BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Lansia
a. Pengertian
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang.
Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang
dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Hal ini
normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia
merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua
dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir.
Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan
sosial secara bertahap (Ma’rifatul, 2011).
Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedi darmojo dan Dr.
Hadi Martono (2010) mengatakan bahwa Menua adalah proses
menghilangnya secara perlahan aktifitas jaringan untuk
9
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
b. Batasan Lansia
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam
Ma’rifatul (2011), tentang kesejahteraan lansia pada bab 1 pasal
1 ayat 2, yang dimaksud lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas. WHO (1999) dalam Ma’rifatul
(2011) menggolongkan lansia berdasarkan usia
kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu :
2. Perubahan mental
Di dalam perubahan mental usia lanjut, perubahan dapat
berupa sikap yang semakin egosentris, mudahan curiga,
bertambah pelit atau tamak akan sesuatu. Faktor yang
mempengaruhi perubahan mental antara lain perubahan
fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan
lingkungan (Nugroho, 2000).
3. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial meliputi pansiun yang merupakan
produktivitas dan identitas yang dikaitakan dengan pernan
dalam pekerjaanm merasakan atau sadar akan kematian,
peruahan dalam cara hidup, ekonomi akibat dari
pemberentian jabatan dan penyakit kronis.
2. Konsep Istirahat Tidur
a. Pengertian Tidur
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun (Mubarak,
2008).
Tidur merupakan suatu proses yang aktif yang memiliki
variasi siklus normal dalam kesadaran mengenai keadaan
sekitar. Berbeda dengan keadaan terjaga, orang yang sedang
tidur tidak secara sadar waspada akan dunia luar, tetapi
memiliki pengalaman kesadaran dalam batin, misalnya mimpi.
Selain itu, dapat juga berasal dari rangsangan eksternal, seperti
bunyi alarm. Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran
13
c. Proses Tidur
Tidur normal dibagi menjadi dalam 2 tahap yakni:
1) Non Rapid Eye Movement(NERM)
2) Rapid Eye Movement (REM)
Kedua status ini berbeda berdasarkan kumpulan-kumpulan
parameter fisiologis. NERM ditandai oleh denyut jantung
dan frekuensi pernafasan yang stabil dan lambat serta
tekanan darah yang rendah. NERM adalah tahap tidur yang
tenang. REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan
tiba-tiba, peningkatan aktivitas saraf otonom dan mimpi.
Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas dari tekanan darah,
denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai
dengan penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot
inovolunter. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi
dalam tubuh yang lumpuh atau tidur paradoks (Pusparini,
dkk, 2014).
Tidur REM tidak berdiri sendiri, selalu disuperimposisikan
pada tidur gelombang lambat. Pada tidur yang normal,
masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-rata timbul
setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100
menit setelah seseorang tidur. Tidur REM menghasilkan
pola EEG yang menyerupai tidur NERM tingkat I dengan
gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat
rendah, frekuensi jantung, nafas tidak teratur (ciri dalam
keadaan mimpi), terjadi gerakan otot yang tidak teratur
(pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang cepat
atau “rapid eye movement”), dan lebih sulit dibandingkan
daripada tidur gelombang lambat (Pusparini, dkk, 2014).
Tidur NERM secara umum meliputi 80% dari seluruh
waktu tidur, sedangkan tidur REM lebih kurang 20%.
Menurut Hobson dan Mc. Carley tidur NERM dan REM
15
2016).
e. Kebutuhan tidur pada lansia
Kebutuhan tidur pada setiap orang berbeda, usia lanjut
membutuhkan waktu tidur 6-7 jam per hari (Hidayat, 2008).
Walaupun mereka menghabiskan lebih banyak waktu ditempat
tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada malam
hari, memiliki waktu tidur kurang total, mengambil lebih lama
tidur dan mengambil tidur siang lebih banyak (Kryger et al)
dalam Hidayat 2016).
Kecenderungan tidur siang meningkat secara progresif
dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang
dipakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun
pada malam hari. Di bandingkan dengan jumlah waktu yang
menghabiskan ditempat tidur munurun sejam atau lebih (Perry
& Potter, 2005).
Pada usia lanjut menunjukkan berkurangnya jumah
gelombang tidur lambat, sejak dimulai tidur secara progresif
menurun dan menarik melalui stadium I ke stadium IV, selama
70-100 menit yang di ikuti oleh letupan REM. Periode REM
berlangsung kira-kira 15 menit dan merupakan 20% dari waktu
tidur total. Umurnya tidur REM merupakan 20-25% dari jumlah
tidur, stadium II sekitar 50% dan stadium III dan IV bervariasi.
Jumlah jam tidur total yang normal brkisar 5-9 jam pada 90%
orang dewasa. Pada usia lanjut efisiensi tidur berkurang,
dengan waktu yang lebih lama ditempat tidur namun lebih
singkat dalam keadaan tidur. Menurut Darmojo (2009), sering
bertambahnya usia, tredapat penurunan periode tidur. Seorang
usaia lanjut membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur
(berbaring lama di tempat tidur sebelum tidur) dan mempunyai
lebih sedikit waktu tidur nyenyaknya.
17
f. Gangguan tidur
Menurut International Classification of Sleep disorders,
gangguan tidur terbagi atas:
1. Dissomnia
Dissomnia adalah sutau keadaan dimana seseorang
mengalami kesukaran untuk tidur, mengalami gangguang
selama tidur, bangun terlalu dini atau kombinasi diantaranya.
Dissomnia dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:
a) Gangguan tidur spesifik
Gangguan tidur spesifik, meliputi narkolepsi, gangguan
gerakan anggota gerak badan secara periodik/ mioklonus
noktural, sindroma kaki gelisah, gangguan bernafas saat
tidur dan pasca trauma kepala
b) Gangguan tidur sirkadian
Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur)
yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan
bangun pada waktu yang dikehendaki, walupun jumlah
tidurmya tetap. Gangguan ini sangat berhubungan
dengan irama tidur sirkadian normal. Faktor-faktor yang
berperan dalam pengaturan sirkadian antara lain
temperatur badan, plasma darah, urine, fungsi ginjal dan
psikis. Dalam keadaan normal fungsi irama sirkadian
mengatur siklus biologi irama tidur-bangun, dimana
seperitga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk
bangun/ aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat
mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami
pergeseran. Menurut beberapa penenlitian, terjadi
pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur
reguler dengan waktu tidur yang ireguler. Perubahan
secara organik yang dapat menyebabkan gangguan
irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama
18
1) Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan adalah seberapa banyak melakukan
latihan olahraga senam dalam sepekan. Senam sangat
dianjurkan untuk dilakukan minimal 2 atau 3 kali dalam
seminggu. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan
meningkatkan derajat kesehatan (Irwansyah, 2006).
2) Intensitas Latihan
Intensitas adalah berat beban latihan yang diberikan
tidak mengakibatkan efek yang membahayakan. Reaksi
denyut jantung yang timbul dapat dipakai sebagai cerminan
dari reaksi pembebanan.
3) Tipe latihan
Jenis olahraga yang dianjurkan oleh para ahli adalah
jalan kaki, berenang, dan senam (Sumintarsih, 2006).
4) Time (Waktu Latihan)
Menurut Anies (2006) lama latihan senam yang
diberikan adalah 30 menit.
g. Gerakan Senam Tai Chi
Gerakan pada latihan senam yang salah satunya senam
Tai Chi adalah sebagai berikut :
1) Gerakan Pemanasan
Pemanasan adalah persiapan emosional, psikologis,
dan fisik untuk melakukan latihan (Mukholid, 2007).
Gerakan ini dilakukan sebelum memasuki gerakan inti
dengan tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem
tubuh sebelum memasuki latihan yang sebenarnya.
Tujuan latihan ini adalah untuk menaikkan suhu tubuh,
meningkatkan denyut jantung mendekati intensitas latihan.
Selain itu pemanasan perlu untuk mengurangi
kemungkinan terjadi cidera akibat olahraga. Lama
pemanasan biasanya kurang lebih 5 menit (Tapan, 2005).
32
2) Gerakan Inti
Gerakan inti biasanya merupakan gerakan yang telah
aktif dengan mengikuti alur tertentu. Gerakan inti
bertujuan untuk menguatkan otot – otot tubuh seperti
lengan, tungkai, perut, pinggul dan juga melatih koordinasi
gerak anggota tubuh. Gerakan ini dilakukan kurang lebih
antara 20 menit atau disesuaikan dengan tujuan dan
latihan yang dilakukan (Sumintarsih, 2006).
3) Gerakan Pendinginan
Pelaksanaan gerakan ini merupakan penurunan
gerakan secara bertahap dari intensitas tinggi ke
intensitas rendah (Mukholid, 2007). Gerakan ini bertujuan
untuk mengembalikan kondisi tubuh sebelum berlatih dan
mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi
sehingga mencegah genangan arah di otot kaki dan
tangan. Gerakan ini dilakukan biasanya kurang lebih 5
menit (Sumintarsih, 2006).
h. Manfaat Tai Chi
Sutanto (2013) menyatakan banyak studi yang telah
menunjukkan bahwa dengan latihan Tai Chi yang teratur
maka dapat diperoleh beberapa manfaat seperti :
1) Mengurangi kecemasan dan depresi
2) Memperbaiki keseimbangan, fleksibilitas, dan kekuatan
otot
3) Mengurangi resiko jatuh, misalnya pada Parkinson
4) Memperbaiki kualitas tidur
5) Menstabilkan tekanan darah
6) Memperbaiki kapasitas jantung pada usia manula
7) Menghilangkan nyeri kronik pada gangguan
neuromuskuloskeletal
8) Meningkatkan kapasitas energI
33
(
(Gambar 2.8. Tai Chi Move Brush Knee)
Gerakkan kaki kiri kedepan sambil menarik nafas
secara perlahan, silangkan kedua tangan dengan
tangan kanan di atas dan tangan kiri dibawah seperti di
gambar. Kemudian dorong tangan kanan ke depan
45
B. Kerangka Konsep
Terapi pengobatan
Masalah
Keperawatan Yang farmakologi
sering muncul pada
lansia (Nanda,
2015-2017):
Penilaian
a. Nyeri Non farmakologi : kualitas tidur
C.
b. Resiko dengan
a. Relaksasi otot
ketidak kuesioner PSQI
D. progresif
stabilan gula :
b. Medikasi
darah
E. benson a. Skor
c. Inkontinesia c. kualitas
urine F. c. senam taichi
d. konstipasi tidur baik
e. Hambatan nilai(<5)
G. d. Relaxsasi b. Skor
mobilitas fisik nafas dalam kualitas
f. Gangguan H. e. Senam lansia tidur buruk
persepsi (aktivitas) nilai(>5-12)
sensori I. f. Akupuntur
g. Resiko
Factor yang g. akupressure
cedera
mempengaruhi
kornea
insomnia :
h. Keletihan
i. Resiko jatuh 1. Usia (lansia
j. (lansia)
j. Insomnia 2. Jenis
(gangguan kelamin
tidur) 3. Pendidikan
k. Deficit J. 4. Gaya hidup
= tidak diteliti
perawatan 5. Pekerjaan
diri K. 6. Psikologis = di teliti
l. Resiko 7. Lingkungan
sindrom 8. Status
lansia lemah
50