atau bulbus dapat mengganggu selama
tidur. hal ini merupakan gangguan tidur organik. Feldmen,
Wilkus, dkk menemukan gangguan fase tidur pada lesi
atau trauma daerah ventral pons, yang mana fase 1 dan
2 menetap tetapi fase REM berkurang atau tidak ada
sama sekali. Penderita chroea ditandai dengan gangguan
tidur yang berat, yang diakibatkan kerusakan pada
batang otak. Penyakit seperti parkinson, chroea dan
distonia, merupakan penyakit yang lebih sering timbul
pada saat pasien tidur. gangguan ini lebih sering terjadi
pada fase awal dan fase 1 dan jarang terjadi pada fase
dalam. Pada dimensia senilis yang mengalami gangguan
tidur pada malam hari, mungkin akibat disorganisasi
siklus sirkadian dan perubahan suhu tubuh. Pada
penderita stroke dapat mengalami gangguan tidur. bila
terjadi gangguan vaskular di daerah batang otak epilepsi
seringkali terjadi pada saat tidur pada fase NREM
(stadium1-2) jarang terjaddi pada fase REM.
d) Gangguan kesehatan
Seperti neuritis, carpal tunnel syndrome, distessia,
miopati dystrophi, low back pain, gangguan metabolik
seperti hipo/ hipertiroid, gangguan ginjal akut/ kronik,
asma, penyakit ulkus peptikum, obstruksi saluran nafas
sering mengakibatkan gangguan tidur, berupa mioklonus
noktural.
e) Obat-obatan
Gangguan tidur dapat disebabkan oleh obat-obatan
seperti penggunaan obat stimulan yang kronik
19

(amfetamine, kafein, nikotin), antihipertensi, antidepresan,


antiparkonson, antihistamin, antikolinergik. Obat-obat ini
dapat menimbulkan terputus-putusnya fase tidur REM.
2. Parasomnia
Merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-
kejadian episode yang berlangsung pada malam hari pada
saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus
ini sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah
laku dan aksi motorik potensial, sehingga sangat potensial
menimbulkan angka kesakitan dan kematian. Insiden ini
sering ditemukan pada usia anak 3-5 tahun (15%) dan
mengalami perbaikan atau penurunan inseiden pada usia
dewasa (3%).
Ada faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia,
meliputi peminum alkohol, kurang tidur dan stress
psikososial
Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi
pada stadium transmisi antara bangun dan tidur. gambaran
berupa aktivitas otot skletal dan perubahan sistem otonom.
Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran dan diikuti
aurosal dan amnsesia episode tersebut. Seringkali hal
tersebut terjadi pada stadium 3 dan 4.
Parasomnia dibagi dalam 3 jenis gangguan, yakni: (1)
Gangguan tidur berjalan (2) Gangguan teror tidur (3)
Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM.
3. Insomnia
Insomnia adalah kesukaran dalam menandai atau
mempertahankan tidur, keadaan ini adalah keluhan tidur
yang paling sering. Insomnia mungkin sementara atau
persisten.
4. Hipersomnia
20

Hipersomnia bermanifestasi sebagai jumlah tidur yang


berlebihan dan mengantuk (Somnolensi) yang berlebihan di
siang hari.
5. Gangguan siklus tidur bangun
Gangguan irama tidur bangun disebut juga sebagai
gangguan ritme sirkadian, menggambarkan keadaan pasien
yang pola irama tidurnya terganggu waktu tidur dan
bangunnya tidak sebagaimana lazimnya. Mekanisme
alamiah ini dikenal dengan istilah ritme Circadian, yang
menentukan berapa lama dan kapan kita tidur. Para peneliti,
termasuk ahli saraf Louis Ptacek dari The Howard Hughes
Mediacal Institute menemukan suatu kerusakan dalam gen
yang dikenal sebagai Per2 yang mengatur ritme Circadian itu
(Erliana, 2010). Ada beberapa tanda klinis seseorang yang
kurang tidur: a) Pasien mengungkapkan rasa capai b)
Pasien mudah tersinggung dan kurang santai c) Apatis d)
Warna kehitaman-hitaman di sekitar mata, konjungtiva
merah e) Sering kurang perhatian f) Pusing g) Mual
(Priharjo, 2006).
g. Kualitas Tidur
1. Pengertian Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani
seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran
saat terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif
dari tidur seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek
subjektif dari tidur. Kualitas tidur merupakan kemampuan
setiap orang untuk mempertahankan keadaan tidur dan
untuk mendapatkan tahap tidurREM dan NREM yang pantas
(Khasanah, 2012).
Kualitas tidur lansia dipengaruhi beberapa hal yaitu
pola tidur siang, lama tiggal dip anti atau rumah sakit, dan
21

kebiasaaan sebelum tidur. Lansia yang lebih lama tinggal


dipanti, memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik dari
pada penghui panti yang baru. Gangguan tidur sering terjadi
pada malam pertama di tempat perawatan jangka pajang
atau hospitalisasi yang lama, tetapi sulit tidaknya lansia tidur
berhubungan dengan kemampuan lansia dalam beradaptasi
dengan lingkungan yang baru (Gitawati, 2007).
Adanya kualitas tidur yang buruk disebabkan
seseorang mengalami gangguan kebutuhan tidur. Gangguan
tidur yang sering dialami seseorang terdiri dari imsonia,
enuremesis, narkolepsi, dan apnea tidur.
Kualitas tidur adalah suatu keadaan di mana tidur
yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan
kebugaran di saat terbangun. (Gemilang, 2014).

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap


tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan
perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan
apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah,
sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat,
2016).
Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif
tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk
bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti
kedalaman dan kepulasan tidur (Bukit, 2015). Persepsi
mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan individual
yang dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk
tidur pada malam hari atau efesiensi tidur. Beberapa
penelitian melaporkan bahwa efisiensi tidur pada usia
dewasa muda adalah 80-90% (Capernito 2012). Di sisi lain,
22

Craven & Hirnle (2011) menyebutkan bahwa kualitas tidur


ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola
tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur,
kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur
tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang baik dapat
memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik,
dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain,
memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk
hidup sehat semua orang. Kualitas tidur yang baik
diperlihatkan dengan mudahnya seseorang memulai tidur
saat jam tidur, mempertahankan tidur, menginisiasi untuk
tidur kembali setelah terbangun di malam hari, dan peralihan
dari tidur ke bangun di pagi hari dengan mudah (Gemilang,
2014).
Selain itu, menurut Hidayat (2016), kualitas tidur
seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-
tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam
tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi
tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan
dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologis yang dialami.
a) Tanda fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak
di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata
terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering
menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang
perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti
penglihatan kabur, mual dan pusing.
b) Tanda psikologis
Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa
tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang,
bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau
23

pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan


atau keputusan menurun. Kualitas tidur yang buruk dapat
menyebabkan gangguan kesehatan yang serius, kualitas
tidur yang baik seringkali terabaikan dan masih ada
anggapan bahwa gangguan tidur bukan masalah yang
serius. Padahal tidur merupakan kebutuhan yang penting
bagi manusia (Gemilang, 2014).
Kualitas tidur yang buruk memberi efek yang buruk
diantaranya sakit kepala dan sulit berkonsentrasi, selain
itu juga kurang tidur dapat mengganggu metabolisme
tubuh. Seperti yang sudah diketahui tidur adalah proses
pemulihan sel-sel tubuh. Jika proses ini terganggu tentu
regenerasi sel-sel tubuh tidak akan maksimal akibatnya
tubuh menjadi lemas dan rentan terhadap penyakit
(Hidayat, 2016).
Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah
berlainan, tergantung pada kebiasaan yang dibawa
selama perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas
pekerjaan, usia, kondisi kesehatan dan lain sebagainya.
Kebutuhan tidur pada dewasa 6-9 jam untuk menjaga
kesehatan, usia lanjut 5-8 jam untuk menjaga kondisi fisik
karena usia yang semakin senja mengakibatkan
sebagian anggota tubuh tidak dapat berfungsi optimal,
maka untuk mencegah adanya penurunan kesehatan
dibutuhkan energi yang cukup dengan pola tidur yang
sesuai (Prayitno, 2012).
Waktu tidur yang kurang dari kebutuhan dapat
mempengaruhi sintesis protein yang berperan dalam
memperbaiki sel–sel yang rusak menjadi menurun.
Kelelahan, meningkatnya stress kecemasan serta
kurangnya konsentrasi dalam aktivitas sehari–hari adalah
24

akibat yang sering terjadi apabila waktu tidur tidak


tercukupi. Tidur malam yang berlangsung dengan rata-
rata 7 jam, terdiri dari 2 macam kondisi yaitu REM dan
NREM yang bergantian selama 4–6 kali. Seseorang yang
kurang cukup menjalani tidur jenis REM maka esok
harinya akan menunjukkan kecenderungan untuk
hiperaktif, kurang dapat mengendalikan diri dan
emosinya, nafsu makan bertambah. Tidur NREM yang
kurang cukup, akan mengakibatkan esok harinya
keadaan fisik menjadi kurang gesit (Potter & Perry,
2005).
Indeks kualitas tidur: berdasarkan total jam tidur,
waktu untuk memulai tidur, frekuensi terbangun pada
malam hari, perasaan segar ketika bangun dipagi hari,
kedalaman tidur, dan rasa mengantuk disiang hari (Bukit,
2015).
h. Instrumen kualitas tidur
The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) merupakan
instrumen yang efektif digunakan untuk mengukur kualitas tidur
dan pola tidur. Digunakan untuk membedakan antara yang
mencukupi dan yang kurang tidurnya pada waktu sebulan.
PSQI dapat digunakan baik untuk penilaian awal dan
berkelanjutan di seluruh bidang kesehatan. Skala ini telah
digunakan terutama di negara-negara yang berbahasa Inggris,
dengan baru-baru ini di Cina dan Jepang (Buysse, 2008).
Kualitas tidur adalah fenomena kompleks yang tercakup di
PSQI yang telah dikembangkan untuk mengukur kualitas tidur
dan untuk membedakan antara yang tercukupi kebutuhan dan
yang kurang tercukupi kebutuhan tidurnya. Pengukuran ini
meliputi tujuh bidang : subjektif kualitas tidur, kedalaman tidur,
lama tidur, efisiensi biasa tidur, gangguan tidur, penggunaan
25

obat tidur, gangguan fungsi pada siang hari selama sebulan.


PSQI dapat digunakan untuk semua populasi di seluruh dunia
karena telah didukung validitas dan reabilitas (Buysse, 2008).
i. Kuantitas
Kuantitas tidur adalah total waktu individu tidur (Buysse,
2008). Kuantitas tidur dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara
lain:
a) Pengaruh umur
Pola tidur-bangun berubah sesuai bertambahnya umur.
Pada masa neonatus, lama tidur sekitar 18 jam dan sekitar
50% adalah tidur REM. Usia satu tahun lama tidur sekitar 13
jam dan 30% adalah tidur REM. Waktu tidur menurun tajam
setelah itu. Dewasa muda membutuhkan waktu tidur 7-8 jam
dengan NREM 75% dan REM 25%. (Buysse, 2008).
b) Rutinitas harian dan Motivasi tidur
Rutinitas yang variatif memengaruhi tidur. Pekerja shift
malam dapat mengalami kesulitan tidur. Berdasarkan siklus
sirkadian, tubuh mempersiapkan untuk tidur di malam hari
dengan menurunkan suhu tubuh dan melepaskan hormon
melatonin. Hasrat untuk tetap terjaga dan siaga membantu
mengatasi rasa kantuk dan tidur. (Buysse, 2008).
c) Aktivitas fisik dan latihan
Aktivitas meningkatkan kelelahan dan mempromosikan
relaksasi tidur. Hal ini terlihat bahwa aktivitas fisik
meningkatkan tidur fase REM dan NREM (Buysse, 2008).
d) Kebiasaan konsumsi
Minuman beralkohol dalam takaran sedang, terlihat
menginduksi tidur. Namun, dalam jumlah besar membatasi
tidur REM dan delta. Efek ini menerangkan fenomena
hangover setelah minum alkohol berlebihan.
26

Kafein merupakan stimulator sistem saraf pusat. Untuk


sebagian besar orang, minuman berkafein mengganggu
kemampuan untuk tidur. Sebagai contoh, minuman kafein,
kopi, teh, minuman kola, dan coklat. Nikotin menstimulasi
tubuh dan perokok sering mendapati kesulitan jatuh tidur.
Perokok biasanya mudah terbangun dan tidur singkat
(Buysse, 2008).
e) Faktor lingkungan dan budaya
Sebagian besar orang tidur terbaik saat berada dalam
lingkungan rumah biasanya. Tidur di lingkungan baru dapat
mempengaruhi tidur REM maupun NREM. (Buysse, 2008).
Budaya, keyakinan, dan kebiasaan individu dapat
memengaruhi tidur (Erliana, 2010).
f) Stress psikologis dan Gangguan mental
Situasi hidup dapat menyebabkan stress psikologis.
Seseorang yang mengalami stress mungkin kesulitan
mendapatkan jumlah tidur yang cukup sesuai kebutuhan dan
jumlah fase tidur REM menurun cenderung meningkatkan
ansietas dan stress (Erliana, 2010).
g) Penyakit
Keadaan medis berefek pada struktur dan distribusi tidur.
Kondisi seperti penyakit gagal jantung, hipertensi,
osteoarthtritis, fibromyalgia, kejang nokturnal, stroke,
parkinson, penyakit refluks gastroesofagus. Gangguan ini
dapat membatasi kedalaman tidur maupun episode singkat
terbangun (Erliana, 2010).
j. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur yang
buruk pada lansia
Menurut Vitiello (2006) dalam penelitian Silvanasari (2012)
menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan kualitas tidur
lansia yang buruk adalah faktor fisiologis, psikologis, gangguan
27

tidur primer, penyakit, perilaku sosial, dan lingkungan. Lansia


yang berusia 55-84 tahun dengan beberapa penyakit lebih
mungkin melaporkan kejadian insomnia (Simonson et al, 2007)
dalam Silvanasari (2012).
Haines (2005) dalam Silvanasari (2012) juga menyatakan
bahwa hipertensi, penyakit jantung, stroke, diabetus mellitus,
arthritis, penyakit paru, kanker, depresi, gangguan memori,
osteoporosis, dan hipertropi prostat merupakan jenis-jenis
penyakit yang dapat menyebabkan gangguan tidur.

3. Konsep Tai Chi


a. Definisi Tai Chi
Tai Chi awalnya merupakan seni bela diri, akan tetapi
secara perlahan berkembang dan berevolusi menjadi latihan
untuk meningkatkan kesehatan dan memperkuat daya tahan
yang dapat dilakukan siapa saja dari anak – anak maupun
manula (Sutanto, 2013).
Prinsip dasar Tai Chi adalah hubungan dari 2 unsur
yang bertentangan yaitu Yin (kutub negatif) dan Yang (kutub
positif). Filosofi Yin-Yang tercermin dari simbol Tai Chi,
dimana di dunia ini terdapat beberapa hal yang berlawanan.
Yin tidak bias berdiri sendiri tanpa Yang, demikian juga
dengan Yang tidak dapat eksis tanpa Yin. Jadi, di sini
diperlukan interkoneksi inter-relasi. Prinsip tersebut diterapkan
dalam gerakan sahingga tercapai keseimbangan atau balance
dan harmoni tubuh kita menyatu dengan alam semesta
(Sutanto, 2013).
Menurut US National Institute of Health (NIH) dan
National Center for Complementary and Alternative Medicine
(NCCAM), penting adanya latihan untuk meningkatkan
kesimbangan otak, jiwa, badan, dan perilaku guna
28

mendapatkan kesehatan optimal dan kinerja yang maksimal.


Tai Chi adalah salah satu bentuk latihan atau seni untuk
kesehatan fisik, keseimbangan jiwa, dan mental. Suatu
kombinasi dari meditasi, fokus pada pernafasan, dan gerakan
fisik dengan ritme tertentu (Sutanto, 2013)
b. Fisiologi Tai Chi
Senam Tai Chi ini merupakan latihan yang
mengandung beberapa unsur dalam intervensi fisik dan jiwa,
yaitu adanya unsur meditasi, teknik relaksasi, pernafasan dan
terapi biofeedback, karena gerakan Tai Chi meliputi body-
mind-soul-breath membawa dampak positif pada jantung
berupa denyut jantung yang stabil serta turunnya tekanan
darah menuju normal. Hal ini disebabkan karena aktivitas
saraf simpatis dan parasimpatis menjadi seimbang dan
harmoni.
Gerakan Tai Chi yang meliputi body-mind-soul-breath
secara teratur terbukti dapat meningkatkan pelepasan nor
adrenalin melalui urine, menurunkan kadar cortisol, serta
menurunkan aktivitas saraf simpatis yang membawa dampak
positif pada jantung (berupa denyut jantung yang stabil dan
tekanan darah turun menuju normal). Ini karena aktivitas saraf
simpatis dan parasimpatis menjadi seimbang dan harmonis.
Latihan tersebut dapat pula meningkatkan antioksidan untuk
menghilangkan radikal bebas dalam tubuh dan menstabilkan
tekanan darah (Sutanto, 2013).

c. Tujuan Tai Chi


Tujuan dari pelaksanaan olahraga yang sudah berusia
800 tahun ini adalah menyelaraskan tubuh dan pikiran melalui
meditasi dalam gerakan lambat dan anggun. Tai Chi
29

menyeimbangkan energi, dengan demikian saat


keseimbangan alami tubuh dan pikiran didapat, stres pun
berkurang. Dengan berfokus pada gerakan yang dikendalikan,
pikiran teralihkan dari ketegangan atau stres yang sedang
dialami (Herlianto, 2005) dalam (Ghadafi, 2011).
d. Prinsip Senam Tai Chi
Senam tai chi bila dilakukan dengan sungguh –
sungguh akan menguras tenaga meskipun gerakannya low-
impact. Prinsip senam tai chi adalah terdiri dari 3 bagian,
yaitu:
1) Setiap pesenam harus dalam kondisi menghilangkan
pikiran dan bermeditasi selama berlangsungnya senam
2) Para pesenam harus pintar mengatur pernafasannya
secara halus, panjang dan dalam, berkesinambungan,
yang dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam dada secara
teratur sesuai aba – aba
3) Gerakan senam tai chi benar dan harus memenuhi
kaidah Yin dan Yang, dimana dalam kelembutan gerakan
terdapat tarikan – tarikan otot yang kuat.
(Herlianto, 2005) dalam (Ghadafi, 2011)
e. Komponen – Komponen Tai Chi
Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk
intervensi fisik dan jiwa dalam Tai Chi, antara lain :
1) Meditasi
Latihan meditasi merupakan pengamatan dalam diri
kita sendiri (self-observation) dari aktivitas mental,
atensi/fokus pada latihan, mendalami setiap proses
gerakan. Meditasi ini dapat ditemukan pada yoga, Tai Chi,
dan Qigong.
Tai Chi menekankan elemen kesadaran diri sentral
berupa pengendalian perhatian, fokus pada apa yang
30

dirasakan dalam diri sendiri (berupa sensasi yang


dirasakan tubuh, nafas, pikiran, dan emosi), serta
merasakan apa yang didapat dari faktor – faktor eksternal
(berupa apa yang dilihat di sekeliling, desiran angin, serta
suara – suara burung atau jangkrik yang ada di sekitar
kita). Berbagai studi dengan menggunakan imaging
menunjukkan bahwa meditasi dapat merangsang
pengaktifan sistem endokrin, pelepasan neurotransmitter,
dan meningkatkan sistem imun.
2) Teknik Relaksasi dan Pernafasan
Teknik relaksasi dan pernafasan dengan
memfokuskan pada kecepatan nafas, ritme, dan
isi/volume pernafasan. Teknik tersebut untuk
meminimalkan respons tubuh terhadap stres, dengan
meningkatkan respon parasimpatik.
3) Hipnotis
Hypnosis meliputi atensi dan konsentrasi, dengan
relatif mengurangi perhatian di sekitarnya. Ada tiga aspek
dari hypnosis, yaitu absorpsi, disosiasi, dan suggestibility.
Absorpsi merupakan teknik agar imajinasi, dan
pengalaman ideasional. Disosiasi adalah pemisahan
secara mental komponen pengalaman tertentu dari suatu
peristiwa. Suggestibility penting untuk meningkatkan
respon agar dapat mengikuti instruksi hipnotik.
4) Latihan Biofeedback
Biofeedback adalah terapi medis untuk mendapatkan
beberapa patokan fisiologis seperti denyut jantung dan
kecepatan pernafasan menuju kearah basal, sehingga
diharapkan terjadi penurunan dari zat – zat radikal bebas
dan respon imun (Sutanto, 2013).
f. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Senam
31

1) Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan adalah seberapa banyak melakukan
latihan olahraga senam dalam sepekan. Senam sangat
dianjurkan untuk dilakukan minimal 2 atau 3 kali dalam
seminggu. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan
meningkatkan derajat kesehatan (Irwansyah, 2006).
2) Intensitas Latihan
Intensitas adalah berat beban latihan yang diberikan
tidak mengakibatkan efek yang membahayakan. Reaksi
denyut jantung yang timbul dapat dipakai sebagai cerminan
dari reaksi pembebanan.
3) Tipe latihan
Jenis olahraga yang dianjurkan oleh para ahli adalah
jalan kaki, berenang, dan senam (Sumintarsih, 2006).
4) Time (Waktu Latihan)
Menurut Anies (2006) lama latihan senam yang
diberikan adalah 30 menit.
g. Gerakan Senam Tai Chi
Gerakan pada latihan senam yang salah satunya senam
Tai Chi adalah sebagai berikut :
1) Gerakan Pemanasan
Pemanasan adalah persiapan emosional, psikologis,
dan fisik untuk melakukan latihan (Mukholid, 2007).
Gerakan ini dilakukan sebelum memasuki gerakan inti
dengan tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem
tubuh sebelum memasuki latihan yang sebenarnya.
Tujuan latihan ini adalah untuk menaikkan suhu tubuh,
meningkatkan denyut jantung mendekati intensitas latihan.
Selain itu pemanasan perlu untuk mengurangi
kemungkinan terjadi cidera akibat olahraga. Lama
pemanasan biasanya kurang lebih 5 menit (Tapan, 2005).
32

2) Gerakan Inti
Gerakan inti biasanya merupakan gerakan yang telah
aktif dengan mengikuti alur tertentu. Gerakan inti
bertujuan untuk menguatkan otot – otot tubuh seperti
lengan, tungkai, perut, pinggul dan juga melatih koordinasi
gerak anggota tubuh. Gerakan ini dilakukan kurang lebih
antara 20 menit atau disesuaikan dengan tujuan dan
latihan yang dilakukan (Sumintarsih, 2006).
3) Gerakan Pendinginan
Pelaksanaan gerakan ini merupakan penurunan
gerakan secara bertahap dari intensitas tinggi ke
intensitas rendah (Mukholid, 2007). Gerakan ini bertujuan
untuk mengembalikan kondisi tubuh sebelum berlatih dan
mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi
sehingga mencegah genangan arah di otot kaki dan
tangan. Gerakan ini dilakukan biasanya kurang lebih 5
menit (Sumintarsih, 2006).
h. Manfaat Tai Chi
Sutanto (2013) menyatakan banyak studi yang telah
menunjukkan bahwa dengan latihan Tai Chi yang teratur
maka dapat diperoleh beberapa manfaat seperti :
1) Mengurangi kecemasan dan depresi
2) Memperbaiki keseimbangan, fleksibilitas, dan kekuatan
otot
3) Mengurangi resiko jatuh, misalnya pada Parkinson
4) Memperbaiki kualitas tidur
5) Menstabilkan tekanan darah
6) Memperbaiki kapasitas jantung pada usia manula
7) Menghilangkan nyeri kronik pada gangguan
neuromuskuloskeletal
8) Meningkatkan kapasitas energI
33

9) Meningkatkan kemampuan antioksidan dan imunitas


10) Mencegah osteoporosis
11) Merangsang organ internal untuk bekerja menjalankan
fungsinya dengan baik
12) Mempertahankan kualitas hidup yang maksimal
(Sutanto, 2013).
i. Panduan Senam Tai Chi
Menurut Sutanto (2008) dalam Supriani (2015), gerakan –
gerakan tai chi meliputi:
1) Gerakan 1 : Rise and Fall (Bangkit dan Turun)

(Gambar 2.1. Tai Chi Move Rise and Fall)


Berdirilah dengan kaki terbuka dan lutut menekuk. Sambil
menarik nafas angkat kedua tangan setinggi kepala.
34

Selanjutnya, gerakan mendorong telapak tangan ke


bawah sampai melewati pusar sambil membuang nafas.
Lakukan gerakan sebanyak 5 kali dengan hitungan 8x1.
2) Gerakan 2 : Single Hand Circle (Gerakan Memutar Satu
Tangan)

(Gambar 2.2. Tai Chi Move Single Hand Circle)

- Berdiri sambil membuka kedua kaki, kemudian


gerakkan tangan kanan searah jarum jam sambil
menarik nafas secara perlahan. Setelah tangan
berada diatas kepala kemudian turunkan tangan
perlahan sambil membuang nafas. Dan lakukan
35

gerakan yang sama menggunakan tangan kiri


melawan arah jarum jam. Lakukan gerakan masing –
masing 5 kali dengan hitungan 8x1.
3) Gerakan 3 : Double Hand Circle (Gerakan Memutar Dua
Tangan)

(Gambar 2.3. Tai Chi Move Double Hand Circles)


36

Berdiri sambil membuka kedua kaki, kemudian gerakkan


kedua tangan searah jarum jam sambil menarik nafas
secara perlahan. Setelah tangan berada diatas kepala
kemudian turunkan tangan perlahan sambil membuang
nafas. Dan lakukan gerakan yang melawan arah jarum jam.
Lakukan gerakan sebanyak 5 kali dengan hitungan 8x1.
4) Gerakan 4 : Yin – Yang Circle Hands (Memutar Tangan
Seperti Yin – Yang)
37
38

(Gambar 2.4. Tai Chi Move Yin Yang Circle Hands)


Berdiri sambil membuka kedua tangan lebar - lebar, putar
kedua tangan secara berlawanan seperti memegang bola
di perut (gerakan Yin dan Yang) sambil menarik nafas.
Kemudian buka kembali tangan sambil membuang nafas
secara perlahan. Lakukan gerakan sebanyak 5 kali dengan
hitungan 8x1.
5) Gerakan 5 : Cloud Hands (Memutar Tangan Seperti Awan)
39

(Gambar 2.5. Tai Chi Move Cloud Hands)


- Berdiri membuka kedua kaki, angkat tangan kanan
setinggi kepala dan tangan kiri setinggi perut, putar
kedua tangan searah jarum jam sambil menarik nafas.
Kemudian melakukan gerakkan mendorong seperti di
40

gambar sambil membuang nafas. Selanjutnya lakukan


gerakan sebaliknya. Lakukan seluruh gerakan masing –
masing sebanyak 5 kali dengan hitungan 8x1.
6) Gerakan 6 : Rollback and Push (Memutar Tangan Ke
Belakang dan Dorong Ke Depan)

(Gambaraa 2.6. Tai Chi Move Rollback and Push)


41

Gerakkan kaki kiri kearah depan, tarik nafas perlahan


kemudian angkat kedua tangan seperti gerakkan memutar
ke belakang, tahan kedua tangan di dada. Selanjutnya
dorong kedua tangan kearah depan sambil membuang
nafas. Lakukan gerakan sebanyak 5 kali dengan hitungan
8x1

7) Gerakan 7 : Horse Tosses Mane (Kuda Melempar Rambut


Depan)
42
43

(Gambar 2.7. Tai Chi Move Horse Tosses Mane)


Gerakkan kaki kiri kedepan sambil menarik nafas secara
perlahan, silangkan kedua tangan dengan tangan kanan di
atas dan tangan kiri dibawah seperti di gambar. Kemudian
dorong tangan kiri ke depan sambil membuang nafas.
Selanjutnya lakukan gerakkan dengan arah sebaliknya,
lakukan seluruh gerakan masing – masing 5 kali dengan
hitungan 8x1.
8) Gerakan 8 : Brush Knee (Menghentakkan lutut)
44

(
(Gambar 2.8. Tai Chi Move Brush Knee)
Gerakkan kaki kiri kedepan sambil menarik nafas
secara perlahan, silangkan kedua tangan dengan
tangan kanan di atas dan tangan kiri dibawah seperti di
gambar. Kemudian dorong tangan kanan ke depan
45

sambil membuang nafas. Selanjutnya lakukan gerakkan


dengan arah sebaliknya, lakukan seluruh gerakan
masing – masing 5 kali dengan hitungan 8x1.
9) Gerakan 9 : Carry The Cauldron (Membawa Kuali)

(Gambar 2.9. Tai Chi Move Carry The Cualdron)


46

Berdirilah dengan kaki terbuka dan lutut menekuk. Sambil


menarik nafas, angkat kedua tangan setinggi dada dengan
telapak tangan menghadap kebawah. Saat membuang
nafas kembali, putar kedua telapak tangan menghadap ke
atas. Dorong tangan ke atas sampai melewati kepala,
pandangan mata ke arah kedua telapak tangan. Lakukan
gerakan sebanyak 5 kali dengan hitungan 8x1.
10) Gerakan 10 : Grand Tai Chi (Gerakan Pamungkas Tai Chi)
47
48

(Gambar 2.10. Tai Chi Move Grand Tai Chi)


- Berdirilah dengan kaki terbuka dan badan sedikit
membungkuk. Posisikan tangan seperti memegang
bola sambil menarik nafas secara perlahan, lebarkan
tangan dan kemudian tinggikan tangan hingga diatas
kepala. Selanjutnya turunkan tangan dengan memutar
melewati dada, hembuskan nafas secara perlahan
hingga tangan membuka lebar kembali seperti pada
49

gambar. Lakukan gerakan sebanyak 5 kali dengan


hitungan 8x1

B. Kerangka Konsep

Terapi pengobatan
Masalah
Keperawatan Yang farmakologi
sering muncul pada
lansia (Nanda,
2015-2017):
Penilaian
a. Nyeri Non farmakologi : kualitas tidur
C.
b. Resiko dengan
a. Relaksasi otot
ketidak kuesioner PSQI
D. progresif
stabilan gula :
b. Medikasi
darah
E. benson a. Skor
c. Inkontinesia c. kualitas
urine F. c. senam taichi
d. konstipasi tidur baik
e. Hambatan nilai(<5)
G. d. Relaxsasi b. Skor
mobilitas fisik nafas dalam kualitas
f. Gangguan H. e. Senam lansia tidur buruk
persepsi (aktivitas) nilai(>5-12)
sensori I. f. Akupuntur
g. Resiko
Factor yang g. akupressure
cedera
mempengaruhi
kornea
insomnia :
h. Keletihan
i. Resiko jatuh 1. Usia (lansia
j. (lansia)
j. Insomnia 2. Jenis
(gangguan kelamin
tidur) 3. Pendidikan
k. Deficit J. 4. Gaya hidup
= tidak diteliti
perawatan 5. Pekerjaan
diri K. 6. Psikologis = di teliti
l. Resiko 7. Lingkungan
sindrom 8. Status
lansia lemah
50

Gambar 11 : Kerangka konsep pengaruh senam tai chi


L. Hipotesis Penelitianpenurunan kualitas tidur di Balai Sosial Lanjut Usia
Mandalika.
Hipotesis dalam penelitian Modifikasi
ini dapat diuraikan teori NANDA
sebagai berikut :(2015),Sutanto
(2013), dan Perry & Potter (2006).Nengah (2015)
1. Hipotesis Nol (H0)
Faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia pada lansia.
Tidak ada pengaruh Senam Tai Chi terhadap kualitas tidur
lansia di Balai Sosial Mandalika.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada pengaruh Senam Tai Chi terhadap kualitas tidur lansia di
Balai Sosial Mandalika.

Anda mungkin juga menyukai