Anda di halaman 1dari 15

Studi Kasus

EFEKTIVITAS ISOMETRIC HANDGRIP EXERCISE DAN SLOW DEEP BREATHING EXERCISE


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI

Fadhila Ristya Widiyawati 1, Dera Alfiyanti 2

Program Studi Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang

Informasi Artikel Abstrak


Riwayat Artikel: Hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian utama di
Bulan Agustus 2022 negara maju maupun negara berkembang, karena perjalanan
penyakitnya yang sangat perlahan dan penderitanya tidak
Kata kunci: menunjukkan gejala selama bertahun-tahun sampai terjadi
Hipertensi; Isometric kerusakan organ yang bermakna sehingga disebut “the silent
Handgrip Exercise; Slow killer”. Tujuan studi kasus ini bertujuan untuk menurunkan
Deep Breathing Exercise tekanan darah dengan mengaplikasikan intervensi isometric
handgrip exercise dan slow deep breathing exercise pada pasien
hipertensi. Metode studi kasus ini adalah deskriptif dengan
pendekatan proses keperawatan. Hasil intervensi isometric
handgrip exercise terdapat penurunan tekanan darah sistolik
paling signifikan yaitu 12 mmHg dan tekanan diastolik paling
signifikan yaitu 6 mmHg. Pada intervensi slow deep breathing
exercise terdapat hasil penurunan tekanan darah sistolik
paling signifikan yaitu 10 mmHg dan tekanan darah diastolik
paling signifikan yaitu 8 mmHg. Simpulan bahwa isometric
handgrip exercise dan slow deep breathing exercise mampu
menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi.

Korespondensi
Nama : Fadhila Ristya Widiyawati
Email : fadhilaristya00@gmail.com
PENDAHULUAN

Hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian utama di negara maju maupun
negara berkembang, karena perjalanan penyakitnya yang sangat perlahan dan
penderitanya tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun sampai terjadi kerusakan
organ yang bermakna sehingga disebut “the silent killer” (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Hipertensi merupakan terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan
tekanan darah diastolik >90 mmHg (Choirillaily & Ratnawati, 2020). Penyakit hipertensi
dapat meningkatkan kejadian stroke, serangan jantung, penyakit ginjal kronik bahkan
kebutaan jika tidak dikontrol dan dikendalikan dengan baik (Purwono et al., 2020).
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2018 sekitar 63 juta, data tersebut
didapatkan melalui pengukuran tekanan darah pada penduduk usia >18 tahun sebesar
34,1%. Kemudian prevalensi hipertensi di Jawa Tengah pada tahun 2018 tercatat sebesar
37,57% (Riskesdas, 2018). Prevalensi hipertensi di prediksi akan meningkat terus menerus
secara tajam pada tahun 2025 sebanyak 29% pada orang dewasa di seluruh dunia. Setiap
tahun hipertensi telah menyebabkan kematian besar sekitar 8 juta orang (Murtiono and
Ngurah 2020). Tanda gejala yang dirasakan oleh penderita hipertensi salah satunya adalah
nyeri kepala, nyeri pada hipertensi disebabkan akibat perubahan struktur pembuluh darah
sehingga terjadi gangguan sirkulasi pada otak kemudian mengakibatkan resistensi
pembuluh darah otak meningkat dan menyebabkan terjadinya nyeri kepala pada pasien
hipertensi (Murtiono & Ngurah, 2020).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
komplikasi jangka panjang dan berpotensi fatal pada kejadian penyakit arteri koroner, gagal
jantung, stroke dan ginjal. Selain itu, pasien akan mengalami penurunan kognitif dan
kualitas hidup yang buruk secara keseluruhan. Maka diperlukan pengelolaan dan
penatalaksanaan yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit yang lebih
serius akibat hipertensi (Zainuddin & Labdullah, 2020). Penatalaksanaan hipertensi dibagi
menjadi dua yaitu, terapi farmakologis dan non farmakologis.
Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan isometric handgrip exercise.
Isometric handgrip exercise yaitu bentuk latihan statis yang terjadi ketika otot berkontraksi
tanpa adanya perubahan pada panjang otot atau gerakan sendi yang terlihat. Isometric
handgrip exercise dikembangkan sebagai salah satu terapi latihan untuk menurunkan
tekanan darah adalah menggunakan handgrip. Handgrip merupakan alat yang biasa
digunakan untuk mengukur kemampuan genggaman tangan. Isometric handgrip exercise
dapat menurunkan reaktivitas kardiovaskuler terhadap stressor psikologis pada pasien
dengan tekanan darah tinggi (Aisah & Rejeki, 2021).
Isometric handgrip exercise memiliki manfaat lain, diantaranya meningkatkan massa
otot dan kekuatan tubuh bagian atas serta bawah, mengurangi lemak dalam tubuh,
meningkatkan kepadatan tulang, mencegah patah tulang, dan meningkatkan kualitas hidup
serta dapat mencegah terjadinya atrofi otot (Naldi et al., 2022). Selama melakukan isometric
handgrip exercise kebutuhan oksigen dalam jaringan akan meningkat dan jantung bekerja
lebih untuk memenuhi suplai darah pada jaringan tersebut dibawah pengaruh aktivitas saraf
simpatis. Oleh karena itu, terjadi peningkatan suplai darah ke jaringan otot yang
membutuhkan oksigen, sehingga tekanan darah menurun (Mursudarinah et al., 2021).
Keterlibatan massa otot yang lebih kecil selama isometric handgrip exercise dapat
menghasilkan penurunan tekanan darah yang lebih tinggi (Lopes et al., 2018)
Selain isometric handgrip exercise terapi non farmakologis yang bisa dilakukan pada
penderita hipertensi adalah dengan slow deep breathing exercise. Slow deep breathing
exercise adalah relaksasi yang disadari untuk mengukur pernapasan secara dalam dengan
lambat dengan fase ekhalasi yang panjang. Pada saat relaksasi terjadi perpanjangan serabut
otot, menurunnya pengiriman impuls saraf ke otak, menurunnya aktivasi otak, dan fungsi
tubuh yang lain, karakteristik dari respon relaksasi ditandai oleh menurunnya denyut nadi,
jumlah pernapasan dan penurunan tekanan darah (Sumartini & Miranti, 2019). Slow deep
breathing exercise merangsang sekresi neurotransmitter endporhine pada system syaraf
otonom yang berefek pada penurunan kerja syaraf simpatis dan meningkatkan kerja syaraf
parasimpatis yang efeknya dapat mempengaruhi denyut jantung menjadi lebih lambat serta
terjadinya vasodilatasi pada pembuluh darah (Mahtani et al., 2016).
Slow deep breathing exercise memiliki manfaat untuk mengurangi tingkat nyeri dan
strees, serta mengendalikan ketegangan dan ketakutan. Jika teknik yang tepat dalam
melakukan latihan pernapasan dalam secara lambat, dapat memberikan efek untuk
merileksasikan napas yang teratur (Febrianingrum & Nurhayati, 2021). Pada studi kasus ini
latihan fisik yang dapat diberikan kepada pasien hipertensi yaitu isometric handgrip exercise
dan slow deep breathing exercise. Tujuan dilakukannya yaitu untuk mengetahui efektivitas
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
METODE
Metode yang digunakan adalah studi kasus deskriptif dengan pendekatan proses
keperawatan serta mengaplikasikan evidence based nursing practice pada pasien kelolaan.
Subjek dalam studi kasus ini adalah pasien yang memiliki penyakit hipertensi. Pengambilan
data studi kasus ini menggunakan purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi : bersedia
menjadi pasien kelolaan, tekanan darah sistolik >130 mmHg dan tekanan darah diastolik >90
mmHg, pasien berusia >18-60 tahun, pasien kooperatif mengikuti instruksi. Sedangkan
kriteria ekslusi : pasien yang mengalami arthritis, cedera musculoskeletal pada eksremitas
dan pasien yang mengalami sindrome carpal tunnel atau nyeri pada tangan tidak
diikutsertakan dalam studi kasus ini.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan darah tinggi menggunakan


spygmomanometer digital. Peneliti melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien
kelolaan, kemudian pasien dibagi dalam dua kelompok intervensi, yaitu isometric handgrip
exercise dan slow deep breathing exercise. Pada kelompok isometric handgrip exercise dilakukan
selama 5 hari berturut- turut dengan frekuensi 1 kali sehari menggunakan isometric
handgrip exercise. Jumlah durasi selama latihan sebanyak 180 detik atau 3 menit, kemudian
pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum intervensi dan sesudah intervensi setelah
istirahat 5 menit. Kemudian pada kelompok slow deep breathing exercise dilakukan
intervensi selama 4 hari berturut-turut dengan frekuensi 2 kali sehari, pasien dapat
melakukan 13 kali SDB 6x / menit dengan istirahat 10 detik selama 15 menit yang
diberikan, kemudian pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum intervensi dan sesudah
intervensi setelah istirahat 5 menit.
Sebelumnya masing-masing pasien dijelaskan terkait tujuan dan manfaat pemberian
isometric handgrip exercise dan slow deep breathing exercise. Pasien diberikan kebebasan
dalam menentukan kesediaannya menjadi subjek studi kasus dengan menggunakan lembar
persetujuan, peneliti tidak menampilkan identitas subjek studi kasus dalam laporan
maupun naskah publikasi. Peneliti menjamin kerahasiaan pada pasien dan memberikan
hak kepada pasien bahwa mereka bisa keluar pada saat proses penelitian kapanpun tanpa
implikasi untuk perlakuan selanjutnya.
Studi kasus ini dilakukan pada kelompok intervensi I isometric handgrip exercise
mulai tanggal 30 Juli 2022 – 3 Agustus 2022 sedangkan kelompok intervensi II slow deep
breathing exercise dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2022 – 21 Agustus 2022. Pada
kelompok isometric handgrip exercise dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari
berturut-turut, kemudian pada kelompok intervensi slow deep breathing exercise dilakukan
selama 4 hari berturut-turut. Pengelolaan data studi kasus yang diperoleh dipresentasikan
dan dianalisis untuk mengetahui penurunan tekanan darah tinggi pada dua kelompok
intervensi yang berbeda. Data hasil studi kasus ini disajikan dalam bentuk grafik.
HASIL

Hasil dari pengkajian kelompok intervensi I isometric handgrip exercise didapatkan


kasus pasien I Ny.Am usia 50 tahun, jenis kelamin perempuan mempunyai riwayat penyakit
hipertensi. Kasus pasien II Ny.As usia 58 tahun jenis kelamin perempuan mempunyai riwayat
penyakit yang sama yaitu hipertensi. Kemudian pada kelompok intervensi II slow deep
breathing exercise didapatkan kasus pasien I Ny.R usia 35 tahun, jenis kelamin perempuan
mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Kasus pasien II Ny.A usia 46 tahun jenis kelamin
perempuan mempunyai riwayat penyakit yang sama yaitu hipertensi. Dari ke empat pasien
tersebut didapatkan bahwa mempunyai riwayat keturunan penyakit hipertensi.

Pada kelompok intervensi I isometric handgrip exercise kasus pasien I Ny.Am


didapatkan keluhan pasien mengatakan pusing gliyeng, kepala menengok kanan dan kiri
terasa berat, nyeri tengkuk kepala belakang dan bahu dengan skala nyeri 5, nyeri hilang
timbul selama 4-5 menit. Pasien terlihat meringis menahan nyeri. Nyeri dirasa saat bangun
tidur dan aktivitas berlebih. Kemudian nyeri berkurang saat dibuat istirahat. Hasil
pemeriksaan TD : 200/107 mmHg, N : 118 x/mnt, S : 36.3° C, RR 19 x/mnt. Pada kasus pasien
II Ny.As didapatkan keluhan pasien mengatakan sakit kepala, pusing terasa muter-muter dan
bingung, nyeri pada tengkuk kepala belakang seperti ada tekanan sampai ke bahu dengan
skala nyeri 4, nyeri terus menerus. Pasien terlihat gelisah menahan nyeri. Nyeri dirasa saat
malam hari dan aktivitas berlebih. Nyeri berkurang saat dibuat istirahat dan tidur. Hasil
pemeriksaan TD : 188/106 mmHg, N : 87 x/mnt, S : 36.5°C, RR 20 x/mnt.

Pada kelompok intervensi II slow deep breathing exercise kasus pasien I Ny.R
didapatkan keluhan pasien sakit kepala, nyeri pada tengkuk kepala belakang dengan skala
nyeri 4, nyeri hilang timbul 4-5 menit. Pasien terlihat gelisah menahan nyeri. Nyeri dirasa saat
aktivitas berlebih dan berkurang saat dibuat istirahat dan tidur. Hasil pemeriksaan TD :
160/109 mmHg, N : 91 x/mnt, 36.3°C, RR 20x/mnt. Pada kasus pasien II Ny.A didapatkan
keluhan pasien sakit kepala, pusing, nyeri pada tengkuk kepala belakang sampai ke bahu
terasa berat dengan skala nyeri 5, nyeri hilang timbul selama 5-10 menit. Pasien terlihat
gelisah menahan nyeri. Nyeri dirasa saat aktivitas berlebih dan berkurang saat dibuat
istirahat dan tidur. Hasil pemeriksaan TD : 205/116 mmHg, N : 88x/mnt, S : 36.2°C, RR
20x/mnt.

Masalah keperawatan yang muncul pada kelompok intervensi isometric hangdrip


exercise maupun slow deep breathing exercise terhadap pasien adalah nyeri akut. Dapat
dilihat dari keluhan pasien yang mengalami nyeri pada tengkuk kepala belakang sampai ke
bahu akibat tekanan darah pasien yang tinggi. Kemudian diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan pada dua kelompok intervensi tersebut adalah nyeri akut.
Intervensi keperawatan yang dilakukan mengenai keluhan pasien pada kelompok
intervensi I isometric handgrip exercise yaitu dilakukan tindakan keperawatan selama 5 kali
kunjungan, kemudian pada kelompok intervensi II slow deep breathing exercise yaitu
dilakukan tindakan keperawatan selama 4 kali kunjungan diharapkan perfusi serebral
meningkat pada kedua kelompok intervensi tersebut dengan kriteria hasil : sakit kepala
menurun, tekanan darah sistolik membaik, tekanan darah diastolik membalik. Rencana
tindakannya yaitu Observasi : monitor tanda/ gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat), monitor status pernapasan. Terapeutik : minimalkan stimulus dengan
menyediakan ruangan yang terang, berikan posisi semi fowler dengan melakukan tindakan
(kelompok intervensi I dengan isometric handgrip exercise, dan kelompok intervensi II
dengan slow deep breathing exercise), Intervensi fokus dalam menangani masalah sakit
kepala, tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu dengan isometric handgrip exercise pada
kelompok intervensi I, dan kelompok intervensi II dengan slow deep breathing exercise.
Tujuannya untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penurunan tekanan darah tinggi
pada pasien.
Pelaksanaan pemberian kelompok intervensi I isometric handgrip exercise selama 5
hari berturut-turut dengan frekuensi 1 kali sehari, durasi 180 detik atau 3 menit. Sebelum
dilakukan pemberian isometric handgrip exercise dilakukan pengukuran tekanan darah
terhadap kedua pasien. Terdapat respon pasien saat diberikan isometric handgrip exercise
yaitu pasien terlihat nyaman dan rileks. Kemudian pada kelompok intervensi II slow deep
breathing exercise selama 4 hari berturut-turut dengan frekuensi 2 kali sehari di waktu pagi
dan sore, pasien dapat melakukan 13 kali SDB 6x / menit dengan istirahat 10 detik selama
15 menit yang diberikan. Sebelum dilakukan slow deep breathing exercise dilakukan
pengukuran tekanan darah terhadap kedua pasien. terdapat respon setelah diberikan slow
deep breathing exercise yaitu pasien terlihat nyaman dan rileks. Adapun faktor pendukung
terhadap dua kelompok intervensi yaitu pasien kooperatif mengikuti instruksi, mampu
melakukan latihan dengan baik. Tidak terdapat hambatan dalam melakukan isometric
handgrip exercise maupun slow deep breathing exercise.
Berikut didapatkan hasil penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan
penerapan kelompok intervensi I yaitu isometric handgrip exercise :
Grafik 1
Penurunan Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah pada Ny.Am dan Ny.As

Penurunan Tekanan Darah Sistolik


Pre Ny.Am Post Ny.Am Pre Ny.As Post Ny.As

210
200 200
195 197
190 193
188 186
184 185
180 180 182 181 182
180 182
178
175 175
170 172 170
160 163
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Pre Ny.Am 200 195 197 186 182
Post Ny.Am 193 184 185 180 178
Pre Ny.As 188 182 181 182 170
Post Ny.As 180 175 175 172 163

Dari data grafik diatas setelah dilakukan intervensi isometric handgrip exercise
terdapat hasil penurunan tekanan darah sistolik yang signifikan pada Ny.Am yaitu hari ke 3
semula 197 menjadi 185 mmHg dengan jumlah penurunan 12 mmHg. Kemudian penurunan
tekanan darah sistolik pada Ny.As yaitu hari ke 4 semula 182 menjadi 172 mmHg dengan
jumlah penurunan 10 mmHg.
Grafik 2
Penurunan Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah pada Ny.Am dan Ny.As

Penurunan Tekanan Darah Diastolik


Pre Ny.Am Post Ny.Am Pre Ny.As Post Ny.As

115 114
113
111 111
109 109 109
107 107
106 107 107
105 105
104 105
104 104
103 103 103 103
101 101 100
99
97 96
95
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Pre Ny.Am 107 107 114 109 104
Post Ny.Am 101 105 111 105 103
Pre Ny.As 106 105 109 107 100
Post Ny.As 103 104 103 104 96

Dari data grafik diatas setelah dilakukan intervensi isometric handgrip exercise
terdapat hasil penurunan tekanan darah diastolik yang signifikan pada Ny.Am yaitu hari ke 1
semula 107 menjadi 101 mmHg dengan jumlah penurunan 6 mmHg. Kemudian penurunan
tekanan darah diastolik pada Ny.As yaitu hari ke 3 semula 109 menjadi 103 mmHg dengan
jumlah penurunan 6 mmHg. Dari hasil keseluruhan didapatkan penurunan tekanan darah
setelah dilakukan isometric handgrip exercise selama 5 hari berturut-turut frekuensi 1 kali
sehari dengan durasi 180 detik atau 3 menit.
Berikut didapatkan hasil penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan
penerapan kelompok intervensi II yaitu slow deep breathing exercise :
Grafik 1
Penurunan Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah pada Ny.R dan Ny.A

Penurunan Tekanan Darah Sistolik (Pagi)


Pre Ny.R Post Ny.R Pre Ny.A Post Ny.A

210
205
200 199 197
196
190 190 187 191
180 184
170
160
155 152
150 150 148 150
140 144 143 141
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Pre Ny.R 155 152 148 150
Post Ny.R 150 144 143 141
Pre Ny.A 205 196 197 191
Post Ny.A 199 190 187 184

Dari data grafik diatas setelah dilakukan intervensi slow deep breathing exercise
terdapat hasil penurunan tekanan darah sistolik pagi hari yang signifikan pada Ny.R yaitu hari
ke 4 semula 150 menjadi 141 mmHg dengan jumlah penurunan 9 mmHg. Kemudian
penurunan tekanan darah sistolik pada Ny.A yaitu hari ke 3 yaitu 197 menjadi 187 mmHg
dengan jumlah penurunan 10 mmHg.
Grafik 2
Penurunan Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah pada Ny.Am dan Ny.As

Penurunan Tekanan Darah Diastolik (Pagi)


Pre Ny.R Post Ny.R Pre Ny.A Post Ny.A

120
115 116
112
110 110 109 109
108
105 104 104
102 102 103
100 101 101
97 97
96
95
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Pre Ny.R 110 109 103 104
Post Ny.R 102 102 97 96
Pre Ny.A 116 108 109 101
Post Ny.A 112 104 101 97
Dari data grafik diatas setelah dilakukan intervensi slow deep breathing exercise
terdapat hasil penurunan tekanan darah diastolik pagi hari yang signifikan pada Ny.R yaitu
pada hari 1 semula 110 mmHg menjadi 102 mmHg dan hari ke 4 semula 104 mmHg menjadi
96 mmHg dengan jumlah penurunan masing-masing 8 mmHg. Kemudian tekanan darah
diastolik pada Ny.A yaitu hari ke ke 3 semula 109 mmHg menjadi 101 mmHg dengan jumlah
penurunan 8 mmHg.
Grafik 3
Penurunan Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Pada Ny.R dan Ny.A

Penurunan Tekanan Darah Sistolik (Sore)


Pre Ny.R Post Ny.R Pre Ny.A Post Ny.A

210
200 202
190 193 192 194 193
185 189 187
180
170
160
150 151 150 153
145 144 146 145
140 141
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Pre Ny.R 151 150 146 153
Post Ny.R 145 144 141 145
Pre Ny.A 202 192 194 193
Post Ny.A 193 185 189 187

Dari data grafik diatas setelah dilakukan intervensi slow deep breathing exercise
terdapat hasil penurunan tekanan darah sistolik sore hari yang signifikan pada Ny.R yaitu
pada hari ke 4 semula 153 mmHg menjadi 145 mmHg dengan jumlah penurunan 8 mmHg.
Kemudian tekanan darah sistolik sore pada Ny.A yaitu hari ke 1 semula 202 mmHg menjadi
193 mmHg dengan jumlah penurunan 9 mmHg.
Grafik 4
Penurunan Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Pada Ny.R dan Ny.A

Penurunan Tekanan Darah Diastolik (Sore)


Pre Ny.R Post Ny.R Pre Ny.A Post Ny.A

115
110 110
105 106 107
105 105 105 105
103 103 103
100 100 100 100
97 98
95
90
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Pre Ny.R 110 107 103 105
Post Ny.R 105 103 97 98
Pre Ny.A 110 105 105 103
Post Ny.A 106 100 100 100
Dari data grafik diatas setelah dilakukan intervensi slow deep breathing exercise
terdapat hasil penurunan tekanan darah diastolik sore hari yang signifikan pada Ny.R yaitu
pada hari ke 4 semula 105 mmHg menjadi 98 mmHg dengan jumlah penurunan 7 mmHg.
Kemudian tekanan darah diastolik sore pada Ny.A yaitu hari ke 2 dan 3 semula 105 mmHg
menjadi 100 mmHg dengan jumlah penurunan masing-masing 5 mmHg. Dari hasil
keseluruhan terdapat penurunan tekanan darah pagi maupun sore setelah dilakukan
intervensi slow deep breathing exercise selama 4 hari berturut-turut dengan frekuensi 2 kali
sehari di waktu pagi dan sore, pasien dapat melakukan 13 kali SDB 6x / menit dengan
istirahat 10 detik selama 15 menit yang diberikan.
Evaluasi yang didapatkan yaitu respon pasien mengatakan rileks dan nyeri berkurang
setelah diberikan intervensi isometric handgrip exercise dan slow deep breathing exercise.
Adapun faktor pendukung dalam pemberian dua kelompok intervensi tersebut yaitu pasien
kooperatif mengikuti instruksi dan latihan, tidak terdapat adanya hambatan dalam pemberian
tersebut. Setelah diberikan dua intervensi dilakukan evaluasi dengan melakukan pengukuran
tekanan darah menggunakan syynomanometer digital, pengukuran tersebut dilakukan
sesudah intervensi setelah istirahat 5 menit untuk mengetahui adanya penurunan tekanan
darah terhadap pasien.

PEMBAHASAN
1. Pengaruh Isometric Hangrip Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi
Didapatkan hasil penurunan tekanan darah setelah dilakukan isometric handgrip
exercise selama 5 hari berturut-turut. Studi kasus ini menunjukkan bahwa isometric
handgrip exercise mampu menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi.
Hasil studi kasus ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Andri et al., 2018)
menunjukkan bahwa pasien hipertensi yang diberikan latihan isometric handgrip
selama 5 hari berturut-turut memperlihatkan penurunan tekanan darah sistolik dan
diastolik yang bermakna antara sebelum dan sesudah melakukan latihan isometric
handgrip.
Setelah dilakukan isometric handrip exercise mendapatkan hasil yang berbeda di
setiap tindakannya perhari. Penurunan dalam melakukan latihan ini tergantung pada
kekuatan kontraksi peserta. Hasil yang didapatkan sama dengan penelitian yang
dilakukan (Pratiwi, 2020) bahwa tingkat penurunan berbeda tergantung pada variabel
intervensi, termasuk kekuatan kontraksi pada saat latihan. Intervensi isometric handgrip
exercise dilakukan karena dapat menurunkan tekanan darah melalui perubahan kecil
dalam jalur fisiologis, yang mempengaruhi sistem saraf otonom yang bertanggung jawab
untuk mengontrol tekanan darah, fungsi pembuluh darah dan denyut jatung. Hasil yang
berbeda beda tiap harinya juga dipengaruhi oleh kekuatan kontraksi dari masing-
masing pasien saat latihan. Didukung oleh penelitian dari (Piikman & Reisberg, 2018)
bahwa tekanan darah dan respon detak jantung terhadap latihan isometric dipengaruhi
oleh kekuatan kontraksi, ukuran otot yang berkontraksi.
Setelah intervensi secara keseluruhan pasien menyatakan keluhan hipertensi
jauh lebih ringan dibandingkan sebelum melakukan isometric handgrip exercise, tubuh
merasa lebih rileks dan nyaman, keluhan nyeri kepala berkurang. Hal ini menunjukkan
adanya pengaruh isometric handgrip exercise terhadap penurunan tekanan darah.
Keterkaitan antara isometric handgrip exercise dengan penurunan tekanan darah
didukung oleh penelitian (Susiladewi et al., 2017) bahwa secara fisiologis terdapat
mekanisme shear stress yang diakibatkan oleh stimulus iskemik yang berakibat oleh
stimulus pada meningkatnya aliran darah pada pembuluh darah distal. Mekanisme ini
menginduksi adanya pelepasan vasodilator sehingga terjadi penurunan resistensi
perifer. Lebih lanjut lagi isometric handgrip dapat meningkatkan kontrol tubuh terhadap
sistem neurokardiak yang mempengaruhi saraf simpatis. Hal ini menyebabkan
terjadinya penurunan kontraktilitas jantung. Penurunan resistensi perifer dan
penurunan kontraktilitas jantung menyebabkan penurunan tekanan darah.
Isometric handgrip Exercise sangat mudah dilakukan dengan memperhatikan
kriteria inklusi yang sudah disusun dan memperhatikan indikasi serta manfaat yang ada
didalamnya. Didukung dengan penelitian (Sinarsari, 2020) Isometric handgrip exercise
secara fisiologis juga meningkatkan aktifitas fisik dalam skala ringan hingga sedang.
Peningkatan aktifitas fisik akan membantu meningkatkan sekresi hormon endorphine,
dimana aktifitas fisik akan merangsang kelenjar pituitary untuk melepaskan hormon
endorphine sehingga terjadi peningkatan kadar endorphine didalam darah. Hormon ini
dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak dan menyalurkan
rasa nyaman serta meningkatkan kadar endorphine dalam tubuh untuk mengurangi
tekanan darah tinggi.
Faktor pendukung tindakan ini dapat dilakukan dimana saja, intensitas dari
ringan ke sedang, penggunaan alat relatif lebih murah dan waktu yang diperlukan relatif
lebih sedikit membuat tindakan ini memiliki potensial untuk kepatuhan pasien dalam
melakukannya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan latihan ini
yaitu intensitas tindakan hanya dilakukan didalam skala sedang untuk menghindari
cedera atau efek samping yang negative, karena sifat isometric handgrip exercise
merupakan salah satu memberikan tahanan pada otot dan sendi (Naldi et al., 2022).
Penelitian yang dilakukan menurut (Andri et al., 2018) isometric handgrip exercise
merupakan bentuk latihan statis yang terjadi bila otot berkontraksi tanpa adanya
perubahan pada panjang otot atau pergerakan sendi yang terlihat.
2. Pengaruh Sloe Deep Breathing Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi
Didapatkan hasil penurunan tekanan darah setelah dilakukan slow deep
breathing exercise selama 4 hari berturut-turut. Studi kasus ini menunjukkan bahwa
slow deep breathing exercise mampu menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien
hipertensi. Sejalan dengan penelitian (Mahtani et al., 2016) slow deep breathing enam
sampai sepuluh kali dalam satu menit yang dilakukan secara rutin akan merangsang
hormon endorphin yang akan membuat tubuh menjadi rileks selain itu juga akan
merangsang sistem saraf parasimpatis menjadi lebih aktif dibanding sistem saraf
simpatis yang akan mempengaruhi kerja sari siste baroreseptor dan mengakibatkan
terjadinya vasodilatasi pada pembuluh darah dan menurunnya denyut jantung yang
menyebabkan turunnya tekanan darah.
Teknik slow deep breathing exercise dapat memberikan pengaruh terhadap
tekanan darah karena ekshalasi yang panjang dari pada metode slow deep breathing
exercise akan menyebabkan tekanan intratoraks di paru meningkat selama inspirasi
sehingga membuat peningkatan kadar oksigen di dalam jaringan. Rekleks kemoreseptor
yang banyak terdapat di badan karotis, badan aorta dan sedikit pada rongga toraks dan
paru menjadi teraktivasi. Kemudian membawa sinyal saraf parasimpatis meningkat dan
menurunkan aktivitas kerja saraf simpatis sehingga akan menyebabkan tekanan darah
menurun (Suranata et al., 2019).
Setelah dilakukan intervensi secara keseluruhan pasien menyatakan lebih rileks
dan nyaman, dan tekanan darah berkurang dibandingkan sebelum melakukan slow deep
breathing exercise, Hal ini menunjukkan adanya slow deep breathing exercise mampu
menurunkan keluhan yang dialami pada pasien hipertensi. Didukung oleh penelitian
Penelitian tentang slow deep breathing exercise oleh (Sumartini & Miranti, 2019)
menunjukkan hasil slow deep breathing exercise dapat mempengaruhi cortex cerebri dan
bagian medulla yang positif berhubungan dengan relaksasi pada sistem saraf yang dapat
mempengaruhi mekanisme penurunan tekanan darah. Pernafasan yang lambat dan
dalam mampu meningkatkan kadar oksigen di dalam tubuh merangsang kemoreseptor
tubuh. Rangsangan pada kemoreseptor tubuh dapat memberikan respon vasodilatasi
pembuluh darah kemudian menurunkan tekanan vaskular sehingga tekanan darah
turun.
Adapun faktor pendukung terhadap intervensi slow deep breathing ini sangat
mudah dilakukan pada pasien hipertensi dalam sehari-hari untuk membantu
menurunkan tekanan darah tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
(Aswad & Luawo, 2020) oleh slow deep breathing exercise dapat dijadikan kebiasaan
pada saat bernapas dapat meningkatkan kesehatan baik secara fisik maupun mental.
Slow deep breathing exercise bisa mempengaruhi terhadap modulasi system
kardiovaskuler yang dapat meningkatkan fluktuasi dari internal frekuensi pernapasan
dan dapat berkontribusi terhadap penurunan tekanan darah.
SIMPULAN
Dapat ditarik kesimpulan bahwa isometric handgrip exercise dan slow deep
breathing exercise mampu menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi.
Berdasarkan dari hasil temuan referensi yang sudah dibaca diharapkan isometric handgrip
exercise dan slow deep breathing exercise dapat dilakukan pada pasien hipertensi secara
mandiri dan teratur.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua pasien yang sudah bersedia
menjadi responden dalam studi kasus ini. Terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu
mendo’akan dan memberi dukungan dalam membuat studi kasus ini. Terima kasih kepada
Dosen pembimbing yang telah membimbing dalam penyusunan studi kasus ini serta sudah
memberikan motivasi dan keilmuannya kepada saya.
REFERENSI
Aisah, An. M., & Rejeki, H. (2021). Penerapan Isometric Handgrip Exercisedan Slow Deep
Breathing Exercise Untuk Menurunkan Tekanan Darah. Prosiding Seminar Nasional
Kesehatan, 1, 730–736. https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i.742
Andri, J., Waluyo, A., Jumaiyah, W., & Nastashia, D. (2018). Efektivitas Isometric Handgrip
Exercise dan Slow Deep Breathing Exercise terhadap Perubahan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan Silampari, 2(1), 371–384.
https://doi.org/10.31539/jks.v2i1.382
Aswad, Y., & Luawo, H. (2020). Efektifitas Terapi Slow Deep Breathing Dan Musik Relaksasi
Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Panti Werda Ilomata Kota Gorontalo.
Jambura Journal of Health Sciences and Research, 2(2), 59–64.
https://doi.org/10.35971/jjhsr.v2i2.6939
Choirillaily, S., & Ratnawati, D. (2020). Latihan Menggenggam Alat Handgrip Menurunkan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
Febrianingrum, A. M., & Nurhayati, U. A. (2021). Study Narrative Review Pengaruh Slow Deep
Breathing Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi.
http://digilib.unisayogya.ac.id/id/eprint/5610
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia.
Lopes, S., Mesquita-Bastos, J., Alves, A. J., & Ribeiro, F. (2018). Exercise as a tool for
hypertension and resistant hypertension management: Current insights. Integrated Blood
Pressure Control, 11, 65–71. https://doi.org/10.2147/IBPC.S136028
Mahtani, K. R., Beinortas, T., Bauza, K., & Nunan, D. (2016). Device-Guided Breathing for
Hypertension: a Summary Evidence Review.
Mursudarinah, Patonengan, G. S., & Sunarno, R. D. (2021). Isometric Hndgrip Exercise Untuk
Mengontrol Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Keperawatan, 13(01),
40–46.
Murtiono, & Ngurah, I. G. K. G. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri. Jurnal Gema Keperawatan, 13(1), 35–42.
Naldi, F., Juwita, L., & SIlvia. (2022). Pengaruh Latihan Isometrik Untuk Menurunkan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi.
Piikman, & Reisberg. (2018). The Effect of Isometric Handrip Training On Blood Pressure.
Pratiwi, A. (2020). Isometri Chandgrip Exercise Pada Pasien Hipertensi: Literature Review.
Proceeding Seminar Nasional Keperawatan.
http://www.conference.unsri.ac.id/index.php/SNK/article/view/1733
Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., & Budianto, A. (2020). Pola Konsumsi Garam Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Wacana Kesehatan, 5(1).
Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018.
Sinarsari, N. M. (2020). Yoga Gembira Bagi Lansia Hipertensi. Jurnal Yoga Dan Kesehatan, 3(1),
99. https://doi.org/10.25078/jyk.v3i1.1518
Sumartini, N. P., & Miranti, I. (2019). Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan Darah
Lansia Hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok Tengah. Jurnal Keperawatan Terpadu
(Integrated Nursing Journal), 1(1), 38. https://doi.org/10.32807/jkt.v1i1.26
Suranata, F. M., Waluyo, A., Jumaiyah, W., & Natashia, D. (2019). Slow Deep Breathing dan
Alternate Nostril Breathing terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi.
Jurnal Keperawatan Silampari, 2(2), 160–175. https://doi.org/10.31539/jks.v2i2.702
Susiladewi, I. A. M. V., Widyanthari, D. M., & Adnyana, I. M. O. (2017). Pengaruh Latihan
Isometrik Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Community of Publishing in
Nursing, 5 (3)(2303–1298), 153–160.
Zainuddin, R., & Labdullah, P. (2020). Efektivitas Isometric Handgrip Exercise dalam
Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 12(2), 615–624. https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.364

Anda mungkin juga menyukai