ORIGINAL ARTICLE
RINGKASAN
Kata kunci: Hipertensi, Kebutuhan Sirkulasi, Tekanan Darah, Relaksasi Otot Progresif
ABSTRACT
Hypertension is a public health problem that slowly causes the death of many patients. It is
because patients with hypertension does not show visible and specific symptoms. Various factors
have roles in increasing blood pressure, including psychological disorders such as stress and
anxiety. Patients with elevated blood pressure may be given progressive muscle relaxation
techniques. The purpose of this research is to find the description of nursing care in patients with
hypertension in the fulfillment of circulation needs. This was descriptive research using case study
approach. Subject of the case study was one patient with stage-2 hypertension who was treated in
Dahlia Room 8 RST Dr Asmir Salatiga. The subject received progressive muscle relaxation
technique twice a day for 20 minutes and it was carried for three consecutive days. The result
showed that after receiving the therapy, the patient’s blood pressure decreased from 180/90
mmHg to 120/90 mmHg. Therefore, it can be concluded that progressive muscle relaxation is
effective for patients with hypertension.
Keywords: Hypertension, Circulatory Need, Blood Pressure, Progressive Muscle Relaxation
Cite this article as: Ferlita MR, Sulistyawati RA, Fitriyani N. Studi Kasus Pemberian Terapi Relaksasi Otot
Progresif dalam Pemenuhan Kebutuhan Sirkulasi Pada Pasien Hipertensi. Journal of Advanced Nursing and
Health Sciences 2022; 3(1): 14-18.
14
Journal of Advanced Nursing and Health Sciences 2022; 3(1): 14-18
mengontrol tekanan darah (Murhan & yaitu injeksi ketorolac 30 mg/12 jam untuk
Sulastri, 2020). sedangkan penelitian lain menurunkan nyeri dan obat per oral
yang dilakukan oleh Sabar & Lestari (2020) diazepam 2x1 2 mg untuk memberikan efek
didapatkan hasil bahwa terapi relaksasi otot penenang untuk pasien.
progresif dapat menurunkan tekanan darah Diagnosis keperawatan pada pasien
sistolik beserta diastoliknya(Sabar & adalah risiko perfusi serebral tidak efektif
Lestari, 2020). dibuktikan dengan hipertensi (D,0017)
menjadi fokus studi kasus dari ketiga
METODE PENELITIAN diagnosis keperawatan lainnya.
Berdasarkan SDKI (2017), diagnosis
Studi kasus ini merupakan studi keperawatan risiko perfusi serebral tidak
untuk mengeksplorasi masalah asuhan efektif (D.0017) memiliki banyak faktor
keperawatan pada pasien dengan diagnosa risiko salah satunya dibuktikan dengan
medis hipertensi dalam pemenuhan hipertensi digambarkan melalui respon
kebutuhan sirkulasi di Rumah Sakit Tentara pasien terhadap kondisi kesehatannya yang
Asmir Salatiga. Fokus studi dalam kasus ini dialami dengan adanya muncul rasa nyeri
adalah menggunakan pasien hipertensi dikepala yang menjalar sampai tengkuk
derajat 2 dengan tekanan darah lebih dari dikarenakan terjadinya kerusakan vaskuler
nilai normal ( systole >160 mmHg dan pembuluh darah sehingga terjadi
diastole >100 mmHg) dengan pemenuhan pengecilan lumen pembuluh darah atau
sirkulasi dengan pemberian terapi relaksasi vasokontriksi yang berakibat pada
otot progresif untuk menurunkan tekanan gangguan sirkulasi ke otak yang kaya
darah. Waktu pengaplikasian tindakan oksigen ke syaraf yang ada ditengkuk
relaksasi otot progresif yang dilakukan menurun (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
penulis kepada pasien adalah 2 kali sehari 2017).
selama 3 hari yaitu pagi dan sore selama 20 Intervensi pada kasus ini adalah
menit. pemberian terapi relaksasi otot progresif
yang dilakukan 2 kali sehari selama 3 hari,
HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu pagi dan sore selama 20 menit. Hasil
implementasi digambarkan pada tabel 1.
Pengkajian awal di IGD didapatkan
hasil kesadaran composmentis, keadaan Tabel 1 Hasil Pengukuran Tekanan Darah sebelum
umum sedang, GCS 15, riwayat alergi tidak dan sesudah Relaksasi Otot Progresif
ada, BB 70 kg, TB 165 cm, tekanan darah Waktu Waktu Tekanan Darah Hasil
210/110 mmHg, nadi 78x/menit, RR Sebelum Tindakan 180/90
Pagi
22x/menit, suhu 36,8℃, SPO2 96%, GDS Hari Setelah Tindakan 170/100
129. Pasien mendapat terapi medis yaitu ke-1 Sebelum Tindakan 160/100
Sore
infus RL 20 tpm dan injeksi citicolin 1 x Setelah Tindakan 160/90
Sebelum Tindakan 150/100
500 mg. Hari
Pagi
Setelah Tindakan 140/90
Pada saat melakukan pemeriksaan ke-2 Sebelum Tindakan 130/100
Sore
fisik pada pasien didapat pengukuran Setelah Tindakan 130/90
tekanan darah pasien yaitu 180/90 mmHg, Sebelum Tindakan 120/100
Pagi
Hari Setelah Tindakan 120/90
nadi dengan frekuensi 83x/menit, irama ke-3 Sebelum Tindakan 120/90
teratur, kekuatan kuat, pernapasan dengan Sore
Setelah Tindakan 120/90
frekuensi 21x/menit, irama teratur, suhu
36,4℃. Terapi yang diberikan pada pasien
16
Journal of Advanced Nursing and Health Sciences 2022; 3(1): 14-18
Implementasi hari pertama di pagi denyut jantung pre dan post intervensi
hari menunjukkan tekanan darah sebelum sedangkan perbedaan secara statistik pada
dilakukan tindakan relaksasi otot progresif tekanan darah sistolik (p < 0,01), tekanan
adalah 180/90 mmHg dan setelah diberikan darah diastolik (p = 0,05) dan denyut
tindakan tekanan darah turun menjadi jantung (p < 0,05) penurunan yang
170/100mmHg. Adapun di sore hari signifikan setelah sesi PMR.
didapatkan tekanan darah sebelum
dilakukan tindakan relaksasi otot progresif
160/100 mmHg dan turun hanya untuk KESIMPULAN
diastoliknya menjadi 160/90 mmHg setelah
diberikan tindakan. Hasil analisa pemberian relaksasi otot
Hasil implementasi hari kedua progresif terhadap penurunan tekanan
menunjukkan tekanan darah sebelum darah pada Tn.S dengan masalah hipertensi
dilakukan relaksasi otot progresif di pagi mampu menurunkan tekanan sistolik
hari adalah 150/100 mmHg dan mengalami sebesar 10 mmHg dan tekanan diastolik
penurunan pada sistoliknya menjadi sebesar 10 mmHg setiap harinya.
140/100 mmHg setelah diberikan tindakan.
Hasil implementasi di sore hari
menunjukkan tekanan darah 130/100 SARAN
mmHg sebelum diberikan tindakan, dan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat
menurun di diastoliknya setelah diberikan
diimplementasikan baik di pelayanan
tindakan, yaitu 130/90 mmHg.
kesehatan maupun di komunitas khususnya
Hasil implementasi hari ketiga di pagi
dalam mengontrol tekanan darah pada
hari menunjukkan tekanan darah 120/100
pasien hipertensi.
mmHg sebelum diberikan tindakan dan
mengalami penurunan di diastoliknya
setelah diberikan tindakan, yaitu 120/90
mmHg. Adapun hasil implementasi di sore REFERENSI
hari menunjukkan tekanan darah pasien American Heart Association. (2016). What
120/90 mmHg baik sebelum maupun is High Blood Pressure.
sesudah diberikan tindakan. Damanik, H. (2018). Pengaruh teknik
Hasil studi kasus ini sesuai dengan relaksasi otot progresif terhadap
penelitian Sabar & Lestari (2020) penurunan tekanan darah pada pasien
didapatkan hasil bahwa terapi relaksasi otot hipertensi di rsu Imelda. Jurnal
progresif dapat menurunkan tekanan darah Keperawatan Priority, 1(2).
sistolik beserta diastoliknya (Sabar & Mersil L. (2019). Penerapan Terapi
Lestari, 2020). Penelitian sebelumnya yang Relaksasi Nafas Dalam dan Relaksasi
dilakukan oleh Damanik & Ziraluo (2018) Otot Progresif Untuk Menurunkan
bahwa penderita hipertensi setelah Nyeri Pada Pasien Hipertensi di
dilakukan terapi non farmakologis relaksasi RSUD Siti Aisyah Tahun 2019.
otot progresif efektif menurunkan tekanan Politeknik Kesehatan Palembang, 1–
darah sistolik dan diastolik (Damanik, 134.
2018). Menurut hasil penelitian yang Murhan & Sulastri. (2020). Pengaruh
dilakukan (Murhan & Sulastri, 2020). Relaksasi Otot Progresif Terhadap
menunjukkan terdapat perbedaan yang Penurunan Tekanan Darah Pada
sangat signifikan pada tekanan darah dan
17
Journal of Advanced Nursing and Health Sciences 2022; 3(1): 14-18