Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH TEKHNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN


GEDONG PANJANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONG PANJANG
KOTA SUKABUMI
Hendar
Email: hendar171@ummi.ac.id
Program Studi Pendidikan Profesi Ners, UMMI

ABSTRAK
Hipertensi adalah tekanan darah dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg akibat
peningkatan adrenalin, kondisi ini bisa berbahaya bagi penderita hipertensi. Oleh karena itu,
pasien hipertensi memerlukan penanganan yang baik. Salah satu cara untuk mengobati hipertensi
adalah pengobatan non farmakologis. Relaksasi otot progresif adalah metode relaksasi yang
menegangkan dan melemaskan otot-otot tubuh. Relaksasi dapat merangsang munculnya zat
kimia yang mirip dengan beta blocker pada saraf tepi yang dapat menutup simpul saraf simpatis
yang berguna untuk mengurangi ketegangan dan menurunkan tekanan darah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekhnik relaksasi otot progresif terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia. Metode penelitian ini menggunakan strategi studi kasus. Peneliti
melakukan terapi relaksasi otot progresif tiga kali selama seminggu. Hasil yang didapatkan
setelah melakukan terapi terdapat penurunan tekanan darah dari 172 mmHg menjadi 134 mmHg.
Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tekhnik relaksasi otot progresif terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia.

Kata Kunci: Hipertensi, tekhnik relaksasi otot progresif, lansia

THE EFFECT OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TECHNIQUES ON


LOWERING BLOOD PRESSURE IN ELDERLY WITH HYPERTENSION IN
GEDONG PANJANG VILLAGE WORKING AREA OF GEDONG PANJANG
HEALTH CENTER, SUKABUMI CITY
ABSTRACT
Hypertension is blood pressure where the systolic pressure is above 140 mmHg due to increased
adrenaline, this condition can be dangerous for people with hypertension. Therefore,
hypertensive patients need good treatment. One way to treat hypertension is non-
pharmacological treatment. Progressive muscle relaxation is a relaxation method that tenses
and relaxes the muscles of the body. Relaxation can trigger the appearance of chemicals similar
to beta blockers in the peripheral nerves which can close the sympathetic nerve nodes which are
useful for reducing tension and lowering blood pressure. This study aims to determine the effect
of progressive muscle relaxation techniques on reducing blood pressure in the elderly. This
research method uses a case study strategy. Researchers did progressive muscle relaxation
therapy three times a week. The results obtained after carrying out the therapy were a decrease
in blood pressure from 172 mmHg to 134 mmHg. It can be interpreted that there is an effect of
progressive muscle relaxation techniques on reducing blood pressure in the elderly.

Keywords: Hypertension, progressive muscle relaxation technique, elderly


PENDAHULUAN kesehatan utama di Provinsi Jawa Barat
(LKIP Dinkes Jawa Barat, 2018).
Usia lanjut didefinisikan sebagai fase
penurunan kemampuan intelektual dan fisik, Tabel 1.1 Data Penderita Hipertensi di 15
yang diawali dengan beberapa perubahan Puskesmas Kota Sukabumi Periode Januari -
dalam hidup. Pada tahap lanjut usia, Desember 2021
individu mengalami banyak perubahan baik No Puskesmas Hipertensi %
secara fisik maupun mental, terutama 1 Sukabumi 2324 12.7
penurunan berbagai fungsi dan kemampuan 2 Baros 2143 11.7
yang dimilikinya. Perubahan fisik yang 3 Benteng 1791 9.8
dimaksud antara lain rambut beruban, 4 Cibeureum 1558 8.5
munculnya kerutan di wajah, penurunan 5 Limusnunggal 1445 7.9
ketajaman indra, dan penurunan sistem imun 6 Selabatu 1280 6.9
tubuh. Selain itu, pada masa ini lansia juga Gendong
harus berhadapan dengan hilangnya peran 7 1182 6.5
Panjang
diri, posisi sosial, dan perpisahan dengan 8 Tipar 1094 6.0
orang yang dicintai. Kemunduran yang 9 Sukakarya 1064 5.8
terjadi pada lansia membuat lansia rentan 10 Nanggeleng 961 5.2
terhadap berbagai gangguan yang dialami Karang
11 938 5.1
tubuhnya sehingga angka kesakitan pada Tengah
lansia juga meningkat (Riskesdas, 2016). 12 Cipelang 881 4.8
13 Pabuaran 824 4.5
Data dari Pusat Data dan Informasi 14 Cikundul 605 3.3
(Pusdatin) Kementrian RI tahun 2017 bahwa 15 Lembursitu 230 1.3
komposisi penduduk lanjut usia meningkat Total 18320 100%
pesat baik di negara maju maupun negara Sumber: Buku laporan tahunan Dinas
berkembang, hal ini disebabkan angka Kesehatan Kota Sukabumi 2021.
kelahiran (fertilitas) dan kematian Berdasarkan tabel diatas wilayah
(mortality), serta peningkatan usia harapan kerja Puskesmas Gedong Panjang
hidup, yang mengubah struktur populasi menempati posisi ke-6 tertinggi penderita
secara keseluruhan. Berdasarkan data hipertensi terbanyak di Kota Sukabumi
proyeksi penduduk diperkirakan pada tahun dengan jumlah 1182 penderita hipertensi dan
2025 (33,69 juta), 2030 (40,95 juta) dan mengalami peningkatan yang signifikan dari
2035 (48,19 juta) (Kementerian RI, 2017). sebelumnya.
Prevalensi hipertensi di Indonesia Wilayah kerja Gedong Panjang
sebanyak 34,2%, prevalensi tertinggi terjadi Sukabumi mempunyai dua kelurahan yaitu
di Kalimantan Selatan (44,1%) dan terendah Kelurahan Gedong Panjang dan Citamiang.
di Papua (22,2%) sedangkan Jawa Barat Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
berada di posisi kedua dengan prevalensi Sukabumi tahun 2021, jumlah pasien
(39,6%). Hal ini mengalami peningkatan hipertensi terbanyak adalah Kelurahan
dari data Riskesdas tahun 2013 dengan Gedong Panjang yaitu 14,1% atau sebanyak
prevalensi hipertensi hanya sebanyak 23,8%. 520 penderita hipertensi sedangkan
Tahun 2018 prevalensi hipertensi di Jawa Kelurahan Citamiang yaitu 12,7% atau
Barat meningkat 34,5% sehingga prevalensi sebanyak 360 penderita. Terhitung pada
hipertensi sebesar 84,29%. Berdasarkan data bulan Januari sampai dengan Oktober tahun
ini, hipertensi masih merupakan masalah 2022, jumlah pasien hipertensi di Kelurahan
Citamiang yaitu 53% atau sebanyak 285
penderita hipertensi, sedangkan di Teknik relaksasi otot progresif
Kelurahan Gedong Panjang yaitu 47% atau berfokus pada aktivitas otot dengan
sebanyak 252 penderita (Puskesmas Gedong mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
Panjang, 2022). mengurangi ketegangan dengan melakukan
Hipertensi adalah tekanan darah teknik relaksasi untuk mendapatkan
menetap dimana tekanan sistolik diatas 140 perasaan rileks. Respons relaksasi adalah
mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg. bagian dari penurunan umum dalam
Penderita kecemasan akan mengalami stimulasi kognitif, fisiologis, dan perilaku.
peningkatan tekanan darah, akibat Relaksasi dapat merangsang munculnya zat
peningkatan adrenalin, kondisi ini bisa kimia yang mirip dengan beta blocker pada
berbahaya bagi penderita hipertensi. Oleh saraf tepi yang dapat menutup simpul saraf
karena itu, pasien hipertensi yang simpatis yang berguna untuk mengurangi
mengalami kecemasan memerlukan ketegangan dan menurunkan tekanan darah
penanganan yang baik dalam menurunkan (Damanik, 2018).
kecemasannya (Gunardi, 2019). Tekanan Berdasarkan studi pendahuluan di
darah yang terlalu tinggi membuat jantung Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang
memompa lebih keras yang akhirnya Kota Sukabumi pada hari Selasa tanggal 1
mengakibatkan gagal jantung November 2022, melalui teknik wawancara
(dekompensasi), serangan otak (stroke), terhadap lansia yang mengalami hipertensi
infark jantung (myocard infarction) dan 10 lansia didapatkan hasil bahwa semua
cacat pada ginjal dan pembuluh darah. orang lansia mengalami tekanan darah tinggi
Pengobatan hipertensi bertujuan untuk namun selama ini hanya melakukan
menurunkan morbiditas dan mortalitas serta pengobatan farmakologi yaitu
mengontrol tekanan darah. Salah satu cara mengkonsumsi obat anti hipertensi.
pengobatan hipertensi adalah pengobatan Berdasarkan uraian diatas dan
non farmakologis (Elsa, 2018). pentingnya mengontrol tekanan darah agar
Terapi non farmakologi merupakan selalu stabil, maka peneliti tertarik
rangkaian kegiatan untuk menjalani pola mengambil judul “Pengaruh Tekhnik
hidup sehat yang meliputi olahraga atau Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan
kegiatan dan berusaha untuk mengurangi Tekanan Darah pada Lansia dengan
stress, salah satunya dengan teknik relaksasi Hipertensi di Kelurahan Gedong Panjang
otot progresif. Terapi non-farmakologis Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang
mengajarkan individu bagaimana Kota Sukabumi”.
memodifikasi perilakunya untuk mengubah
respons fisik terhadap stres, serta METODE PENELITIAN
memperbaiki gejala seperti ketegangan otot, Jenis penelitian yang digunakan
gangguan pencernaan, nyeri, dan gangguan dalam penelitian ini adalah metode
tidur. Respons relaksasi adalah bagian dari eksperimen dengan Pre-Experimental
penurunan umum dalam stimulasi kognitif, Design yaitu One Group Pretest-Posttest
fisiologis, dan perilaku. Proses relaksasi Design. Populasi dalam penelitian ini adalah
memperpanjang serat otot, mengurangi seluruh pasien lansia hipertensi yang berada
transmisi impuls saraf ke otak, dan pada di Kecamatan Gedong Panjang Wilayah
gilirannya mengurangi aktivitas otak dan Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota
sistem tubuh lainnya. Penurunan denyut Sukabumi sebanyak 252 orang. Teknik
jantung, laju pernapasan, dan tekanan darah pengambilan sampel yang digunakan dalam
(Gaudensius, 2018). penelitian ini adalah non-probability
sampling dengan metode purposive sebelum dan sesudah pemberian tekhnik
sampling. Sampel dalam penelitian ini relaksasi otot progresif.
adalah sebagian lansia dengan hipertensi
yang berada di Kelurahan Gedong Panjang HASILPENELITIAN
Kota Sukabumi sebanyak 16 responden. Analisa Deskriptif Karakteristik
Responden
Peneliti mengidentifikasi responden
penelitian berdasarkan pada kriteria inklusi Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
dan eksklusi. Dengan Selanjutnya peneliti Respoden Berdasarkan Usia di Kelurahan
menemukan responden yang dapat Gedong Panjang Wilayah Kerja Puskesmas
dilakukan intervensi tekhnik relaksasi otot Gedong Panjang Kota Sukabumi
progresif. Kemudian, peneliti melakukan
Presentase
informed consent untuk memutuskan Usia Jumlah
(%)
kesepakatan tempat dan waktu melakukan
intervensi. Setelah kesepakatan tercapai, 60-74 Tahun 11 68,8
selanjutnya setiap responden mengisi data 75-90 Tahun 4 25,0
demografi. > 90 Tahun 1 6,2
Jumlah 16 100
Intervensi bertujuan untuk Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat
memudahkan intervensi dan mencegah bahwa sebagian besar responden yang
peneliti menjadi lelah. Pada hari pertama berada di Kelurahan Gedong Panjang
(pre-test) tekanan darah akan diukur Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang
menggunakan tensimeter aneroid sebelum Kota Sukabumi berusia 60-74 tahun yaitu
dilakukan intervensi dan dicatat pada lembar sebanyak 11 responden (68,8%) dan
observasi. Setelah dilakukan pengukuran sebagian kecil berusia lebih dari 90 tahun
tekanan darah dilakukan intervensi teknik yaitu sebanyak 1 responden (6,2%).
relaksasi otot progresif yang dilakukan
langsung oleh peneliti, setiap sesi dilakukan Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi
selama 25 menit selama 3 sesi dalam satu Karakteristik Respoden Berdasarkan Jenis
minggu. Di hari pertama, kedua dan ketiga Kelamin di Kelurahan Gedong Panjang
berturut-turut tanpa henti dan bersamaan. Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang
Setelah semua intervensi teknik Kota Sukabumi
relaksasi otot progresif dilakukan 3 kali Jumla Presentase
Jenis Kelamin
seminggu selama 25 menit untuk setiap h (%)
responden, diukur tekanan darah (Post-test) Laki-Laki 3 18,8
menggunakan sphygmomanometer aneroid Perempuan 13 81,2
dan dicatat ke dalam lembar observasi yang Jumlah 16 100
telah dibuat oleh peneliti. Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat
bahwa sebagian besar responden yang
Analisa data yang digunakan adalah
berada di Kelurahan Gedong Panjang
Analisa univariat dan Analisa bivariat yang
Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang
dilakukan dengan uji paired sample t-test.
Kota Sukabumi berjenis kelamin perempuan
Analisa univariat yaitu dari analisis
yaitu sebanyak 13 responden (81,2%) dan
deskriptif karakteristik responden dilakukan
sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki
dengan menggunakan distribusi frekuensi
yaitu sebanyak 3 responden (18,8%).
dan presentase setiap kategori. Analisa
bivariat Analisis deskriptif tekanan darah
Jumlah 16 100
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dilihat
Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi bahwa sebagian besar responden yang
Karakteristik Respoden Berdasarkan berada di Kelurahan Gedong Panjang
Pendidikan di Kelurahan Gedong Panjang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang
Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi menderita hipertensi selama
Kota Sukabumi 1-3 tahun yaitu sebanyak 7 responden
Pendidikan Jumlah Presentase (%) (43,8%) dan sebagian kecil menderita
SD 11 68,8 hipertensi lebih dari 3 tahun yaitu sebanyak
SMP 5 31,2 4 responden (25,0%).
Jumlah 16 100
Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dilihat Analisa Statistik Variabel
bahwa sebagian besar responden yang Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tekanan
berada di Kelurahan Gedong Panjang Darah Sebelum Pemberian Tekhnik
Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Relaksasi Otot Progresif di Kelurahan
Kota Sukabumi berpendidikan SD yaitu Gedong Panjang Wilayah Kerja Puskesmas
sebanyak 11 responden (68,8%) dan Gedong Panjang Kota Sukabumi
sebagian kecil berpendidikan SMA yaitu Presentase
sebanyak 5 responden (31,1%). Tekanan Darah Jumlah
(%)
Normal 0 0
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi
Hipertensi 16 100
Karakteristik Respoden Berdasarkan
Jumlah 16 100
Pekerjaan di Kelurahan Gedong Panjang
Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Berdasarkan Tabel 4.6, dapat dilihat
Kota Sukabumi bahwa semua tekanan darah sebelum
pemberian tekhnik relaksasi otot progresif
Presentase
Pekerjaan Jumlah yang berada di Kelurahan Gedong Panjang
(%)
Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang
Tidak Bekerja 16 100
Kota Sukabumi mempunyai kategori
Bekerja 0 0
hipertensi yaitu sebanyak 16 responden
Jumlah 16 100
(100%).
Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat
bahwa semua responden yang berada di Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tekanan
Kelurahan Gedong Panjang Wilayah Kerja Darah Sesudah Pemberian Tekhnik
Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi Relaksasi Otot Progresif di Kelurahan
tidak bekerja. Gedong Panjang Wilayah Kerja Puskesmas
Gedong Panjang Kota Sukabumi
Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Presentase
Respoden Berdasarkan Lama Menderita Tekanan Darah Jumlah
(%)
Hipertensi di Kelurahan Gedong Panjang
Normal 8 50,0
Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang
Hipertensi 8 50,0
Kota Sukabumi
Jumlah 16 100
Lama Menderita Presentase
Jumlah Berdasarkan Tabel 4.7, dapat dilihat
Hipertensi (%)
bahwa tekanan darah sesudah pemberian
< 1 tahun 5 31,2
tekhnik relaksasi otot progresif yang berada
1-3 tahun 7 43,8
di Kelurahan Gedong Panjang Wilayah
> 3 tahun 4 25,0
Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota
Sukabumi masing-masing mempunyai 0,05,berdasarkan hasil penghitungan dat
kategori normal dan kategori hipertensi yaitu tersebut menunjukan angka kurang dari 0.05
sebanyak 8 responden (50%). yang berarti data berdistribusi tidak normal.
Terdapat variabel yang tidak normal maka
Analisa Univariat Variabel uji hipotesis dilakukan dengan uji wilcoxon
Tabel 4.8 Distribusi Statistik Tekanan Darah sign rank test sebagai pengganti uji paired
pada Lansia Hipertensi Sebelum dan sample t-test.
Sesudah Pemberian Tekhnik Relaksasi Otot
Progresif di Kelurahan Gedong Panjang Uji Homogenitas
Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Pengaruh
Kota Sukabumi Tekhnik Relaksasi Otot Progresif terhadap
Tekanan Xma Xmi Penurunan Tekanan Darah pada Lansia
Mean Std
Darah x n dengan Hipertensi di Kelurahan Gedong
Pre 14,54 Panjang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong
190 150 171 Panjang Kota Sukabumi Menggunakan Uji
9
Post 10,93 Levene
150 120 136
5 Levene
df1 df2 Sig.
Berdasarkan tabel 4.8 diatas bahwa Statistic
didapat hasil analisis rata-rata tekanan darah 2.585 1 30 0.118
sebelum melakukan teknik relaksasi otot Berdasarkan pada Tabel 4.10 di
progresif adalah 171 mmHg, dengan standar dapatkan nilai P value uji levene yaitu 0,118
deviasi 14,549. Skor tekanan darah terendah maka P-value < 0.05 yang menunjukkan
adalah 150 mmHg dan skor tekanan darah bahwa varians seluruh variabel bersifat
tertinggi adalah 190 mmHg, sedangkan rata- homogen.
rata tekanan darah setelah melakukan teknik
relaksasi otot progresif adalah 136 mmHg Uji Hipotesis
dengan standar deviasi 10,935. Skor tekanan Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Pengaruh
darah terendah 120 mmHg dan tertinggi 150 Tekhnik Relaksasi Otot Progresif terhadap
mmHg. Penurunan Tekanan Darah pada Lansia
dengan Hipertensi di Kelurahan Gedong
Uji Normalitas Panjang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong
Tabel 4.9 Hipertensi dalam Pemberian Panjang Kota Sukabumi Menggunakan Uji
Tekhnik Relaksasi Otot Progresif di Wilcoxon Sign Rank Test
Kelurahan Gedong Panjang Wilayah Kerja Mean Sum of p-
Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi N Z
Ranks Ranks Value
Menggunakan Uji Shaphiro Wilk
16 -3,536 8,50 136,00 0,000
Tekanan P-
∝ Hipotesis Berdasarkan pada Tabel 4.11 di
Darah Value
Pre Tidak dapatkan nilai P value uji friedman yaitu
0,039 0,000 maka P-value < 0.05 yang
Normal
0,05 menunjukkan terdapat pengaruh tekhnik
Post Tidak
0,038 relaksasi otot progresif terhadap penurunan
Normal
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
Berdasarkan pada Tabel 4.9 dapat
di Kelurahan Gedong Panjang Wilayah
dilihat hasil uji statistik dengan
Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota
menggunakan shaphiro wilk, diperoleh
Sukabumi.
kedua data mempunyai nilai P value <
rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah
melakukan relaksasi otot progresif sebanyak
PEMBAHASAN 3 kali latihan selama 1 minggu. Latihan
Hasil penelitian pada tabel 4.8 di atas relaksasi otot progresif yang gerakan-
menunjukkan bahwa rata-rata hasil analisis gerakan didalamnya juga bertujuan untuk
tekanan darah sebelum melakukan teknik mengurangi kecemasan, stress, dan
relaksasi otot progresif adalah 171 mmHg, menurunkan tingkat depresi. Penurunan ini
dengan standar deviasi 14,549. Skor tekanan akan merangsang kerja sistem saraf tepi
darah terendah adalah 150 mmHg dan skor (autonomous nervous system), terutama
tekanan darah tertinggi adalah 190 mmHg, parasimpatis yang menyebabkan vasodilatasi
sedangkan tekanan darah rata-rata setelah penampang pembuluh darah yang akan
melakukan teknik relaksasi otot progresif mengakibatkan penurunan tekanan darah
adalah 136 mmHg dengan standar deviasi baik sistolik maupun diastolik (Ade
10,935. Skor tekanan darah terendah adalah Supriatna & Norma, 2018).
120 mmHg dan tertinggi adalah 150 mmHg.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada Hasil penelitian di lapangan
pengaruh yang signifikan terhadap menunjukkan bahwa seorang ibu rumah
penurunan tekanan darah pada lansia tangga yang memiliki rutinitas sehari-hari
hipertensi sebelum dan sesudah diberikan yang terkadang menyebalkan dan tidak
teknik relaksasi otot progresif di Kelurahan menyenangkan dapat memicu peningkatan
Gedong Panjang Wilayah Kerja Puskesmas hormon stres. Akibat peningkatan hormon
Gedong Panjang Kota Sukabumi. stres, dapat merangsang aktivitas sistem
saraf simpatis yang menyebabkan
Berdasarkan hasil penelitian peningkatan tekanan darah pada ibu rumah
diperoleh kelompok perlakuan pada post test tangga. Tingginya risiko terkena hipertensi
rata-rata tekanan darah sistolik 134 mmHg. pada masyarakat berpendidikan rendah
Arti sistolik sendiri adalah tekanan darah disebabkan kurangnya pengetahuan dan
saat jantung memompa darah ke dalam arteri informasi tentang kesehatan pada
(saat jantung berkontraksi) sedangkan masyarakat berpendidikan rendah yang
diastolik adalah tekanan darah saat jantung berdampak pada gaya hidup mereka (Zulfa
mengembang dan menghisap darah kembali Inayatul Ulya & Noor Faidah, 2017). Hal ini
ke dalam (arteri kosong). Menurut WHO, sesuai dengan tabel 4.3 terlihat bahwa
dalam guidelines, tekanan darah sistolik sebagian besar responden di Kelurahan
130-139 mmHg termasuk dalam hipertensi Gedong Panjang Wilayah Kerja Puskesmas
stadium I dan ≥140 mmHg termasuk dalam Gedong Panjang Kota Sukabumi
hipertensi stadium II (AHA, 2017). berpendidikan SD yaitu 11 responden
(61,1%) dan sebagian kecil berpendidikan
Berdasarkan hasil analisis pada tabel SMA yaitu 2 responden (11,1%).
4.8 dijelaskan bahwa nilai P uji Friedman
sebesar 0,000, sehingga nilai P < 0,05 yang Berdasarkan hasil di lapangan,
menunjukkan adanya pengaruh teknik beberapa responden menyatakan bahwa
relaksasi otot progresif terhadap penurunan dengan melakukan teknik relaksasi otot
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi progresif, lansia merasakan keadaan yang
di Kelurahan Gedong Panjang Wilayah benar-benar rileks, meliputi keadaan rileks
Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota secara fisiologis, kognitif dan perilaku.
Sukabumi. Berdasarkan hasil tersebut Secara fisiologis, keadaan rileks ini akan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan menurunkan tingkat kecemasan dan stres
yang dialami oleh penderita hipertensi otot progresif bekerja dengan memfokuskan
esensial. Karena selama seseorang stres, pada suatu aktivitas otot dengan
hormon seperti epinefrin dan non epinefrin, mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
kortisol, glukagon, ACTH, kortikosteroid, mengurangi ketegangan dengan melakukan
dan tiroid akan meningkat. Nonepinefrin teknik relaksasi untuk mendapatkan
yang merupakan vasokonstriktor akan perasaan rileks.
bekerja pada arteri kecil dan arteriol untuk
meningkatkan resistensi perifer sehingga Penurunan tekanan darah pada
tekanan darah meningkat. (Hamonangan pasien lansia dengan hipertensi setelah
Damanik & Alfonsus A W Ziraluo, 2018). diberikan pelatihan teknik relaksasi otot
progresif sesuai dengan yang dikemukakan
Terapi relaksasi otot progresif oleh Ronasari Mahaji Putri (2018), relaksasi
bertujuan untuk meningkatkan relaksasi otot progresif merupakan terapi non
pada tubuh dengan cara menurunkan farmakoterapi yang tidak memerlukan
aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan imajinasi, sugesti, tanpa sisi efek, mudah
aktivitas saraf parasimpatis yang dilakukan. Relaksasi otot progresif adalah
menyebabkan vasodilatasi pada diameter teknik untuk mengurangi ketegangan otot
arteriol. Sistem saraf parasimpatis akan dengan proses yang sederhana dan sistematis
mengeluarkan asetilkolin yang berfungsi dengan menegangkan sekelompok otot
untuk menghambat aktivitas saraf simpatis. kemudian mengendurkannya kembali
Menurut Sri Mulyati (2020), ketika aktivitas sehingga otot menjadi rileks dan mengurangi
sistem saraf simpatis menurun akibat efek kecemasan/stres sehingga menyebabkan
relaksasi maka produksi zat katekolamin penurunan tekanan darah pada hipertensi.
akan menurun. Hal ini menyebabkan
pembuluh darah melebar dan tekanan darah Teknik relaksasi otot progresif ini
menurun. Hasil penelitian ini sesuai dengan akan mengaktifkan kerja sistem saraf
penelitian yang dilakukan oleh Intan Hayati parasimpatis dan memanipulasi hipotalamus
(2020) bahwa latihan relaksasi otot progresif melalui pemusatan pikiran untuk
berpengaruh signifikan terhadap penurunan memperkuat sikap positif sehingga
tekanan darah sistolik pada penderita rangsangan stres pada hipotalamus
hipertensi primer, sedangkan tekanan darah berkurang. Aktivasi sistem saraf
diastolik tidak menunjukkan pengaruh parasimpatis disebut juga trofotropik yang
terhadap tekanan darah. Terapi relaksasi otot dapat menimbulkan perasaan ingin istirahat,
progresif dilakukan pada lansia untuk dan perbaikan fisik tubuh. Respon
menimbulkan respon relaksasi yang dapat parasimpatis meliputi penurunan denyut
menimbulkan keadaan tenang dan rileks nadi dan tekanan darah serta peningkatan
sehingga terjadi penurunan tekanan darah aliran darah. Oleh karena itu melalui latihan
pada lansia. relaksasi lansia dilatih untuk dapat
memunculkan respon relaksasi sehingga
Hasil penelitian ini berbanding lurus dapat mencapai keadaan tenang dan rileks
dengan teori yang dikemukakan oleh Sandra sehingga lansia mengalami penurunan
Lantika Asih (2020) yang mengatakan tekanan darah. (Gaudensius, 2018).
bahwa menciptakan keadaan rileks seperti
mempraktikkan teknik relaksasi otot Pembahasan diatas didukung oleh
progresif merupakan salah satu cara hasil penelitian yang dilakukan oleh Intan
penatalaksanaan hipertensi secara Hayati & Sandra Lantika Asih (2020)
nonfarmakologis. Karena teknik relaksasi dengan judul Pengaruh Teknik Relaksasi
Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah dengan standar deviasi 14,549. Skor
Pada Lansia Hipertensi dengan hasil tekanan darah terendah adalah 150
penelitian menunjukkan adanya penurunan mmHg dan skor tekanan darah
darah tekanan darah pada masing-masing tertinggi adalah 190 mmHg,
kelompok dengan nilai p 0,000 dan terdapat sedangkan rata-rata tekanan darah
perbedaan penurunan tekanan darah antara setelah melakukan teknik relaksasi
kelompok terapi nafas dalam dan kelompok otot progresif adalah 136 mmHg
relaksasi otot progresif dengan nilai p dengan standar deviasi 10,935. Skor
sistolik 0,001 dan nilai = 0,042. tekanan darah terendah 120 mmHg
Kesimpulannya, terapi relaksasi otot dan tertinggi 150 mmHg.
progresif lebih baik dalam menurunkan 2. Hasil penelitian menunjukan bahwa
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di dapatkan nilai P value uji
dibandingkan dengan terapi nafas dalam. friedman yaitu 0,000 maka P-value <
0.05 yang menunjukkan terdapat
Dari hasil pembahasan dalam pengaruh tekhnik relaksasi otot
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa progresif terhadap penurunan
teknik relaksasi otot progresif tekanan darah pada lansia dengan
mempengaruhi perubahan tekanan darah hipertensi di Kelurahan Gedong
pada lansia dengan hipertensi esensial, Panjang Wilayah Kerja Puskesmas
apabila dilakukan dengan benar meliputi Gedong Panjang Kota Sukabumi.
gerakan yang benar, urutan gerakan yang
benar, posisi dan posisi yang benar. juga SARAN
dilakukan di tempat yang sepi dan tertutup
agar dalam melakukan teknik relaksasi otot Teknik relaksasi otot progresif
progresif responden benar-benar merasa hendaknya dapat dipertimbangkan sebagai
rileks. salah satu pengobatan alternative untuk
mengobati serta bisa menjadi pertimbangan
SIMPULAN puskesmas dan rumah sakit untuk
melakukan pendidikan kesehatan kepada
Berdasarkan hasil dan pembahasan lansia penderita hipertensi tentang
mengenai pengaruh tekhnik relaksasi otot penanganan hipertensi sebagai salah satu
progresif terhadap penurunan tekanan darah pengobatan alternative ketika lansia tidak
pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan mampu membeli obat-obatan.
Gedong Panjang Wilayah Kerja Puskesmas
Gedong Panjang Kota Sukabumi dapat DAFTAR PUSTAKA
diambil kesimpulan bahwa:
Damanik, H. 2018. Hubungan Pengetahuan
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa Penderita Hipertensi tentang
gambaran sebelum pemberian Stroke dengan Perilaku
relaksasi otot progresif terhadap Pencegahan Stroke di Puskesmas
penurunan tekanan darah pada lansia Helvetia Medan. Jurnal
dengan hipertensi di Kelurahan Keperawatan, 1(1), 73–84.
Gedong Panjang Wilayah Kerja
Puskesmas Gedong Panjang Kota Danamik Hamonangan. 2018. Pengaruh
Sukabumi dari 16 responden Teknik Relaksasi Otot Progresif
memiliki rata-rata tekanan darah Terhadap Penurunan Tekanan
sebelum melakukan teknik relaksasi Darah Pada Pasien Hipertensi Di
otot progresif adalah 171 mmHg, Rsu Imelda. Jurnal Keperawatan
Priority, Vol 1, No. 2, Juli 2018 Pada Lansia Yang Menderita
ISSN 2614-4719 Hipertensi Di RT 03 RW 09
Kelurahan Slipi Palmerah Jakarta
Gunardi Pome, S. E. & F. R. 2019. Barat. Jurnal Kreativitas
Pengaruh Teknik Relaksasi Pengabdian Kepada Masyarakat, 3,
Progresif Terhadap Penurunan 264–270.
Tingkat Kecemasan pada Pasien
Hipertensi di Puskesmas Makrayu Sri Mulyati Rahayu. 2020. Pengaruh Teknik
Palembang. Jurnal Keperawatan Relaksasi Otot Progresif terhadap
Sriwijaya, 6 No. 2, 2–7. Tekanan Darah Lansia dengan
Hipertensi. Jurnal Media Karya
Kementrian Kesehatan RI 2017. Analisis Kesehatan: Volume 3 No 1 Mei
lansia di Indonesia 2017. diakses 2020
pada tanggal 15 Oktober 2018,
www.depkes.go.id Supriatna Ade. 2017. Pengaruh Teknik
Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Kementrian Kesehatan RI. 2015, 2016. Penurunan Tekanan Darah Pada
Infodatin pusat data dan informasi Pasien Hipertensi Di Puskesmas
situasi lanjut usia di Indonesia. Mariat Kabupaten Sorong. Skripsi:
diakses pada tanggal 15 Oktober Jurusan Keperawatan Politeknik
2018, www.depkes.go.id Kesehatan Sorong
Kepala Dinkes Provinsi Jawa Barat. 2019. Zulfa Inayatul Ulya. 2017. Pengaruh Terapi
LKIP Jawa Barat 2018. Jawa Barat: Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Dinkes Provinsi Jawa Barat Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Di Desa
Notoadmojo,S. 2018. Metodologi Penelitian
Koripandriyo Kecamatan Gabus
Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:
Kabupaten Pati. Jurnal
Rineka Cipta
Keperawatan dan Kesehatan
Sri Atun Wahyuningsih & Nurun, Ainun, R. Masyarakat P-ISSN 2252-8865 E-
2020. Relaksasi Nafas Dalam ISSN 2598 – 4217 Vol. 6, No. 2
Terhadap Tingkat Kecemasan Oktober, 2017

Anda mungkin juga menyukai