Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit tidak menular dengan memiliki tekanan

darah baik sistolik maupun diastoliknya melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi

salah satu bagian masalah kesehatan di masyarakat, dimana jarang

memunculkan gejala pada penderitanya. Tekanan darah berfluktuasi dalam

batasan – batasan tertentu, tergantung pada posisi tubuh, usia, dan tingkat

stress. (Asikin, dkk., 2020).

Hipertensi termasuk dalam kategori the silent killer yang mana

penderita tidak akan mengetahui atau menyadari bahwa dirinya mengalami

hipertensi jika tidak memeriksa tekanan darahnya. Resiko hipertensi akan

mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia seseorang. Hipertensi

menjadi sangat berbahaya ketika penderita tidak mengontrolnya karena jika

terjadi dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan terjadinya

komplikasi penyakit seperti dapat menimbulkan penyakit jantung koroner,

stroke, gagal ginjal maupun gangguan penglihatan. (Diana A, dkk. 2017).

Berdasarkan Menurut data WHO (2019) diperkirakan 1,13 miliar

orang di seluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar tinggal di negara

berpenghasilan rendah dan menengah. Prevelensi kejadian hipertensi di

Indonesia pada tahun 2018 sebesar 658.201 orang, sedangkanberdasarkan

gejala yang diagnosis dokter yaitu sebesar 8,26 juta – 8,47juta orang. Jawa

tengah mengalami kejadian hipertensi sebanyak 89.648 orang dari 34

1
2

provinsi yang ada di Indonesia. (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data dinas

kabupaten sragen data tahun 2016 yang menderita hipertensi sebanyak

5.950 kasus, 2.821 pada kasus laki-laki dan 3.129 pada kasus perempuan.

(Elsa D, dkk., 2021).

Menurut Riskesdas tahun 2018, Asia Tenggara mencapai 36% dan

Indonesia sebanyak 34,1%. Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut

BalitBanKes melalui data Riskesdas 2018 sebanyak 34,1% mengalami

kenaikan sedangkan di tahun 2013 sebanyak 25,8% dan mengalami

peningkatan cukup signifikan pada usia diatas 60 tahun sebanyak 25,8%. Di

Indonesia provinsi dengan kasus hipertensi terdapat di wilayah Sulawesi

Utara 13.2% dan Papua terendah 4.4% (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data yang diambil dari Dinas Kesehatan Kota Jambi

pada tahun 2021 dari 20 Puskesmas di Kota Jambi jumlah penderita

Hipertensi sebanyak 25.846 jiwa dengan angka tertinggi penyakit yang

terdiagnosa penyakit Hipertensi adalah di wilayah kerja Puskesmas

Simpang IV Sipin yaitu sebanyak 5.511 penderita. Dibuktikan dengan hasil

wawancara menyatakan bahwa untuk aktifitas fisik sebelumnya di

puskesmas ini yang dilakukan hari sabtu dan minggu biasanya dengan

olahraga senam dan bersepeda bersama dan tingkat pengetahuan tentang

brisk walking exercise atau latihan jalan cepat terhadap penderita hipertensi

belum dilakukan sebelumnya, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan

pengaruh brisk walking exercise atau jalan cepat terhadap penderita

hipertensi di wilayah kerja puskesmas simpang IV sipin kota jambi. (Dinkes

Kota Jambi, 2021).


3

Brisk walking exercise merupakan salah satu bentuk latihan aerobik

merupakan bentuk latihan aktivitas sedang pada pasien hipertensi dengan

menggunakan tehnik jalan cepat selama 20-30 menit dengan rata - rata

kecepatan 4-6 km/jam. Metode ini cukup efektif dalam neningkatkan denyut

jantung secara maksimal, merangsang kontraksi otot, pemecahan glikogen,

dan peningkatn okisegen jaringan. Selain itu latihan ini juga dapat

mengurangi pembentukan plak melalui pembentukan lemak, peningkatan

penggunaan glukosa dan menurunkan faktor lainnya yang dapat memicu

hipertensi. (Sonhaji, dkk., 2020).

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan metode non -

farmakologis. Salah satu bentuk metode non-farmakologis yaitu brisk

walking exercise, yang merupakan latihan aktivitas sedang pada pasien

hipertensi dengan menggunakan tehnik jalan cepat selama 20- 30 menit

dengan rata-rata kecepatan 4-6 km/jam. Latihan ini cukup efektif

meningkatkan kapasitas denyut jantung, merangsang kontraksi otot,

memecahkan glikogen dan meningkatkan oksigen jaringan. (Sri Mulia,

dkk., 2020).

Brisk walking exercise berdampak terhadap penurunan risiko pada

pasien hipertensi melalui mekanisme pembakaran kalori, mempertahankan

berat badan, membantu tubuh rileks dan peningkatan senyawa beta

endorphin yang dapat menurunkan stres serta tingkat keamanan penerapan

brisk walking exercise pada semua tingkat umur penderita hipertensi.

Dengan melakukan latihan brisk walking excecise penderita hipertensi dapat

mengontrol tekanan darah dalam batas normal serta dapat menurunkan


4

resiko yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi itu sendiri (Siti Nurbaiti,

2020).

Berdasarkan Hasil penelitian (Ari Widiarto dkk, 2021) menunjukkan

bahwa hasil peneltiian ini fakta dan teori bahwa memberikan olahraga brisk

walking excercise selama 20- 30 menit dapat menjadi alternaif alami untuk

menurunkan tekanan darah bagi penderita tekanan darah tinggi, di

karenakan program ini dapat merangsang kontraksi otot, meningkatkan

kapasitas maksimal denyut jantung dalam tubuh dan peningkatan oksigen

dalam jaringan, peneliti memilih program ini di karenakan mudah untuk di

terapkan dan tidak memakan biaya, latihan ini juga dapat mengurangi

pembentukan plak yang disebabkan oleh lemak dan glukosa dalam tubuh,

dapat menjaga keseimbangan tubuh dan banyak manfaat lainya yang di dapa

dari program latihan brisk walking excercise ini. Analisa pengaruh brisk

walking excercise terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita

tekanan darah tinggi di desa Sengon wilayah kerja puskesmas Jabon

Kabupaten Jombang pada tanggal 16 Mei – 23 Mei 2018.

Berdaskan hasil penelitian (Dian anggraini dkk, 2022) Penelitian ini

menggunakan Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen dengan bentuk

rancangan One group pretest - posttest design and without control. Sampel

penelitian ini sebanyak 15 orang di Puskesmas Guguk Panjang. Kriteria

inklusi sampel meliputi : Tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan

tekanan diastolik 90-99 mmHg, responden <55 tahun, tidak minum obat,

bersedia menjadi responden. Kriteria ekslusinya, yaitu pasien yang memiliki

komplikasi penyakit lain seperti jantung dan stroke, pasien yang memiliki
5

nyeri sendi dan nyeri tulang. Brisk walking exercise dilakukan selama 20-

30 menit . Latihan dilakukan 4 kali dalam waktu seminggu. Tekanan darah

diukur sebelum latihan brisk walking exercise dan setelah latihan brisk

walking exercise.

Berdasarkan hasil penelitian ( Septi A, 2021 ) menunjukan bahwa

hasil penelitian penurunan tekanan darah yang signifikan, kemungkinan

pasien masih merasakan gejala hipertensi lain seperti pusing, mudah

berdebar – debar, dan kesulitan tidur. Oleh karna itu, penerapan brisk

walking exercise pada pasien hipertensi perlu dilakukan bersamaan dengan

terapi – terapi obat – obatan hipertensi, pemberian diet rendah garam, diet

rendah kolestrol, penghentian kebiasaan merokok, dan pemberian teknik

manajemen stress.

Berdasarkan hasil data dinas kesehatan Kota Jambi bahwa data

terbanyak hipertensi di kota Jambi yaitu di wilayah kerja puskesmas

Simpang IV Sipin Kota Jambi dan berdasarkan hasil survey awal yang

peneliti lakukan dengan wawancara terhadap 2 orang perawat di Puskesmas

Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2022, dan perawat mengatakan

sebelumnya untuk penangganan hipertensi ini biasanya pasien

menggunakan penatalaksanaan farmakologis yaitu dengan obat – obatan

anti hipertensi dan herbal, dan perawat mengatakan bahwa permasalahan di

wilayah kerja Puskesmas simpang IV Sipin Kota Jambi ini masih banyak

beberapa pasien yang tidak patuh atau tidak disiplin dalam minum obat anti

hipertensi, dan rata-rata pasien hanya mengkonsumsi obat tersebut ketika

mereka merasakan gejala hipertensi yang sudah menganggu seperti sakit


6

kepala, pusing, kelelahan, dan penglihatan kabur baru mereka minum obat

untuk mengatasi gejala tersebut. Dan jika mereka merasakan gejala-gejala

kecil mereka tidak mengkonsumsi obat dengan alasan berupaya untuk

menghindari konsumsi obat secara farmakologis karena takut efek samping

konsumsi obat dalam jangka panjang. Dan untuk penatalaksanaan non

farmakologisnya di puskesmas ini biasanya dilakukan olaraga dengan

bersepeda dan senam bersama, dan untuk tindakan brisk walking exercise

ini perawat mengatakan belum melakukan dan belum mengetahui

bagaimana prosedur tindakan brisk walking exercise ini. Untuk itu peneliti

tertarik memilih tindakan brisk walking exercise dikarenakan puskesmas ini

belum melakukan tindakan dan prosedur dari brisk walking exercise ini.

Dari latar belakang tersebut menunjukkan bahwa penderita

hipertensi kurang mengetahui tentang penurunan tekanan darah dengan cara

brisk walking exrecise sehingga peneliti tertarik untuk mengambil judul

tentang ’’Pengaruh Brisk Walking Exrecise (Jalan Cepat) Terhadap

Tekanan darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Simpang IV

Sipin Kota Jambi Tahun 2022’’.


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang didapatkan, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu “adakah Pengaruh Brisk Walking Exercise (Jalan

Cepat) Terhardap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas

Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2022’’.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh brisk walking exercise (jalan cepat)

terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. diketahui rata-rata tekanan darah sebelum diberikan brisk walking

exercise (jalan cepat).

b. diketahui rata- rata tekanan darah sesudah dilakukan brisk walking

exrrecise (jalan cepat).

c. diketahui analisis pengaruh brisk walking exercise (jalan cepat)

terhadap tekanan darah pada hipertensi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dan pemahaman dalam mengaplikasikan

pengaruh brisk walking exercise (jalan cepat) terhadap tekanan darah pada

penderita hipertensi.
8

2. Manfaat Bagi Tempat Penelitian

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dasar bagi Puskesmas dan

informasi tambahan dalam Perawatan pasien Hipertensi dan dapat dijadikan

sebagai landasan dalam melakukan intervensi untuk meningkatkan

pengetahuan perawat.

3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi keperawatan, khususnya bagi calon perawat di Universitas Fort

De Kock Bukit Tinggi dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada

pasien hipertensi.
9

E. RUANG LINGKUP

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuantitatif yaitu

Quasi eksperimen dengan menggunakan Rancangan One Group Pre and

Postest, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Brisk walking

exercise untuk menurunkan tekanan darah pada lansia. Populasi pada

penelitian ini adalah usia dewasa akhir yaitu usia 45 tahun yang menderita

Hipertensi di puskesmas simpang IV sipin kota Jambi sebanyak 122 orang.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cara Purposive

sampling dengan sampel pada penelitian ini sebanyak 16 responden.

Penelitian ini akan dilakukan di bulan Oktober tahun 2022, dan akan di

lakukan di wilayah kerja Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi. Hasil

penelitian akan di analisa secara univariat dan briviat menggunakan uji

Wilcoxon. Instrument pada penelitian dengan menggunakan lembar

observasi.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaaan dimana tekanan darah menjadi

naik yaitu tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah sistolik 90

mmHg karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai

oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan

tubuh yang membutuhkan nya ( Apriyani P, dkk., 2019 ).

Hipertensi merupakan suatu peningkatan tekanan darah secara

menerus dan dalam waktu yang lama di mana tekanan darah sistolik 140

mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Batasan normal tekanan

darah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 tekanan diastolik.

Sesorang dinyatakan mengalami hipertensi bila tekanan darahnya 140/90

mmHg pada usia 18 tahun. Pada usia 60 tahun, dan hipertensi terjadi apabila

tekanan darah sistolik 150 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg (

Nurul laili, 2020 ).

2. Etiologi

Menurut Alfeus M, ( 2018 ) Berdasarkan penyebabnya hipertensi di

dapatkan digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi ensensial sampai saat ini

masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor di duga

10
11

turut berperan sebagai penyebab hipetensi primer, seperti

bertambahnya umur, stress, psikologis, dan hereditas

(keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong

hipertensi primer, sedangkan 10% nya tergolong hipertensi

sekunder.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya

dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,

gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal

(hiperaldosteronisme), dan lain–lain. Karena golongan terbesar

dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka

penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke

penderita hipertensi esensial. Dan ini beberapa penyebab

terjadinya hipertensi sekunder seperti: penyakit ginjal, kelainan

hormonal, pil KB, dan peyalahgunaan alkohol.

Dan faktor faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi

sebagai berikut:

a. Umur

Orang yang berumur 40 tahun biasanya rentan terhadap

meningkatnya tekanan darah yang lambat laun dapat menjadi

hipertensi seiring dengan bertambahnya umur mereka.

b. Ras / suku

Di luar negeri orang kulit hitam atau kulit putih. Karena adanya

perbedaaan status / derajat ekonomi, orang kulit hitam dianggap


12

rendah dan pada jaman dahulu dijadikan budak. Sehingga

banyak menimbulkan tekanan batin yang kuat hingga

menyebabkan stress timbullah hipertensi.

c. Urbanisasi

Hal ini akan menyebabkan perkotaan menjadi padat penduduk

yang merupakan salah satu pemicu timbulnya hipertensi. Secara

otomatis akan banyak kesibukan di wilayah tersebut, dan banyak

tersedia makanan siap saji yang menimbulkan hidup kurang

sehat sehingga memicu timbulnya hipertensi.

d. Geografis

Jika dilihat dari geografis, daerah pantai lebih besar

prosentasenya terkena hipertensi. Hal ini akan disebabkan karena

daerah pantai kadar garamnya lebih tinggi jika di bandingkan

dengan daerah pegunungan atau daerah yang jauh dari pantai.

Selain itu keadaan suhu juga menjadi suatu alasan mengapa

hipertensi banyak terjadi di daerah pantai.

e. Jenis kelamin

Usia wanita di > 50 tahun lebih. Karena di usia tersebut seorang

wanita mengalami menopause dan tingkat stress lebih tinggi.

Dan usia pria di < 50 tahun. Karena di usia tersebut pria

mempunyai lebih banyak aktivitas leboh dibandingkan dengan

wanita ( Alfeus M, 2018 ).


13

3. Tanda dan Gejala

Menurut Padila ( 2017 ) tanda dan gejala hipertensi Sebagai berikut :

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan

pernah terdiagnosa jika arteri tidak teukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri dan kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis.

Hipertensi sering disebut “silent killer” (pembunuh diam– diam)

karena pada umumnya tidak memiliki tanda dan gejala sehingga baru

diketahui setelah menimbulkan komplikasi. Indentifikasi biasanya

dilakukan melalui skrining atau mencari pelayanan kesehatan setelah

merasakan adanya masalah. Hipertensi ini baru tampak jika sudah

memperlihatkan adanya komplikasi pada organ lain misalnya pada mata,

ginjal, otak, dan jantung. Pasien mengeluhkan adanya nyeri kepala terutama

pada bagian belakang, baik berat maupun ringan, vertigo, tinnitus

(mendegung atau mendesis ditelinga), penglihatan kabur atau bahkan terjadi

pingsan. Gejala ini mungkin saja di akibatkan oleh adanya peningkatan

tekanan darah pada saat pemeriksaan. Gejala lain seperti sakit kepala,

jantung berdebar dan pucat (Anih Kurnia, 2020).


14

4. Patofisiologi

Beberapa sumber menjelaskan tentang proses perjalanan penyakit

hipertensi mejelaskan terdapat 4 sistem control yang memiliki peran utama

dalam menjaga tekanan darah yaitu system baroreseptor dan

komoreseptoarteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angio-

tensin dan autoregulasi vascular. Baroreseptor dan kemoreseptor arteri

bekerja untuk mengontrol tekanan darah. Barroreseptor memonitor tingkat

tekanan arteri dan memperlambat denyut jantung melalui saraf vagus.

Kemoreseptor peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen,

karbondioksida dan ion hydrogen dalam darah. Autoregulasi kemoreseptor

menyebabkan perubahan volume darah dan rangsangan simpatik yang

berlebihan. Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan darah arteri

sistemetis. Apabila sodium dan cairan berlebih, akan terjadi peningkatan

volume darah total sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat.

Sistem renin-angiotensin tubuh berperan dalam pengaturan tekanan darah.

Renin adalah enzim yang dihasilkan oleh ginjal untuk mengubah

angiotensin menjadi angiotensin I. Angiotensin I kemudian diubah oleh

converting enzyme yang dikeluarkan oleh paru menjadi angiotensin II.

Angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan merangsang pengeluaran

aldosterone. Perubahan struktual dan fungsional pada sistem pembuluh

darah perifer yang terjadi pada lanjut usia dapat mempengaruhi perubahan

tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikat, dan penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah

yang akan menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh


15

darah ( Nurul Laili, 2020).

5. Komplikasi

Hipertensi adalah salah satu faktor penyebab mortalitas di seluruh

dunia. Penderita hipertensi berisiko terhadap penyakit kardioviskuler

terutama pada laki – laki. Hipertensi merupakan faktor risiko utama kejadian

stroke, infark miokard, gagal jantung dan gagal ginjal, angioplasti,

demensia, penyakit pembuluh darah perifer. Komplikasi lain yang

diakibatkan oleh hipertensi adalah retinopati hipertensi. Tanda – tanda yang

di observasi pada retina adalah penyempitan arteriolar secara general dan

focal, perlengkap atau nicking arteriovenosa, pendarahan retina dengan

bentuk flame – shape dan blot – shape, cotton – wool spots, dan edema

papilla (Anih Kurnia, 2020).

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien yang

mengalami hipertensi (Padila, 2017) adalah sebagai berikut:

1) Terapi tanpa Obat

a) Diet

1. Restraksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

2. Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh

3. Penurunan berat badan

4. Penurunan asupan etanol

5. Menghentikan merokok
16

6. Diet rendah kalium

b) Latihan Fisik

Latihan fisik yang dianjurkan adalah olaraga secara teratur

c) Edukasi psikologis

1. Tehnik Biofeeddback

Adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukan pada

subjek tanda - tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar

oleh subjek yang dianggap tidak normal. Penerapan ini dilakukan

untuk mengatasi nyeri kepala dan migran. juga gangguan

psikologis seperti kecemasan ketegangan.

2. Tehnik Relaksasi

Bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan,

dengan cara melatih otot-otot didalam tubuh penderita menjadi

rileks.

d) Pendidikan kesehatan (penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meninggkatkan

pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan

pengolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya

dengan mencegah komplikasi lebih lanjut.


17

2) Terapi Farmakologis

Obat-obatan anti hipertensi dapat dipakai sebagi obat tunggal atau

dicampur dengan obat lain, obat-obatan ini diklasifikasikan menjadi lima

kategori, yaitu :

a) Diuretik

b) Menekan simpatetik ( simpatolitik)

c) Vasidilator arteriol yang bekerja langsung

d) Antagonis angiotensi ( ACE inhibitor)

e) Penghambat saluran kalsium (blocker calcium antagonis)

B. Konsep Brisk Walking Exercise

1. Defenisi Brisk Walking Exercise

Brisk walking exercise merupakan salah satu bentuk latihan aerobik

merupakan bentuk latihan aktivitas sedang pada pasien hipertensi dengan

menggunakan tehnik jalan cepat selama 20-30 menit dengan rata - rata

kecepatan 4-6 km/jam. Metode ini cukup efektif dalam neningkatkan denyut

jantung secara maksimal, merangsang kontraksi otot, pemecahan glikogen,

dan peningkatn okisegen jaringan. Selain itu latihan ini juga dapat

mengurangi pembentukan plak melalui pembentukan lemak, peningkatan

penggunaan glukosa dan menurunkan faktor lainnya yang dapat memicu

hipertensi. ( Sonhaji, dkk., 2020 ).

Brisk walking Exercise adalah olahraga jalan cepat dengan kaki

dilarang melayang atau melakukan gerakan melompat karena aturan


18

dasarnya adalah tidak boleh kehilangan kontak atau sentuhan dengan

tanah, dimana setidaknya salah satu kaki harus selalu bersentuhan dengan

tanah ( Sri Mulia, dkk., 2020).

2. Manfaat Brisk Walking Exercise

Menurut Dinda ayu wiantri ( 2021 ) manfaat brisk walking exercise

sebagai berikut :

a. otot, pemecahan glikogen dan peningkatan oksigen jaringan.

b. Dapat mengurangi pembentukan plak melalui peningkatan

penggunaan lemakdan peningkatan penggunaan glukosa.

c. Dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol baik HDL meningkat,

dan darahtidak saling lengket, sehingga resiko penggumpalan darah

yang berpotensi menyumbat darah menjadi berkurang.

d. Dapat meningkatkan kekuatan otot, kelenturan persendian dan

kelincahangerak.

e. Meningkatkan kapasitas maksimal denyut jantung, merangsang


kontraksi

3. Prosedur Melakukan Brisk Walking Exercise

Menurut Ricky Rahmatulllah (2022) waktu pelaksanaan brisk

walking yang disarankan sekitar 20-30 menit, namun jika belum mampu

mencapai waktu tersebut bisa dilakukan secara bertahap. Brisk walking

exercise dilakukan minimal 3 kali seminggu. Efek brisk walking exercise

dapat dilihat dalam seminggu latihan. Brisk walking exercise ini bertujuan

untuk mereleksasikan otot – otot dan persendian, mengiatkan kerja pompa


19

jantung, menderaskan aliran tubuh, membuka pipa – pipa pembuluh

rambut kapiler ( collaterad) yang sedianya mengucup, menambah mekar

pengembangan paru – paru, menggiatkan semua system organ dalam

termasuk kekebalan tubuh. Dalam olahraga jalan cepat (brisk walking

exercise) terdapatteknik dasar danbeberapa tahapan yang harus dipelajari,

antara lain:

a. Tahap pertama adalah melangkahkan satu kaki ke depan

Saat melakukan jalan cepat, secepat apapun ketika berjalan,

tidak ada saat melayang di udara. Kaki depan harus menyentuh tanah

sebelum kaki belakang diangkat. Kesalahan yang sering terjadi pada

tahap ini adalah sikap badan terlalu kaku, langkah kaki yang kurang

pas, tergesa-gesa, lututditekuk, masih terlihat lari karena masih ada

saat melayang diudara, kurang adanya keseimbangan dan tidak diikuti

gerak lanjut.

Gambar 2.1
Sumber: Tyazz Ithu Sari ( 2019 )

b. Tahap dua melakukan tarikan kaki belakang ke depan

Pada tahap ini kaki setelah kaki depan menyentuh tanah segera
20

kaki belakang ditarik ke depan untuk melanjutkan langkah-langkah

jalan cepat. Bagian tumit menyentuh tanah terlebih dahulu.Yang harus

dihindari dalam fase ini adalah jangan terlalu kaku ketika melakukan

tarikan kaki belakang adalah langkah kaki jangan terlalu kecil-kecil

dan jangan terlalu lebar. Jangan sampai kehilangan keseimbangan.

Gambar 2.2
Sumber: Tyazz Ithu Sari ( 2019 )

c. Tahap relaksasi

Tahap relaksasi adalah tahap antara tahap awal ketika

melangkahkan kaki ke depan dan ketika akan melakukan tarikan kaki

belakang. Pada tahap ini pinggang berada pada posisi yang sama

dengan bahu, sedangkan lengan vertika dan paralel disamping badan.


21

Gambar 2.3
Sumber: Tyazz Ithu Sari ( 2019 )

Gambar 2.4
Sumber: Tyazz Ithu Sari ( 2019 )

d. Tahap Dorongan

Pada tahap ini adalah gerakan ketika ketiga tahap diatas selesai

dilakukan. Tahap dorongan ini adalah mempercepat laju jalan kaki

dengan dorongan tenaga penuh untuk mendapatkan rentang waktu

yang sesingkat- singkatnya ketika melakukan langkah-langkah kaki,

namun langkah kaki jangan terlalu pendek dan jangan terlalu panjang,

jaga keseimbangan tubuh. Selain teknik dasar pada jalan cepat,

terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam jalan cepat (brisk

walking) sebagai berikut:


22

1) Pada saat melangkah kaki, kaki tumpu harus selalu kontak

dengan tanah dan lutut harus dalam keadaan lurus, sebelum kaki

yang dilangkahkan mendarat di tanah.

2) Bersamaan dengan mengangkat paha (misalnya tungkai kiri) ke

depan, tungkai bawah kaki kiri dan tangan kanan diayunkan ke

depan, dengan diikuti badan condong ke depan.

3) Pada saat kaki kiri mendarat (kontak dengan tanah), segera paha

tungkai kanan diangkat ke depan, bersamaan dengan tungkai

bawah kaki kanan dan tangan kiri diayunkan ke depan, diikuti

dengan badan condong ke depan, pandangan tetap lurus ke

depan.

4) Kaki mendarat dimulai dari tumit kemudian berangsur-angsur

menuju ke ujung kaki, lutus dalam keadaan lurus.

5) Gerakan lengan dan bahu jangan terlalu tinggi mengangkatnya.

6) Selama berjalan usahakan agar pinggul tetap rendah dan

berada di bawah, keadaan ini harus diusahakan tetap

terpelihara, hindari gerakan kesamping yang berlebihan.

4. Pengaruh brisk walking exercise terhadap tekanan darah

Pasien hipertensi kebanyakan adalah orang–orang dewasa yang

telah berusia 35 tahun keatas, untuk penderita hipertensi tersebut tidak

dianjurkan melakukan olahraga yang berat, dan juga tidak di anjurkan

untuk olaraga lari. Jadi, jalan cepat (brisk walking) ini sangat tepat untuk
23

terapi penyembuhan penderita hipertensi (Yusni P, 2020)).

Menurut Sonhaji (2020) sistem pembuluh darah terdiri dari jantung

dan pembuluh darah. Darah memegang peranan penting dalam meyalurkan

zat makanan serta oksigen yang diperlukan dalam proses pembakaran.

Darah juga mengatur penyaluran zat buangan, oksida karbon, serta panas.

Jantung merupakan pusat dari sistem pembuluh darah dan pompa yang

memungkinkan darah mengalir melalui pembuluh darah yang dalam tiap –

tiap denyutan dapat di pompa keluar juga akan lebih besar. Ini disebabkan

oleh beberapa faktor :

a. Pernafasan yang lebih dalam mengakibatkan perubahan dalam tekanan

dalam rongga dada. Karena perubahan ini, maka darah lebih mudah

mengalir kedalam jantung

b. Pengisapan oleh jantung ditunjang oleh kontraksi serta pelemasan terus

menerus, mendorong darah dalam pembuluh untuk mengalirkan ke arah

jantung.

Melalui proses ini darah bisa mencapai pembuluh terkecil dan jumlah

oksigen yang diserap lebih banyak. Dalam keadaan istirahat denyut

jantung permenit 70 kali / menit sedangkan dalam aktifitas fisik jumlah

denyut jantung bisa meningkat 180 kali / menit. Brisk walking exercise

dapat meningkatkan pertumbuhan pembuluh darah kapiler yang baru dan

jalan darah yang baru. Dengan demikian hal yang menghambat pengaliran

darah dapat dihindari atau dikurangi, yang berarti menurunkan tekanan

darah.
24

Latihan jalan cepat (brisk walking exercise) tidak hanya dapat

menurunkan kadar kolesterol yang menyebabkan penyumbatan pembuluh

darah saja, namun jalan cepat (brisk walking exercise) juga efektif dalaam

pembakaran kalori yang menyebabkan kegemukan pada penderita

hipertensi , jalan cepat (brisk walking exercise) juga dapat meningkatkan

kadar kolesterol baik HDL yang diperlukan oleh tubuh, dan juga membuat

darah tidak saling lengket atau mengental hingga menganggu aliran

pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah,

hal ini akan menyebabkan tekanan darah menurun. Dan membiasakan

badan bergerak juga meningkatkan kolesterol baik (High Density

Lipoprotein, HDL) dan mengurangi kolesterol jahat (Low Density

Lipoprotein, LDL). Dengan demikian, kebutuhan obat-obatan bagi

penderita hipertensi dapat dikurangi, seperti penggunaan obat

antikolesterol. Dengan melakukan olaraga jalan cepat (Brisk Walking)

maka penderita hipertensi dapat meminimalisir pengunaan obat-obatan.

(Dian A, dkk., 2022).

Program brisk walking exercise merupakan bentuk serangkain

latihan fisik yang di lakukan secara sistematis dan fungsional yang

bertujuan menjaga kesehatan serta meningkatkan kebugaran jasmani. Brisk

walking exercise merupakan olaraga kesehatan (aerobik) yang

memerlukan oksigen sebagai sumbernya. Dan olaraga brisk walking

exercise dapat memberikan perubahan pada tekanan darah, khususnya

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Semakin sering

melakukan olaraga brisk walking exercise ini, maka semakin berpotensi


25

pula tekanan darah pada penderita hipertensi akan menurun. Akan tetapi

jika tidak diikuti dengan pola hidup sehat seperti mengurangi / menjahui

makanan yang dapat memicu naiknya tekanan darah, maka kemungkinan

olaraga brisk walking exercise ini tidak akan efektif memberikan

perubahan pada tekanan darah, khususnya dalam menurunkan tekanan

darah (Dinda A, 2021).

5. Hal-hal yang harus diperhatikan

Dalam melakukan olahraga harus diperhatikan gejala atau keluhan

awal dari komplikasi jantung, seperti kelelahan yang berlebihan, sakit

kepala, pucat, berdebar-debar, keringat dingin, sesak napas, dan nyeri

dada. Apabila tibul gejala tersebut, perlatihan sebaiknya dihentikan dan

untuk selanjutnya intensitas perlatihan dikurangi. Semua pasien yang

diketahui menderita penyakit kardiovaskuler sebelum melakukan kegiatan

perlatihan harus berkonsultasi secara intensif dengan dokter (Septi A,

2021).
26

C. KERANGKA TEORI

Hipertensi

Faktor-faktor yang - Penatalaksanaan farmakologi :


mempengaruhi Obat-obatan (kimia dan herbal)
tekanan darah: - Penatalaksanaan non farmakologi
1. Turunkan BB pada obesitas
a. Usia
2. Pembatas konsumsi garam
b. Jenis kelamin
c. Kerja otot atau 3. Olaraga teratur serta dengan
aktifitas fisik Brisk walking exercise (latihan
d. Emosi jalan cepat)

Latihan jalan cepat ini Brisk walking exercise


efektifitas untuk
meningkatkan kapasitas
maksimal denyut
jantung. Brisk walking exercise ini
juga membuat darah tidak
saling lengket atau mengental
sehingga menganggu aliran
Memberikan efek pada proses
pembuluh darah yang dapat
pernafasan dan kontrasi jantung
menyebabkan penyumbatan
sehingga ada peningkatan
pembuluh darah, hal ini yang
oksigen terlarut dalam darah.
akan menyebabkan tekanan
darah menurun.

Latihan jalan cepat


ini pemicu untuk
Perubahan tekanan darah penurunan tekanan
darah pada hipertensi.

Skema 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Alfeus ( 2018 ), Dinda A ( 2022 ), Elsa Dwi ( 2020 ), Sri Mulia ( 2020 ).
BAB III

KERANGAKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan

untuk melihat pengaruh brisk walking exercise digambarkan

sebagai berikut :

Pre - test intervensi Post - test

Tekanan darah Penerapan brisk Tekanan darah


pre - test brisk walking post - test brisk
walking exercise exercise walking exercise

Skema 3.1 Kerangka Konsep

B. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari suatu yang didefenisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci defenisi operasional. Dapat

diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang

kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2013).

27
28

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel parameter Alat Cara Ukur Hasil ukur Skala


Ukur
1. Independen: Brisk Walking Exercise SOP dan Melakukan dilakukan Nominal
dilakukan oleh 16 sampel lembar gerakan
Brisk observasi brisk
yang menderita hipertesi
Walking walking
ringan : (120-39/80-89 exercise
Exercise
mmHg) dengan usia sesuai sop

dewasa akhir ( 36-45


tahun) menggunakan
teknik jalan cepat selama
20-30 menit dengan
kecepatan rata – rata 4-6
km/jam dilakukan 3 kali
(dengan jarak satu hari
dilakukam satu hari tidak)
dalam seminggu selama 2
minggu di puskesmas
Simpang IV Sipin Kota
Jambi.
2. Dependent: Tekanan darah ringan: sphygmo Melakukan ( dalam Nominal
Tekanan 120-139 / 80 – 89 mmHg mani pengukuran mmHg)
meter air tekanan
darah dilakukan 16 sampel darah
raksa
hipertensi dengan usia dewasa akhir
GEA
36-45 tahun di puskesmas medical
Simpang IV Sipin Kota
Jambi.

C. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh brisk walking exercise terhadap tekanan darah

pada pasien hipertensi


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini mengunakan metode penelitian Kuantitatif yaitu

Quasieksperimen dengan menggunakan Rancangan One Group Pre and Postest

design, yang bertujuan untuk mengetahui Pengaruh sebelum dan sesudah pengaruh

Brisk Walking Exercise untuk penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di

Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi pada tahun 2022.

Pretest Intervensi Post test

O1 O2

Tabel Rancangan One Group pre-post test design Pretest


Perlakuan Posttest

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober tahun 2022 Di Wilayah

Kerja Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

29
30

kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi pada penelitian ini adalah

dewasa akhir dengan usia 36 tahun – 45 tahun dengan hipertensi di

puskesmas simpang IV Sipin Kota Jambi pada bulan Agustus dan

September di 2022 yaitu dengan jumlah 122 orang dengan hipertensi

ringan.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2015) Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar,

dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

minsalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti

dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk

populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

reprensentatif (mewakili).

Menurut nursalam (2017) dalam menentukan jumlah sampel dalam

penelitian ini akan menggunakan rumus besar sampel yaitu dengan

jumlah dan besar sampel untuk populasi < 1000 ditentukan dengan rumus

sebagai berikut :

n= N.z2.p.q

d.(N-1) + z2.p.q

keterangan:
n = perkiraan besar sampel
N = perkiraan besar populasi
z = nilai standart normal untuk α = 0,05 (1,96)
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1 – p ( 100% - p )
31

d = tingkat kesalahan yang dipilih ( d = 0,05 )


maka dari total populasi yaitu 122 orang yang mengalami
hipertensi, jadi besar sampel yang di dapat, sebagai berikut :
n = 122 (1,96)2.0,25

( 0,05) (122-1) + (1,96)2.0,25

= 468,6.0,25

6,6 + 3,84.0,25

= 117, 2

7,6

= 15,4 dibulatkan menjadi 16 orang.

Jadi besar sampel pada penelitian adalah 16 responden untuk brisk

walking exercise ini.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara

Purposive sampling yaitu merupakan cara penarikan sampel yang

dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan pada karakteristik tertentu

yang dianggap mempunyai hubungan dengan karakteristik populasi yang

sudah diketahui sebelumnya (Yunazar manjang, 2012). Dan jumlah

responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 16 orang, penentuan

dan pengambilan jumlah sampel tersebut berdasarkan (Sugiyono, 2015)

yaitu jumlah anggota sampel minimal antara 10 s/d 20. Dan sampel dalam

penelitian ini juga harus sesusai dengan kriteria inklusi .

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah dengan kriteria

inklusi dan eksklusi :


32

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel .

1. Dewasa akhir di usia (36-45 tahun) dengan hipertensi

stage 1 ( 140-159/ 90-99 mmhg).

2. Tidak mempunyai riwayat penyakit lain

3. Bersedia menjadi responden

4. Tidak mengkonsumsi obat selama penelitian

5. Mampu berkomunikasi dengan baik.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek

penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi

syarat sebagai sampel penelitian :

1. Tidak bersedia menjadi responden

2. Memiliki komplikasi penyakit lain

3. Tidak mampu berkomunikasi dengan baik.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Menurut Sugiyono (2015) bila dilihat dari sumber datanya, maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sember

sekunder.

a. Sumber primer adalah sumber data yang lansung memberikan data


33

kepada pengumpul data

b. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, minsalnya lewat orang

lain atau lewat dokumen.

Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka

tekinik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview

(wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan) dan gabungan

ketiganya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

adalah menggunakan sumber primer yaitu sumber data yang langsung

dari responden dan menggunakan lembar observasi berisi identitas

responden, hasil pengukuran skala nyeri serta pemberian senam rematik

untuk mendapatkan informasi dari responden.

2. Cara Pengumpulan Data

a. Tahap persiapan ialah peneliti mengurus surat perizinan,

kemudian peneliti menyerahkan surat izin untuk melakukan

penelitian di Puskesmas Simpang Iv Sipin Kota Jambi.

b. Setelah peneliti mendapatkan izin untuk melaksanakan

penelitian, peneliti akan mengumpulkan data tentang lansia

yang memeriksakan kesehatannya di Puskesmas Simpang Iv

Sipin Kota Jambi. Setelah didapatkan sampel, peneliti

meminta izin pada lansia tersebut untuk melakukan penelitin

tentang pengaruh brisk walking exercise untuk penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja


34

Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi pada tahun 2022.

c. Peneliti selanjutnya menanyakan kepada dewasa akhir yang

bersedia untuk menjadi responden, setelah mendapatkan

kriteria respoden yang diinginkan dan bersedia untuk diteliti,

responden di minta kesediaannya untuk menandatangani

lempar persetujuan penelitian.

E. Prosedur Penelitian

1. Pre Test

a. Responden dikumpulkan di satu tempat.

b. Informed Consent.

c. Menanyakan riwayat penyakit responden (Skrining)

d. Lalu mengukur tekanan darah responden.

2. Perlakuan
a. Selanjutnya dilakukan intervensi kepada responden yaitu Brisk

Walking Exercise .Langkah-langkah gerakan nya:

1) Jaga postur tubuh dengan benar, saat berjalan dagu harus


naik, mata menatap langsung kedepan, punggung lurus,

dada diangkat dan bahu santai.

2) Gunakan lengan, lengan harus berada 90 derajat.


Lekukkan tangan dengan lembut dan jangan dikepal.

Kemudian ayunkan tangan dari depan ke belakang.

Jangan dari samping ke samping.. tangan berada didepan

bukan menyilang.
35

3) Ambil langkah kecil, langkahkan kaki dengan jarak yang


pendek, jaga postur tubuh yang baik gunakan lengan dan

kaki untuk melangkah.

4) Dorong dengan jari kaki, memutar kaki dari tumit ke jari


kaki ketika kaki menyentuh tanah. Mulai dari telapak kaki

dan bergerak maju.

5) Kencangkan perut dan pantat, saat berjalan, luruskan


punggung dan miringkan panggul/pinggul.

6) Jangan menganggap seperti berjalan bertenaga jangan


ayunkan tangan dengan menggambil langkah yang lebar.

7) Waktu pelaksanaan brisk walking yang disarankan


sekitar 15-30 menit, namun jika belum mampu mencapai

waktu tersebut bisa dilakukan secara bertahap. Brisk

walking dilakukan minimal 3 kali seminggu.

3. Post Test

a. Setelah dilakukan intervensi selanjutnya peneliti melakukan

pengukuran kembali tekanan darah responden.

b. Kemudian peneliti melakukan pencatatan. Setelah semua data

terkumpul,

c. Selajutnya peneliti melakukan perhitungan dengan komputerisasi.

4. Prosedur Pengukuran Tekanan Darah Pre-Post

Pengukuran tekanan darah dilakukan 10 menit sebelum intervensi


36

dilakukan dan 10 menit sesudah intervensi dilakukan. Dengan alasan

ilmiah nya untuk mendapatkan kondisi tekanan darah yang sudah murni

dan untuk menghilangkan efek aktivitas fisik yang sudah ada, dikarena

aktifitas fisik ini cenderung akan mempengaruhi peningkatan denyut nadi

dan tekanan darah, dan sosologis tubuh dengan kebutuhan asupan nutrisi

meningkat dengan defisit, maka dari itu tekanan darah juga ikut

meningkat. dan untuk memenuhi kebutuhan dalam beraktifitas fisik

untuk brisk walkimg exercise itu dibutuhkan waktu jeda 10 menit

dikarenakan supaya kondisi metabolisme tubuh kembali normal dan

tidak lagi dipengaruhi oleh aktivitas fisik tersebut.

Hal ini juga didikung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jimmy R

(2018) perlakuan yang diberikan dengan mengukur tekanan darah

sebelum dan sesudah beraktivitas fisik. Sebelum dan sesudah intervensi

pasien diminta untuk duduk dulu selama kurang lebih 5 sampai 10 menit

untuk dilakukan pengukuran tekanan darah. Hal itu dikarenakan selama

beraktivitas fisik tubuh tidak menggunakan oksigen daklam proses

pembentukan energi, namun tubuh akan menghasilkan asam laktat, yaitu

hasil dari pembakaran glikogen menjadi energi dan untuk menghilangkan

sisa metabolisme. Respon akut atau langsung yang terlihat sewaktu

latihan jalan cepat ini ialah peningkatan curah jantung, peningkatan

denyut jantung, tekanan darah dan respon perifer termasuk vasokontriksi

umum pada otot-otot kerja. Juga didapatkan tekanan darah akibat curah

jantung yang meningkat. dengan pelatihan berlanjut maka terjadi

penurunan denyut jantung nadi dan pengurangan tekanan darah saat


37

istirahat disertai peningkatan volume darahy hemoglobin.

5. Keterbatasan penelitian

a. Peneliti dalam melakukan penelitian tidak dapat mengpontrol

variabel dalam perancu faktor – faktor yang dapat

mempengaruhi tekanan darah pada klien secara ketat seperti

mengurangi komsumsi makanan berserat dan stress. Hal ini sulit

dilakukan karena berhubungan dengan poila hidup sehari – hari

dan status perekonomian responden

b. Penelitian tidak dilaksanakan serentak ditempat yang sama

karena adanya kesibukan yang berbeda – beda dari setiap

responden sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak

untuk meneliti. Peneliti melakukan penelitian ke masing –

masinng rumah pasien sesuai dengan kontrak yang dilakukan.


38

F. Teknik Pengolahan Data

Menurut Masturoh & Anggita (2018) Pengolahan data adalah bagian

dari penelitian setelah pengumpulan data. Pada tahap ini data mentah atau raw

data yang telah dikumpulkan dan diolah atau dianalisis sehingga menjadi

informasi.

Adapun tahapan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Editing

Pengeditan adalah pemeriksaan data yang telah

dikumpulkan. Pengeditan dilakukan kemungkinan data yang

masuk (raw data) tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan

kebutuhan. Pengeditan data dilakukan untuk melengkapi

kekurangan atau menghilangkan kesalahan yang terdapat pada

data mentah.

2. Cording

Cording adalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf

menjadi data dalam bentuk angka/kejadian.

3. Processing

Processing adalah memasukan data dari hasil penelitian ke

dalam tabel dari setiap jawaban responden yang sudah diberi kode

atau nilai dengan komputer.

4. Cleaning Data

Cleaning data adalah pengecekan kembali data yang sudah

dientri apakah sudah betul atau ada kesalahan pada saat


39

memasukan data.

G. Analisa Data

1. Analisia Univariat

Jenis analisis ini digunakan untuk penelitian satu variabel.

Analisis ini dilakukan terhadap penelitian deskriptif, dengan

menggunakan statistik deskriptif. Hasil perhitungan statistik tersebut

nantinya merupakan dasar dari perhitungan selanjutnya (Siyoto &

Sodik, 2015).

2. Analisa Bivariat

Jenis analisis ini digunakan untuk melihat hubungan dua variabel.

Kedua variabel tersebut merupakan variabel pokok, yaitu variabel

pengaruh atau variabel bebas dan variabel terpengaruh atau variabel

tidakbebas (Siyoto & Sodik, 2015). Uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu Uji Wilcoxon, karena Uji Wilcoxon salah satu uji

nonparametis yang digunakan untuk mengukur ada tidak nya perbedaan

nilai rata-rata 2 kelompok sampel yang saling berpasangan (dependen).

Uji Wilxocon biasa digunakan pada penelitian desain pre-post test.


40

H. Etika Penelitian

Menurut Swarjana (2015) beberapa prinsip etika dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Principle Of Beneficence(Prinsip Kebaikan)

a. Free from harm (Bebas dari bahaya)

Peneliti harus berusaha meminimalisir segala bentuk

kerugian (harm) dan ketidaknyamanan (discomfort) serta

selalu berusaha menyeimbangkan sebisa mungkin potensial

benefits dan risks menjadi seorang partisipan.

b. Free from exploitation (Bebas dari ekpsloitasi)

Partisipan harus betul-betul dijamin telah diberikan

semua informasi yang dibutuhkan.

c. Benefits from research (Manfaat dari prnelitian)

Peneliti harus berusaha memaksimalkan benefits dan

mengomunikasikan potensial benefits kepada partisipan.

d. The risk/benefit ratio (Resiko dan manfaat)

Peneliti harus mempertimbangkan secara teliti risk

dan benefit. Pengkajian terhadap risk dan benefis dari

individu yang terlibat dalam penelitian yang mungkin

mengalami pengalaman tertentu harus di share untuk

melakukan evaluasi.
41

2. The Principle Of Respect For Human Dignity ( Menghormati

Harkat dan Martabat.

a. The right to self determination (Hak untuk menetukan

sendiri)

Partisipan yang memiliki hak untuk menentukan

secara volinteer apakah berpatisipasi dalam penelitian,

termasuk terhadap treatment. Partisipan juga berhak untuk

bertanya, menolak untuk memberikan informasi, atau

mengakhiri partipasi mereka dalam penelitian. Dan

partisipan berhak untuk terbebas dari paksaan dalam bentuk

apapun.

b. The right to full disclosure(Hak atas pengungkapan penuh)

Full disclosure mengandung makna bahwa Peneliti

telah menjelaskan secara penuh tentang sifat dari penelitian,

hak seseorang untuk menolak berpatisipasi, tanggung

jawab peneliti, kemungkinan adanya resiko dan manfaat.

3. The Principle Of Justie (Prinsip Keadilan)

a. The right to fair treatment (Hak atas perlakuan yang adil)

Partisipan berhak untuk diperlakukan adil dan

mendapatkan perlakuan yang sama sebelum, selama, dan

sesudah mereka berpratisipasidalam penelitian.

b. The right to privacy (Hak atas privasi)

Peneliti wajib menjaga kerahasiaan informasi atau data


42

yang diberikan oleh partisipan, termasuk menjaga privacy

partisipan. Kerahasiaan dapat dijaga dengan tanpa menyebutkan

nama (Anonymity) atau dengan prosedur lainnya (confidentiality

procedures).

4. Informed Consent (Persetujuan)

Informed Consent berarti partisipan puna informasi yang

adekuat tentang penelitian, mampu memahami informasi, bebas

menentukan pilihan, memberikan kesempatan kepada mereka

ikut atau tidak berpatisipasi dalam penelitian secara sukarela.


43

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Simpang IV Sipin terletak di Kecamatan Telanaipura,

dikembangkan dari Puskesmas Pembantu tahun 1986 di atas tanah seluas 750

m2 dengan luas bangunan 233,65 m2. Secara geografis wilayah kerja Puskesmas

Simpang IV Sipin berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Sungai Batanghari

2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Kota Baru

3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Legok/ Sungai Putri

4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Kenali

Wilayah kerja Puskesmas Simpang IV Sipin meliputi 3 Kelurahan yaitu

Kelurahan Simpang IV Sipin, Kelurahan Telanaipura dan Kelurahan Pematang

Sulur. Kelurahan Simpang IV Sipin mempunyai Rt terbanyak yaitu 37 Rt dari

tiga kelurahan, sedangkan kelurahan dengan jumlah Rt paling rendah yaitu

Kelurahan Telanaipura yaitu sebanyak 15 Rt.

B. Gambaran Umum Responden

Penelitian tentang pengaruh pengaruh brisk walking exercise (latihan

jalan cepat) terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi telah dilakukan

terhadap 16 responden di wilayah kerja Puskesmas Simpang IV Sipin dengan

gambaran karakteristik responden sebagai berikut:


44

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi
Tahun 2022

Karakteristik f %
Umur
a. < 40 tahun 7 43,8
b. > 40 tahun 9 56,3
Pendidikan
a. SMP/ sederajat 4 25
b. SMA/ sederajat 9 56,3
c. Perguruan tinggi 3 18,8
Pekerjaan
a. IRT/ Tidak bekerja 9 56,3
b. Tani / buruh 1 6,3
c. Wiraswasta 4 25
d. PNS/ pensiunan PNS 2 12,5

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 16 orang responden, terdapat lebih

dari sebagiannya yaitu sebanyak 9 (56,3%) responden adalah pasien hipertensi

dengan usia > 40 tahun, dari segi tingkat pendidikan diketahui bahwa lebih dari

sebagian yaitu sebanyak 9 (56,3%) responden adalah pasien hipertensi dengan

tingkat pendidikan SMA/ sederajat dan dari segi pekerjaan ditemukan lebih dari

sebagian yaitu sebanyak 9 (56,3%) responden adalah ibu rumah tangga.

C. Analisis Univariat

1. Tekanan Darah Sebelum Intervensi

Tabel 5.2
Rata-rata Tekanan Darah Sebelum Intervensi Brisk Walking Exercise
(Latihan Jalan Cepat) pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2022

Tekanan
Darah Pre N Mean SD Min – Max
Test
Sistolik 150,93 4,234 140 – 160
16
Diastolik 93,75 5,322 80 – 105
45

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik

responden sebelum intervensi pemberian brisk walking exercise adalah

150,93 mmHg dengan standar deviasi 4,234, tekanan darah sistolik terendah

sebelum intervensi adalah 140 dan tertinggi 160 mmHg. Sedangkan rata-

rata tekanan darah diastolic responden sebelum intervensi adalah 93,75

mmHg dengan standar deviasi 5,322, tekanan darah diastolic terendah

sebelum intervensi adalah 80 mmHg dan tertinggi 105 mmHg.

2. Tekanan Darah Sesudah Intervensi

Tabel 5.3
Rata-rata Tekanan Darah Sesudah Intervensi Brisk Walking Exercise
(Latihan Jalan Cepat) pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2022

Tekanan
Darah N Mean SD Min – Max
Post Test
Sistolik 133,12 3,593 130 – 140
16
Diastolik 81,25 5,916 75 – 90

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah diastolik

responden sesudah intervensi pemberian brisk walking exercise adalah

133,12 mmHg dengan standar deviasi 3,593. Tekanan darah sistolik

terendah sesudah intervensi adalah 130 mmHg dan tertinggi 140 mmHg.

Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolic responden sesudah intervensi

adalah 81,25 mmHg dengan standar deviasi 5,916, tekanan darah diastolic

terendah setelah intervensi adalah 75 dan tertinggi 90 mmHg.


46

D. Analisis Bivariat

Pengaruh Pemberian Brisk Walking Exercise terhadap Tekanan Darah


Pada Pasien Hipertensi

Tabel 5.4
Pengaruh Pemberian Brisk Walking Exercise terhadap Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang IV Sipin Kota Jambi
Tahun 2022
Mean P
Tekanan Darah N Mean SD
Different value
Pre Test 150,93 4,234
Sistolik 17,81 0,000
Post Test 133,12 5,322
16
Pre Test 93,75 3,593
Diastolik 12,5 0,001
Post Test 81,25 5,916

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata tekanan

darah sistolik responden antar sebelum dan sesudah intervensi dengan beda

rata-rata 17,81 mmHg, dimana terjadi penurunan rata-rata tekanan darah

sistolik setelah intervensi. Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji

wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000. Serta juga terdapat perbedaan rata-rata

tekanan darah diastolic responden antara sebelum dan sesudah intervensi

dengan beda rata-rata 12,5, dimana juga terjadi penurunan rata-rata tekanan

darah diastolic setelah intervensi, berdasarkan hasil analisis statistik

menggunakan uji wilcoxon didapatkannilai p = 0,001. Berdasarkan hasil uji

hipotesa diatas dapat dinyatakan bahwa pemberian intervensi brisk walking

exercise berpengaruh signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi.
47

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Tekanan Darah Sebelum Intervensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa rata-rata tekanan darah

sistolik responden sebelum intervensi pemberian brisk walking exercise

adalah 150,93 mmHg dengan standar deviasi 4,234, tekanan darah sistolik

terendah sebelum intervensi adalah 140 dan tertinggi 160 mmHg.

Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolic responden sebelum intervensi

adalah 93,75 mmHg dengan standar deviasi 5,322, tekanan darah diastolic

terendah sebelum intervensi adalah 80 mmHg dan tertinggi 105 mmHg.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis ketika

tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat

(Anies, 2018). Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi

salah satu penyebab utama kematian premature di dunia. Kejadian

hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik > 140 mmHg

dan tekanan darah diastolic > 90 mmHg (Kemenkes RI, 2019).

Selain faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia, jenis

kelamin dan faktor genetik,penyebab kejadian hipertensijuga dipengaruhi

oleh faktor yang dapat dimodifikasi, yaitu aktifitas fisik dan pola konsumsi

tinggi lemak dan garam. Konsumsi garam yang berlebihan dapat

menyebabkan hipertensi. Hal tersebut dikarenakan garam (NaCl)

mengandung natrium yang dapat menarik cairan diluar sel agar tidak

dikeluarkan sehingga menyebabkan penumpukkan cairan dalam tubuh. Hal


48

inilah yang menyebabkan peningkatan volume dan tekanan darah,

sedangkan konsumsi makanan tinggi lemak akan meningkatkan resiko

penyempitan pembuluh darah karena penumpukan kolesterol jahat pada

dinding endotel pembuluh darah (Padila, 2017).

Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Mas’adah, dkk (2021) tentang pengaruh brisk

walkingexercise terhadap perubahan tekanan darah pada penderita

hipertensi. Penelitian ini melibatkan sebanyak 30 responden dengan

pemberian brisk walkingexercise sebanyak 3 kali dalam seminggu dengan

durasi latihan selama 30 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

rata-rata tekanan darah sistolik responden sebelum intervensi adalah 154,67

sedangkan rata-rata tekanan darah diastolic sebelum intervensi adalah 91,33

dimana lebih dari sebagian (66,7%) responden merupakan pasien hipertensi

stage 1.

Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Dewi, dkk (2022)

tentang pengaruh brisk walking exercise terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah

responden sebelum intervensi adalah 158,24/96,76 mmHg.

Penelitian ini juga diperkuatkan oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lestari, dkk (2022) tentang pengaruh teknik brisk walking

exercise terhadap perubahan tekanan darah penderita hipertensi di wilayah

Puskesmas Sambirejo Kab. Rejang Lebong. Hasi penelitian ini

menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah responden sebelum intervensi

adalah 150,38/93,56 mmHg.


49

Asumsi peneliti bahwa sebelum intervensi secara umum responden

menunjukkan kondisi tekanan darah mengalami hipertensi stage I. Sebelum

intervensi peneliti menemukan keluhan-keluhan yang menunjukkan gejala

hipertensi yaitu sering sakit kepala dan mudah lelah serta sebagian kecil

juga menyatakan sulit tidur di malam hari karena sering merasa gelisah.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi pada

responden penelitian diantaranya adalah faktor sosial budaya khususnya

kebiasaan makanan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Simpang IV

Sipin yang menyukai makanan bersantan seperti jenis makanan kari-karian

(makanan bersantan dan dengan rempah yang tinggi) sebagai makanan

konsumsi harian, dimana jenis makanan ini tinggi lemak, garam dan

kolesterol yang dapat meningkatkan resiko hipertensi.

Selain itu, dari hasil observasi secara keseluruhan responden adalah

perempuan yang telah memasuki usia menopause dan mayoritas berprofesi

sebagai ibu rumah tangga yang tidak memiliki kebiasaan melakukan

olahraga secara rutin,kondisi ini juga menjadi salah satu factor pencetus

hipertensi pada kelompok wanita dimana pada fase ini perempuan akan

mengalami ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterone yang

juga ikut mempengaruhi kondisi psikologis (stress dan gelisah) yang akan

meningkatkan resiko kejadian hipertensi. Maka dapat dinyatakan bahwa

faktor-faktor pencetus hipertensi atau peningkatan tekanan darah pada

penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Simpang IV Sipin Kota

Jambi adalah faktor usia, pola konsumsi tinggi lemak dan garam, serta

aktifitas fisik (olahraga).


50

2. Tekanan Darah Sesudah Intervensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah

diastolik responden sesudah intervensi pemberian brisk walking exercise

adalah 133,12 mmHg dengan standar deviasi 3,593. Tekanan darah sistolik

terendah sesudah intervensi adalah 130 mmHg dan tertinggi 140 mmHg.

Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolic responden sesudah intervensi

adalah 81,25 mmHg dengan standar deviasi 5,916, tekanan darah diastolic

terendah setelah intervensi adalah 75 dan tertinggi 90 mmHg.

Brisk walking exerciseadalah salah satu bentuk latihan aerobik yang

tergolong ke dalam latihan aktivitas sedang pada pasien hipertensi dengan

menggunakan tehnik jalan cepat selama 20-30 menit dengan rata - rata

kecepatan 4-6 km/jam. Metode ini cukup efektif dalam meningkatkan

denyut jantung secara maksimal, merangsang kontraksi otot, pemecahan

glikogen, dan peningkatan oksigen jaringan. Selain itu latihan ini juga dapat

mengurangi pembentukan plak melalui pembentukan lemak, peningkatan

penggunaan glukosa dan menurunkan faktor lainnya yang dapat memicu

hipertensi(Sonhaji, dkk., 2020 ).

Pemilihan brisk walking sebagai intervensi penelitian untuk

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi

dikarenakanwalkingmerupakan salah satu jenis latihan aerobik yang mudah

untuk dilakukan, tidak memerlukan keahlian khusus dan peralatan mahal

(Listyarini & Fadilah, 2017).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah

dilakukan oleh Sonhaji, dkk (2020) tentang pengaruh brisk walking


51

exerciseterhadap tekanan darah pada lansia, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik responden setelah

intervensi adalah 140,34 dan rata-rata tekanan darah diastolic sesudah

intervensi adalah 86,21.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan

oleh Anggraini, dkk (2022) tentang pengaruh brisk walking exercise

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas

Guguk Panjang Kota Bukittinggi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

rata-rata tekanan darah responden setelah intervensi adalah 139,93/85,87

mmHg.

Penelitian ini juga diperkuatyang dilakukan oleh Rachmawati, dkk

(2019) tentang Influence of Brisk Walking exercise on Blood Pressure

Among Essential Hypertension Patiens, hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa rata-rata tekanan darah responden sesudah intervensi adalah

140/83,5 mmHg.

Asumsi peneliti bahwa setelah 2 minggu ( 6 kali) intervensi brisk

walking exercisesecara keseluruhan responden menunjukkan kondisi

tekanan darah yang lebih rendah jika dibandingkan dengan sebelum

intervensi, dimana setelah intervensi ditemukan mayoritas (87,5%)

responden dengan kondisi tekanan darah berada pada rentang tekanan darah

normal yaitu di bawah 140/90 mmHg dan hanya 2 orang (22,5%) responden

yang masih menunjukkan kondisi tekanan darah berada pada rentang

hipertensi ringan.
52

Setelah intervensi mayoritas responden menyatakan bahwa gejala-

gejala peningkatan tekanan darah seperti mudah lelah, jantung berdebar,

rasa berat pada tengkuk dan pusing sudah tidak dirasakan lagi, responden

menyatakan tubuh terasa lebih segar dan nyaman setelah 6 kali melakukan

latihan brisk walking. Hal ini mengindikasikan bahwa ada pengaruh

pemberian brisk walkingexercise terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi.

B. Analisis Bivariat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata

tekanan darah sistolik responden antar sebelum dan sesudah intervensi dengan

beda rata-rata 17,81 mmHg, dimana terjadi penurunan rata-rata tekanan darah

sistolik setelah intervensi. Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji

wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000. Serta juga terdapat perbedaan rata-rata

tekanan darah diastolic responden antara sebelum dan sesudah intervensi

dengan beda rata-rata 12,5, dimana juga terjadi penurunan rata-rata tekanan

darah diastolic setelah intervensi, berdasarkan hasil analisis statistik

menggunakan uji wilcoxon didapatkannilai p = 0,000. Berdasarkan hasil uji

hipotesa diatas dapat dinyatakan bahwa pemberian intervensi brisk walking

exercise berpengaruh signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi.

Brisk walking exercise berdampak terhadap penurunan risiko pada

pasien hipertensi melalui mekanisme pembakaran kalori, mempertahankan

berat badan, membantu tubuh rileks dan peningkatan senyawa beta endorphin

yang dapat menurunkan stres serta tingkat keamanan penerapan brisk walking
53

exercise pada semua tingkat umur penderita hipertensi. Dengan melakukan

latihan brisk walking excecise penderita hipertensi dapat mengontrol tekanan

darah dalam batas normal serta dapat menurunkan resiko yang ditimbulkan dari

penyakit hipertensi itu sendiri ( Siti Nurbaiti, 2020 ).

Kelebihannya dari brisk walking exercise adalah cukup efektif untuk

meningkatkan kapasitas maksimal denyut jantung, merangsang kontraksi otot,

pemecahan glikogendan peningkatan oksigen jaringan. Latihan ini juga dapat

mengurangi pembentukan plak melaluipeningkatan penggunaan lemak dan

peningkatan penggunaan glukosa (Diana A, 2017).

Briskwalking exercise/ jalan cepat juga berdampak pada penurunan

risiko mortalitas dan morbiditas pasienhipertensi melalui mekanisme

pembakaran kalori, mempertahankan berat badan, membantu tubuhrileks dan

peningkatan senyawa beta endorphin yang dapat menurunkan stress. Penerapan

brisk walking exercise dapat dilakukan pada semua tingkat umur penderita

hipertensi (Elsa Dwi, 2020).

Brisk walking exercise bekerja melalui penurunan resistensiperifer. Pada

saat otot berkontraksi melalui aktifitas fisik akan terjadi peningkatan aliran

darah 30 kalilipat ketika kontraksi dilakukan secara ritmik. Adanya dilatasi

sfinter prekapiler dan arteriolmenyebabkan peningkatan pembukaan 10 - 100

kali lipat pada kapiler. Dilatasi pembuluh jugaakan mengakibatkan penurunan

jarak antara darah dan sel aktif serta jarak tempuh difusi O2 serta zatmetabolic

sangat berkurang yang dapat meningkatkan fungsi sel karena ketercukupan

suplai darah,oksigen serta nutrisi dalam sel (Sri Mulia, 2020).


54

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah

dilakukan oleh Andrianti & Ikhsan (2021) tentang pengaruh program brisk

walking exercise terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pemberian program brisk walking

exercise berpengaruh signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi dimana terjadi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik

sebesar 14 mmHg (p = 0,001) dan terjadi penurunan rata-rata tekanan darah

diastolic sebesar 15 mmHg (p = 0,001) setelah intervensi.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan

oleh Nirnasari, dkk (2020) tentang efektifitas brisk walking exercise untuk

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumkital Dr. Midiyato

Suratani Tanjungpinang, hasil penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh

pemberian brisk walking exercise terhadap penurunan tekanan darah pasien

hipertensi dengan beda rata-rata MAP 17,91 dan nilai p = 0,001.

Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hendriati, dkk (2022) tentang pengaruh brisk walking exercise terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Lambuya Kabupaten Konawe, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa

pemberian brisk walking exercise berpengaruh signifikan terhadap tekanan

darah pada pasien hipertensi dimana terjadi penurunan rata-rata tekanan darah

dari 146,16/94,97 mmHg sebelum intervensi menjadi 134,05/84,51 mmHg

setelah intervensi dengan nilai p = 0,000.

Asumsi peneliti bahwa pemberian brisk walking exercise berpengaruh

signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi, dimana


55

berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya penurunan rata-rata tekanan

darah yang signifikan setelah 6 kali intervensi.

Mekanisme penurunan tekanan darah dengan melakukan brisk walking

exercise berkaitan dengan peningkatan aktivitas fisik secara teratur, melakukan

brisk walking exercise secara teratur akan meningkatkan kapasitas denyut

jantung dan merangsang kontraksi otot. Latihan brisk walking juga memberikan

efek pengurangan pembentukan plak melalui peningkatan penggunaan lemak

serta penyempitan pembuluh darah akibat penumpukkan plak kolesterol dapat

dihindari. Pelaksanaan brisk walking juga membantu peningkatan sekresi

senyawa endhorpin yang merupakan analgesic alami bagi tubuh yang dapat

memberikan efek rileksasi dan kenyamanan sehingga mampu mengurangi

resiko peningkatan tekanan darah dari faktor psikologis stress dan cemas (Arif

Wijaya, 2021).

Anda mungkin juga menyukai