Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Cendikia Muda

Volume 1, Nomor 4, Desember 2021


ISSN : 2807-3649

PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF


TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI

IMPLEMENTATION OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION


TECHNIQUES TO BLOOD PRESSURE OF HYPERTENSION PATIENTS

Cindi Oktavia Azizah1, Uswatun Hasanah2, Asri Tri Pakarti3


1,2,3
Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro
Email: cindyoktavia874@gmail.com

ABSTRAK

Hipertensi atau sering disebut penyakit darah tinggi, merupakan salah satu penyakit kronis yang
dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner, stroke dan gagal ginjal kronik
bahkan hingga kematian. Penyakit hipertensi menjadi permasalahan kesehatan yang penting untuk
diperhatikan bagi masyarakat yang penting untuk diperhatikan bagi masyarakat karena penyakit ini
jarang menyebabkan gejala dan dapat membunuh individu secera diam-diam oleh sebab itu
hipertensi juga disebut dengan istilah penyakit silent killer. Penatalaksanaan secara farmakologis
bertujuan untuk mencegah kematian dan komplikasi dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg. Penatalaksanaan yang akan diterapkan
penulis pada karya tulis ilmiah ini yaitu penerapan relaksasi otot progresif. Rancangan karya tulis
ilmiah ini menggunakan desain studi kasus (case study). Subyek yang digunakan yaitu dua pasien
dengan hipertensi. Analisa data dilakukan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penerapan
menunjukkan bahwa setelah dilakukan penerapan relaksasi otot progresif selama 3 hari, terjadi
penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi. Kesimpulan: penerapan relaksasi otot
progresif membantu menurunkan atau mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Saran:
bagi pasien hipertensi hendaknya dapat melakukan penerapan relaksasi otot progresif secara
mandiri untuk membantu menurunkan atau mengontrol tekanan darah.

Kata Kunci : Hipertensi, Tekanan Darah, Relaksasi Otot Progresif.

ABSTRACT

Hypertension or often called high blood pressure, is a chronic disease that can increase the risk of
coronary heart disease, stroke and chronic kidney failure and even death. Hypertension is an
important health problem for the public to pay attention to because it rarely causes symptoms and
can kill individuals secretly, therefore hypertension is also called the silent killer disease.
Pharmacological management aims to prevent death and complications by achieving and
maintaining arterial blood pressure at or less than 140/90 mmHg. The management that will be
applied by the author in this scientific paper is the application of progressive muscle relaxation.
The design of this scientific paper uses a case study design. The subjects used were two patients
with hypertension. Data analysis was carried out using descriptive analysis. The results showed
that after applying progressive muscle relaxation for 3 days, there was a decrease in blood pressure
in patients with hypertension. Hypertensive patients should be able to apply progressive muscle
relaxation independently to help lower or control blood pressure.

Keywords : Hypertension, Blood Pressure, Progressive Muscle Relaxation.

Azizah, Penerapan Teknik Relaksasi 502


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

PENDAHULUAN prevalensi 18442 penderita atau 24,01%4.


Hipertensi atau sering disebut penyakit Data medical record di Rumah Sakit
darah tinggi, merupakan salah satu Umum Daerah (RSUD) Jend. Ahmad Yani
penyakit kronis yang dapat meningkatkan Metro pada tahun 2019, kasus hipertensi
risiko terjadinya penyakit jantung koroner, menempati urutan ke-6 dari 10 penyakit
stroke dan gagal ginjal kronik bahkan besar yang ada di Ruang Penyakit Dalam
hingga kematian1. B dengan jumlah penderita sebanyak 125

Masalah penyakit hipertensi, menjadi orang5 .

permasalahan kesehatan public karena Penyakit hipertensi menjadi permasalahan


prevalensinya yang tinggi dan belum kesehatan yang penting untuk diperhatikan
terkontrol secara optimal di seluruh dunia. bagi masyarakat yang penting untuk
Pada tahun 2019 prevalensi hipertensi diperhatikan bagi masyarakat karena
tertinggi berada pada wilayah Afrika penyakit ini jarang menyebabkan gejala
sebesar 27% sedangkan untuk prevalensi dan dapat membunuh individu secera
terendah berada di wilayah Amerika diam-diam oleh sebab itu hipertensi juga
dengan 18%2. disebut dengan istilah penyakit silent

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar killer1.

(Riskesdas) tahun 2018 di Indonesia Individu dapat dikatakan terdiagnosis


prevalensi hipertensi berdasarkan hasil hipertensi jika tekanan darah sitolik pada
pengukuran pada penduduk usia >18 tahun level 140 mmHg atau lebih dan tekanan
yaitu sebanyak 658.201 penderita darah diastolik pada level 90 mmHg atau
terdiagnosa hipertensi, dimana angka lebih6.
tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat
Penatalaksanaan dalam mengatasi
dengan jumlah 131.153 penderita dan
hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu
angka terendah berada di Provinsi
pengobatan farmakologis dan
Kalimantan Utara dengan jumlah 1.675
nonfarmakologis. Salah satu pengobatan
penderita, sedangkan untuk Provinsi
hipertensi yang dapat dilakukan yaitu
Lampung menempati urutan ke-7 dengan
dengan cara terapi komplementer/non
prevalensi hipertensi sebanyak 20.484
farmakologis. Terapi komplementer yang
penderita3
dapat dilakukan pada pasien hipertensi
Hasil laporan Pelayanan Kesehatan Dasar yaitu terapi relaksasi otot progresif, terapi
(Yankesdas) kota Metro tahun 2019 musik dan senam aerobik, terapi bekam
melaporkan bahwa, penyakit hipertensi dan yoga7,8
menempati urutan pertama dari sepuluh
penyakit terbanyak di kota Metro dengan

Azizah, Penerapan Teknik 50


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

Penatalaksanaan hipertensi secara


dan lembar observasi derajat hipertensi
farmakologis bertujuan untuk mencegah
menurut JNC VII tahun 2017. Penerapan
kematian dan komplikasi dengan mencapai
ini dilakukan di RSUD Jendral Ahmad
dan mempertahankan tekanan darah arteri
Yani selama 3 hari.
pada atau kurang dari 140/90 mmHg.
Penatalaksanaan non farmakologis HASIL
mencakup penurunan berat badan, Gambaran subyek penerapan yang
pembatasan alkohol dan natrium, olahraga didapatkan pada saat pengkajian sesuai
9
teratur dan relaksasi . dengan tahapan rencana penerapan adalah
sebagai berikut:
Banyak macam terkait jenis relaksasi
untuk penderita hipertensi salah satu Tabel 1 Gambaran Subyek I
relaksasi yang dapat dilakukan yaitu Data Keterangan
Nama Tn. A
relaksasi otot progresif. Relaksasi otot Usia 78 tahun
Pendidikan SMP
progresif merupakan salah satu bentuk Tanggal 12 Juni 2021
terapi yang berupa pemberian instruksi pengkajian
Riwayat Klien mengatakan menderita
kepada seseorang dalam bentuk gerakan- kesehatan hipertensi sejak 14 tahun yang
sebelumnya lalu, klien mengatakan sering
gerakan yang tersusun secara sistematis
mengkonsumsi makanan yang
untuk merileksasikan pikiran dan anggota asin. Klien mengatakan
didalam keluarganya tidak
tubuh seperti otot-otot dan mengembalikan ada yang mengalami atau
kondisi dari keadaan tegang ke keadaan menderita hipertensi seperti
klien.
rileks, normal dan terkontrol, mulai dari Keluhan Klien mengatakan sering ke
saat ini fasilitas kesehatan untuk
gerakan tangan sampai kepada gerakan memeriksakan tekanan
kaki10. darahnya, klien mengatakan
rutin mengkonsumsi obat anti
hipertensi yaitu Amlodipine
Tujuan penerapan otot progresif adalah
1x5 mg, klien tidak
untuk membantu menurunkan tekanan mengetahui tentang
bagaimana penanganan dan
darah pada pasien hipertensi. penatalaksanaan hipertensi
untuk dirumah kecuali
mengkonsumsi obat.
METODE
Therapy Ceftriaxone 1 gr/12jam/IV
Desain karya tulis ilmiah ini menggunakan selama Ondansentron 8 mg/8 jam/IV
perawatan Omeprazole 40 mg/24jam/IV
desain stadi kasus (case study). Subyek Codein 2x1/oral
yang digunakan dalam studi kasus yaitu Paracetamol 2x1/oral
Ambodipine 1x5 mg.
pasien dengan hipertensi yang terdiri dari 2 TTV TD: 170/100 mmHg, RR: 22
x/m, Nadi: 94 x/m
pasien. Alat pengumpul data dalam karya
tulis ilmiah menggunakan Standar
Tabel 2 Gambaran Subyek II
Operasional Prosedur (SOP) terkait
penerapan teknik relaksasi otot progresif
Data Keterangan
Nama Tn. F

Azizah, Penerapan Teknik 50


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021
Usia 23 tahun

Azizah, Penerapan Teknik 50


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

Pendidikan SMP dalam keluarganya. Seseorang


Tanggal 13 Juni 2021
pengkajian dengan riwayat hipertensi keluarga,
Riwayat Klien mengatakan hanya beberapa gen mungkin berinteraksi
kesehatan mempunyai riwayat penyakit
sebelumnya magh, didalam keluarganya dengan yang lainnya dan juga
ada yang mengalami atau
menderita hipertensi yaitu ibu dengan lingkungan yang
klien. menyebabkan tekanan darah naik
Keluhan Klien mengatakan sering
saat ini keluar masuk rumah sakit dari waktu ke waktu6.
untuk menjalani perawatan.
Hal ini mengakibatkan klien Berdasarkan hasil penelitian yang
stress, dan menyebabkan
tekanan darah klien naik. dilakukan oleh Sartik, Tjekyan dan
Zulkarnain (2017) tentang faktor-
Therapy Ceftriaxone 1 gr/12jam/IV
selama Ondansentron 8 mg/8 jam/IV faktor resiko dan angka kejadian
perawatan Omeprazole 40 mg/24jam/IV
Gabapentin 2x1/oral hipertensi, menunjukkan bahwa ada
TTV TD: 180/100 mmHg, RR: 18 hubungan yang bermakna antara
x/m, Nadi: 104 x/m
Penerapan relaksasi otot progresif pada riwayat hipertensi keluarga dengan
kedua subyek (Tn. A dan Tn. F) dilakukan kejadian hipertensi. Dari data
pada tanggal yang berbeda. Pada subyek I statistik terbukti bahwa seseorang
(Tn. A) dilakukan pada tanggal 12 s.d 14 akan memiliki kemungkinan lebih
Juni 2021 sedangkan pada subyek II (Tn. besar untuk mendapatkan hipertensi
F) dilakukan pada tanggal 13 s.d 15 Juni jika orang tuanya menderita
2021. Adapun hasil pengukuran tekanan
hipertensi. Orang yang terdapat
darah sebelum dan setelah penerapan
kejadian hipertensi pada
relaksasi otot progresif pada kedua subyek
keluarganya mempunyai resiko lebih
dapat dilihat pada tabel di bawah:
besar daripada yang tidak
Tabel 3 mempunyai hipertensi dalam
Tekanan Darah Kedua Subyek
Sebelum dan Setelah keluarganya karena seseorang
Penerapan Relaksasi Otot dengan riwayat hipertensi pada
Progresif
keluarga, beberapa gen mungkin
Pengukuran Tekanan Darah
Subyek Hari I berinteraksi dengan yang lainnya
Sebelum Setelah
Tn. A 160/100 mmHg 140/100 mmHg sehingga menyebabkan tekanan
Tn. F 180/100 mmHg 150/90 mmHg
darah naik dari waktu ke waktu11.

PEMBAHASAN b. Usia
1. Karakteristik Responden yang Subyek yang terlibat dalam
Mempengaruhi Hipertensi
penerapan ini yaitu subyek I (Tn. A)
a. Riwayat Keluarga
berusia 78 tahun sedangkan subyek
Subyek dalam penerapan ini pada
II (Tn. F) berusia 23 tahun.
Tn. F memiliki riwayat hipertensi di

Azizah, Penerapan Teknik 50


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

Hipertensi biasanya muncul antara


terkait dengan asupan natrium
usia 30-50 tahun. Peristiwa
melibatkan berbagai mekanisme
hipertensi meningkat 50-60% pada
fisiologi yang berbeda, termasuk
usia lebih dari 60 tahun akan
sistem renin-anigotensin-aldosteron,
memiliki tekanan darah lebih dari
nitrit oksida, katekolamin, endotelin,
140/90 mmHg6.
dan peptida natriuretik atrium1.
Setelah umur 45 tahun dinding arteri
Menurut penelitian yang dilakukan
akan mengalami penebalan karena
oleh Elvivin, Lestari dan Ibrahim
adanya penumpukan zat kolagen
(2015) berdasarkan hasil analisis
pada lapisan otot sehingga
besar risiko kebiasaan
pembuluh darah akan berangsur-
mengkonsumsi garam, diperoleh
angsur menyempit dan menjadi
responden yang mengkonsumsi
kaku12.
garam tiga kali sehari mempunyai
Selain itu seiring dengan terjadinya risiko mengalami hipertensi 5,271
proses penuaan, maka terjadi kali lebih besar dibandingkan
kemunduran secara fisiologis yang dengan responden yang
menyebabkan arteri besar mengkonsumsi garam satu kali
kehilangan kelenturannya dan sampai tidak pernah dalam sehari14.
menjadi kaku, tidak dapat
d. Stres
mengembang pada saat jantung
Subyek II (Tn. F) mengatakan
memompa darah melalui arteri
bahwa sering keluar masuk ke
tersebut. Karena itu darah di setiap
rumah sakit untuk menjalani
denyut jantung di paksa melewati
perawatan sehingga hal ini
pembuluh yang sempit dari pada
menyebabkan Tn. F stress. Stres
biasanya sehingga menyebabkan
meningkatkan resistensi vaskular
naiknya tekanan darah. Inilah yang
perifer, curah jantung, dan
terjadi pada usia lanjut, dinding
menstimulasi aktivitas sistem saraf
arteri menebal dan kaku karena
simpatis sehingga dapat
arteriosklerosis13.
meningkatkan nilai tekanan darah.
c. Kebiasaan (Konsumsi Natrium) Jika respon stres menjadi
Subyek I (Tn. A) dalam penerapan berkepanjangan atau berlebihan,
ini mengatakan suka mengkonsumsi disfungsi organ sasaran atau
makanan yang asin. Asupan natrium penyakit akan dihasilkan. Oleh
tinggi sering kali dikaitkan dengan karena itu stres adalah permasalah
retensi cairan. Hipertensi yang persepsi, interprestasi orang

Azizah, Penerapan Teknik 50


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

terhadap kejadian yang menciptakan


Pada saat melakukan pengkajian pada
banyakt stresor dan respon stres6.
kedua subyek (Tn. A dan Tn. F),
Berdasarkan penelitian yang didapatkan hasil tekanan darah sebelum
dilakukan oleh Syavardie (2014) penerapan relaksasi otot progresif pada
menunjukkan bahwa ada hubungan subyek I (Tn. A) yaitu 160/100 mmHg
yang signifikan antara stres dengan dan subyek II (Tn. F) yaitu 180/100
kejadian hipertensi. Hal ini terjadi mmHg. Tekanan darah ditentukan oleh
karena respon tubuh terhadap stres dua faktor utama yaitu curah jantung
disebut alarm yaitu reaksi dan resistensi perifer. Curah jantung
pertahanan atau respon perlawanan. merupakan kombinasi antara frekuensi
Kondisi ini ditandai dengan jantung dan jumlah darah yang
peningkatan tekanan darah, denyut dipompa keluar dari jantung pada setiap
jantung, laju pernapasan, dan kali kontraksi (volume sekuncup).
ketegangan otot. Selain itu stres juga Resistensi perifer adalah resistensi
mengakibatkan terjadinya pembuluh darah terhadap aliran darah.
peningkatan aliran darah ke otot-otot Resistensi perifer mempengaruhi
rangka dan penurunan aliran darah tekanan darah dan kerja yang
ke ginjal, kulit, dan saluran dibutuhkan jantung untuk memompa
pencernaan. Stres akan membuat darah. Ketika resistensi meningkat,
tubuh lebih banyak menghasilkan jantung harus memompa lebih keras
hormon adrenalin, hal ini membuat untuk mendorong darah ke pembuluh
jantung bekerja lebih kuat dan cepat darah. Faktor-faktor yang
sehingga berdampak meningkatkan mempengaruhi resistensi perifer antara
nilai tekanan darah15. lain hilangnya elastisitas dinding
pembuluh darah (arteriosklerosis,
2. Tekanan Darah Sebelum Penerapan “pengerasan arteri), pembentukan plak
Tekanan darah merupakan salah satu (aterosklerosis), atau kombinasi dari
parameter hemodinamika yang keduanya. Arteri yang mengeras dan
sederhana dan mudah dilakukan plak meningkatkan resistensi terhadap
pengukurannya. Tekanan darah adalah aliran darah. Jantung harus bekerja
tegangan atau tekanan yang dikeluarkan lebih keras, dan tekanan darah menjadi
darah terhadap dinding arteri. Sejumlah lebih tinggi16.
tekanan tertentu dalam sistem
Hipertensi adalah suatu keadaan terjadi
diperlukan untuk mempertahankan
peningkatan tekanan darah secara
pembuluh terbuka, perfusi kapiler, dan
abnormal dan terus menerus pada
oksigenasi semua jaringan tubuh1.
beberapa kali pemeriksaan tekanan

Azizah, Penerapan Teknik 50


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

darah yang disebabkan satu atau


mengalami penurunan yaitu dalam
beberapa faktor resiko yang tidak
kategori pre hipertensi tekanan darah
berjalan sebagaimana mestinya dalam
pada subyek I (Tn. A) 130/80 mmHg
mempertahankan tekanan darah secara
dan subyek II (Tn. F) menjadi 120/80
normal17.
mmHg.
Individu yang terserang hipertensi dapat
Relaksasi otot progresif akan
di tangani secara farmakologis atau non
menurunkan denyut nadi dan tekanan
farmakologis. Penatalaksanaan secara
darah serta frekuensi pernafasan.
farmakologis bertujuan untuk
Tekanan darah sistolik salah satunya
mencegah kematian dan komplikasi
dipengaruhi oleh psikologis sehingga
dengan mencapai dan mempertahankan
dengan relaksasi akan mendapatkan
tekanan darah arteri pada atau kurang
ketenangan dan tekanan sistolik
dari 140/90 mmHg. Penatalaksanaan
menurun, selain itu tekanan darah
non farmako-logis mencakup
sistolik juga dipengaruhi sirkulasi
penurunan berat badan, pembatasan
sestemik dan sirkulasi pulmonal
alkohol dan natrium, olahraga teratur
sehingga dengan terapi ini yang dibantu
dan relaksasi9.
dengan pengaturan pernafasan akan
Banyak macam terkait jenis relaksasi terjadi penurunan tekanan darah
untuk penderita hipertensi salah satu sistolik. Sedangkan tekanan darah
relaksasi yang dapat dilakukan yaitu diastolic terkait dengan sirkulasi
relaksasi otot progresif. Relaksasi otot kororner, jika arteri koroner mengalami
progresif merupakan salah satu bentuk aterosklerosis akan mempengaruhi
terapi yang berupa pemberian instruksi peningkatan tekanan darah diastolik,
kepada seseorang dalam bentuk sehingga dengan terapi relaksasi otot
gerakan-gerakan yang tersusun secara progresif mengalami sedikit penurunan
sistematis untuk merileksasikan pikiran tekanan darah diastolik18.
dan anggota tubuh seperti otot-otot dan
Relaksasi pada dasarnya berhubungan
mengembali-kan kondisi dari keadaan
dengan sistem kerja saraf manusia,
tegang ke keadaan rileks, normal dan
yang terdiri dari sistem saraf pusat dan
terkontrol, mulai dari gerakan tangan
sistem saraf otonom (saraf simpatis dan
sampai kepada gerakan kaki10.
saraf parasimpatis). Keadaan rileks
3. Tekanan Darah Setelah Penerapan mampu menstimulasi tubuh untuk
Setelah dilakukan penerapan relaksasi memproduksi molekul yang disebut
otot progresif selama 3 hari, didapatkan oksida nitrat (NO). Molekul ini bekerja
bahwa tekanan darah kedua subyek

Azizah, Penerapan Teknik 50


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

pada tonus pembuluh darah sehingga


K+ kedalam sel. Kolineterase dalam
dapat mengurangi tekanan darah19.
sarkolema akan menonaktifkan
Relaksasi otot progresif dilakukan asetilkolin. Kemudian, impuls saraf
dengan cara meregangkan dan akan memperpanjang kontraksi
merilekskan otot secara sadar, pada saat (asetilkolin dilepaskan lebih banyak).
otot berkontraksi suatu impuls saraf tiba Apabila sudah tidak ada impuls lagi,
pada akson terminal, terjadi pelepasan serabut otot akan relaksasi dan kembali
asetilkolin yang akan berdisfusi kepanjangnya semula19.
menyeberang sinaps. Asetilkolin
Relaksasi otot progresif dapat memicu
membuat sarkolema lebih permeabel
aktivitas memompa jantung berkurang
terhadap ion Na+, yang akan segera
dan arteri mengalami pelebaran,
masuk kedalam sel. Sarkolema
sehingga banyak cairan yang keluar
mengalami depolarisasi, menjadi
dari sirkulasi peredaran darah. Hal
bermuatan positif di dalam dan
tersebut akan mengurangi beban kerja
bermuatan negatif diluar. Depolarisasi
jantung karena pada penderita
menstimulasi pelepasan ion Ca2+ dari
hipertensi mempunyai denyut jantung
retikulum sarkoplasma, ion Ca2+ akan
yang lebih cepat untuk memompa darah
terikat dengan kompleks troponin-
akibat dari peningkatan darah20.
tropomiosin, yang akan
menyebabkannya bergeser menjauh Setelah mengalami relaksasi maka
dari filamen aktin. Miosin memecah aktivitas memompa jantung berkurang,
ATP untuk melepaskan energinya, arteri mengalami pelebaran, dan banyak
jembatan pada miosin kemudian cairan keluar dari sirkulasi.
melekat pada filamen aktin dan Sebagaimana diketahui bahwa usia
menariknya menuju ketengah sarkomer, muda mempunyai elastisitas pembuluh
yang akan menyebabkan sarkomer darah yang lebih baik. Elastisitas
menjadi lebih pendek. Seluruh pembuluh darah ini menyebabkan
sarkomer pada serabut otot akan besarnya toleransi pembuluh terhadap
memendek sehingga terjadi kontraksi tekanan akhir diastolik. Dinding
pada seluruh serabut otot. Pada saat pembuluh darah arteri yang elastis dan
sarkolema mengalami repolarisasi mudah berdistensi akan mudah
kembali, ion K+ meninggalkan sel, melebarkan diameter dinding pembuluh
mengembalikan muatan positif diluar darah untuk mengakomodasi perubahan
sel dan muatan negatif di dalam sel. tekanan. Kemampuan distensi arteri
Pompa ini kemudian akan mencegah pelebaran fluktuasi tekanan
mengembalikan ion Na+ keluar dan ion darah19.

Azizah, Penerapan Teknik 51


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang


KESIMPULAN
dilakukan oleh Azizah, Herawati dan
Relaksasi otot progresif dapat menurunkan
Rosella (2015) tentang pengaruh latihan
tekanan darah pada pasien hipertensi.
relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah pada DAFTAR PUSTAKA
penderita hipertensi primer di Dusun 1. LeMone, P., Burke, KM & Bauldoff, G.
Gondang yang dilakukan selama 7 hari (2015). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Volume 3. Alih Bahasa:
berturut-turut dan sehari 2 kali, Subekti, B N. Jakarta: EGC.
menunjukkan bahwa latihan relaksasi 2. WHO. (2019). Hypertension. diakses
otot progresif berpengaruh secara pada tanggal 04 Februari 2021 pukul
19.00 WIB dalam website:
signifikan terhadap penurunan tekanan https://www.who.int/
darah sistolik pada penderita hipertensi 3. Kemenkes RI. (2019). Hasil Utama
primer dengan nilai p-value 0.008, Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan
RI Badan Penelitian dan
sedangkan tekanan darah diastolik tidak Pengembangan Kesehatan.
menunjukkan adanya pengaruh 4. Dinkes Kota Metro. (2019). Profil
terhadap tekanan darah dengan nilai p- Kesehatan Kota Metro. Kota Metro:
Dinas Kesehatan Kota Metro.
value 0.07720.
5. Medikal Record RSUD Jend. Ahmad
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yani Metro. (2019). 10 Besar Penyakit
di RPD B RSUD Jend. Ahmad Yani
Karang dan Rizal (2017) tentang Metro.
efektifitas terapi relaksasi otot progresif 6. Black, J M & Hawks, J H. (2014).
terhadap penurunan tekanan darah pada Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Buku 2. Jakarta : Salemba Medika.
lansia dengan hipertensi yang dilakukan
7. Triyanto, E. (2014). Pelayan
selama bulan Oktober 2015, Keperawatan Bagi Penderita
menunjukkan bahwa nilai ρ value 0,014 Hipertensi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
atau ada pengaruh terapi relaksasi otot 8. Mukhlis, H., Hardono, N. S. A.H.,
Purwono, J., & Wahyudi, D. A. (2020).
progresif terhadap penurunan tekanan CUPPING THERAPY FOR
darah pada lansia dengan hipertensi19. HYPERTENSIVE PATIENTS: A
QUASI-EXPERIMENTAL
Berdasarkan hasil penerapan diatas RESEARCH WITH TIME SERIES
DESIGN. Journal of Critical
penulis dapat menyimpulkan bahwa Reviews, 7(14), 1437-1443
penerapan relaksasi otot progresif dapat 9. Brunner & Suddarth. (2020).
membantu menurunkan tekanan darah Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12.
alih bahasa Yulianti, D & Kimin, A.
pasien hipertensi. Sehingga pasien Jakarta: EGC.
hipertensi dapat melakukan 10.Saleh., L.M., dkk. (2019). Teknik
penatalaksanaan dalam mengontrol Relaksasi Otot Progresif pada Air
Traffic Controller (ATC). Yogyakarta:
tekanan darah. ISBN Elektronik.

Azizah, Penerapan Teknik 51


Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

11.Sartik., Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, Esensial (Doctoral dissertation, Riau


M. (2017). Faktor–faktor Risiko dan University).
Angka Kejadian Hipertensi pada
20. Azizah, S. N., Herawati, S.I & Rosella,
Penduduk Palembang. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 8(3). K.D. (2015). Pengaruh Latihan
Relaksasi Otot Progresif Terhadap
12. Raihan, L. N., Erwin & Dewi, A. P.
Penurunan Tekanan Darah pada
(2014). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian Prenderita Hipertensi Primer di Dusun
hipertensi primer pada masyarakat di Gondang (Doctoral dissertation,
wilayah kerja Puskesmas Rumbai Universitas Muhammadiyah
Pesisir (Doctoral dissertation, Riau Surakarta).
University).
13. Wulandari, S.T & Marliana, Y. (2018).
Senam Kebugaran Lansia
Memengaruhi Tekanan Darah Pada
Wanita Menopause. Jurnal Kesehatan
Prima. p-ISSN: 1978-1334 (Print); e-
ISSN: 2460-8661 (Online).
14. Elvivin, E., Lestari, H., & Ibrahim, K.
(2017). Analisis Faktor Risiko
Kebiasaan Mengkonsumsi Garam,
Alkohol, kebiasaan Merokok dan
Minum Kopi terhadap Kejadian
Dipertensi pada Nelayan Suku Bajo di
Pulau Tasipi Kabupaten Muna Barat
Tahun 2015. (Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat), 1(3).
15. Syavardie, Y. (2014). Pengaruh Stres
Terhadap Kejadian Hipertensi di
Puskesmas Matur, Kabupaten Agam.
Jurnal Keperawatan STIE H.Agus
Salim, Bukittinggi.
16. Rosdahl, C.B & Kowalski, M.T.
(2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar
Edisi 10 Vol. 2. Jakarta : EGC.
17. Wijaya, S.A & Putri., M.Y. (2013).
KMB 1: Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika.
18. Karang, M. T. A. J., & Rizal, A. (2017).
Efektifitas Terapi Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Dengan
Hipertensi. Jurnal Ilmiah Ilmu
Keperawatan Indonesia, 7(04), 339-
345.
19. Tyani, E. S., & Hasneli, N.
(2015). Efektifitas Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi

Azizah, Penerapan Teknik 51

Anda mungkin juga menyukai